You are on page 1of 11

MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.

id

Laporan Kasus

PERAN LATIHAN DISUPERVISI PADA PASIEN DENGAN


PENYAKIT ARTERI PERIFER EKSREMITAS BAWAH

Eka Fithra Elfi

Abstrak
Penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease, PAD) merupakan kumpulan kelainan yang
menghambat aliran darah ke ekstremitas, pada umumnya terjadi akibat aterosklerosis dan
bermanifestasi sebagai klaudikasio. Disamping terapi medikamentosa dan endovaskuler yang
optimal, manajemen non farmakologi PAD terbukti efektif mengurangi gejala, meningkatkan
kemampuan berjalan dan kualitas hidup. Telah dilaporkan laki-laki usia 58 tahun penderita
klaudikasio intermitten karena oklusi arteri iliaka komunis sinistra. Pasien masih merasakan
gejala setelah terapi medikamentosa dan angioplasty tranluminal percutaneous. Setelah
dilakukan program latihan disupervisi, gejala, kemampuan berjalan, dan indeks brachial ankle
meningkat signifikan. Program latihan disupervisi pada pasien PAD dinilai penting sebagai terapi
primer untuk meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup untuk manajemen jangka
panjang.
Kata Kunci: penyakit arteri perifer, klaudikasio intermiten, rehabilitasi, latihan olahraga
disupervisi

Abstract
Peripheral arterial disease (PAD) is a disorder that obstruct the arterial blood supply to
extremities, most commonly caused by atherosclerosis and manifests as claudicatio. Aside from
optimal medical therapy and endovascular therapy, non pharmacological managements of PAD
are proven effectively improving symptoms, increasing walking distance, and overall quality of
life. The case report describe a 58 years old male with known claudicatio intermitten due to
occlusion of left communis iliac artery. After medical therapy and percutaneous transluminal
angioplasty, the patient still symptomatic. After supervised exercise training was prescribed to
the patient, the symptom, walking distance, and ankle brachial index was improved significantly.
Rehabilitation in PAD with supervised exercise training plays significant role as primary therapy
in patients with PAD to improve functional capacity and quality of life in long term management.
Keywords: peripheral arterial disease, claudicatio intermitten, rehabilitation, supervised
exercise training

Afiliasi Penulis : Bagian Kardiologi dan Vaskuler RSUP M. Djamil Padang/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang Korespondensi: ekafithra@yahoo.com

151
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

PENDAHULUAN seperti meningkatkan jumlah kolateral,


Penyakit arteri perifer (peripheral fungsi endotel, ambilan oksigen oleh o-
arterial disease/ PAD) secara umum tot, kapasitas oksidasi otot betis, serta
menekan faktor inflamasi dan faktor
merupakan kumpulan kelainan yang
resiko kardiovaskular secara umum.7
menghambat aliran darah ke ekstremitas
Saat ini latihan dibawah pengawasan
baik atas maupun bawah, kebanyakan
merupakan rekomendasi kelas IA untuk
terjadi akibat aterosklerosis. Gejala uta-
ma dari PAD ekstremitas bawah, klaudi- manajemen awal klaudikasio.8
Presentasi kasus ini bertujuan un-
kasio intermiten, cenderung mengham-
tuk membahas peran latihan disupervisi
bat aktivitas pasien, menimbulkan keter-
pada pasien dengan penyakit arteri
gantungan terhadap orang lain, dan me-
perifer ekstremitas bawah.
nurunkan kualitas hidup pasien terse-
but.1 Prevalensinya bervariasi tergan-
tung umur, namun jumlahnya lebih tinggi LAPORAN KASUS
pada kelompok usia diatas 40 tahun
(15%-20%) Kebanyakan pasien PAD Seorang pasien laki-laki 58 tahun
(80%), adalah perokok maupun bekas dirujuk ke bagian prevensi dan reha-
perokok.2Di Indonesia, prevalensinya bilitasi PJNHK dengan keluhan utama
pada pasien diabetes mellitus mencapai nyeri pada tungkai kanan jika berjalan
44%.3 Data rekam medis Pusat Jantung jauh. Keluhan nyeri terutama dirasakan
Harapan Kita (PJNHK) menunjukkan pada tungkai bawah kanan muncul bila
jumlah pasien PAD ekstremitas bawah berjalan agak cepat dan jauh (lebih dari
sebanyak 119 pasien selama Januari 200 meter) dan berkurang dengan
2011 hingga Agustus 2012.4 istirahat. Keluhan tersebut telah
Manajemen PAD ekstremitas ba- dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Faktor
wah yang direkomendasikan saat ini ter- resiko pasien adalah hipertensi terkontrol
diri atas terapi medikamentosa optimal dengan obat sejak 1 tahun yang lalu,
(termasuk faktor resiko), latihan disuper- serta merokok 1 bungkus perhari. Pasien
visi, dan revaskularisasi endovaskular. juga dikenal dengan penyakit asma
Ketiga manajemen ini terbukti efektif bronkial dan mengkonsumsi medikasi
dalam mengurangi gejala klaudikasio, inhalasi Terbuhaler bila timbul gejala
meningkatkan jarak berjalan, dan mem- asma.
perbaiki kualitas hidup.5 Salah satu pe- Riwayat penyakit pasien dimulai
nelitian terbaru, CLEVER, menunjukkan pada tanggal 5 November 2011, dimana
bahwa latihan disupervisi dapat mening- pasien masuk perawatan PJNHK
katkan jarak berjalan maksimal (hingga dengan keluhan utama kebas pada
200% dibanding sebelum latihan), se- tungkai kiri. Sebelumnya pasien
mentara angioplasti disertai pema- menjalani perawatan selama dua minggu
sangan stent meningkatkan kualitas h- di RS Medan dengan infark miokard
idup secara keseluruhan.6 Studi-studi elevasi segmen ST anteroseptal. Pasien
lain juga memperlihatkan peran latihan kemudian didiagnosis dengan iskemia
disupervisi dalam mengurangi gejala tungkai akut derajat I karena saddle
klaudikasio melalui berbagai mekanisme, emboly infra renal dan dilakukan
thrombosuction dengan Angiojet. Pasca
152
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

