You are on page 1of 167

DISERTASI

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS


(Garcinia mangostana L.) DAN PELATIHAN FISIK
MENURUNKAN STRES OKSIDATIF PADA TIKUS
WISTAR (Rattus norvegicus) SELAMA
AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

I NYOMAN ARSANA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
DISERTASI

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS


(Garcinia mangostana L.) DAN PELATIHAN FISIK
MENURUNKAN STRES OKSIDATIF PADA TIKUS
WISTAR (Rattus norvegicus) SELAMA
AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

I NYOMAN ARSANA
NIM : 1090271004

PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

ii
EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.) DAN PELATIHAN FISIK
MENURUNKAN STRES OKSIDATIF PADA
TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) SELAMA
AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor


pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Kedokteran,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

I NYOMAN ARSANA
NIM : 1090271004

PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

iii
iv
Disertasi Ini Telah Dinilai Pada Ujian Tertutup

Tanggal : 7 Januari 2014

Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana No: 0055/UN14.4/HK/2014 Tanggal. 3 Januari 2014

Ketua : Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, Sp.Biok

Anggota :

1. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH

2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc.Sp.And

3. Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil

4. Prof. Dr. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc

5. Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS.

6. Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd

7. Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si

v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa karena
atas Asung Wara Nugraha-Nya Penulis dapat menyelesaikan disertasi yang
berjudul Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Pelatihan
Fisik Menurunkan Stes Oksidatif Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Selama
Aktivitas Fisik Maksimal, tepat pada waktunya.
Disertasi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari
semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. dr. N. Adiputra,
MOH, selaku Promotor yang dengan penuh perhatian telah memberikan
dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program
doktor, khususnya dalam penyelesaian disertasi ini. Terima kasih sebesar-
besarnya juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc.
Sp.And selaku Kopromotor I, serta Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil
selaku Kopromotor II, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr Ketut Suastika, Sp.PD-KE. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor
di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S
(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
Program Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa
pula penulis ucapkan terima kasih kepada Asdir I yang dijabat oleh Prof. Dr.
Made Budiarsa, M.A., dan Asdir II yang dijabat oleh Prof. Made Sudiana
Mahendra, Ph.D, serta Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran yang dijabat oleh
Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si atas ijin yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan program Doktor. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ida Bagus Dharmika, MA, selaku
Rektor Universitas Hindu Indonesia, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sucipta, M.P selaku
Koordinator Kopertis Wilayah VIII Denpasar, atas ijin yang diberikan sehingga
penulis dapat melanjutkan pendidikan di Program Doktor Universitas Udayana.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para
penguji disertasi, yaitu Prof. Dr. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc, Prof. dr. Nyoman
Agus Bagiada, Sp.Biok. Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS., Prof. Dr. Ni
Putu Ristiati, M.Pd, dan Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si, yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga disertasi ini dapat
terwujud seperti ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Tim Managemen Program Doktor yang telah memberikan bantuan
finansial dalam bentuk BPPS serta bantuan dana penelitian dalam bentuk Hibah
Bersaing Tahun 2013 sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan
studi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing

vii
penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga kepada semua
teman-teman di Program Studi S3 Ilmu kedokteran khususnya angkatan 2010
yang telah memberikan semangat dan kekuatan baru dalam menyelesaikan
pendidikan ini.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibunda tercinta; I
Nengah Wedera (alm.) dan Ni Ketut Mirti, yang telah mengasuh dan
membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana
demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada isteri tercinta Ni Luh Ayu Tirta,
serta anak-anak tersayang; Putu Cyndi Ariesta Satyawati, Made Pranajaya
Dibyacita, dan Komang Pranacita Kartajaya, yang dengan penuh pengorbanan
telah memberikan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan
disertasi ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian disertasi
ini, serta kepada kita semua.

Denpasar, Februari 2014


I Nyoman Arsana

viii
ABSTRAK

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN


PELATIHAN FISIK MENURUNKAN STRES OKSIDATIF PADA TIKUS
WISTAR (Rattus norvegicus) SELAMA AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

Stres oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi


radikal bebas atau Reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan, di mana
kadar radikal bebas lebih tinggi dibandingkan antioksidan. Salah satu penyebab
stres oksidatif adalah aktivitas fisik maksimal. Stres oksidatif dapat dikurangi
dengan pemberian antioksidan. Salah satu sumber antioksidan adalah kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peran ekstrak kulit buah manggis dan pelatihan fisik dalam menurunkan
Malondialdehyde (MDA), meningkatkan Superoxide dismutase (SOD), dan
Glutathione Peroxidase (GPx) pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama
aktivitas fisik maksimal.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan
Faktorial 6 x 2 dengan empat kali ulangan sehingga terdapat 48 unit penelitian.
Setiap unit terdiri atas satu sampel sehingga diperlukan 48 ekor tikus. Perlakuan
pertama adalah ekstrak kulit buah manggis dengan dosis: 0; 50; 100; 200; 300,
dan 400 mg/kgbb/hari selama empat minggu. Perlakuan kedua adalah pelatihan
fisik yaitu; tanpa pelatihan fisik dan dengan pelatihan fisik. Pada akhir penelitian
dilakukan pengukuran terhadap kadar MDA, SOD dan GPx darah. Data dianalisis
dengan Generalized Linear Model (GLZ), regresi kuadratik, dan analisis jalur.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas Hindu Indonesia,
Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Udayana, dan di Laboratorium Pangan-Gizi Pusat Antar Universitas, UGM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar MDA, SOD, dan GPx
berbeda secara signifikan (p<0,05) setelah pemberian ekstrak maupun setelah
pelatihan fisik. Ekstrak dan pelatihan fisik secara bersama-sama juga
menunjukkan pengaruh yang signifikan (p<0,05). Namun demikian, pada dosis 0
sampai dengan 300 mg/kg bb, MDA tercatat lebih tinggi sementara SOD dan GPx
lebih rendah secara signifikan (p<0,05) pada pelatihan fisik dibandingkan tanpa
pelatihan. Sedangkan pada dosis 400 mg/kg bb MDA tercatat lebih rendah
(p>0,05), sementara SOD dan GPx terdeteksi lebih tinggi secara signifikan
(p<0,05) pada pelatihan fisik dibandingkan tanpa pelatihan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelatihan fisik dengan ekstrak kulit
buah manggis dapat menurunkan stres oksidatif melalui penurunan MDA, serta
peningkatan baik SOD dan GPx.

