Professional Documents
Culture Documents
Artikel Penyakit KI
Artikel Penyakit KI
id
Laporan Kasus
Abstrak
Penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease, PAD) merupakan kumpulan kelainan yang
menghambat aliran darah ke ekstremitas, pada umumnya terjadi akibat aterosklerosis dan
bermanifestasi sebagai klaudikasio. Disamping terapi medikamentosa dan endovaskuler yang
optimal, manajemen non farmakologi PAD terbukti efektif mengurangi gejala, meningkatkan
kemampuan berjalan dan kualitas hidup. Telah dilaporkan laki-laki usia 58 tahun penderita
klaudikasio intermitten karena oklusi arteri iliaka komunis sinistra. Pasien masih merasakan
gejala setelah terapi medikamentosa dan angioplasty tranluminal percutaneous. Setelah
dilakukan program latihan disupervisi, gejala, kemampuan berjalan, dan indeks brachial ankle
meningkat signifikan. Program latihan disupervisi pada pasien PAD dinilai penting sebagai terapi
primer untuk meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup untuk manajemen jangka
panjang.
Kata Kunci: penyakit arteri perifer, klaudikasio intermiten, rehabilitasi, latihan olahraga
disupervisi
Abstract
Peripheral arterial disease (PAD) is a disorder that obstruct the arterial blood supply to
extremities, most commonly caused by atherosclerosis and manifests as claudicatio. Aside from
optimal medical therapy and endovascular therapy, non pharmacological managements of PAD
are proven effectively improving symptoms, increasing walking distance, and overall quality of
life. The case report describe a 58 years old male with known claudicatio intermitten due to
occlusion of left communis iliac artery. After medical therapy and percutaneous transluminal
angioplasty, the patient still symptomatic. After supervised exercise training was prescribed to
the patient, the symptom, walking distance, and ankle brachial index was improved significantly.
Rehabilitation in PAD with supervised exercise training plays significant role as primary therapy
in patients with PAD to improve functional capacity and quality of life in long term management.
Keywords: peripheral arterial disease, claudicatio intermitten, rehabilitation, supervised
exercise training
Afiliasi Penulis : Bagian Kardiologi dan Vaskuler RSUP M. Djamil Padang/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang Korespondensi: ekafithra@yahoo.com
151
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
A B
C D
Gambar 3. Doppler vaskuler pada: A. arteri femoralis komunis, B. arteri poplitea, C. arteri tibialis
anterior, dan D. plak pada arteri femoralis komunis dextra
Pemeriksaan non invasif vaskuler kanan dengan aliran arteri yang masih
evaluasi (gambar 3) menunjukkan ter- baik hingga distal. Analisis reografi
dapat oklusi pada arteri tibialis posterior doppler menunjukkan adanya klaudio-
1/3 distal tungkai kiri dengan masih kasio pada tungkai kanan dengan nilai
ditemukan aliran arteri hingga distal. ABI (Ankle Brachial Index) 0,83 dan
Pada tungkai kanan ditemukan stenosis aliran arteri yang normal pada tungkai
70%-80% pada arteri iliaka komunis kiri dengan ABI 0,94 (gambar 4).
154
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
155
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
karena timbul gejala asma bronkial. hipertensi, jenis kelamin laki-laki, umur
Hingga sesi terakhir, pasien mampu tua, hiperlipidemia, obesitas, serta ku-
berjalan di treadmill dengan kecepatan rangnya aktifitas fisik turut meningkatkan
4,1 km/jam selama 30 menit nonstop resiko penyakit tersebut.8,9
tanpa mengeluhkan nyeri. Sesi latihan Secara klinis klaudikasio dapat
kemudian dilanjutkan di kota asal pasien, didiagnosis dengan anamnesis keluhan
Medan. Ditemukan peningkatan ABI rasa tidak nyaman, kram, nyeri otot,
tungkai kiri selama program, dari 0,83 terutama pada otot betis, paha, kaki, dan
sebagai nilai acuan istirahat, hingga ABI pinggul yang timbul saat aktifitas atau
1,1 pasca latihan sesi ke-4. Dalam olahraga dan berkurang dengan isti-
evaluasi lebih lanjut, pasien melaporkan rahat. Peningkatan jarak berjalan turut
mampu berjalan dengan kecepatan 4,1 berkontribusi terhadap munculnya gejala
km/jam selama 40 menit nonstop tanpa tersebut. Adanya faktor resiko atero-
timbul nyeri. Berdasarkan hasil evaluasi sklerosis, terutama merokok dan diabe-
ter-sebut, pasien dianjurkan untuk terus tes melitus memperkuat kecurigaan su-
melakukan program latihan secara rutin atu iskemia tungkai kronik. Pemeriksaan
disertai dengan farmakoterapi dan noninvasif ABI merupakan penilaian
pengaturan pola hidup yang optimal. yang direkomendasikan untuk skrining
dan diagnosis, dimana ABI 0,9
menunjukkaan adanya suatu PAD. Pe-
PEMBAHASAN ngukuran ABI dapat dilakukan baik pada
Manajemen Klaudikasio Intermiten saat istirahat maupun setelah olahraga.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti
Klaudikasio didefinisikan sebagai
duplex ultrasound, computed tomo-
rasa tidak nyaman pada otot tungkai
graphy angiography, dan magnetic
bawah akibat aktifitas atau olahraga dan
resonance angiography, termasuk baku
berkurang dengan istirahat, disertai
emasnya, angiografi invasif, terutama
dengan kelelahan otot, nyeri, atau kram.1
berperan pada kasus yang tidak dapat
Klaudikasio merupakan gejala yang dite-
dinilai dengan ABI, serta jika revas-
mukan pada sepertiga pasien dengan
kularisasi merupakan pilihan terapi.2,5,8
penyakit arteri perifer ekstremitas ba-
Rekomendasi dari European So-
wah. Keluhan tersebut membatasi ke-
ciety of Cardiology (ESC) dan American
mampuan berjalan dan aktifitas fisik pa-
College of Cardiology and The American
sien, dan dengan sendirinya menu-
Heart Association (ACC/AHA) untuk pe-
runkan kualitas hidup pasien.