perawatan trombus kembali timbul batas normal dengan cardiothoracic


sehingga pasien mendapat tambahan index (CTR)45%, tidak tampak gamba-
antikoagulan. Pada pemeriksaan lebih ran kongesti maupun infiltrat. Pemerik-
lanjut ditemukan stenosis nonsignifikan saan ekokardiografi memperlihatkan di-
pada arteri koroner LAD(left anterior mensi ruang jantung dalam batas normal
descenden) dan RCA (right coronary dengan end diastolic diameter ventrikel
artery), serta total oklusi pada arteri kiri (LVEDD) 47 mm, end systolic
iliakakomunis kiri, sehingga prosedur di- diameter (LVESD) 32 mm, fungsi
lanjutkan dengan percutaneous trans- ventrikel kiri dan kanan baik denganleft
luminal angioplasty (PTA) dan pema- ventricle ejection fraction(LVEF) 59%
sangan stent Sinus-Superflux 535 9.0- dan TAPSE 2.0 cm, ditemukan hipo-
60mm pada arteri iliaka komunis kiri kinetik segmental di dinding antero-
pada tanggal 5 Januari 2012. Sejak itu septal, serta fungsi diastolik dan katup-
pasien melaporkan keluhan kebas pada katup dalam keadaan baik.
kaki kiri berkurang jauh dan pasien
mendapat terapi rutin Aspilet 1x80 mg,
clopidogrel 1x75 mg, telmisartan 1x80
mg, simvastatin 1x20 mg, carvedilol
1x6,25 mg, dan warfarin 1x2 mg.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
keadaan umum baik, tekanan darah
lengan kanan 117/66 mmHg, lengan kiri
115/70 mmHg frekuensi nadi 75x/menit,
frekuensi nafas 16-18x/menit. Pasien ti- Gambar 1. Elektrokardiogram
dak tampak anemis maupun ikterik.
Pemeriksaan jantung menunjukkan uku-
ran jantung normal, bunyi jantung reguler
tanpa bising dan gallop, sementara pada
paru didapatkan suara nafas vesikuler,
tanpa ronki dan wheezing. Pada peme-
riksaan ekstremitas, akral hangat, tidak
tampak edema, tekanan darah di tungkai
kanan 106/60 mmHg, tungkai kiri 116/70
mmHg. Pulsasi arteri femoralis, arteri
poplitea, dan arteri dorsalis pedis kanan
dan kiri dapat diraba.
Elektrokardiogram (gambar 1) Gambar 2. Foto torak
menunjukkan irama sinus, frekuensi
QRS 78 x/menit, axis normal, P wave Pemeriksaan invasif berupa a-
normal, interval PR 160 ms, durasi QRS ngiografi koroner pada 13 Desember
8 ms, ditemukan gambaran poor R di 2011 memperlihatkan stenosis nonsig-
V1-V5, tidak ditemukan perubahan nifikan (50%) di RCA dan stenosis iregu-
segmen ST. Foto torak (gambar 2) mem- ler di proksimal LAD. Pada ekstremitas
perlihatkan ukuran siluet jantung dalam kiri ditemukan gambaran aliran normal di
153
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

