You are on page 1of 7

EKSTRAK JAHE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman rempah dan obat yang sudah lama dikenal
masyarakat Indonesia. Selain digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan ramuan tradisional,
tanaman ini juga menjadi komoditas perdagangan sebagai bahan industri obat-obatan, kosmetik,
minuman, makanan ringan dan kebutuhan dapur (Suharyon dan Rozak, 1997). Jahe Indonesia
diekspor ke beberapa negara tujuan antara lain Jepang, Emirat Arab, Malaysia dan banyak negara
lainnya dalam bentuk jahe segar, jahe kering dan olahan (Paimin dan Murhananto, 1999).
Jahe dikenal baik di masyarakat Indonesia sebagai salah satu rempah. Hampir semua wilayah di
tanah air umumnya memanfaatkan jahe sebagai salah satu bahan masakan penting. Dalam
taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi
Angiospermae, klas Monocotyledonae, ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber.
Genus Zingiber sendiri terdiri dari sekitar 100 spesies, yang tersebar di daratan tropis Asia, di
antaranya yang banyak memiliki manfaat adalah Zingiber officinale atau yang kita kenal sebagai Jahe,
Zingiber zerumbet (lempuyang gajah), Zingiber aromaticum (lempuyang wangi), dan Zingiber
purpureum yang kita kenal sebagai bangle.
Jahe dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan ginger, ada dalam bahasa Bengali, jeung, ciang,
atau jiang dalam bahasa Cina, zenzero dalam bahasa Italia, dan jengibre dalam bahasa Spanyol. Di
beberapa daerah di Indonesia juga dikenal dengan sebutan aliah (Sumatra), jahi (lampung), jae
(Jawa, sasak), jhai (Madura), cipakan (Bali), sipados (Kutai), dan pese (Bugis).
Menurut data dari Bagian Riset dan Pengembangan PT Sido Muncul, jahe mengandung satu sampai
empat persen minyak atsiri dan oleoresin. Komposisi minyak yang terkandung bervariasi tergantung
dari geografi tanaman berasal. Kandungan utamanya yaitu zingiberene, arcurcumene,
sesquiphellandrene, dan bisabolene. Juga memiliki kandungan Zingiberol, Zingiberene, Phellandrene,
Curcumene, Borneol, Champhene, Citral, Garanial, Galanolactone, Furanogermenone, Pipecolic Acid,
Aspartic Acid, Glutamic Acid, dll.
Secara tradisional jahe digunakan sebagai peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh
angin perut, diare, dan pencegah mual. Baik untuk menghilangkan mual dan kembung karena
perjalanan jauh (mabuk darat, mabuk udara, atau mabuk laut) bahkan pada beberapa buku teks
pengobatan menganjurkan wanita hamil agar mengonsumsi jahe untuk menghilangkan rasa mual
dan muntah selama kehamilan. Pembuktian ilmiah telah dilakukan di Inggris yang menunjukkan jahe
efektif mengurangi mual bahkan mual yang timbul setelah operasi.
Penelitian di Denmark membuktikan bahwa pemberian jahe pada pasien rematik dan gangguan
muskuloskleletal sangat bermanfaat dalam menghilangkan nyeri dan gejala yang berhubungan
dengan rematik. Beberapa pengujian telah memberikan hasil yang baik dengan menghilangnya rasa
nyeri, sakit serta peradangan/pembengkakan. Dan, pada percobaan in vitro, jahe Indonesia ternyata
mengandung bahan antirhinovirus yaitu beta-sesquiphelandrone.
Diketahui bahwa rhinovirus adalah salah satu virus penyebab utama penyakit common cold atau
influenza.
Kalau diperhatikan banyak obat-obat OTC (obat bebas) yang beredar baik di Indonesia maupun di
Eropa mengandung ekstrak Jahe. Mengunyah jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan cairan
pencernaan, juga mengurangi mual dan muntah.
Tradisi ngemut jahe ini tetap dilakukan sampai sekarang pada beberapa tukang masak profesional
Cina yang selalu mengunyah jahe untuk mencegah terjadinya mual karena terpapar dalam waktu
lama dengan bau masakan yang kuat.
Jahe bisa dikonsumsi dalam bentuk teh untuk memperbaiki pencernaan, menghilangkan gas dalam
saluran pencernaan, dan merangsang nafsu makan.