Kata Kunci: Garcinia mangostana L, Pelatihan fisik, Stres oksidatif, MDA,


SOD, dan GPx.

ix
ABSTRACTS
MANGOSTEEN (Garcinia mangostana L.) RIND EXTRACT AND
PHYSICAL TRAINING REDUCE OXIDATIVE STRESS IN WISTAR
RATS (Rattus norvegicus) DURING MAXIMUM PHYSICAL ACTIVITY

Oxidative stress is a condition caused by the imbalance between the


production of free radicals or ROS and the antioxidants; the level of free radicals
is higher than the antioxidants. The maximum physical activity is one of the
causes of this oxidative stress. However, it can be reduced by antioxidants found
is mangosteen rind (Garcinia mangostana L). Therefore, due to this concern, this
study aims at investigating the role of the extract of mangosteen rind and the
physical training in reducing MDA, increasing SOD and GPx during a maximum
physical activity.
In this study, a randomized block design was utilized with 6 x 2 factorial
patterns in four times of repetitions, as the result, there were 48 research units.
Every unit consisted of one sample so that overall there were 48 rats as research
subjects. The first experiment was the treatments using the extract of the
mangosteen rind by determining the following dosages; 0, 50, 100; 200; 300, and
400 mg/kg of bodyweight/day for four weeks. The second was the treatments by
the physical training; without and with the physical training. In the end of the
research, the assessment to the contents of MDA, SOD and GPx of blood was
conducted. The data then was analyzed by utilizing the Generalized Linear Model
(GLZ), quadratic regression and path analysis. The experiment was conducted at
the Biology Laboratory of Hindu Indonesia University, the Agricultural Product
Technology Laboratory of Udayana University, and Center of Inter-University
Food-Nutrition Laboratory of UGM.
As a results, it was found that the average level of MDA, SOD and GPx
contents differ significantly (p<0.05) after the extracts has been given as well as
after the physical training. The extracts and the physical training concurrently
showed a significant effect (p<0.05). Nonetheless, from 0 to 300 mg/kg of
bodyweight dosages it was recorded that MDA is in the higher level while SOD
and GPx are in the lower level significantly (p<0.05) if with physical training than
without physical training. However, by giving 400 mg/kg of bodyweight dosages,
it was recorded MDA is lower (p>0.05), while SOD and GPx are higher
significantly (p<0.05) if with physical training than if without physical training.
In general, it could be concluded that the physical training combined with
the extract of mangosteen rind reduce oxidative stress by the reduction of MDA
and the increasing of SOD and GPx.

Keywords: Garcinia mangostana L, Physical Training, Oxidative Stress, MDA,


SOD, and GPx.

x
RINGKASAN

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN


PELATIHAN FISIK MENURUNKAN STRES OKSIDATIF PADA TIKUS
WISTAR (Rattus norvegicus) SELAMA AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

Stres oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi


radikal bebas atau ROS dengan antioksidan, di mana kadar radikal bebas lebih
tinggi dibandingkan antioksidan. Radikal bebas dapat berasal dari luar tubuh,
dapat juga terbentuk di dalam tubuh sebagai bagian integral dari proses fisiologis
seperti saat pembentukan energi dalam mitokondria melalui oksidasi fosforilasi.
Sumber utama ROS dari dalam tubuh adalah oksidasi fosforilasi akibat melakukan
aktivitas fisik maksimal. Selama aktivitas fisik, ROS terbentuk sebagai produk
samping reaksi oksidasi fosforilasi untuk membentuk energi dalam bentuk
Adenosine TriPhosphate (ATP) dalam rantai transport elektron pada mitokondria.
Proses tersebut membutuhkan O2, tetapi tidak semua O2 berikatan dengan
hidrogen untuk membentuk air, sekitar 4% s.d. 5% dari oksigen yang dikonsumsi
berubah menjadi ROS.
Reactive oxygen species dapat diredam dengan pemberian antioksidan,
namun demikian, pemberian antioksidan dalam olah raga masih belum mampu
meningkatkan prestasi atlit. Antioksidan sintetis juga telah diyakini mempunyai
efek yang luas, sehingga saat ini ada kecenderungan masyarakat beralih
menggunakan bahan alami untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisiknya
dan akibatnya eksplorasi bahan alami yang mempunyai kemampuan sebagai
antioksidan banyak dilakukan. Salah satu sumber antioksidan adalah kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L). Namum demikian, penelitian secara invivo
khususnya penggunaan ekstrak kulit buah manggis dalam olahraga masih relatif
kurang. Kulit buah manggis yang berpotensi sebagai sumber antioksidan alami
belum dimanfaatkan secara optimal tetapi terbuang sebagai limbah pertanian. Jika
limbah tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal maka akan memberikan nilai
tambah produk pertanian tersebut. Oleh karena itu, penggunaan ekstrak kulit buah
manggis sebagai sumber antioksidan dalam olahraga masih perlu diteliti lebih
lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekstrak kulit buah
manggis dan pelatihan fisik dalam menurunkan MDA, meningkatkan SOD, dan
GPx pada tikus Wistar selama aktivitas fisik maksimal.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan
Faktorial 6 x 2 dengan empat kali ulangan sehingga terdapat 48 unit penelitian.
Perlakuan pertama berupa ekstrak kulit buah manggis dengan dosis; 0; 50; 100;
200; 300, dan 400 mg/kgbb/hari selama empat minggu. Perlakuan kedua adalah
pelatihan fisik yaitu tanpa pelatihan fisik dan pelatihan fisik berupa renang 30
menit, lima kali per minggu, selama empat minggu. Sampel berupa tikus wistar
jantan umur 12 minggu dengan berat 216g s.d. 258g masing-masing satu ekor
pada setiap unit penelitian. Variabel yang diamati yaitu MDA, SOD, dan GPx
darah yang diambil pada akhir penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis GLZ, regresi kuadratik, dan analisis jalur. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Universitas Hindu Indonesia, Laboratorium Analisi Hasil
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, dan Laboratorium
Pangan-Gizi Pusat Antar Universitas, UGM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis dosis; 0; 50; 100;
200; 300, dan 400 mg/kgbb/hari selama empat minggu menurunkan MDA,
meningkatkan SOD, dan GPx secara signifikan (P<0,05). Rata-rata MDA
berturut-turut 8,500,30; 7,500,26; 4,770,17; 3,910,14; 3,490,12, dan
2,780,10 nmol/ml. Sedangkan, SOD berturut-turut 52,400,39; 57,620,42;
63,900,47; 71,980,53; 75,900,56, dan 81,350,60%. Sementara itu, GPx
berturut-turut 14,620,11; 16,410,12; 25,810,19; 29,100,21; 31,040,23, dan
34,970,25 U/ml. Kondisi tersebut terjadi karena senyawa yang terkandung dalam
ekstrak kulit buah manggis, disamping bekerja sebagai antioksidan dengan cara
mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas, juga dapat bekerja sebagai
inducer yang akan memicu ekspresi gen penyandi antioksidan melalui aktivasi
Nrf2. Pelatihan meningkatkan MDA, menurunkan SOD, dan GPx secara
signifikan (P<0,05). MDA meningkat dari 3,850,08 menjadi 5,880,12
nmol/ml, SOD menurun dari 72,090,31 menjadi 61,170,26%, dan GPx
menurun dari 29,870,13 menjadi 19,430,08 U/ml. Ada indikasi bahwa takaran
pelatihan yang tidak tepat, di mana intensitas pelatihan berlebih sementara durasi
kurang sehingga perlakuan tersebut lebih menyerupai olahraga akut yang
meningkatkan produksi radikal bebas. Kondisi tersebut tidak dapat dijadikan
sebagai mekanisme adaptasi untuk memicu ekspresi gen penyandi antioksidan
melalui aktivasi Nrf2. Ekstrak kulit buah manggis dan pelatihan fisik menurunkan
MDA, meningkatkan SOD, dan GPx secara signifikan (P<0,05). Namun
demikian, pada dosis 0 mg/kg bb sampai 300 mg/kg bb, MDA tercatat lebih tinggi
(P<0,05) pada pelatihan fisik dibandingkan dengan tanpa pelatihan fisik,
sedangkan pada dosis 400 mg/kg bb MDA tercatat lebih rendah pada pelatihan
fisik dibandingkan dengan tanpa pelatihan fisik (P>0,05). Sementara itu, ekstrak
dosis 0 mg/kg bb sampai 300 mg/kg bb menyebabkan SOD dan GPx lebih rendah
(P<0,05) pada pelatihan fisik dibandingkan dengan tanpa pelatihan fisik, namun
pada dosis 400 mg/kg bb SOD dan GPx terdeteksi lebih tinggi (P<0,05) pada
pelatihan fisik dibandingkan dengan tanpa pelatihan fisik. Hal ini
mengindikasikan bahwa terjadi interaksi antara pelatihan fisik dengan ekstrak
kulit buah manggis untuk menimbulkan efek bersama yang menguntungkan
yaitu menurunkan stres oksidatif melalui penurunan kadar MDA, peningkatan
baik SOD maupun GPx, di mana peran ekstrak lebih besar dibandingkan
pelatihan fisik.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelatihan fisik disertai pemberian
ekstrak kulit buah manggis dapat menurunkan stres oksidatif melalui penurunan
MDA, serta peningkatan baik SOD maupun GPx.

xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ii
PRASYARAT GELAR. iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI . v
UCAPAN TERIMAKASIH... vii
ABSTRAK.. ix
ABSTRACT x
RINGKASAN. xi
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABELxvi
DAFTAR GAMBAR.. xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG xix
DAFTAR LAMPIRAN.. xxi
BAB I PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Rumusan Masalah..9
1.3 Tujuan Penelitian... 10
1.3.1 Tujuan umum 10
1.3.2 Tujuan khusus... 10
1.4 Manfaat Penelitian......... 11
1.4.1 Manfaat teoritis......... 11
1.4.2 Manfaat praktis......... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 12
2.1 Pelatihan Fisik....12
2.1.1 Metabolisme energi dalam olahraga.. 18
2.1.2 Manfaat olahraga bagi kesehatan ..20
2.2 Stres Oksidatif .. 21
2.2.1 Reactive Oxygen Species (ROS).... 22
2.2.2 Antioksidan 27

xiii
2.2.2.1 Superoxide dismutase ... 27
2.2.2.2 Glutathione peroxidase. 28
2.3 Tinjauan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).29
2.3.1 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis.. 35
2.4 Mekanisme Aktivasi Gen Penyandi Antioksidan.. 39
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN... 48
3.1 Kerangka Berpikir..48
3.2 Konsep Penelitian ..... 50
3.3 Hipotesis Penelitian... 50
BAB IV METODE PENELITIAN... 52
4.1 Rancangan Penelitian.52
4.2 Populasi, Sampel, dan Unit Penelitian...52
4.2.1 Populasi.... 52
4.2.2 Kriteria sampel..52
4.2.3 Unit penelitian ..53
4.3 Variabel Penelitian.....54
4.3.1 Variabel bebas ................. 54
4.3.2 Variabel tergantung . 54
4.3.3 Variabel kendali 54
4.3.4 Hubungan antar variabel.. 55
4.3.5 Definisi operasional variabel 55
4.4 Bahan Penelitian 57
4.5 Alat Penelitian57
4.6 Tempat Penelitian.. 57
4.7 Prosedur Penelitian 58
4.8 Alur Penelitian... 62
4.9 Analisis Data..62
BAB V HASIL PENELITIAN... 65
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian. 65

xiv
5.2 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). 65
5.3 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Pelatihan Fisik. 67
5.4 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus
Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dan Pelatihan Fisik. 67
5.5 Analisis Jalur Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) dan Pelatihan Fisik 72
BAB VI PEMBAHASAN.. 76
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian 76
6.2 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.)... 78
6.3 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Pelatihan Fisik. 83
6.4 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dan Pelatihan Fisik. 88
6.5 Analisis Jalur Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Suplementasi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) dan Pelatihan Fisik 91
6.6 Kebaharuan Penelitian (Novelty). 93
6.7 Keterbatasan Penelitian 94
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. 95
7.1 Simpulan... 95
7.2 Saran-Saran... 97
DAFTAR PUSTAKA 98
LAMPIRAN 107

xv
DAFTAR TABEL
Halaman

2.1 Xanthon yang Diisolasi dari Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana L). 34
2.2 Kelompok Inducer dan Mekanisme Kerja ... 41
5.1 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis dan Pelatihan
Fisik Terhadap MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar.............. 66
5.2 Rata-rata Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis... 66
5.3 Rata-rata Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Setelah Pelatihan Fisik.. 67
5.4 Rata-rata Kadar MDA, SOD, dan GPx Setelah Perlakuan Ekstrak
Kulit Buah Manggis dan Pelatihan Fisik 68

xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Tiga Sistim Pembentukan Energi dalam Otot.. 19
2.2. Oksidasi Fosforilasi.. 24
2.3. Mekanisme Pembentukan ROS dalam Mitokondria 25
2.4. Perubahan Hydrogen Peroxide Menjadi Air yang
Dikatalisis oleh GPx 28
2.5. Inti Xanthone dan Beberapa Golongan Xanthone... 33
2.6. Mekanisme Aktivasi Nrf2/ARE oleh Senyawa Fitokimia.. 43
2.7. Mekanisme Aktivasi Nrf2/ARE oleh ROS.. 43
2.8. Struktur Domain Nrf2 .. 45
2.9. Struktur Domain Keap1.. 46
3.1. Konsep Penelitian... 50
4.1. Rancangan Penelitian 53
4.2. Hubungan antar Variabel Penelitian 55
4.3. Alur Penelitian...62
5.1. Perkembangan Berat Badan Subjek Selama Penelitian.. 65
5.2. Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis dalam
Menurunkan Kadar MDA Darah Tikus Wistar dalam Kondisi
Tanpa Pelatihan Fisik 69
5.3. Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis dalam
Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus Wistar dalam Kondisi
Tanpa Pelatihan Fisik . 69
5.4. Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis dalam
Meningkatkan Kadar GPx Darah Tikus Wistar dalam Kondisi
Tanpa Pelatihan Fisik . 70
5.5. Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis
dalam Menurunkan Kadar MDA Darah Tikus Wistar dalam Kondisi
Pelatihan Fisik. 70

xvii
5.6. Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis dalam
Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus Wistar dalam Kondisi
Pelatihan Fisik. 70
5.7. Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis
dalam Meningkatkan Kadar GPx Darah Tikus Wistar dalam Kondisi
Pelatihan Fisik.. 71
5.8. Hasil Analisi Jalur Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis dan
Pelatihan Fisik Terhadap Kadar MDA, SOD, dan GPx
Darah Tikus Wistar. 73
5.9. Nilai thitung Hasil Analisi Jalur Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis
dan Pelatihan Fisik Terhadap Kadar MDA, SOD, dan GPx
Darah Tikus Wistar...... 74

xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ADP : Adenosine Diphosphate


ARE : Antioxidant Response Element
ATP : Adenosine TriPhosphate.
BHA : Butil Hidroksi Anisol
BHT : Butil Hidroksi Toluen
BKM : Batas Kemampuan Maksimal
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
DPPH : 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl
ERK : Extracellular Signal-Regulated Protein Kinase
FADH : Reduced Flavine Adenine Dinucleotide
FMN : Flavine Mononucleotide
GAE : Galic Acid Equivalent
GPx : Glutathione Peroxidase
GSSG : Glutathione disulfide (Glutathione teroksidasi)
GSH : Reduced glutathione (Glutathione tereduksi )
HO-1 : Heme Oxygenase-1
IC50 : Inhibition Concentration 50%
JNK : c-jun N-terminal kinase
Keap1 : Kelch-like ECH-associated protein-1
MAPK : Mitogen-Activated Protein Kinase
MDA : Malondialdehyde
NAD : Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADH : Reduced Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Nrf2 : Nuclear factor-erythroid 2-related factor 2.
PI3K : Phosphatidylinositol-3-kinase
PKC : Protein Kinase C
Prx-1 : Peroxyredoxin-1
RNS : Reactive Nitrogen Species
ROS : Reactive Oxygen Species

xix
SOD : Superoxide dismutase
TAC : Total Antioxidant Capacity
TBARS : Thiobarbituric Acid Reactive Substances
TBHQ : Tert-Butil Hidroksi Quinon
Trx-1 : Thioredoxin-1
TOS : Total Oksidative Status
xCT : Cystineglutamate Anionic Amino Acid Transporter

xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Karakteritik Berat Badan Tikus Penelitian. 107
2. Data Hasil Tes Pendahuluan Kemampuan Renang Maksimal
Subjek Penelitian 109
3. Data Hasil Pengukuran Kadar MDA Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik 110
4. Data Hasil Pengukuran Kadar SOD Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik. 111
5. Data Hasil Pengukuran Kadar GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik... 112
6. Hasil Analisis Statistik Kadar MDA Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.. 113
7. Hasil Analisis Statistik Kadar SOD Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.. 120
8. Hasil Analisis Statistik Kadar GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.. 127
9. Hasil Analasis Regresi Kuadratik Rata-rata Kadar MDA, SOD,
dan GPx darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Kondisi
Tanpa pelatihan Fisik. 134
10. Hasil Analisis Regresi Kuadratik Rata-rata Kadar MDA, SOD,
dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Kondisi
Pelatihan Fisik 137

xxi
11. Hasil Analisis Path Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah
Tikus Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Pelatihan Fisik 140
12. Dokumentasi Penelitian142
13. Keterangan Kelaikan Etik 145

xxii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi

radikal bebas atau Reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan, di mana

kadar radikal bebas lebih tinggi dibandingkan antioksidan (Kurkcu et al., 2010).

Radikal bebas telah diyakini menimbulkan terjadinya peroksidasi lipid membran

sel (Ngurah, 2007; Setiawan dan Suhartono, 2007; Golden, 2009; Khotari et al.,

2010), apoptosis, dan kerusakan deoxyribo nucleic acid (DNA) (Khotari et al.,

2010). Kondisi ini pada akhirnya akan berdampak sangat luas pada tubuh seperti

terjadinya kanker dan penyakit-penyakit kronis lainnya (Waris dan Ahsan, 2006).

Radikal bebas dapat berasal dari luar tubuh, dapat juga terbentuk di dalam

tubuh sebagai bagian integral dari proses fisiologis seperti saat pembentukan

energi dalam mitokondria melalui oksidasi fosforilasi. Sumber utama ROS dari

dalam tubuh adalah oksidasi fosforilasi akibat melakukan aktivitas fisik maksimal.