ekstremitas kanan, sementara ditemu- dengan pemasangan stent pada arteri


kan total oklusi pangkal arteri iliaka tersebut.
komunis kiri, dan telah dilakukan PTA

A B

C D
Gambar 3. Doppler vaskuler pada: A. arteri femoralis komunis, B. arteri poplitea, C. arteri tibialis
anterior, dan D. plak pada arteri femoralis komunis dextra

Pemeriksaan non invasif vaskuler kanan dengan aliran arteri yang masih
evaluasi (gambar 3) menunjukkan ter- baik hingga distal. Analisis reografi
dapat oklusi pada arteri tibialis posterior doppler menunjukkan adanya klaudio-
1/3 distal tungkai kiri dengan masih kasio pada tungkai kanan dengan nilai
ditemukan aliran arteri hingga distal. ABI (Ankle Brachial Index) 0,83 dan
Pada tungkai kanan ditemukan stenosis aliran arteri yang normal pada tungkai
70%-80% pada arteri iliaka komunis kiri dengan ABI 0,94 (gambar 4).

154
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Berdasarkan klinis dan peme- lintasan dengan kecepatan 3.2 km/jam


riksaan penunjang, pasien didiagnosis selama 30 menit hingga timbul nyeri
sebagai Iskemia tungkai kronik (chronic ringan-sedang (skor klaudikasio 3-4).
limb ischemia, CLI) dengan klaudikasio Jika timbul nyeri tersebut, pasien diminta
intermiten pada tungkai kiri. Terapi far- untuk beristirahat, setelah nyeri hilang
makologis tetap rutin diberikan seperti (skor klaudikasio 1), pasien diminta
yang disebutkan sebelumnya. untuk berjalan kembali. Pola berjalan
Pasien kemudian dikirim ke intermiten tersebut dilakukan selama 30
bagian prevensi dan rehabilitasi untuk menit. Pada setiap sesi, intensitas
menjalankan rehabilitasi PAD. Sesuai ditingkatkan baik dari kecepatan, tinggi
dengan protokol dari penelitian CLEVER, treadmill, dan durasi, hingga maksimal
pasien menjalani tes jalan 6 menit untuk 50 menit dengan kecepatan maksimal
nilai awal dan dilanjutkan dengan 4,8 km/jam dan elevasi 15%, atau sesuai
pemanasan. Program latihan dimulai toleransi maksimal dari pasien (tabel 1).
dengan jalan biasa di treadmill atau di

Gambar 4. ABI sebelum program latihan pada pasien

Tabel 1. Profil latihan disupervisi pada pasien

Profil 6MWT Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV


Jarak berjalan 200 m 1,5 km 1,7 km 1,9 km 2,2 km
Kecepatan 3,6 km/jam 3,8 km/jam 4,0 km/jam 4,1 km/jam
Onset bebas nyeri - 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
ABI 0,83 0,80 0,85 0,90 0,96

