Professional Documents
Culture Documents
Email:Yuli85kumalasari@yahoo.co.id
Abstract
The purpose of this study was to identify factors associated with early complementary feeding in infants. This was a
descriptive correlative study with cross sectional design.This research was conducted in the working area of Sidomulyo
Public Health Center Pekanbaru involving 92 respondents. The sampling method was purposive sample. Measuring
instrument used was a questionnaire that has been tested for validity and reliability. The analysis used univariate and
bivariate analysis. The results showed that there is a relationship between knowledge (p value = 0.024), activity (p
value = 0.005), income (value = 0.022) and health workers recommendation (p value = 0.037) with early
complementary feeding, but there is no relationship between the myth (p value = 0.141) with early complementary
feeding. The results of this study recommends community health centers to be active to provide health education
programs for the prevention of early complementary feeding practice in the working area of Sidomulyo Public Health
Center.
Tabel 2 Tabel 6
Distribusi frekuensi berdasarkan data MP-ASI Distribusi mitos dengan pemberian MP-ASI dini
MP-ASI Dini Jumlah Persentase Tidak
n % MP-ASI p
diberi MP- Total
1. Pemberian MP-ASI dini dini value
Mitos ASI dini
a. Tidak 46 50 n % n % n %
b. Ya 46 50
2. Pengetahuan tentang MP-ASI a. Mempe 22 42,3 30 57,7 52 100
dini rcayai
a. Rendah 18 19,6 b. Tidak 24 60 16 40 40 100
b. Sedang 45 48,9 memper 0,141
c. Tinggi 29 31,5 cayai
3. Mitos tentang MP-ASI dini Total 46 50 46 50 92 100
a. Mempercayai 52 56,5
b. Tidak mempercayai 40 43,5
4. Anjuran petugas kesehatan Tabel 7
a. Dianjurkan 43 46,7 Distribusi anjuran petugas dengan pemberian
b. Tidak dianjurkan 49 53,3
MP-ASI dini
Tabel 3 Tidak
MP-ASI
Hubungan pengetahuan dengan pemberian MP- diberi MP-
dini
Total
p
ASI dini Mitos ASI dini
value
n % N % n %
Tabel 4 Usia
Hubungan aktivitas dengan pemberian MP-ASI Usia dewasa awal merupakan usia
dini bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri
memperoleh pengetahuan sebanyak-
Tidak diberi
Bekerja MP-ASI dini
MP-ASI dini Total p banyaknya. Usia adalah lamanya hidup
value
a. Tidak (<
n
35
%
76,1
n
21
%
37,5
n
56
%
100
seseorang dari sejak lahir yang dinyatakan
10 jam dengan tahun. Usia mempengaruhi terhadap
dalam 1
minggu) daya tangkap dan pola pikir seseorang
b. Ya (10 11 30,6 25 69,4 36 100 0,005
jam dalam
(Notoatmodjo, 2003)
1 minggu) Semakin bertambah usia akan semakin
Total 46 50 46 50 92 100
berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang
Tabel 5
Hubungan pendapatan dengan pemberian MP- diperolehnya semakin membaik. Individu
ASI dini akan lebih berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan sosial serta lebih banyak
Pendapatan
Tidak MP-ASI
Total
p melakukan persiapan menuju usia tua saat
diberi dini value
menginjak usia dewasa (WHO, 2009).
882
Jadi semakin matang usia seseorang, berubah kekentalannya, bayi lebih sering
maka dalam memahami suatu masalah akan minta disusui, bayi minta disusui pada malam
lebih mudah dan dapat menambah hari, dan bayi lebih cepat selesai menyusu
pengetahuan. Semakin tua seseorang maka dibanding sebelumnya.
akan mempunyai kesempatan dan waktu yang
lebih lama dalam mendapatkan informasi dan Pendidikan
pengetahuan. Semakin tua umur responden Pendidikan adalah proses
asalkan dalam batasan reproduktif maka pertumbuhan seluruh kemampuan
tingkat pengetahuan seseorang tentang dan perilaku melalui pengajaran, sehingga
sesuatu hal akan semakin baik. (Nursalam, pendidikan itu perlu mempertimbangkan
2005). umur (proses perkembangan) dan
hubungannya dengan proses belajar. Tingkat
Suku pendidikan juga merupakan salah satu faktor
Hasil analisis menunjukkan bahwa yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk
mayoritas responden adalah bersuku Melayu lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi
(29,3%). Hal ini dikarenakan bahwa yang baru (Notoatmodjo, 2010).