Selama aktivitas fisik, ROS terbentuk sebagai produk samping reaksi oksidasi

fosforilasi untuk membentuk energi (ATP) dalam rantai transport elektron pada

mitokondria. Proses tersebut membutuhkan O2, tetapi tidak semua O2 berikatan

dengan hidrogen untuk membentuk air, sekitar 4% s.d. 5% dari oksigen yang

dikonsumsi berubah menjadi ROS (Ngurah, 2007; Figueiredo et al., 2008;

Marciniak et al., 2009).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar radikal bebas meningkat

setelah melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Misalnya, pada pegulat muda

tampak terjadi peningkatan radikal bebas yang ditandai dengan terjadinya

1
2

peningkatan lipid hidroperoksida setelah mengikuti pelatihan (Kurkcu et al.,

2010). Pada olahraga dengan intensitas tinggi (80% s.d. 95% maksmimum

repetisi) terbentuk MDA yang lebih banyak dibandingkan dengan olahraga

intensitas rendah (20% s.d. 35% maksimum repetisi) (Guzel et al., 2007). George

dan Osharechiren (2009) juga melaporkan terjadinya peningkatan stres oksidatif

pada olahraga berat, yang ditandai dengan peningkatan lipid hidroperoksida

secara signifikan. Sementara itu, pada pemain hanball yang dilatih dalam waktu

pendek tampak menunjukan adanya stres oksidatif yang ditandai dengan adanya

peningkatan total oksidative status (TOS) dan penurunan total antioxidant

capacity (TAC) secara nyata (Kurkcu, 2010). Naik sepeda gunung sejauh 171 km

yang ditempuh dalam waktu rata-rata 270 menit telah menyebabkan terjadinya

stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan Glutathione disulfide (GSSG)

darah dan asam urat serum serta pola perubahan antioksidan enzimatis dalam

eritrosit (Aguil et al., 2005). Pinho et al. (2012) juga menunjukan adanya

peningkatan thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) dengan semakin

tingginya intensitas olahraga pada tikus wistar.

Pelatihan fisik secara rutin diduga dapat mengurangi terbentuknya radikal

bebas, tetapi hasil penelitian tersebut belum konsisten. Misalnya, pada

olahragawan yang berlatih secara rutin menunjukan kadar MDA lebih rendah dari

pada non olahragawan (Valado et al., 2007). Pelatihan treadmill lima kali per

minggu dengan intensitas 50% s.d. 60% dari kemampuan maksimum selama 13

minggu, mengakibatkan perubahan status oksidatif otot soleus baik pada tikus

muda maupun tikus tua. Pada tikus muda, pelatihan mengakibatkan meningkatkan
3

kadar TBARS 2,9 kali, tetapi kondisi ini diikuti oleh peningkatan aktivitas enzim

catalase dan GPx sebesar 26%, total SOD sebesar 16%, dan Manganese-SOD

(Mn-SOD) sebesar 2,3 kali. Sedangkan pada tikus tua, pelatihan tidak

meningkatkan aktivitas enzim-enzim tersebut, tetapi dapat menurunkan TBARS

sebesar 81%, sehingga disimpulkan bahwa pelatihan dapat menurunkan stres

oksidatif secara signifikan dan mendukung rekomendasi bahwa pelatihan dapat

mencegah sarcopenia dan meningkatkan kualitas hidup pada orang tua

(Lambertucci et al., 2007). Penelitian Silva et al. (2009) juga menunjukkan bahwa

mencit yang dilatih dengan treadmill dengan kecepatan 13 meter per menit selama

45 menit, lima kali per minggu selama delapan minggu menunjukkan adanya

penurunan kadar MDA jaringan otot quadrisep. Namun demikian, penelitian

Morikawa et al. (2004) menunjukkan bahwa, pelatihan yang dilakukan oleh klub

sepakbola sekolah selama tiga bulan (enam hari per minggu, dan dua jam per hari)

tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap ekspresi Mn-SOD mRNA

dan Cu/Zn-SOD mRNA. Penelitian Rahnama et al. (2007) juga menunjukkan

bahwa, pelatihan aerobik yang dilakukan oleh pelajar laki-laki usia 23 tahun

dengan intensitas 75% s.d. 80% maximal Heart Rate (HRmax) tiga hari per minggu

selama delapan minggu tidak menyebabkan perubahan kadar MDA dan carbonyl

protein, yang mengindikasikan tidak ada perubahan pada status stres oksidatif.

Sementara itu, Mallikarjuna et al. (2009) menunjukkan adanya peningkatan kadar

MDA jaringan hati tikus wistar setelah pelatihan treadmill dengan kecepatan 23 m

per menit selama 30 menit, lima kali seminggu, selama dua bulan dibandingkan

kontrol. Namun demikian, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pelatihan


4

mampu menurunkan kadar MDA pada tikus yang mengalami stres oksidatif akibat

diinduksi alkohol. Reddy et al. (2009) juga melaporkan terjadinya peningkatan

MDA jaringan otak tikus wistar yang menjalani pelatihan treadmill kecepatan 23

meter per menit selama 30 menit, lima kali seminggu, selama dua bulan.

Tubuh sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menetralisir radikal bebas

dengan cara membentuk antioksidan endogen seperti GPx, catalase, dan SOD,

tetapi jika produksi radikal bebas melebihi kemampuan antioksidan untuk

menetralisirnya maka akan terjadi stres oksidatif (Prangdimurti, 2007; Winarsi,

2007). Dengan kata lain bahwa stres oksidatif merupakan suatu kondisi

ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan (Kurkcu et

al., 2010). Efektivitas sistim antioksidan dalam mengimbangi produksi radikal

bebas mencapai kondisi jenuh pada aktivitas fisik dengan beban 70% dari denyut

jantung maksimal (Castro et al., 2009), karena olahraga dengan intensitas lebih

tinggi (80% s.d. 95% maksmimum repetisi) akan memproduksi radikal bebas

lebih banyak (Gzel et al., 2007).

Radikal bebas juga dapat diredam dengan memberikan tambahan antioksidan

dari luar tubuh. Namun demikian, penggunaan antioksidan dalam olah raga masih

belum mampu meningkatkan prestasi atlit (Harjanto, 2006). Beberapa penelitian

tentang penggunaan antioksidan menunjukkan hasil yang berbeda. Misalnya,

penggunaan vitamin E dengan dosis 450 mg per hari selama delapan minggu tidak

menurunkan radikal bebas secara signifikan yang ditandai dengan tidak ada

perubahan terhadap kadar MDA, carbonyl protein dan creatin kinase (CK), serta

performance selama aktivitas fisik (Gaeini et al., 2006). Sementara itu, hasil
5

penelitian Traber (2006) menunjukkan bahwa pemberian vitamin E 300

mg/hari dan vitamin C 1000 mg/hari selama enam minggu sebelum lomba lari

marathon (50 km) dan selama satu minggu setelah lomba dapat mencegah

peningkatan peroksidasi lipid yang diamati dari F2-isoprostan darah, tetapi tidak

dapat mencegah inflamasi, kerusakan DNA dan kerusakan otot. Sedangkan,

pemberian allopurinol dengan dosis 300 mg dua hari sebelum lomba lari marathon

dapat mencegah peningkatan peroksidasi lipid secara signifikan. Allopurinol

merupakan inhibitor xanthine oxidase yang terlibat dalam pembentukan radikal

bebas selama olahraga (Gomes-Cabrera et al., 2006). Penelitian yang dilakukan

pada tikus dengan pemberian tambahan antioksidan -lipoic acid 100 mg/kg

selama masa pelatihan (lima hari per minggu selama enam minggu) dapat

menurunkan kadar MDA darah dan hati tikus Sprague-Dawley secara signifikan

sehingga disimpulkan bahwa -lipoic acid dapat menurunkan kerusakan jaringan

akibat olahraga (Kim dan Chae, 2006).