Pada pasien ini sesi rehabilitasi Intensitas dapat ditingkatkan bertahap,


hanya dapat dijalankan sebanyak 4 kali. namun durasi tidak bisa ditingkatkan

155
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

karena timbul gejala asma bronkial. hipertensi, jenis kelamin laki-laki, umur
Hingga sesi terakhir, pasien mampu tua, hiperlipidemia, obesitas, serta ku-
berjalan di treadmill dengan kecepatan rangnya aktifitas fisik turut meningkatkan
4,1 km/jam selama 30 menit nonstop resiko penyakit tersebut.8,9
tanpa mengeluhkan nyeri. Sesi latihan Secara klinis klaudikasio dapat
kemudian dilanjutkan di kota asal pasien, didiagnosis dengan anamnesis keluhan
Medan. Ditemukan peningkatan ABI rasa tidak nyaman, kram, nyeri otot,
tungkai kiri selama program, dari 0,83 terutama pada otot betis, paha, kaki, dan
sebagai nilai acuan istirahat, hingga ABI pinggul yang timbul saat aktifitas atau
1,1 pasca latihan sesi ke-4. Dalam olahraga dan berkurang dengan isti-
evaluasi lebih lanjut, pasien melaporkan rahat. Peningkatan jarak berjalan turut
mampu berjalan dengan kecepatan 4,1 berkontribusi terhadap munculnya gejala
km/jam selama 40 menit nonstop tanpa tersebut. Adanya faktor resiko atero-
timbul nyeri. Berdasarkan hasil evaluasi sklerosis, terutama merokok dan diabe-
ter-sebut, pasien dianjurkan untuk terus tes melitus memperkuat kecurigaan su-
melakukan program latihan secara rutin atu iskemia tungkai kronik. Pemeriksaan
disertai dengan farmakoterapi dan noninvasif ABI merupakan penilaian
pengaturan pola hidup yang optimal. yang direkomendasikan untuk skrining
dan diagnosis, dimana ABI 0,9
menunjukkaan adanya suatu PAD. Pe-
PEMBAHASAN ngukuran ABI dapat dilakukan baik pada
Manajemen Klaudikasio Intermiten saat istirahat maupun setelah olahraga.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti
Klaudikasio didefinisikan sebagai
duplex ultrasound, computed tomo-
rasa tidak nyaman pada otot tungkai
graphy angiography, dan magnetic
bawah akibat aktifitas atau olahraga dan
resonance angiography, termasuk baku
berkurang dengan istirahat, disertai
emasnya, angiografi invasif, terutama
dengan kelelahan otot, nyeri, atau kram.1
berperan pada kasus yang tidak dapat
Klaudikasio merupakan gejala yang dite-
dinilai dengan ABI, serta jika revas-
mukan pada sepertiga pasien dengan
kularisasi merupakan pilihan terapi.2,5,8
penyakit arteri perifer ekstremitas ba-
Rekomendasi dari European So-
wah. Keluhan tersebut membatasi ke-
ciety of Cardiology (ESC) dan American
mampuan berjalan dan aktifitas fisik pa-
College of Cardiology and The American
sien, dan dengan sendirinya menu-
Heart Association (ACC/AHA) untuk pe-
runkan kualitas hidup pasien.
ngobatan klaudikasio meliputi beberapa
PAD yang mendasari klaudikasio
elemen, yaitu farmakoterapi, revas-
umumnya merupakan manifestasi dari
kularisasi, dan rehabilitasi olahraga serta
proses aterosklerosis pada dinding
pengendalian faktor resiko. Faktor resiko
arteri. Prevalensinya meningkat sesuai
kardiovaskuler harus ditekan, baik mela-
dengan umur dan kontribusi dari faktor
lui pola hidup, maupun dengan bantuan
resiko kardiovaskular lainnya. Merokok
medikamentosa. Program latihan olah-
dan diabetes merupakan faktor resiko
raga, khususnya dibawah pengawasan,
utama kejadian aterosklerosis pada
merupakan terapi lini pertama pada pa-
PAD, dan faktor resiko lain mencakup
sien klaudikasio. Perannya terutama un-
156
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