mayoritas penduduk Provinsi Riau penduduk
aslinya bersuku Melayu. Pada beberapa Aktivitas
masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa Aktivitas posyandu di mulai pukul
melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam 09.00 pagi sampai pukul 11.00 wib sehingga
perilaku berkaitan dengan pola pemberian ibu-ibu yang datang pada saat itu adalah ibu-
makan pada bayi yang berbeda dengan ibu yang tidak bekerja. Pekerjaan adalah
konsepsi kesehatan. aktivitas yang dilakukan seseorang setiap hari
Pada suku Melayu ibunya dalam menjalani kehidupannya. Faktor
memberikan air tajin (air nasi) agar pekerjaan adalah faktor yang berhubungan
perkembangan otak anak menjadi lebih bagus. dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk
Pada suku Batak ibunya memberikan madu memperoleh penghasilan guna memenuhi
dan teh manis, air tajin dan susu khusus kebutuhan hidupnya yang menjadi alasan
BBLR bagi ibu dengan sosial ekonomi tinggi pemberian makanan tambahan pada bayi usia
atas dasar saran dari ketua adat dan dukun kurang dari enam bulan.
setempat. Sebagian besar ibu memberikan Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan di
madu dan teh manis dengan alasan madu rumah, di tempat kerja baik yang dekat
dapat mempercepat pengeluaran lendir maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum
ditenggorokan, dan adanya kepercayaan tutur bekerja sering memberikan makanan
kata anak menjadi baik saat dewasa tambahan dini dengan alasan melatih atau
(Simbolon, 2012). Sedangkan suku Minang mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja
pada usia sebulan memberikan bubur tepung, bayi sudah terbiasa. Status pekerjaan yang
bubur nasi dan pisang dan lain lain bahkan semakin baik dan sosial ekonomi keluarga
ada pula yang memberikan roti, pisang, nasi yang meningkat menyebabkan ibu mudah
yang sudah dilumatkan (Sudarma, 2008). untuk memberikan susu formula dan MP-ASI
Berdasarkan pengalaman peneliti yang pada anak.
bersuku Jawa, di daerah Jawa anak yang baru
lahir seringkali diberikan pisang dengan Pendapatan
alasan membantu saluran pencernaan. Pendapatan adalah salah satu faktor
Kebanyakan ibu yang mulai yang berhubungan dengan kondisi keuangan
memberikan makanan kepada bayinya yang menyebabkan daya beli untuk makanan
mengalami sindrom ASI kurang. tambahan menjadi lebih besar (Nauli, 2012).
Wisnuwardhani (2006) menjelaskan bahwa
sindrom ASI kurang adalah keadaan di mana Pemberian MP-ASI dini
ibu merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan Hasil penelitian ini sesuai dengan
berbagai alasan yang menurut ibu merupakan pernyataan WHO (2011) bahwa hanya 40%
tanda tersebut, misalnya payudara kecil, ASI bayi di dunia yang mendapatkan ASI
883
eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya sehingga ibu terpengaruh dan memiliki sikap
ternyata telah mendapatkan MP-ASI saat bahwa susu formula juga baik untuk bayi
usianya < dari 6 bulan. Hal ini (Ginting, Sekawarna & Sukandar, 2013).
menggambarkan bahwa pemberian ASI
eksklusif masih rendah sedangkan praktek Anjuran petugas kesehatan
pemberian MP-ASI dini diberbagai negara Tidak hanya status pekerjaan,
masih tinggi. Jumlah peningkatan pemberian dukungan petugas kesehatan dan gencarnya
MP-ASI dini dan penurunan ASI eksklusif pemberian susu formula juga menyebabkan
tidak hanya terjadi di negara-negara maju terjadinya penurunan jumlah ASI eksklusif.
