You are on page 1of 6

PEMBERDAYAAN KESEHATAN DAN EKONOMI PEREMPUAN PENDERITA HIV/AIDS

MELALUI LIFE SKILL EDUCATION


(Health Empowerment, and Economics of Women with HIV/AIDS Through Life Skills Education)

Awatiful Azza*, Trias Setyowati**, Fauziyah***


* Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
** Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember
*** Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jember
Email: awatiful.azza@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Perempuan penderita HIV/AIDS mempunyai beban yang cukup berat. Diskriminasi dan rendahnya status
ekonomi menyebabkan semakin terpuruk dalam ketidakpastian hidup. Tujuan penelitian adalah menyusun strategi
pemberdayaan kesehatan dan ekonomi serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menerima kegiatan usaha
perempuan penderita HIV/AIDS. Metode: Metode yang digunakan melalui pendekatan deskriptif, focus group disscusion.
Penyusunan desain strategi pemberdayaan kesehatan dan ekonomi melalui life skill education bagi perempuan dengan
HIV/AIDS dikuatkan melalui pendekatan Participatory Action Research (PAR). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
status kesehatan perempuan penderita HIV yang terlibat berada pada fase I. Umur penderita pada rentang yang cukup
produktif antara 2040 tahun. Hampir 90% mereka tidak mempunyai penghasilan. Hasil focus group disscusion (FGD)
menunjukkan klien membutuhkan kegiatan yang dapat menghasilkan tambahan pendapatan, dan tidak membebani fisik.
Kegiatan yang dipilih diantaranya menyulam, menjahit, salon dan memasak. Hasil penelitian tentang respons masyarakat
menyebutkan bahwa perempuan penderita HIV harus dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat, walaupun mereka
masih belum bisa menerima penderita di lingkungannya.

Kata kunci: Pemberdayaan, perempuan dengan HIV/AIDS, Life skill education

ABSTRACT
Introduction: Women with HIV/AIDS have a heavy burden. Discrimination and the low economic status causes them
worse off in the uncertainty of life. The purpose of the study to develop a health empowerment and economic and
increase community involvement in the business activities of women with HIV/AIDS. Methods: The method descriptive
approach,focus group discussion. The preparation of the design strategies, health empowerment and economic through
life skills education for women with HIV/AIDS strengthened through Participatory Action Research (PAR). The results
of this study showed that the health status of women with HIV who are involved in phase I. The average age of patients
were at a fairly productive life span between 2040 years. 90% they do not have income. The results of focus group
discussions (FGD) indicates that the client requires additional activities that can generate income, but do not overload
the physical. Some of the selected activities include embroider and sew, salons and cooking. The results of research on
public response associated with HIV/AIDS they mention that women with HIV should be protected by the government and
the public, although on average they still can not accept people in their environment.

Keywords: Empowerment, women with HIV/AIDS, Life skill education

PENDAHULUAN
HIV/AIDS per hari 14 ribu, dan 6.000 kasus
Epidemi HIV/AIDS menjadi beban dialami oleh perempuan (Hutapea, R, 2003).
berat setiap negara tanpa kecuali, dan sangat Berdasarkan data yang ada tersebut, Dinas
berpotensi menghancurkan pembangunan kesehatan kabupaten Jember Jawa Timur
ekonomi di negara berkembang, termasuk menetapkan status merah terhadap penyebaran
Indonesia (Convention watch, 2007). HIV/AIDS. Status ini ditetapkan karena terus
Di dunia dewasa ini jumlah orang meningkatnya penderita HIV/AIDS.
yang terinfeksi HIV/AIDS mencapai 39,4 Layanan konseling dan tes HIV secara
juta, dari data tersebut perempuan cenderung sukarela yang dilakukan di Klinik VCT
berpeluang besar tertular HIV/AIDS yaitu Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi,
sekitar 17,6 juta penderita. Data yang ada di RSD Balung, Klinik VCT Puskesmas Puger
Indonesia menunjukkan jumlah penularan Jember merupakan salah satu program yang

