Professional Documents
Culture Documents
Phlegmon PDF
Phlegmon PDF
Abstrak
Infeksi gigi merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Infeksi gigi kebanyakan ringan, namun pada beberapa
kasus dapat berkembang menjadi komplikasi serius dan fatal. Salah satu komplikasi tersebut adalah phlegmon/angina
Ludwigs. Pasien laki-laki, 21 tahun, datang dengan keluhan bengkak pada leher sepanjang bawah rangan kanan dan kiri
hingga ke leher depan, disertai nyeri, demam, nyeri saat mengunyah. Keluhan tidak disertai dengan gangguan napas,
trismus, nyeri tenggorokan, maupun nyeri dada. Pasien memiliki masalah gigi berlubang pada gigi molar 2 rahang bawah
kiri. Dari pemeriksaan fisik didapatkan caries dentis pada molar 2 kiri rahang bawah, dasar mulut tampak menonjol di
bawah lidah, tidak ditemukan abses tonsil, tidak didapatkan trismus, dan faring tenang. Pada leher didapatkan edem
hiperemis sepanjang submandibula kanan dan kiri hingga leher depan setinggi kartilago tiroid, teraba hangat, kenyal, dan
terdapat nyeri tekan. Dari hasil laboratorium didapatkan leukosistosis dan pemeriskaan rontgen toraks dalam batas normal.
pasien didiagnosis dengan phlegmon dasar mulut dan segera dilakukan bedah insisi debridement dengan pemasangan
drainase serta diberikan antibiotik intra vena dengan sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole. Selama perawatan
pasien membaik dan direncanakan untuk konsultasi ke dokter gigi untuk masalah gigi pasien. Simpulan, phlegmon dasar
mulut/angina Ludwig dapat berkomplikasi fatal dan dapat menyebabkan kematian, sehingga diagnosis dan tatalaksana
segera dapat menyelamatkan pasien. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi gigi (odontogenik). [JuKe Unila 2015; 5(9):76-
80]
Abstract
Dental infection is a common in general people. Most of it is benign course, but some case develop into serious and life-
threathning complication. One of the complication is phlegmon/Ludwigs angina. Patient, 21 years old male, present with
swelling in the neck along the right and left under jaw up to the front of the neck, accompanied by pain, fever, pain during
chewing. Complaints are not accompanied with airway disorders, trismus, sore throat, or chest pain. Patient has dental
nd
problem on 2 molars left mandibular. From the physical examination found dental caries in the left mandibular second
molar, mouths floor under the tongue was protruding, no tonsillar abscess, no trismus, and pharyngeal not hyperemia. The
neck found submandibular edema hyperemia along the right and left until the front of the neck as high as the thyroid
cartilage, felt warm, chewy, and there is tenderness. From the laboratory examination obtained leukosistosis and X-ray
within normal limits. Patient was diagnosed with mouths floor phlegmon and was managed with immediate incision
drainage and debridement with antibiotics intra vena using third generation cephalosporin and metronidazole. During
treatment in ward, patient improved and planned to consult a dentist for dental problem. Conclusions, mouths floor
phlegmon/Ludwig's angina can be complicated fatal and can cause death, so the immediately diagnosis and management
can save the patient. The most common cause is derived from a tooth infection (odontogenic). [JuKe Unila 2015; 5(9):76-
80]
Korespondensi: dr. Muhammad Aditya, alamat Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 085269226166, e-mail
m.aditya1988@fk.unila.ac.id
Pada phlegmon dasar mulut dapat ruang sublingual. Infeksi dapat pula mencapai
dijumpai periode eksaserbasi dan periode ruang faringomaksilaris dan retrofaring.