ngobatan klaudikasio meliputi beberapa
PAD yang mendasari klaudikasio
elemen, yaitu farmakoterapi, revas-
umumnya merupakan manifestasi dari
kularisasi, dan rehabilitasi olahraga serta
proses aterosklerosis pada dinding
pengendalian faktor resiko. Faktor resiko
arteri. Prevalensinya meningkat sesuai
kardiovaskuler harus ditekan, baik mela-
dengan umur dan kontribusi dari faktor
lui pola hidup, maupun dengan bantuan
resiko kardiovaskular lainnya. Merokok
medikamentosa. Program latihan olah-
dan diabetes merupakan faktor resiko
raga, khususnya dibawah pengawasan,
utama kejadian aterosklerosis pada
merupakan terapi lini pertama pada pa-
PAD, dan faktor resiko lain mencakup
sien klaudikasio. Perannya terutama un-
156
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
tuk mengurangi gejala dan mening- analisis dari 21 uji random dan non-
katkan jarak berjalan. Farmakoterapi be- random menunjukkan peningkatan 179%
rupa antiplatelet, vasodilator, antihi- jarak berjalan bebas nyeri dan 122%
pertensi, maupun golongan statin mem- jarak tempuh maksimal pada pasien
perlihatkan efek yang baik untuk mening- klaudikasio yang menjalani latihan
katkan jarak berjalan pada pasien klaudi- fisik.12,13 Peningkatan ini tidak hanya
kasio. Antiplatelet dan antikoagulan juga ditemukan pada pasien simptomatis, na-
direkomendasikan pada pasien yang te- mun juga pada pasien PAD asimp-
lah menjalani revaskularisasi untuk me- tomatis.14
ningkatkan patensi hasil tindakan.10 Re- Perbandingan antara terapi me-
vaskularisasi, baik secara endovaskuler dikamentosa optimal, program latihan,
maupun secara bedah, direkomen- serta revaskularisasi untuk pasien
dasikan pada pasien-pasien dengan klaudikasio telah banyak dilaporkan
klaudikasio sedang hingga berat, serta dalam bentuk uji klinis dan meta analisis.
tergantung pada jenis lesi, komorbiditas, Meta analisis penelitian sepanjang 1980-
fasilitas, serta pilihan pasien sendiri.2,5,8 2003 memperlihatkan peningkatan
kapasitas fungsional yang lebih
Peran Latihan Olahraga pada bermakna pada pasien yang menjalani
Klaudikasio angioplasti, sementara kualitas hidup
Panduan dari ACC/AHAdan ESC secara keseluruhan meningkat baik pada
mengenai manajemen klaudikasio, lati- grup yang menjalani angioplasti maupun
han olahraga yang disupervisi meru- grup latihan olahraga.15 Hasil serupa
pakan rekomendasi kelas IA sebagai juga ditemukan pada uji klinis random
terapi awal klaudikasio. Pasien-pasien tahun 2009, dimana peningkatan setelah
dengan klaudikasio yang menjalani 6-12 bulan sebanding antara program
latihan olahraga yang disupervisi mampu latihan disupervisi dengan revasku-
mencapai jarak berjalan tanpa nyeri larisasi, namun efek segera tampak pa-
serta jarak berjalan maksimum dua kali da pasien pasca revaskularisasi.16 Pene-
lipat lebih baik dibanding tanpa latihan. litian terbaru, CLEVER (CLaudication:
Peningkatan kapasitas fungsional ter- Exercise Versus Endoluminal Revas-
sebut meningkat secara bertahap dan cularization), yang membandingkan an-
tampak jelas pada minggu ke-4, serta tara farmakoterapi optimal, latihan disu-
meningkat secara progresif setelah 12 pervisi, dan revaskulariasi endovaskuler
minggu.2,8,11 memperlihatkan superioritas baik pro-
Parameter keberhasilan program gram latihan maupun revaskularisasi ter-
latihan klaudikasio diukur berdasarkan hadap farmakoterapi, dengan pening-
jarak berjalan tanpa nyeri, jarak berjalan katan bermakna terhadap kemampuan
maksimal, dan pengukuran kualitas hi- berjalan pada grup yang menjalani
dup. Suatu studi literatur dari database latihan, serta dengan perbaikan kualitas
Cochrane memperlihatkan bahwa pro- hidup secara umum yang lebih baik pada
gram latihan diatas dua sesi perminggu grup yang menjalani revaskularisasi.6
selama 3-12 bulan menunjukkan pening- Secara umum dapat digambarkan bah-
katan kemampuan berjalan secara kese- wa baik program latihan maupun revas-
luruhan antara 50% sampai 200%. Meta kularisasi dapat meningkatkan kapasitas
157
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
yang telah menjalani terapi medika- 6. Murphy TP, Cutlip DE, Regensteiner JG,
Mohler ER, Cohen DJ, Reynolds MR, et al.