183
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 183188

berhasil mengungkap banyaknya kasus HIV kebijakan tentang HIV/AIDS (Nawawi H,


dan AIDS di Kabupaten Jember (Azza, 2007). 2003). Ada dua tahapan pendekatan yang telah
Sampai dengan Desember 2010 tercatat dilakukan oleh peneliti yaitu:
sebanyak 419 ODHA (Orang Dengan HIV Pad a t ahap sat u mengg u na ka n
dan AIDS), di mana 248 orang penderita HIV pendekatan deskriptif, pendekatan ini
adalah perempuan. difokuskan untuk mendapatkan data awal
Dampak yang ditimbulkan dari HIV/ dalam pengembangan model life skill
AIDS tidak hanya masalah kesehatan, akan education. Pada tahap ini peneliti telah
tetapi dampak psikososial juga mempunyai mampu mengungkap data-data tentang kondisi
andil cukup besar terhadap kesejahteraan dan status kesehatan serta sosial ekonomi
perempuan (Riyanto, 2009). Perempuan yang perempuan penderita HIV/AIDS, yang
terkena HIV/AIDS, secara psikologi akan diperoleh melalui pendekatan wawancara pada
mengalami berbagai masalah, mulai dari penderita dan keluarganya serta LSM (lembaga
kecemasan, keraguan, stress dan depresi. swadaya masyarakat) yang mendampingi
Tekanan lingkungan yang cender ung penderita. Peneliti juga melakukan kegiatan
diskriminatif akan membuat perempuan focus group disscusion pada penderita pada
kehilangan penghargaan terhadap dirinya. tanggal 21 Maret 2012 di PKM Puger dan 29
Bahaya yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS Maret 2012 di klinik VCT RSUD dr. Soebandi
akan menambah beban berat perempuan Jember. Untuk menguatkan hasil temuan
akibat stigma masyarakat yang cenderung tentang pemberdayaan ekonomi perempuan
memojokkan dan mengucilkannya dari penderita HIV/AIDs peneliti juga memperoleh
lingkungan. Satu hal lagi yang perlu data melalui kuesioner yang dibagikan pada
diperhatikan saat ini adalah dampak ekonomi penderita.
dari seseorang yang terinfeksi HIV (Azza, Tahap dua menggunakan pendekatan
2009). Sebagian besar ODHA yang baru Participatory Action Research (PAR) yaitu
tahu statusnya tidak berdaya dan tidak kegiatan untuk penyusunan desain strategi
memiliki pekerjaan. Banyak hal yang dapat pemberdayaan kesehatan dan ekonomi melalui
dijadikan alasan mengapa banyak ODHA life skill education bagi perempuan dengan
yang tidak memiliki pekerjaan, selain karena HIV/AIDS. Pendekatan ini dilakukan setelah
diskriminasi hal tersebut juga diakibatkan semua data awal terkumpul.
status kesehatan penderita ODHA yang Penelitian ini telah dilakukan di
cenderung mengalami penurunan (Susilo C, wilayah Sumbersari yang terpusat di klinik
2005). Perempuan membutuhkan rasa percaya VCT RSUD dr. Soebandi Jember dan klinik
diri dalam menjalani hidupnya dan mencapai VCT Puger dengan sasaran pada perempuan
harapan-harapannya, untuk itu dukungan dan yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi
kesempatan yang diberikan dalam membantu penderita HIV/AIDs serta penderita HIV/
meningkatkan kemandirian perempuan dengan AIDs.
ODHA tersebut perlu mendapat apresiasi Penelitian ini mempunyai fokus untuk
(Antoni B, 2009). Pemberdayaan ekonomi menyusun rumusan strategi yang tepat dalam
sebagai upaya untuk membantu perempuan pemberdayaan kesehatan dan ekonomi bagi
dengan HIV/AIDS perlu dilaksanakan untuk perempuan penderita HIV/AIDS. Kegiatan
meningkatkan status ekonomi dan mengurangi ini dilakukan melalui self assessment serta
kemiskinan. gali potensi bagi perempuan penderita HIV/
AIDS dengan menggunakan kuesioner,
menggali respons masyarakat melalui focus
BAHAN DAN METODE
group disscusion terhadap potensi yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan dimiliki perempuan penderita HIV/AIDS.
partisipatif baik pada sampel utama/primer Peneliti juga mengkaji kebijakan yang
yaitu penderita HIV/AIDS maupun pada telah dilakukan pemerintah daerah selama
sampel sekunder (masyarakat dan pengambil ini terkait pemberdayaan kesehatan dan