perbaikan sementara, baik secara sistemik Keadaan-keadaan tersebut dapat
maupun lokal, yang diakibatkan oleh karena menyebabkan obstruksi saluran napas.1,3
eksudat purulen bergerak turun ke bawah Kebanyakan kasus phlegmon dasar mulut
karena gaya gravitasi. Untuk itu pengobatan terjadi pada pasien sehat tanpa penyakit
jangka panjang perlu diberikan karena komorbid. Namun begitu, terdapat beberapa
penyebaran proses inflamasi dapat mencapai faktor yang menunjukkan predisposisi untuk
struktur dan jaringan ikat longgar lainnya dalam berkembangnya penyakit ini antara lain adalah
tubuh.5 diabetes, pengobatan dengan imunosupresan,
Phlegmon dasar mulut merupakan infeksi HIV, neutropenia, anemia aplastik,
selulitis supuratif difus akut yang menyebar sistemik lupus eritromatosus (SLE),
terutama pada jaringan ikat longgar. Istilah alkoholisme, dan defisiensi gama globulin. Hal-
selulitis digunakan pada suatu penyebaran hal tersebut diketahui dapat menurunkan
edematus dari inflamasi akut pada permukaan sistem imunitas tubuh sehingga infeksi
jaringan lunak dan bersifat difus. Selulitis pada supuratif dapat menyebar dengan cepat dan
phlegmon dasar mulut dimulai dari dasar meluas.3,4,7
mulut, sering kali bilateral, tetapi bila hanya Dari data epidemiologi, kebanyakan
mengenai satu sisi (unilateral) disebut pasien phlegmon dasar mulut berusia 20
pseudophlegmon.2,6 hingga 60 tahun, walau begitu kasus pada usia
Etiologi terbanyak diakibatkan oleh 12 hari dan 84 tahun pernah di laporkan. Laki-
kuman Stroptococcus sp. Mikroorganisme laki lebih banyak dibandingkan dengan
lainnya adalah anaerob gram negatif seperti perempuan dengan rasio 3:1 sampai 4:1.7
Prevotella, Porphyromona, dan Fusobacterium. Gambaran klinis dari penyakit ini
Infeksi odontogenik umumnya merupakan ditandai dengan adanya selulitis yang meluas
infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, yang menyebabkan pembengkakan pada dasar
baik bakteri aerob maupun anaerob. Infeksi mulut, lidah, dan regio submandibula, sehingga
campuran terjadi pada 50% kasus.3,7 dapat menyebabkan obstruksi jalan napas,
Infeksi primer dapat berasal dari gigi penyebaran infeksi ke jaringan leher yang lebih
(odontogenik) seperti perluasan infeksi/abses dalam ataupun menyebabkan mediastenitis
pariapikal, osteomielitis dan perikoronitis yang yang berpotensi fatal. Dari hasil pemeriksaan
berkaitan dengan erupsi gigi molar tiga rahang fisik, didapatkan lebih dari 95% pasien dengan
bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi pembengkakan submandibular bilateral dan
periapikal/perikoronal. Selain sebab pembengkakan dasar mulut yang
odontogenik, infeksi dapat terjadi akibat dari menyebabkan lidah terangkat.3,4
penyuntikan dengan jarum yang tidak steril, Gejala lainnya adalah edem jaringan
infeksi kelenjar ludah (sialodenitis), fraktur leher depan di atas tulang hyoid yang
maksila/mandibula, laserasi dasar mulut, serta memberikan gambaran seperti bulls neck.
infeksi sekunder dari keganasan rongga mulut. Demam, takikardi, takipnue, dan dapat pula
Phlegmon dasar mulut diketahui dari disertai dengan gangguan cemas dan agitasi.
epidemiologi 90% kasus dewasa disebabkan Bengkak dan nyeri pada dasar mulut dan leher,
dari infeksi akut gigi molar rahang bawah yang sulit menelan, nyeri menelan, berliur, trismus,
menyebar (infeksi odontogenik). Kasus dan nyeri gigi. Hoarseness, stridor, distres
phlegmon dasar mulut pada anak-anak pernapasan, sianosis, dan postur tubuh
kebanyakan berasal dari perluasan infeksi tonsil mengendus (postur tubuh yang menandai
dan faring.3,4,7-9 pasien dengan kompensasi obstruksi saluran
Masalah gigi penyebab phlegmon napas atas, yakni postur tubuh tegak dengan
kebanyakan pada gigi molar 2 dan molar 3 leher menjulur ke depan dan dagu terangkat
rahang bawah. Oleh karena akar gigi-gigi seperti orang sedang mengendus) adalah
tersebut memanjang hingga sulkus mylohyoid tanda-tanda ancaman obstruksi jalan napas.
menyebabkan berbagai abses atau infeksi pada Selain itu, gejala disfonia juga dapat muncul
gigi tersebut memiliki akses langsung menuju akibat edem plika vokalis, tanda ini merupakan
ruang submandibularis. Bila infeksi tanda bahaya bagi klinisi oleh karena potensi
berkembang, infeksi tersebut dapat meluas ke sumbatan jalan napas.7
Terdapat 4 tanda kardinal angina Ludwig, golongan penisilin dapat digunakan golongan
yakni infeksi bilateral atau infeksi pada lebih sefalosporin generasi ketiga ataupun golongan
dari 1 ruang jaringan; adanya gangren dengan aminoglikosida seperti gentamycin 1-4
infiltrat serosanguis; melibatkan jaringan ikat mg/kgbb atau amikacin 500 mg/8 jam. Terapi
longgar, fascia, dan otot namun tidak dengan ditambahkan dengan metrinidazole untuk
struktur kelenjar; dan meluas dengan mengeradikasi bakteri anaerob. Pemberian