mentosa, revaskularisasi, dan latihan Supervised exercise versus primary stenting
olahraga yang disupervisi. Pasien terse- for claudication resulting from aortoiliac
but menjalani program latihan yang disu- peripheral artery disease : six-month
outcomes from the claudication: exercise
pervisi, walaupun tidak dapat menja- versus endoluminal revascularization
lankan seluruh sesi program latihan, dan (CLEVER) study. Circulation 2012;125:130-
139.
masih terlalu dini untuk menilai pening-
katan yang dihasilkan. Walaupun begitu, 7. Stewart KJ, Hiatt WR, Regensteiner JG,
Hirsch AT. Exercise training for claudication.
pada program latihan jangka pendek NEJM 2002;347(24):1941-1950.
tersebut dapat ditemukan peningkatan, 8. Tendera M, Aboyans V, Bartelink M-L,
baik dari kemampuan berjalan, nilai ABI, Baumgartner I, Clement D, Collet J-P, et al.
maupunjarak berjalan tanpa nyeri. ESC guidelines on the diagnosis and
treatment of peripheral arterial diseases.
Latihan olahraga memainkan pe- European Heart Journal 2011; 32(22):2851-
ranan penting sebagai terapi primer pa- 2906.
da pasien dengan penyakit arteri perifer, 9. Milani RV, Lavie CJ. The role of exercise
dengan tujuan meningkatkan kapasitas training in peripheral arterial disease. Vasc
Med 2007;12:351-358.
fungsional dan kualitas hidup, terutama
10. Rooke TW, Hirsch AT, Misra S, Sidawy AN,
untuk manajemen jangka panjang. Pro- Beckman JA, Findeiss LK, et al. 2011
gram latihan olahraga, sebagai kombi- ACC/AHA Focused update of the guidelines
nasi terhadap farmakoterapi optimal dan for the management of patients with
peripheral arterial disease (updating the
revaskularisasi, merupakan standar tera- 2005 guideline). Circulation 2011; 124:2020-
pi yang direkomendasikan untuk pasien- 2045.
pasien dengan penyakit arteri perifer. 11. Parr BM, Derman EW. The effect of exercise
training in patients with peripheral vascular
DAFTAR RUJUKAN disease-a review. SAJSM 2006;18(4):116-
121.
1. Norgren L, Hiatt WR, Dormandy JA, Nehler 12. Watson L, Ellis B, Leng GC. Exercise for
MR, Harris KA, Fowkes FG, et al. TASC II intermitten claudication. Cochrane Database
inter-society consensus for the management Syst Rev 2008;4:1-55.
of peripheral arterial disease. Eur J Vasc 13. Gardner AW, Poehlman ET. Exercise
Endovasc Surg 2007;33(1):S1-75. rehabilitation programs for the treatment of
2. Hirsch AT, Haskal ZJ, Hertzer NR, Bakal claudication pain: a meta-analysis. JAMA
CW, Creager MA, Halperin JL, et al. 1995;274:975-80.
ACC/AHA 205 practice guidelines for the 14. McDermott MM, Ades P, Guralnik JM, et al:
management of patients with peripheral Treadmill exercise and resistance training in
arterial disease (lower extremity, renal, patients with peripheral arterial disease with
mesenteric, and abdominal aortic). and without intermittent claudication: a
Circulation 2006;113:e463-e654. randomized controlled trial. JAMA
3. Bistok Sihombing, Prevalensi Penyakit Arteri 2009;301:165-170.
Perifer Pada Populasi Penyakit Diabetes 15. Spronk S, Bosch JL, Veen HF, Hoed PT,
Melitus di Puskesmas Kota Medan, Hunink MGM. Intermitten claudication:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/ functional capacity and quality of life after
6331 exercise training or percutaneous
4. Mardiansyah. Data rekam medis Pusat transluminal angioplasty-systematic review.
Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta; RSNA 2005;235:833-842.
2012. 16. Spronk S, Bosch JL, Veen HF, Hoed PT,
5. White, C. Intermitten claudication. NEJM Pattynama PMT, Hunink MGM. Intermitten
2007;356:1241-1250. claudication: effectiveness of endovascular
revascularization versus supervised hospital-
160
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
161