tuk mengurangi gejala dan mening- analisis dari 21 uji random dan non-
katkan jarak berjalan. Farmakoterapi be- random menunjukkan peningkatan 179%
rupa antiplatelet, vasodilator, antihi- jarak berjalan bebas nyeri dan 122%
pertensi, maupun golongan statin mem- jarak tempuh maksimal pada pasien
perlihatkan efek yang baik untuk mening- klaudikasio yang menjalani latihan
katkan jarak berjalan pada pasien klaudi- fisik.12,13 Peningkatan ini tidak hanya
kasio. Antiplatelet dan antikoagulan juga ditemukan pada pasien simptomatis, na-
direkomendasikan pada pasien yang te- mun juga pada pasien PAD asimp-
lah menjalani revaskularisasi untuk me- tomatis.14
ningkatkan patensi hasil tindakan.10 Re- Perbandingan antara terapi me-
vaskularisasi, baik secara endovaskuler dikamentosa optimal, program latihan,
maupun secara bedah, direkomen- serta revaskularisasi untuk pasien
dasikan pada pasien-pasien dengan klaudikasio telah banyak dilaporkan
klaudikasio sedang hingga berat, serta dalam bentuk uji klinis dan meta analisis.
tergantung pada jenis lesi, komorbiditas, Meta analisis penelitian sepanjang 1980-
fasilitas, serta pilihan pasien sendiri.2,5,8 2003 memperlihatkan peningkatan
kapasitas fungsional yang lebih
Peran Latihan Olahraga pada bermakna pada pasien yang menjalani
Klaudikasio angioplasti, sementara kualitas hidup
Panduan dari ACC/AHAdan ESC secara keseluruhan meningkat baik pada
mengenai manajemen klaudikasio, lati- grup yang menjalani angioplasti maupun
han olahraga yang disupervisi meru- grup latihan olahraga.15 Hasil serupa
pakan rekomendasi kelas IA sebagai juga ditemukan pada uji klinis random
terapi awal klaudikasio. Pasien-pasien tahun 2009, dimana peningkatan setelah
dengan klaudikasio yang menjalani 6-12 bulan sebanding antara program
latihan olahraga yang disupervisi mampu latihan disupervisi dengan revasku-
mencapai jarak berjalan tanpa nyeri larisasi, namun efek segera tampak pa-
serta jarak berjalan maksimum dua kali da pasien pasca revaskularisasi.16 Pene-
lipat lebih baik dibanding tanpa latihan. litian terbaru, CLEVER (CLaudication:
Peningkatan kapasitas fungsional ter- Exercise Versus Endoluminal Revas-
sebut meningkat secara bertahap dan cularization), yang membandingkan an-
tampak jelas pada minggu ke-4, serta tara farmakoterapi optimal, latihan disu-
meningkat secara progresif setelah 12 pervisi, dan revaskulariasi endovaskuler
minggu.2,8,11 memperlihatkan superioritas baik pro-
Parameter keberhasilan program gram latihan maupun revaskularisasi ter-
latihan klaudikasio diukur berdasarkan hadap farmakoterapi, dengan pening-
jarak berjalan tanpa nyeri, jarak berjalan katan bermakna terhadap kemampuan
maksimal, dan pengukuran kualitas hi- berjalan pada grup yang menjalani
dup. Suatu studi literatur dari database latihan, serta dengan perbaikan kualitas
Cochrane memperlihatkan bahwa pro- hidup secara umum yang lebih baik pada
gram latihan diatas dua sesi perminggu grup yang menjalani revaskularisasi.6
selama 3-12 bulan menunjukkan pening- Secara umum dapat digambarkan bah-
katan kemampuan berjalan secara kese- wa baik program latihan maupun revas-
luruhan antara 50% sampai 200%. Meta kularisasi dapat meningkatkan kapasitas
157
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

fungsional dan memperbaiki kualitas hi- enzim oksidatif, berkurangnya kadar


dup untuk pasien-pasien PAD. acylcarnitine.
Mekanisme fisiologis latihan ter- 3. Meningkatnya daya tahan dan kekua-
hadap perbaikan gejala klaudikasio be- tan otot
lum sepenuhnya dimengerti, namun be- 4. Berkurangnya persepsi nyeri
berapa penelitian menunjukkan kemung- 5. Perbaikan fungsi endotel
kinan efek yang ditimbulkan ditunjukkan 6. Peningkatan kolateral
oleh gambar 5 dan dijabarkan sebagai 7. Berkurangnya viskositas darah
berikut:9,17,18,19,20 8. Berkurangnya faktor inflamasi siste-mik
1. Meningkatnya efisiensi konsumsi oksi- 9. Memperbaiki faktor kardiovaskuler
gen oleh jaringan otot karena modifi- lainnya: berkurangnya tekanan darah,
kasi pola berjalan sehingga dibutuh- resistensi insulin, faktor inflamasi (hs-
kan energi yang lebih sedikit. CRP), depresi dan stres psikososial,
2. Meningkatnya kemampuan metabo- obesitas, serta perbaikan pada fungsi
lisme otot: meningkatnya kapasitas otonom, reologi darah, dan profil lipid.

Gambar 5. Mekanisme peran latihan pada pasien PAD dengan klaudikasio9


158
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Program latihan menggunakan mia miokard. Pengukuran tekanan da-


treadmill atau lintasan untuk pasien rah, denyut nadi, dan elektrokardiogram
dengan klaudikasiotercantum pada tabel 12 lead sebaiknya dilakukan selama la-
2.21 Program latihan terdiri atas 3-5 sesi tihan. Target program adalah pening-
per minggu selama 12-24 minggu. katan jarak tempuh maksimal dan jarak
Latihan dijalankan dibawah pengawasan berjalan tanpa nyeri.Setelah program
dengan pengukuran objektif terhadap ke- yang disupervisi selesai, progam latihan
luhan klaudikasio, jarak dan lama ber- dilanjutkan dirumah dengan pola yang
jalan maksimal, serta tanda-tanda iske- sama.