perkontinuatum dan tidak dengan cara antibiotik intra vena diberikan hingga terjadi
limfatik.1,7 perbaikan klinis dan bebas demam lebih dari
Modalitas penanganan phlegmon dasar 48 jam, selanjutnya dilanjutkan dengan
mulut pertama adalah pada penilaian jalan pemberian antibiotik oral. Pemberian
napas. Menjaga patensi jalan napas merupakan kortikosteroid dapat dipertimbangkan untuk
prioritas utama pada penanganan pasien membantu mengurangi edema saluran
dengan phlegmon dasar mulut, karena napas.7,8
kematian utamanya diakibatkan oleh asfiksia Tindakan bedah diindikasikan bila
karena obstruksi jalan napas. Pasien harus terdapat infeksi supuratif, bukti radiologis
diobservasi terhadap tanda-tanda obstruksi adanya penumpukan cairan atau gas, fluktuasi,
jalan napas. Bila didapatkan gangguan jalan krepitus, atau adanya aspirasi purulen. Lokasi
napas yang mengancam (didapatkan tanda dan ukuran insisi tergantung dari ruang
distres pernapasan, cemas, sianosis, stridor, anatomi yang terinfeksi. Direkomendasikan
retraksi otot bantu napas, posisi tubuh untuk dilakukan pemasangan drainase, kultur
mengendus) maka segera dilakukan (cairan abses, darah, maupun jaringan), dan
pembebasan jalan napas dengan oro- atau pemberian antibiotik yang adekuat atau sesuai
nasotrakeal intubasi dengan bantuan dengan hasil kultur untuk mencegah
fiberoptik. Bila tidak berhasil dilakukan penyebaran infeksi ke ruang anatomi yang lebih
krikotiroidektomi atau trakeostomi.7 dalam lagi yang dapat menyebabkan
Murray (2014) tidak merekomendasikan mediastenitis yang juga berisiko fatal.7,8,11
intubasi endotrakeal, terutama intubasi tanpa
fiberoptik/blind, dikarenakan beberapa faktor Simpulan
risiko seperti perdarahan dan ruptur abses Phlegmon dasar mulut/angina Ludwig
selama pemasangan maupun penyebaran dapat berkomplikasi fatal dan dapat
infeksi ke tempat lain, selain itu juga prosedur menyebabkan kematian. Diagnosis dan
pemasangannya yang relatif sulit pada kasus tatalaksana segera dapat menyelamatkan
phlegmon dasar mulut, sehingga tindakan pasien. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi
trakeostomi menjadi pilihan aman.8 Hal ini juga gigi (odontogenik).
sesuai dengan Kulkarni et al. (2008), pada
laporan kasusnya yang menyatakan bahwa Daftar Pustaka
Intubasi fiberoptik merupakan metode yang 1. Ocasio-Tasco ME, Martinez M, Cedeno A,
ideal, namun bila sarana tidak memungkinkan Torres-Palacios A, Alicea E, Rodriguez-
atau gagal dilakukan maka pilihan yang aman Cintro W. Ludwigs angina: an uncomon
adalah tindakan trakeostomi untuk cause of chest pain. South Med J. 2005;
10
mengamankan jalan napas. Pemberian 98(5):561-3
nebulizer epinefrine dapat diberikan sebelum 2. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot
dilakukan manipulasi pada jalan napas, bila J. Oral and maxillofacial pathology. Edisi
waktu memungkinkan, untuk mengurangi ke-3. Philadelphia: WB Saunders; 2008
edema mukosa.7 3. Winters M. Evidence-based diagnosis and
Selanjutnya setelah jalan napas aman management of ent emergencies
diberikan antibiotik. Karena kebanyakan kasus [internet]. New York: WebMD LLC.; 2007
yang terjadi adalah infeksi campuran (aerob [diakses tanggal 2 Maret 2015]. Tersedia
dan anaerob), oleh karena itu penggunaan dari:
antibiotik spektrum luas direkomendasikan. http://www.medscape.com/viewarticle/5
Pilihan terapi utamanya adalah golongan 51650_4.
penisilin dosis tinggi secara intra vena. Terapi 4. Bertolai R, Acocella A, Sacco R, Agostini T.
alternatif lainnya dengna ampicillin dosis 2-4 Submandibular cellulitis (Ludwig's angina)
g/hari dosis terbagi. Bila alergi dengan associated to a complex odontoma
erupted into the oral cavity: case report New York: WebMD LLC.; 2014 [diakses
and literature review. Minerva Stomatol. tanggal 12 Maret 2015]. Tersedia dari:
2007; 56(11-12):639-47. http://emedicine.medscape.com/article/8
5. Nienartowicz J, Gerber H, Pawlak W, 37048-overview
Wnukieicz J. Phlegmon of the face and 9. Topazian RG, Goldberg MH, Hupp JR. Oral
neckown observations. Czas Stomatol. and maxillofacial Infections. Edisi ke-4.
2008; 62(2):106-13. Philadelphia: WB Saunders; 2002.
6. Riede UN, Werne M. Color atlas of 10. Kulkarni AH, Pai SD, Bhattarai B, Rao ST,
pathology: pathologic, principles, Ambareesha M. Ludwigs angina and
associated diseases, sequelae. New York: airway considerations: a case report. Cases
Thieme; 2004. Journal. 2008; 1(1):19.
7. Soni YC, Pael HD, Pandya HB, Dewan HS, 11. Gksel AO, Topalolu I, Atar Y, Saltrk Z. A
Bhavsar BC, Shah UH. Ludwigs angina: case of lydwigs angina ending with
diagnosis and management a clinical mortality. J Contemp Med. 2013; 3(2):112-
review. J Res Adv Dent. 2014; 3(2s):131-6. 5.
8. Murray AD. Deep neck infection [internet].