Masyarakat saat ini cenderung kembali beralih menggunakan bahan-bahan

alami yang mempunyai kemampuan sebagai antioksidan untuk meningkatkan

kesehatan dan kebugaran fisiknya sehingga eksplorasi bahan alami tersebut

banyak dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, peptida yang berasal

dari fermentasi kacang kedelai mampu meredam radikal superoksida dan

hidroperoksida serta mengurangi kelelahan pada mencit (Yu et al., 2008). Ekstrak

biji broccoli yang diberikan pada tikus dapat menginduksi pembentukan

antioksidan dan gen sitoprotektif melalui aktivasi Nuclear factor-erythroid

2-related factor-2 (Nrf2) (McWalter et al., 2004). Senyawa polifenol yang


6

berasal dari teh hijau juga mempunyai kemampuan untuk meredam radikal

hidroksil serta mengatasi kelelahan pada tikus (Liudong et al., 2011). Pemberian

proantosianidin yang diekstrak dari biji anggur pada mencit dengan dosis 200

mg/kg/hari selama dua minggu dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan

aktivitas SOD dan GPx secara signifikan serta dapat mengurangi kelelahan

setelah melakukan aktivitas fisik (Shan et al., 2010). Belviranli et al. (2012) juga

menggunakan ekstrak biji anggur 100 mg/kg per hari selama enam minggu pada

tikus SpragueDawley yang dilatih dengan treadmill dengan kecepatan

25 m/menit, 45 menit per hari, lima kali seminggu, selama enam minggu mampu

menurunkan kadar MDA, meningkatkan SOD dan GPx secara signifikan.

Penggunaan daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mampu

mengurangi peroksidasi lipid yang diukur dari F2-Isoprostan urin pada tikus

putih jantan setelah aktivitas fisik berlebih (Lainiwati, 2011). Pemberian ekstrak

maupun sirup umbi ubi jalar ungu mampu menurunkan kadar MDA darah dan hati

mencit setelah pemberian beban fisik maksimal (Jawi et al., 2008).

Buah manggis (Garcinia mangostana L.) juga diduga berpotensi sebagai

antioksidan alami. Beberapa penelitian invitro telah menunjukkan bahwa ekstrak

kulit buah manggis mempunyai kemampuan sebagai antioksidan (Jung et al.,

2006; Weecharangsan et al., 2006; Kosem et al., 2007; Zarena dan Sankar, 2009;

Ngawhirunpat et al., 2010; Palakawong et al., 2010). Sifat antioksidan buah

manggis dikaitkan dengan adanya senyawa xanthone. Di antara senyawa

xanthone, -mangostin, dan -mangostin merupakan komponen terbesar serta

memiliki kemampuan sebagai antioksidan kuat (Jung et al., 2006).


7

Beberapa penelitian invitro menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis

mampu meredam radikal bebas. Misalnya, penelitian dengan menggunakan

1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) sebagai radikal bebas menunjukkan bahwa

ekstrak kulit buah manggis mampu meredam radikal bebas dengan Inhibition

Concentration 50% (IC50) sebesar 5,94 m/ml (Palakawong et al., 2010),

sementara penelitian Zarena dan Sankar (2009) menguji aktivitas ektrak ethyl

asetat dan aseton kulit buah manggis dengan menggunakan DPPH sebagai sumber

radikal bebas didapatkan IC50 masing-masing sebesar 30,01 g/ml dan

33,32 g/ml, yang mengindikasikan sebagai sumber antioksidan yang baik dengan

cara mendonasikan elektron kepada radikal bebas untuk membentuk produk stabil

sehingga tidak menimbulkan reaksi berantai.

Penelitian secara invivo khususnya penggunaan ekstrak kulit buah manggis

dalam olahraga masih relatif kurang. Kulit buah manggis yang berpotensi sebagai

sumber antioksidan alami belum dimanfaatkan secara optimal dan terbuang

sebagai limbah pertanian, padahal produksi buah manggis Indonesia mencapai

108.675 ton pada tahun 2010 (Dirjen Hortikultura, 2011). Jika limbah tersebut

dapat dimanfaatkan secara optimal maka akan memberikan nilai tambah produk

pertanian tersebut. Oleh karena itu, penggunaan ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L) sebagai sumber antioksidan dalam olahraga masih perlu

diteliti lebih lanjut.

Senyawa yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis diduga bekerja

sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas

sehingga mencegah terjadinya peroksidasi lipid baik pada tahap inisiasi,


8

propagasi, maupun pada tahap terminasi (Middleton Jr. et al., 2000), atau

bekerja sebagai sinyal yang akan mengaktivasi Nrf2 yang terikat pada Kelch-like

ECH-associated protein-1 (Keap1) dalam sitoplasma sehingga mengalami

disosiasi dan translokasi menuju nukleus. Dalam nukleus Nrf2 berasosiasi pada

bagian promoter gen yang disebut Antioxidant Respone Element (ARE) sehingga

memicu ekspresi gen penyandi antioksidan.

Pelatihan fisik yang dirancang dengan intensitas, volume, dan frequensi

sedang juga diduga dapat mengurangi terjadinya stres oksidatif karena olahraga

dengan intensitas sedang akan bertindak sebagai antioksidan

(Gomez-Cabrera et al., 2008), dan olahraga yang dianggap baik jika antara

aktivitas dan waktu pemulihan berjalan seimbang (Nala, 2011). Pelatihan fisik

tampaknya merupakan stres terhadap tubuh dan menjadikannya sebagai sinyal

untuk memunculkan respon berulang sehingga meningkatkan kemampuan

adaptasi, di mana responnya akan menjadi lebih baik apabila sinyal tersebut

muncul kembali. Hal ini terjadi karena radikal bebas dapat berfungsi sebagai

sinyal yang memicu ekspresi gen penyandi antioksidan melalui aktivasi Nrf2.