Tabel 2. Program latihan PAD (3 sesi/minggu, 12-24 minggu)

Fase Beban kerja awal (sesuai uji Treadmill)


awal Pemanasan 5 menit
Dimulai 3.2 km/jam (Treadmill)
Dihentikan bila skala klaudikasio 4-5 (dalam 5 menit), dan pasien istirahat
(duduk)
Dilanjutkan kembali setelah skala klaudikasio 1
Latihan dilakukan selama 15-30 menit (intermitten)
Pendinginan 5 menit
Fase Pada sesi berikutnya, lama berjalan ditingkatkan 5 menit pada setiap sesi
lanjutan sehingga total waktu latihan mencapai 50 menit
Tahap 1 : ditingkatkan elevasi 2% sampai 10%
Tahap 2 : ditingkatkan kecepatan 0,3 km/jam sampai 4,8 km/jam
Tahap 3 : ditingkatkan elevasi 12 %, 14 %, dan 15 %
Tahap 4 : ditingkatkan kecepatan 0.3 km/jam sesuai toleransi pasien
Aktivitas Jalan di rumah 30-60 menit minimal 2 kali per minggu
harian
Skala klaudikasio: 1=tidak ada nyeri; 2=onset klaudikasio; 3=nyeri ringan; 4=nyeri
sedang; 5=nyeri hebat
Dikutip dari 20

Keterbatasan pada program latihan program tambahan (adjuvant), sehingga


ini terutama diakibatkan oleh adanya ko- tidak menimbulkan minat yang tinggi
morbiditas. Penyakit otot, sendi, dan sa- untuk menyelesaikan program.8 Semen-
raf merupakan faktor penghambat untuk tara program latihan akan lebih efektif
latihan. Penyakit jantung ataupun paru jika diimplentasikan jangka panjang.
kronik menurunkan kapasitas fungsional Salah satu metode untuk mengatasinya
sehingga pasien tidak dapat mencapai adalah dengan memberikan program
tingkatan latihan yang diharapkan. Ku- latihan rumah yang terukur dan dimonitor
rangnya kesediaan pasien untuk menja- dengan baik, yang memberikan hasil
lani program latihan menyebabkan hasil serupa dengan program latihan dibawah
yang latihan yang tidak sesuai dengan supervisi.22
data dari berbagai penelitian. Umumnya SIMPULAN
ini timbul karena pasien tidak me-
nganggap program latihan ini sebagai Telah dilaporkan kasus seorang
suatu terapi, namun hanya sebagai laki-laki 58 tahun dengan klaudikasio
intermiten pada iskemia tungkai kronik
159
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