184
Pemberdayaan Kesehatan dan Ekonomi Perempuan Penderita HIV/AIDS (Awatiful Azza, dkk.)

ekonomi perempuan penderita HIV/AIDS, Tabel 2. Usia penderita HIV/AIDS di


dengan sumber data Komisi Pemberantasan Kecamatan Sumbersari
HIV/AIDs, Klinik VCT, dan Dinas Sosial
Usia Jumlah Prosentase
Kabupaten Jember. 1020 tahun 1 10%
2130 tahun 6 60%
HASIL 3240 tahun 3 30%
Jumlah 10 100%
Hasil penelitian ini mampu mengungkap
kondisi kesehatan perempuan penderita
HIV/AIDS di Kabupaten Jember, status Tabel 3. Usia penderita HIV/AIDS di
sosial ekonomi dan upaya yang dilakukan Kecamatan Puger
penderita dalam meningkatkan kualitas Usia Jumlah Prosentase
hidupnya. Selain itu peneliti juga mendapatkan 1020 tahun -
temuan-temuan yang cukup menarik terkait 2130 tahun 14 70 %
kebutuhan penderita akan kebebasan dalam 3240 tahun 6 30%
bermasyarakat serta peran pemerintah dalam Jumlah 20 100%
penemuan kasus dan penatalaksanaan bagi
mereka yang sudah menderita HIV/AIDS.
Jumlah penderita HIV/AIDS cenderung menjadi beban berat setiap negara, dan sangat
meningkat di beberapa Kabupaten termasuk berpotensi menghancurkan pembangunan
Jember, data sebelumnya sampai dengan ekonomi di negara berkembang, termasuk
Oktober 2010 ditemukan 500 orang pengidap Indonesia.
HIV/AIDS dengan usia yang cukup bervariasi. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan
Epidemi HIV/AIDS tersebut tentunya karena sampai dengan saat ini belum ada
pengobatan yang mampu menyembuhkan
penyakit HIV/AIDS, namun demikian pasien
Tabel 1. Jumlah ODHA di Kabupaten Jember penderita HIV/AIDS memerlukan terapi
periode 20042011 terutama untuk mengobati penyakit oportunis.
Jml Jml Berikut adalah gambaran kondisi pasien HIV/
Kecamatan Kecamatan
ODHA ODHA AIDS di Kabupaten Jember yang datang ke
Puger 90 Silo 9 klinik VCT dan mendapatkan pengobatan
Gumukmas 45 Jenggawah 9 ART:
Kaliwates 33 Sumberbaru 10 Selain melalui studi dokumenter,
Wuluhan 31 Ajung 8 penelitian ini juga melibatkan 30 responden
Sumbersari 28 Rambipuji 8 perempuan penderita HIV/AIDS yang berada
Patrang 27 Semboro 7 di kecamatan Sumbersari maupun Puger.
Umbulsari 25 Arjasa 7 Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-
Ambulu 25 Jelbuk 5 rata mereka berada pada usia yang masih
Kencong 25 Pakusari 5 cukup produktif yaitu antara 2040 tahun.
Tanggul 18 Kalisat 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 orang
Balung 20 Mayang 4
atau sekitar 80 % perempuan penderita HIV/
Jombang 16 Sukorambi 4
AIDS yang terlibat dalam penelitian ini berada
Bangsalsari 15 Sumberjambe 2
pada fase I yaitu penderita sudah terinfeksi
Asal Jember 18 Ledokombo 2 HIV namun masih asimtomatik (tanpa gejala).
Tempurejo 12 Sukowono 1 Dalam fase ini umumnya seseorang yang telah
Mumbulsari 12 terinfeksi HIV masih tampak dan merasa
Panti 10 sehat-sehat saja, tanpa menunjukkan gejala apa
Jumlah 450 Jumlah 86 pun bahwa ia sudah tertular HIV. Hal tersebut
536 dikuatkan dengan kondisi pasien yang masih
Sumber: Surveilance dan klinik VCT stabil dengan aktivitas normal.