Pelatihan fisik intensitas sedang dan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) diduga dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tubuh melalui

pembentukan antioksidan endogen sehingga akan mengurangi terjadinya stres

oksidatif. Dengan dasar pemikiran tersebut maka pelatihan fisik yang disertai

pemberian ekstrak kulit buah manggis masih perlu diteliti lebih lanjut.
9

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yaitu untuk membuktikan

bahwa ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

dapat mengurangi stres oksidatif, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat

menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama

aktivitas fisik maksimal?

2. Apakah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat

meningkatkan kadar enzim SOD dan GPx darah tikus Wistar (Rattus

norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal?

3. Apakah pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali

per minggu, selama empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus

Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal?

4. Apakah pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali

per minggu, selama empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan

GPx darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal?

5. Apakah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan

fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar (Rattus

norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal?

6. Apakah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan

fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama
10

empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan GPx darah tikus

Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal?

7. Berapakah dosis optimum ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana

L.) dalam menurunkan kadar MDA, serta meningkatkan kadar enzim SOD dan

GPx darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik dalam menurunkan stres

oksidatif pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

1.3.2 Tujuan khusus


Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat menurunkan kadar

MDA darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

2. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat meningkatkan

kadar enzim SOD dan GPx darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama

aktivitas fisik maksimal.

3. Pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per

minggu, selama empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus

Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

4. Pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per

minggu, selama empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan

GPx darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.
11

5. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar (Rattus

norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

6. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan GPx darah tikus

Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

7. Dosis optimum ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam

menurunkan kadar MDA, serta meningkatkan kadar enzim SOD dan GPx

darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis


Apabila penelitian dapat membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik dapat menurunkan stres oksidatif,

maka hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pengetahuan tentang

mekanisme dalam menghadapi stres oksidatif.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai rujukan dalam

mengembangkan olahraga kesehatan. Olahraga yang hanya memperhatikan aspek

prestasi justru akan merugikan atlit sendiri karena menimbulkan trauma

berkepanjangan pasca pelatihan dan akan memerlukan pemulihan jangka panjang.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pelatihan Fisik

Pelatihan fisik merupakan suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang

dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu

(durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan

individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistim serta fungsi fisiologis tubuh

agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang

optimal (Nala, 2011).

Aktivitas fisik yang dilakukan mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap

karakter anatomi, fisiologi, biokimia dan psikologi atlit. Namun demikian

perubahan-perubahan tersebut sangat tergantung pada komponen pelatihan yakni;

volume, intensitas dan densitas pelatihan yang dilakukan (Bompa, 1994).

Salah satu tujuan pelatihan adalah mengembangkan komponen fisik umum

atau multilateral, dalam hal ini adalah peningkatan kemampuan komponen

biomotorik. Komponen biomotorik merupakan kemampuan dasar gerak fisik atau

aktivitas fisik dari tubuh manusia dan sebagian besar bersifat genetik (Nala, 2011)

yang meliputi:

1. Kekuatan (strength) yaitu kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan

kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu

melakukan aktivitas. Kekuatan otot banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, terutama untuk tungkai yang harus menahan berat badan.

12
13

2. Daya tahan (endurance) yaitu kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas

terus-menerus yang berlangsung cukup lama. Daya tahan dibagi atas dua

bagian yaitu:

(1). Daya tahan umum (respiration-cardiovasculer endurance) yaitu kemampuan

tubuh untuk melakukan aktivitas terus menerus dalam jangka waktu yang

lama dan dalam keadaan aerob. Daya tahan ini sering disebut sebagai daya

tahan respiration-cardiovasculer, karena sistem pernapasan, jantung dan

pembuluh darah ditingkatkan kemampuannya untuk memasok oksigen ke

otot untuk menghasilkan tenaga kemudian mengeluarkan sisa metabolisme ke

luar tubuh.

(2). Daya tahan lokal (daya tahan otot) yaitu Kemampuan otot skeletal untuk

melakukan kontraksi atau gerakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang

lama dengan beban tertentu.

3. Daya ledak (muscular power atau explosive strength) adalah kemampuan

untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan

seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.

4. Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas

berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

5. Kelentukkan (flexibility) adalah kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh

untuk melakukan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi seluas-luasnya.

6. Kelincahan (agility) adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk

mengubah arah gerakan secara mendadak dengan kecepatan tinggi.


14

7. Ketepatan (Accuracy) adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan

gerakan bebas menuju ke suatu sasaran tertentu.

8. Reaksi (reaction) adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk

bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor

somatik, kinestik, atau vestibular. Biasanya komponen reaksi ini lebih

dikenal dengan sebutan kecepatan reaksi, waktu reaksi atau reaction time

yakni waktu yang dibutuhkan oleh otot skeletal untuk mengadakan reaksi

akibat adanya rangsangan yang diterima oleh reseptor atau panca indera.

9. Keseimbangan (balance) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi

atas setiap perubahan posisi tubuh sehingga tubuh tetap stabil terkendali.

Komponen keseimbangan ini terdiri atas; keseimbangan statik (tubuh dalam

posisi diam), dan keseimbangan dinamik (tubuh dalam posisi bergerak).

10. Koordinasi (Coordination) adalah kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan

berbagai gerakan yang berbeda menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan

efektif.

Efektivitas pelatihan untuk mencapai hasil maksimum sesuai sasaran yang

ditetapkan serta tidak menimbulkan dampak negatif perlu dilakukan secara

terencana dan dengan menerapkan tipe dan takaran yang tepat, sebab sesuai

konsep hormesis bahwa dosis rendah mempunyai efek merangsang sementara

dosis tinggi bersifat toksik (Son et al., 2008). Oleh karena itu, pelatihan yang

dilakukan secara berlebihan akan berdampak buruk terhadap tubuh karena

terbentuknya radikal bebas atau ROS. Takaran dalam pengertian sehari-hari

berarti ukuran isi atau alat untuk mengukur isi. Sedangkan dalam olahraga takaran
15

disamakan dengan dosis yakni ukuran atau takaran pemakaian obat, sehingga

dalam hal ini takaran berarti suatu ukuran untuk menentukan isi dari kuantitas dan

kualitas pelatihan (Nala, 2011).

Secara umum tipe dan takaran pelatihan terdiri atas Frekuensi, Intensitas,

Time (waktu), dan Tipe yang sering disingkat dengan FITT (Nala, 2011).