BAB II
KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Klasifikasi tanaman jahe (Zingiber officinale)
a. Sistematika tumbuhan
Divisi : Pteridophyta
Sub divisi : Angiosperma
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Scitamineae
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingeber
Jenis : Zingiber officinale

b. Karakteristik tanaman
Tanaman tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 0,4 1 m
Berumur tahunan
Batangnya merupakan batang semu yang tersusun dari helaian daun, berbentuk ramping, bulat dan
agak lunak
Jahe tumbuh tegak dan merumpun

c. Morfologi
Daun dan Bunga
Daunnya berbentuk langsing membulat dengan ujung melancip
warna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna lebih muda yang terlihat jelas
Pertumbuhan daunnya menyirip berseling
Bunga keluar dari permukaan tanah, muncul dari rimpang samping bila tanaman sudah cukup
dewasa
Tinggi bunga biasanya hanya seperempat kali tinggi tanaman.
Tandan bunga terdiri atas kumpulan bunga-bunga kecil berbetuk kerucut.
Warna bunga putih kekuningan

Rimpang
Akarnya berbentuk rimpang, berbau harum dan pedas
Rimpang jahe bercabang rapat, panjang membulat agak pendek. Rimpang jahe bercabang rapat,
panjang membulat agak pendek.
Kulit luar rimpang berwarna cokelat kotor
Jika rimpang dibelah, tampak daging rimpang berwarna kuning, beraroma khas jahe yang tajam
dan agak pedas.
Rimpang jehe emprit terlihat lebih merah dibandingkan jahe biasa

Berdasarkan aroma, bentuk dan besarnya rimpang dikenal tiga jenis jahe :
jahe besar, jahe gajah atau jahe badak,
jahe kecil atau lebih sering disebut jahe emprit
jahe merah atau lebih dikenal dengan jahe sunti

d. Nama Daerah
Begitu akrabnya kita, sehingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe.
Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau
sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis), lali
(Irian), dan sipados (Kutai).

e. Kandungan Kimia
Rimpang jahe memiliki kandungan banyak zat aktif, seperti:
* Minyak atsiri 2-3% * Zingberin
* Kamfena * Limonene
* Borneol * Sineol
* Zingiberal * Linalool
* Geraniol * Gingerin.
* Kavikol * Zingiberen
* Zingiberol * Gingerol
* Shogaol * Minyak dammar
* Pati * Asam malat
* Asam oksalat
Minyak atsiri dalam jahe
Minyak atsiri merupakan campuran senyawa organik mudah menguap (volatile), tidak larut air dan
mempunyai bau khas.
Komponen utama minyak atsiri yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol
Komponen volatile minyak atsiri tersebut yaitu : seskuiterpen, monoterpen dan monoterpen
teroksidasi.
Komponen minor minyak atsiri antara lain bisabolene, curcumene, camphene, citral, cineol,
borneol, linaoll, methylheptenone

Komponen non volatil jahe:


Komponen non volatile jahe yaitu oleoresin merupakan senyawa fenol dengan rantai karbon samping
yang terdiri dari tujuh atau lebih atom karbon seperti :
* Gingerol, * Gingerdiols
* Gingerdiones, * Dihidrogengerdiones
* Shogaol

f. Kegunaan
Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada
makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe yang digunakan
sebagai bumbu masak terutama berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung,
dan memperbaiki pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut besar
dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau
harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk
kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan,
memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung.
Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit
radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh
melalui keringat.
Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :
Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan
memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan
kerja jantung memompa darah.
Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase,
yang masing-masing mencerna protein dan lemak.
Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah
tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga diduga
membantu menurunkan kadar kolesterol.
Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat
menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok
perjalanan.
Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan
angin.
Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan
oleh radikal bebas di dalam tubuh.
Jahe sebagai Obat Praktis Jahe merupakan pereda rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri
rematik, sakit kepala, dan migren. Caranya, minum wedang jahe 3 kali sehari. Bisa juga minum
wedang ronde, mengulum permen jahe, atau menambahkan jahe saat pada soto, semur, atau
rendang.
Daun jahe juga berkhasiat, antara lain dengan ditumbuk dan diberi sedikit air dapat dipergunakan
sebagai obat kompres pada sakit kepala dan dapat dipercikan ke wajah orang yang sedang menggigil.
Sedangkan rimpangnya ditumbuk dan direbus dalam air mendidih selama lebih kurang jam,
kemudian airnya dapat diminum sebagai obat untuk memperkuat pencernaan makanan dan
mengusir gas di dalamnya, mengobati hati yang membengkak, batuk dan demam.
Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan
sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karene dapat memberi efek rasa
panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng
dan sirup. Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik sebagai bumbu
dapur maupun obat-obatan.

2. Isolasi Simplisia
Isolasi simplisia adalah pemisahan suatu kandungan simplisia untuk memperoleh zat aktif yang murni
atau yang tidak mengandung zat yang inert.
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dikatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat
berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelican atau mineral.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil
Pada praktikum kami, kami menggunakan simplisia JAHE (Zingiber officinale) sebagai bahan yang
digunakan pada penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan
Isolasi simplisia
Dari hasil praktikum kami mengidentifikasi bahwa jahe mengandung senyawa :
1. Alkaloid
2. Flavonoid
3. Fenol
4. Steroid
Khasiat dari jahe adalah:
Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit
radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh
melalui keringat.
Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :
Menurunkan tekanan darah.
Membantu pencernaan,
Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan,
Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin,
Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan
angin.
Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan
oleh radikal bebas di dalam tubuh.
Jahe sebagai Obat Praktis Jahe merupakan pereda rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri
rematik, sakit kepala, dan migren.

Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, sehinnga didapat ekstrak yang kita inginkan, setelah tiga
hari kita pekatkan dengan vakum rotary evaporator.

Fraksinasi
Maserat yang didapat difaksinasi menjadi beberapa fraksi, yaitu fraksi I, ekstrak polar
(fenol,terpenoid). Fraksi II, ekstra basa (alkaloid). Fraksi II, ekstra polar dan metanol (alkaloid kurtener
dan N-Oksida)
Kromatografi
Pada praktikum ini kami menggukan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan lempeng silika gel GF 254.
Dengan Rf T1 =4,7/5= 0,94
T2 =4,9/5=0,98
F1(1)=3,85/5=0,77
F1(2)=4,9/5=0,98
F2=4,95/5=0,99
A1(f2)=0,65/5=0,13
A1(f3)=0,5/5=0,1
A2(f2)=0,9/5=0.18
A2(f3)=0,9/5=0,18
Identifikasi Pemalsuan Jamu
Dalam praktikum jamu yang telah kami teliti tidak mengandung zat kimia dan tidak mengalami
perubahan dalam kandungan dalam suatu jamu.
II. Saran
Pada penalitaian ataupun praktikum selanjudnya metode isolasi (penyarian) hendaknya
menggunakan metode perkolasi. Karena cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan maserasi.
Selain hasil yang tidak benar-benar murni cairan penyari yang di butuhkan juga sedikit lebih banyak.
Pada pembuatan serbuk jangan membuat serbuk terlalu halus.
Laboratorium yang digunakan harap segera di renopasi.

http://ebie-bie-bie.blogspot.com/2009/03/ekstrak-jahe.html

You might also like