namun juga terjadi di negara berkembang Petugas kesehatan saat ini mulai banyak yang
seperti di Indonesia. melakukan pemberian susu formula dan
produk bayi lainnya tanpa berdasarkan
Pengetahuan tentang MP-ASI dini indikasi medis hanya berdasarkan pada
Banyak faktor yang mempengaruhi keuntungan finansial (Nauli, 2012). Sikap
pemberian MP-ASI dini oleh ibu. Faktor petugas kesehatan yang mendukung
faktor tersebut meliputi pengetahuan, pemberian MP-ASI dini pada bayi
kesehatan dan pekerjaan ibu, iklan MP-ASI, menimbulkan motivasi dan minat ibu untuk
petugas kesehatan, budaya dan sosial memberikan susu formula kepada bayinya.
ekonomi (Yusiana & Kristianto, 2012). Faktor petugas kesehatan adalah
Pengetahuan ibu yang masih kurang kualitas petugas kesehatan yang akhirnya
terhadap manfaat pemberian ASI eksklusif menyebabkan ibu memilih untuk memberikan
sangat erat kaitannya dengan pemberian MP- makanan tambahan pada bayi atau tidak.
ASI dini. Domain pengetahuan erat kaitanya Petugas kesehatan sangat berperan dalam
dengan usia dan tingkat pendidikan memotivasi ibu untuk tidak memberi
seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah makanan tambahan pada bayi usia kurang dari
atau sedang akan mempengaruhi pengetahuan enam bulan (Nauli, 2012).
dan pemahaman responden tentang pemberian
MP-ASI rendah dan sebaliknya tingkat Analisa Bivariat
pendidikan tinggi dan tinggi sekali akan Hubungan pengetahuan dengan pemberian
menjadikan pengetahuan dan pemahaman MP-ASI Dini
responden tentang pemberian MPASI pada Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
bayi usia 6-12 bulan lebih baik (Sunaryo, di lapangan yang didapatkan bahwa ibu-ibu
2010). yang memiliki tingkat pengetahuan sedang
dan pengetahuan tinggi masih dipengaruhi
Mitos oleh kebiasaan dari orang tua mereka
Pengetahuan para ibu juga terdahulu. Hal ini disebabkan oleh tingkat
dipengaruhi oleh sumber informasi yang ibu pengetahuan yang sangat mempengaruhi
dapatkan dari budaya, mitos dan media dalam pemberian MP-ASI dini.
massa. Ibu menyatakan bahwa penyebab Pengetahuan dimaksudkan adalah
pemberian MP-ASI dini pada bayi mereka sejauh mana masyarakat mengetahui tentang
dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam penyakit, gejala, penyebaran maupun dampak
memberikan MP-ASI turun temurun dari penyakit tertentu. (Padang, 2008). Hasil
orang tuanya seperti pemberian bubur nasi penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dan bubur pisang pada saat upacara bayi telah dilakukan oleh Ginting, Sekawarna, dan
(aqiqah) yang telah mencapai usia tiga Sukandar (2013) dari 48 ibu yang
bulanan. Tidak hanya itu saja, ibu mempunyai tingkat pengetahuan dalam
menyatakan juga tertarik akan iklan susu kategori tidak baik, 47 orang (97,9%)
formula yang sekarang ini sedang gencar- diantaranya telah memberikan MP-ASI dini
gencarnya dilakukan oleh produsen susu. kepada bayi usia <6 bulan. Ibu yang memiliki
Iklan tentang susu yang sering tampil di tingkat pengetahuan dalam kategori baik
televisi yang menjadi faktor utama hanya 21 orang (40,4%) yang telah
memperkenalkan ibu pada produk susu memberikan MP-ASI dini kepada bayinya.
884
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Hal ini sesuai dengan penelitian di
eksak Fisher diperoleh nilai p < 0,001 maka lapangan bahwa pendapatan memungkinkan
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara ibu untuk memberikan makanan tambahan
bermakna antara tingkat pengetahuan ibu bagi bayi usia < 6 bulan. Makin baik
dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi perekonomian keluarga, maka daya beli
usia <6 bulan. Hasil analisis diperoleh pula makanan tambahan akan semakin mudah. Hal
nilai RP=2,425, artinya ibu yang memiliki ini sesuai dengan pernyataan Nauli (2012)
tingkat pengetahuan dalam kategori tidak yang menyatakan bahwa pendapatan
baik memiliki risiko sebesar 2,425 kali untuk memungkinkan ibu untuk memberikan
memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari
bulan. enam bulan, semakin baik perekonomian
keluarga maka daya beli akan makanan
Hubungan aktivitas dengan pemberian tambahan juga mudah, sebaliknya semakin
MP-ASI Dini buruk perekonomian keluarga, maka daya beli
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian akan makanan tambahan lebih sukar. Tingkat
di lapangan bahwa ibu yang melakukan penghasilan keluarga berhubungan dengan
aktivitas untuk memperoleh penghasilan 10 pemberian MP-ASI dini.