185
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 183188

Diagram 1. Kondisi pasien yang mendapat ART di klinik VCT RSD


dr. Soebandi Jember

Penelitian ini mengungkapkan bahwa hidupnya Selain karena kondisi kesehatannya


hampir 90% perempuan yang menjadi sampel mereka juga mengalami diksriminasi
dalam penelitian ini tidak bekerja. terkait dengan penyakitnya. Penelitian
ini mengungkapkan bahwa hampir 90%
perempuan yang menjadi sampel dalam
PEMBAHASAN
penelitian ini tidak bekerja. Over proteksi dari
Data penelitian tentang kondisi keluarga juga menyebabkan penderita tidak
penderita HIV tersebut sangat membebani mampu bereksplorasi tentang aktivitasnya.
keluarga karena rata-rata mereka berada Kondisi tersebut semakin diperparah dengan
pada rentang usia yang cukup produktif, efek dari terapi HIV/AIDS, beberapa efek
apalagi disaat mereka dinyatakan positif samping dari terapi diantaranya adalah mual,
menderita HIV/AIDS keluarga menjadi sangat mudah lelah dan anemia (Depkes RI, 2003).
protektif. Perempuan merupakan potensi Walaupun demikian penderita cukup antusias
pembangunan yang besar jika dikembangkan dan mempunyai semangat yang tinggi untuk
potensinya dengan baik agar menjadi pelaku bisa menjadi bagian dari masyarakat dan dapat
pembangunan. Data penelitian ini menemukan membantu mengurangi beban keluarga.
bahwa 90% sampel tidak bekerja, padahal hasil Beberapa program yang telah dilakukan
penelitian ini juga menemukan bahwa keluarga pemerintah daerah kabupaten Jember
mereka hanya mempunyai penghasilan rata- melalui Dinas Kesehatan kabupaten dan
rata Rp 500.000/bulan. Komisi Pemberantasan Aids diantaranya: a)
Klien mempunyai motivasi yang cukup Menurunkan kesakitan & kematian terkait
tinggi terkait status kesehatannya, hal tersebut HIV di Kabupaten Jember; b) Meningkatkan
terbukti dengan frekuensi kunjungan ke klinik peran serta masyarakat dalam rangka
VCT. Klien cukup aktif baik hanya sekedar penanggulangan HIV & AIDS. Program
untuk bertemu dengan manajer kasus untuk tersebut dilakukan melalui: 1). Mengurangi
mengetahui kondisi kesehatannya, klien juga penularan HIV di kalangan populasi kunci
datang untuk mendapatkan obat ARV. yang berisiko tinggi, terutama kaum muda,
Namun, terkait dengan status sosial melalui penyediaan layanan pencegahan
dan ekonomi perempuan penderita HIV/AIDS kegiatan penjangkauan atau pendampingan
sangat memprihatinkan. Perubahan fisik yang untuk memberikan informasi dan pendidikan
dialami perempuan dengan HIV tersebut keterampilan tentang pencegahan HIV/AIDS
tentunya sangat mempengaruhi kemampuannya serta promosi penerapan pola hidup sehat bagi
untuk dapat tetap mempertahankan kualitas populasi berisiko; 2). Meningkatkan kualitas