yang telah menjalani terapi medika- 6. Murphy TP, Cutlip DE, Regensteiner JG,
Mohler ER, Cohen DJ, Reynolds MR, et al.
mentosa, revaskularisasi, dan latihan Supervised exercise versus primary stenting
olahraga yang disupervisi. Pasien terse- for claudication resulting from aortoiliac
but menjalani program latihan yang disu- peripheral artery disease : six-month
outcomes from the claudication: exercise
pervisi, walaupun tidak dapat menja- versus endoluminal revascularization
lankan seluruh sesi program latihan, dan (CLEVER) study. Circulation 2012;125:130-
139.
masih terlalu dini untuk menilai pening-
katan yang dihasilkan. Walaupun begitu, 7. Stewart KJ, Hiatt WR, Regensteiner JG,
Hirsch AT. Exercise training for claudication.
pada program latihan jangka pendek NEJM 2002;347(24):1941-1950.
tersebut dapat ditemukan peningkatan, 8. Tendera M, Aboyans V, Bartelink M-L,
baik dari kemampuan berjalan, nilai ABI, Baumgartner I, Clement D, Collet J-P, et al.
maupunjarak berjalan tanpa nyeri. ESC guidelines on the diagnosis and
treatment of peripheral arterial diseases.
Latihan olahraga memainkan pe- European Heart Journal 2011; 32(22):2851-
ranan penting sebagai terapi primer pa- 2906.
da pasien dengan penyakit arteri perifer, 9. Milani RV, Lavie CJ. The role of exercise
dengan tujuan meningkatkan kapasitas training in peripheral arterial disease. Vasc
Med 2007;12:351-358.
fungsional dan kualitas hidup, terutama
10. Rooke TW, Hirsch AT, Misra S, Sidawy AN,
untuk manajemen jangka panjang. Pro- Beckman JA, Findeiss LK, et al. 2011
gram latihan olahraga, sebagai kombi- ACC/AHA Focused update of the guidelines
nasi terhadap farmakoterapi optimal dan for the management of patients with
peripheral arterial disease (updating the
revaskularisasi, merupakan standar tera- 2005 guideline). Circulation 2011; 124:2020-
pi yang direkomendasikan untuk pasien- 2045.
pasien dengan penyakit arteri perifer. 11. Parr BM, Derman EW. The effect of exercise
training in patients with peripheral vascular
DAFTAR RUJUKAN disease-a review. SAJSM 2006;18(4):116-
121.
1. Norgren L, Hiatt WR, Dormandy JA, Nehler 12. Watson L, Ellis B, Leng GC. Exercise for
MR, Harris KA, Fowkes FG, et al. TASC II intermitten claudication. Cochrane Database
inter-society consensus for the management Syst Rev 2008;4:1-55.
of peripheral arterial disease. Eur J Vasc 13. Gardner AW, Poehlman ET. Exercise
Endovasc Surg 2007;33(1):S1-75. rehabilitation programs for the treatment of
2. Hirsch AT, Haskal ZJ, Hertzer NR, Bakal claudication pain: a meta-analysis. JAMA
CW, Creager MA, Halperin JL, et al. 1995;274:975-80.
ACC/AHA 205 practice guidelines for the 14. McDermott MM, Ades P, Guralnik JM, et al:
management of patients with peripheral Treadmill exercise and resistance training in
arterial disease (lower extremity, renal, patients with peripheral arterial disease with
mesenteric, and abdominal aortic). and without intermittent claudication: a
Circulation 2006;113:e463-e654. randomized controlled trial. JAMA
3. Bistok Sihombing, Prevalensi Penyakit Arteri 2009;301:165-170.
Perifer Pada Populasi Penyakit Diabetes 15. Spronk S, Bosch JL, Veen HF, Hoed PT,
Melitus di Puskesmas Kota Medan, Hunink MGM. Intermitten claudication:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/ functional capacity and quality of life after
6331 exercise training or percutaneous
4. Mardiansyah. Data rekam medis Pusat transluminal angioplasty-systematic review.
Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta; RSNA 2005;235:833-842.
2012. 16. Spronk S, Bosch JL, Veen HF, Hoed PT,
5. White, C. Intermitten claudication. NEJM Pattynama PMT, Hunink MGM. Intermitten
2007;356:1241-1250. claudication: effectiveness of endovascular
revascularization versus supervised hospital-

160
MKA, Volume 37, Nomor 2, Agustus 2014 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

based exercise training-randomized cardiology: a companion to braunwalds


controlled trial. RSNA 2009;250(2):586-595. heart disease. Philadelphia. Elsevier
Saunders;2011:541-551.
17. Hiatt WR, Wolfel EE, Meier RH,
Regensteiner JG. Superiority of treadmill 20. Whyte JJ, Laughlin MH. The effect of acute
walking exercise versus strength training for and chronic exercise on the vasculature.
patients with peripheral arterial disease. Acta Physiol 2010;199(4):441-450
Implications for the mechanism of the
21. Bronas UG, Hirshc AT, Murphy T, Badenhop
training response. Circulation 1994;90:1866-
D, Collins TC, Ehrman JK, et al. Design of
1874.
the multicenter standardized supervised
18. Hamburg NM, Balady GJ. Exercise exercise training intervention for the
rehabilitation in peripheral artery disease : CLEVER study. Vasc Med 2009;14:313-321.
functional impact and mechanism of benefits.
22. Gardner AW, Parker DE, Montgomery PS,
Circulation 2011; 123:87-97.
Scott KJ, Blevins SM. Efficacy of quantified
19. Stewart KJ, Ratchford EV, Williams MA. home-based exercise and supervised
Exercise for restoring health and preventing exercise in patients with intermitten
vascular disease. In : Blumenthal RS, Foody claudication. Circulation 2011;123:491-498
JM, Wong ND, editors. Preventive

161

You might also like