jam dalam 1 minggu (bekerja), pemberian asi Penurunan prevalensi menyusui lebih
eksklusif lebih sedikit dilakukan cepat terjadi pada masyarakat golongan
dibandingkan ibu yang tidak melakukan ekonomi menengah ke atas. Penghasilan
aktivitas untuk memperoleh penghasilan < 10 keluarga yang lebih tinggi berhubungan
jam dalam 1 minggu (tidak bekerja). positif secara signifikan dengan pemberian
Hubungan pekerjaan dengan MP-ASI susu botol pada waktu dini dan makanan
dini pernah diteliti pernanda (2010), buatan pabrik. Disamping itu, ibu dengan
didapatkan data bahwa terdapat hubungan status ekonomi lebih rendah cenderung
antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI terlambat memulai menyusui, membuang
dini dimana proporsi ibu-ibu yang bekerjanya kolostrum dan memberikan makanan
>10 jam (40.2%) memiliki proporsi MP-ASI pralaktal.
dini lebih tinggi dibandingkan proporsi ibu- Hal ini sesuai dengan penelitan
ibu yang bekerjanya <10 jam (50,9%) dengan Pernanda (2010) di Jambi, yaitu ibu-ibu
nilai p < 0,05. dengan penghasilan keluarga Rp.260-000
Hasil penelitian ini juga sejalan Rp.360.000 yang memberikan MP-ASI
dengan penelitian Ginting, Sekawarna dan berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada
Sukandar (2013) di mana berdasarkan status ibu-ibu dengan pendapatan keluarga sebesar
pekerjaan, dari 71 orang ibu yang bekerja, 56 Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu
orang (78,9 %) diantaranya telah memberikan dengan pendapatan keluarga lebih dari
MP-ASI dini kepada bayi usia <6 bulan. Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu
Sedangkan ibu yang tidak bekerja, hanya 12 formula sebesar 44%.
orang (41,4%) yang telah memberikan MP-
ASI dini kepada bayinya. Hasil uji statistik Hubungan Mitos dengan pemberian MP-
diperoleh nilai p < 0,001 maka dapat ASI Dini
disimpulkan bahwa ada pengaruh secara Hal ini sesuai dengan penelitian di
bermakna antara status pekerjaan ibu dengan lapangan bahwa meskipun banyak yang
pemberian MP -ASI dini pada bayi usia <6 percaya mitos, namun seiring dengan adanya
bulan. Hasil analisis diperoleh pula nilai pengetahuan, orang orang akan semakin
RP=1,91, artinya ibu yang bekerja berfikir untuk melakukan sesuatu yang di rasa
mempunyai risiko sebesar 1,91 kali untuk kurang baik untuk dilakukan. Pada beberapa
memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa
bulan. melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam
perilaku berkaitan dengan pola pemberian
Hubungan Pendapatan dengan pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan
MP-ASI Dini konsepsi kesehatan. Pola konsumsi makanan
885
penduduk di berbagai etnik (suku bangsa masyarakat kepada tenaga kesehatan, hal ini
Indonesia) berbeda antara satu wilayah menyebabkan apapun yang dianjurkan
dengan wilayah lainnya. Pola ini merupakan petugas kesehatan, sedikit banyak akan
salah satu cerminan dari kebiasaan makan mempengaruhi kebiasaan dan pola pikir dari
penduduk yang bersangkutan. Pada umumnya masyarakat.