186
Pemberdayaan Kesehatan dan Ekonomi Perempuan Penderita HIV/AIDS (Awatiful Azza, dkk.)

hidup ODHA melalui penyediaan layanan tersebut dipilih karena penderita ingin bahwa
dukungan, perawatan, dan pengobatan usaha yang dilakukannya tidak menyita
dengan klinik VCT, kegiatan pemeriksaan tenaga/energi, karena penderita mudah sekali
& pengobatan rutin masalah Infeksi Menular lemah dan lelah.
Seksual (IMS) bagi pekerja seks perempuan, Keterampilan lain yang dibutuhkan
laki-laki dan waria, mengontrol penularan penderita HIV/AIDS adalah pelatihan terkait
Infeksi Menular Seksual (IMS) agar dengan pengembangan usaha kecil menengah
penularan IMS pada sub populasi berisiko yaitu pelatihan wirausaha, management usaha,
dapat dipersempit; 3). Program Layanan Alat keterampilan teknis usaha, dan konsultasi
Suntik Steril (LASS) bagi penasun (IDU) usaha/peluang usaha.
di daerah endemis HIV/AIDS, pendekatan Penelitian ini menunjukkan bahwa
pragmatis dalam kesehatan masyarakat untuk masyarakat sudah mulai terbuka dan
merespons ledakan infeksi HIV/AIDS secara bisa menerima kehadiran penderita HIV,
khusus di kalangan penasun (IDU) termasuk walaupun sebagian besar dari mereka masih
paket layanan pengurangan dampak buruk mengucilkan. Diskriminasi terhadap penderita
yaitu layanan jarum dan alat suntik steril dan HIV/AIDS masih dirasakan langsung oleh
terapi rumatan metadon; 4). Distribusi kondom sebagian besar penderita maupun keluarganya.
terutama ditempat-tempat yang paling berisiko Kondisi demikian membuat perempuan merasa
selain itu adalah kegiatan yang memberikan dikucilkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
penekanan pada pendidikan dan promosi membantu merubah stigma dan diskriminasi
pemakaian kondom sebagai upaya menekan antara lain, pemberian penyuluhan yang
meluasnya penularan infeksi menular seksual benar mengenai HIV/AIDS, penyebaran
(IMS) termasuk HIV/AIDS; 5) Koordinasi informasi yang benar tentang HIV/AIDS,
Kelembagaan dalam Rangka Penurunan pemberian pelayanan komprehensif, maupun
Stigma dan Diskriminasi. pembentukan kelompok sebaya (Pariani &
Banyak penderita HIV yang cenderung Purwaningsih, 2005).
menarik diri karena perlakuan dari masyarakat
yang mengucilkannya. Hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kemampuan klien untuk SIMPULAN DAN SARAN
mengembangkan potensi diri. Klien merasa Simpulan
tidak berguna dan bahkan cenderung minder
sehingga seringkali mereka menarik diri Hasil penelitian tentang pemberdayaan
dari lingkungannya. Hal tersebut diperberat kesehatan dan ekonomi perempuan penderita
dengan kebijakan yang dikaitkan dengan HIV/AIDs adalah status kesehatan penderita
perlindungan penderita HIV, padahal secara berada pada Level I artinya kondisi penderita
sosial mereka sangat membutuhkan teman masih cukup stabil dan asimtomatik, sehingga
dan orang yang mempunyai nasib sama untuk mereka masih mempunyai kesempatan untuk
bisa berdiskusi tentang kondisinya. Penderita dapat memberikan kontribusi pada keluarganya
juga mengungkapkan keinginannya untuk terkait dengan upaya meningkatkan status
mempunyai paguyuban penderita HIV, ekonominya (Susilo K, 2006) Rata-rata
sehingga mereka dapat saling berinteraksi penderita berada pada usia yang sangat
untuk mengurangi beban pikiran terkait produktif yaitu antara 20-40 tahun, sehingga
dengan kondisi kesehatannya. sangat mendukung pemberdayaan melalui
Beberapa hasil gali potensi terhadap penerapan model life skill education.
minat dan bakat yang dilakukan terhadap 30 Banyak dukungan dan upaya yang
perempuan penderita HIV/AIDS yang terlibat telah dilakukan pemerintah, namun beberapa
dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang pena nga na n masi h d ifok uska n pad a
dapat membantu meningkatkan status ekonomi peningkatan status kesehatan klien.
dan dapat dilakukan di rumah diantaranya Hasil potensi menunjukkan bahwa
adalah keterampilan menyulam dan menjahit, mereka membutuhkan keterampilan yang
salon dan memasak. Kegiatan gali potensi tidak mengganggu kondisi kesehatannya