pola konsumsi makanan penduduk tergantung Hasil penelitian ini juga sejalan
pada nilai sosial dan budaya setempat. Nilai dengan penelitian Ginting, Sekarwana dan
dan budaya ini berkaitan dengan ciri suku Sukandar (2013) di mana dari 68 ibu yang
bangsa dan budaya dimana ekologi penduduk mempunyai peran petugas kesehatan dalam
hidup. Para ahli antropologi gizi berpendapat kategori tidak baik, 58 orang (85,3%)
bahwa kebiasaan makan tidak mudah diubah diantaranya telah memberikan MP-ASI dini
tetapi bersifat dinamis artinya kebiasaan kepada bayi usia <6 bulan. Ibu yang memiliki
makan dapat berubah jika faktor yang peran petugas kesehatan dalam kategori
mempengaruhinya diubah dengan sengaja baik hanya 10 orang (31,3%) yang telah
meskipun perubahan itu berjalan dengan memberikan MP-ASI dini kepada bayinya.
lambat (Padang, 2008). Hasil uji statistik diperoleh nilai p <
Hal ini sesuai dengan penelitian yang 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada
telah dilakukan oleh Sulastri (2004) dalam pengaruh secara bermakna antara peran
Padang (2008) di kelurahan Tangkahan petugas kesehatan dengan pemberian MP-ASI
Kecamatan Medan Labuhan dimana dari 80 dini pada bayi usia <6 bulan. Hasil analisis
responden terdapat 2,5% pemberian MP-ASI diperoleh pula nilai RP=2,73, artinya ibu yang
tepat waktu dan 97,5% pemberian MP-ASI memiliki peran petugas kesehatan dalam
dini. Demikian hal nya dengan penelitian kategori tidak baik mempunyai risiko
yang dilakukan oleh Irwansyah (2000) didesa sebesar 2,73 kali untuk memberikan MP-ASI
Alue Awe Kecamatan Muara Dua Aceh, dini pada bayi usia <6 bulan. Hasil analisis ini
dimana hanya 16,4% responden pola sesuai dengan hasil penelitian Safrina (2011)
pemberian MP-ASI dikategorikan baik, di Kota Langsa, yang menyatakan bahwa ada
sedangkan 83,6% responden pola pemberian pengaruh peran petugas kesehatan terhadap
MP-ASI dini. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6
mitos dan budaya mempengaruhi pemberian bulan.
MP-ASI dini pada bayi.
KESIMPULAN
Hubungan anjuran petugas kesehatan Hasil uji statistik terdapat hubungan
dengan pemberian MP-ASI Dini yang signifikan antara tingkat pengetahuan
Hasil analisis pada tabel 9 dengan pemberian MP-ASI dini ( value=
menunjukkan bahwa sebagian besar 0,024), terdapat hubungan yang signifikan
responden yang dianjurkan petugas kesehatan antara aktivitas dengan pemberian MP-ASI
tetap memberikan MP-ASI dini pada bayinya dini ( value= 0,005), terdapat hubungan yang
sebanyak 27 orang (62,8%) dibandingkan signifikan antara pendapatan dengan
yang tidak memberikan MP-ASI dini pemberian MP-ASI dini ( value= 0,022),
sebanyak 16 orang (37,2%). Pada responden tidak ada hubungan yang signifikan antara
yang tidak dianjurkan petugas kesehatan, mitos dengan pemberian MP-ASI dini (
sebagian besar tidak memberikan MP-ASI value= 0,141), dan terdapat hubungan yang
dini pada bayinya sebanyak 30 orang (61,2%) signifikan antara anjuran petugas kesehatan
dibandingkan yang memberikan MP-ASI dini dengan pemberian MP-ASI dini ( value=
sebanyak 19 orang (38,8%). Hasil uji statistic 0,037).
menunjukkan bahwa nilai p value = 0,037,
artinya terdapat hubungan antara anjuran SARAN
petugas kesehatan dengan pemberian MP-ASI Perawat disarankan aktif dalam
dini. memberikan program pendidikan kesehatan
Hal ini sesuai dengan penelitian di (penyuluhan kesehatan) terkait pencegahan
lapangan bahwa karena adanya kepercayaan
886
pemberian MP-ASI dini di wilayah binaan Briawan, D. (2007). Penilaian dan
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru perencanaan konsumsi pangan. Jurusan
gizi masyarakat dan sumberdaya
UCAPAN TERIMA KASIH keluarga. Fakultas pertanian. Bogor:
Ucapan terima kasih kepada semua IPB.
pihak yang telah membantu dalam penelitian
ini terutama untuk pembimbing I, II dan
penguji serta semua pihak dan seluruh Depkes. (2009). Makanan pendamping air
responden dalam penelitian ini. susu ibu (MP-ASI). Direktorat gizi
masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat.