187
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 183188

diantaranya adalah: menjahit, menyulam, salon Muhammadiyah Jember


dan memasak, serta keterampilan manajemen Convention Watch. 2007. Hak azasi perempuan
pengelolaan keuangan, pemasaran dan mencari Instrumen Hukum untuk Mewujudkan
peluang usaha Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan
Terkait dengan respon masyarakat, Obor Indonesia
mereka sudah dapat membuka diri dengan Depkes, RI. 2003. Pedoman nasional
penderita HIV/AIDS walaupun masih perawatan, dukungan dan pengobatan
bagi ODHA. Buku pedoman untuk
membutuhkan pemahaman-pemahaman
petugas kesehatan dan petugas lainnya.
tentang penyakit HIV. Untuk bidang usaha
Jakarta: Ditjen PPM dan PI, Depkes.
penderita HIV yang dapat diterima masyarakat
Hutapea, R. 2003. Aids dan PMS dan
adalah usaha yang tidak berhubungan dengan Perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta
makanan. Nawawi, H. 2003. Metodologi penelitian
bidang social, Yogyakarta, UGM Pres
Saran Pariani dan Purwaningsih, 2005. Kongres
Perlu kerjasama dengan dinas terkait Nasional I PNI: PNI Sebagai Pendekatan
untuk mempertahankan status kesehatan Holistik Dalam Menangg ulangi
perempuan pender ita HIV/AIDS dan Penyakit di Era Mendatang. Surabaya:
membentuk paguyuban agar dapat mengurangi Gideon Offset Printing.
psikologis klien R iya nt o. 20 09. Fa k tor -fa k tor ya ng
mempengaruhi kesehatan mental
Perlu diupayakan kegiatan yang
penderita HIV. Penelitian tidak
produktif bagi perempuan penderita HIV/AIDs
dipublikasikan FPSI
agar dapat mengurangi keterpurukan dari
Susilo, C. 2005. Pengaruh penyuluhan
diskriminasi maupun status ekonomi melalui terhadap penurunan Stigma tentang
pelatihan keterampilan dan kewirausahaan HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo.
melalui life skill education. Penelitian tidak dipublikasikan
Pemer intah daerah bekerjasama Susilo, K. 2006. Penyakit Hubungan Seksual
dengan LSM, dan masyarakat sebaiknya dan HIV/AIDS Dari Perspek tif
memberikan peluang kepada penderita Perempuan. Program Seri Lokakarya
untuk dapat mengekplorasi potensi yang Kesehatan erempuan. YLKI the ford
dimiliki perempuan penderita HIV agar Foundation, Jakarta.
dapat mengurangi beban psikologis maupun
diskriminasi.

DAFTAR PUSTAKA
Antoni, B. 2009. Anti Stigma dan Diskriminasi.
Yayasan Lembaga Sabda (YLSA).
Azza, A. 2007. Analisis Kebijakan Pemerintah
Daerah dalam penanganan HIV/AIDS.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember
Azza, A. 2009. Beban Perempuan penderita
HIV/AIDS dalam perspektif Gender.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

188

You might also like