Sri Yulianti Kumalasari: Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Ginting, D, Sekawarna, N & Sukandar, H.
Universitas Riau, Indonesia (2013). Pengaruh karakteristik, faktor
Ns. Febriana Sabrian, MPH: Dosen internal dan eksternal ibu terhadap
Kelompok Keilmuan Keperawatan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia
Komunitas Program Studi Ilmu < 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Barus Jahe Kabupaten Karo Provinsi
Oswati Hasanah, M.Kep., Sp.Kep.An. Sumatera Utara. Bandung: FK
Dosen Departemen Keperawatan Anak Universitas Padjajaran.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau, Indonesia Haeranah, N & Nur. H, (2004). ASI atau Susu
Formula ya ?. Jogjakarta: FlashBook.
Litbangkes. (2009). Pusat penelitian dan Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riskesdas
pengembangan gizi dan makanan. 2013. Kementerian Kesehatan RI:
Kementerian Kesehatan RI: Badan Badan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kesehatan.
Safrina, S. (2011). Pengaruh Faktor Internal
Nauli, D.W. (2012). Hubungan pemberian dan Eksternal Ibu terhadap Pemberian
MP-ASI Dini dengan kejadian penyakit MP-ASI pada anak Usia 0-6 Bulan di
infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah Kota Langsa. Medan: Universitas
kerja puskesmas Sindar Raya Sumatera Utara. Diperoleh pada tanggal
Kecamatan RayaKahean Kabupaten 15 Januari 2015 dari
Simalungun tahun 2012. Skripsi pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad_
Universitas Sumatera Utara. Di peroleh pengaruh_karakteristik_faktor_internal.
pada tanggal 10 Juni 2014 dari pdf
http://webcache.googleusercontent.com/
search?q=cache:M6sLcMMmhw8J:repo Setiadi. (2007). Konsep penulisan riset
sitory.usu.ac.id/handle/123456789/3741 keperawatan. Jogyakarta: Graham Ilmu.
5+Hubungan+pemberian+MP+ASI+Din
i+dengan+kejadian+penyakit+infeksi+p Setiawan, A. (2009). Pemberian MP-ASI dini
ada+bayi+0-6+bulan+di+wilayah dan hubungannya dengan kejadian
+kerja+puskesmas+Sindar+Raya+Keca infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah
matan+RayaKahean+Kabupaten+Simal kerja Puskesmas Cipayung, Kota Depok
ungun+tahun+2012.+Skripsi+Universita tahun 2009. Skripsi Universitas
s+Sumatera+Utara.&cd=2&hl=id&ct=cl Indonesia. Di peroleh pada tanggal 10
nk&gl=id Juni 2014 dari
http://webcache.googleusercontent.com/
Padang, A. (2008). Analisa faktor-faktor yang search?q=cache:f77_rF6b QTQJ
mempengaruhi ibu dalam pemberian :lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Dpdf/abst
MP-ASI Dini di Kecamatan Pandan rak-126490.pdf \+Pemberian+ MP-
Kabupaten Tapanuli Tengah tahun ASI+dini+dan+hubungannya+dengan+
2007. Tesis. Medan: FK USU. Di kejadian+infeksi+pada+bayi+0-
peroleh pada tanggal 10 Juni 2014 dari 6+bulan+di+wilayah+kerja+Puskesma
repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 s+Cipayung,+Kota+Depok+tahun+200
9/6728/1/08E00834.pdf Juni 2014 dari 9&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
888
Simbolon, D. (2012). Budaya ibu suku rejang
mengancam kelangsungan hidup bayi
berat badan lahir rendah (mother
culture threaten low birth weight
survival rate). Diperoleh pada tanggal
01 Januari 2015 dari
https://www.academia.edu/6719859/bud
aya_ibu_
suku_rejang_mengancam_kelangsungan
_hidup_bayi_berat_badan_lahir_rendah
_mother_culture_threaten_low_birth_w
eight_survival_rate
889