1. Frekuensi

Frekuensi pelatihan menunjukkan kekerapan dari suatu seri rangsangan per

satuan waktu yang terjadi pada atlit ketika sedang berlatih. Frekuensi

menunjukkan hubungan antara fase aktivitas yang dilakukan dengan waktu

istirahat atau fase pemulihan. Dengan kata lain berapa kali aktivitas fisik

dilakukan dalam satu satuan waktu tertentu misalnya tiga s.d. lima kali per

minggu. Suatu pelatihan yang frekuensinya sesuai tidak akan menyebabkan

kelelahan berlebihan, sebaliknya pelatihan yang terlalu padat atau terlalu sering

akan menyebabkan kelelahan. Frekuensi dianggap baik apabila antara aktivitas

dan istirahat berjalan seimbang. Keseimbangan ini bertujuan untuk mencapai

rasio yang optimal antara rangsangan dan pemulihan yang terjadi di dalam

tubuh (Nala, 2011).

Frequensi pelatihan sangat tergantung pada tipe olahraga dan komponen

biomotorik yang akan dikembangkan. Jika ingin mengembangkan kekuatan otot,

frequensi pelatihan dua s.d. tiga kali per minggu dianggap cukup baik. Daya

tahan kardiovaskuler maka frequensi pelatihannya empat s.d. lima kali per

minggu, dengan selingan istirahat maksimal selama 48 jam, atau tidak lebih dari

dua hari berturutan. Untuk mengembangkan kemampuan aerobik atau daya tahan
16

(endurance) maka memerlukan frequensi pelatihan enam s.d. tujuh kali per

minggu. Sedangkan, mengembangkan kemampuan anaerobik memerlukan

pelatihan cukup tiga kali per minggu dengan durasi selama delapan s.d.

sepuluh minggu (Nala, 2011).

2. Intensitas

Intensitas berkaitan dengan beban pelatihan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan komponen biomotorik. Intensitas ini dapat ditentukan

dengan menghitung persentase dari batas kemampuan maksimal (BKM).

Intensitas yang berkaitan dengan kekuatan atau kecepatan terdiri atas; intensitas

rendah (30% s.d. 50 % BKM), intermediet (50% s.d. 70% BKM), medium (70%

s.d. 80% BKM), submaksimal (80% s.d. 90% BKM), maksimal (90% s.d. 100%

BKM) dan supermaksimal (100% s.d. 105% BKM) (Bompa, 1994).

Batas kemampuan maksimal merupakan batas kemampuan seseorang untuk

menunjukkan kemampuan maksimalnya. Terdiri atas dua yakni batas kemampuan

maksimal psikologi dan fisiologi. Kondisi psikologi atau motivasi seseorang

sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan maksimalnya. Jika motivasi

seseorang tinggi maka akan menunjukkan kemampuannya secara maksimal dan

sebaliknya akan rendah jika motivasinya rendah. Sedangkan, kemampuan

fisiologis merupakan kemampuan sebenarnya yang ditentukan oleh kondisi

fisiologis tubuhnya. Jika seseorang melakukan aktivitas melebihi kemampuan

fisiologinya akan sangat berbahaya karena telah melampaui zone aman

(Giriwijoyo dan Ali, 2005).


17

Sementara intensitas yang berkaitan dengan denyut nadi terdiri atas; rendah

(120 s.d. 150 denyut/menit), medium (150 s.d. 170 denyut/menit), tinggi (170 s.d.

185 denyut/menit), dan maksimal (> 185 denyut/menit) (Nala, 2011). Denyut nadi

maksimal dalam olahraga juga tergantung umur dan dapat dihitung secara

sederhana yaitu 220 - umur (Adiputra, 2010). Jika seorang berumur 70 tahun

maka denyut nadi maksimalnya adalah 220 -70 = 150 denyut/menit. Dengan

demikian maka seseorang yang berumur 70 tahun tidak boleh berolahraga sampai

melewati denyut nadi maksimum yakni 150 per menit.

3. Time (waktu)

Time atau waktu merupakan bagian dari volume pelatihan yang menunjukkan

durasi atau lama waktu pelatihan, bisa dalam detik, menit, jam, hari, minggu,

bulan, atau bahkan tahun. Volume itu sendiri menunjukkan jumlah seluruh

aktivitas yang dilakukan selama pelatihan. Selain time (waktu), volume juga

meliputi; jarak yang dapat ditempuh (meter) atau berat beban (kg) atau jumlah

angkatan yang dapat diangkat dalam satu satuan waktu (kg/menit); dan set, jumlah

repetisi atau ulangan yaitu berapa kali aktivitas yang sama dapat dilakukan dalam

satu satuan waktu (Nala, 2011).

4. Tipe

Sebelum menetapkan takaran pelatihan yang berupa frekuensi, intensitas, dan

time (waktu) terlebih dahulu ditentukan jenis atau tipe pelatihan yang tepat. Tipe

pelatihan akan berbeda tergantung kepada komponen biomotorik yang akan

dikembangkan. Misalnya pelatihan untuk meningkatkan daya tahan umum maka

tipe pelatihannya dapat berupa lari, bersepeda atau berenang (Nala, 2011).
18

2.1.1 Metabolisme energi dalam olahraga

Sumber utama energi untuk berbagai aktivitas tubuh berasal dari karbohidrat

dan lemak, sedangkan protein dan asam amino hanya memasok 5% s.d.10%

energi (Blomstrand dan Saltin, 1999). Energi yang diperlukan selama aktivitas

tersebut dibebaskan melalui proses metabolisme aerob maupun anaerob.

Metabolisme anaerob berasal dari sistem fosfokreatin atau kreatin posfat atau

sistem phospagen dan sistem laktat. Sedangkan metabolisme aerob berasal dari

pembakaran glikogen otot oleh oksigen melalui proses glikogenolisis, glikolisis

dan siklus krebs (Giriwijoyo dan Ali, 2005; Guyton dan Hall, 2007).

Fosfokreatin merupakan senyawa berenergi tinggi yang tersimpan dalam sel

otot. Senyawa ini dapat dipecah menjadi kreatin dan ion fosfat serta

membebaskan energi sebesar 10,3 kkal untuk tiap 1 mol. Ion fosfat (Pi) yang

dihasilkan melalui proses fosforilasi dapat mengikat molekul ADP (adenosine

diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP. Walaupun

fosfokreatin dalam sel otot lebih banyak dibandingkan ATP tetapi penyediaan

energi melalui fosfokreatin sangat cepat sehingga akan habis dalam waktu delapan

s.d. sepuluh detik. Dengan demikian, sistim fosfokreatin merupakan sistem

penyedian energi untuk aktivitas yang singkat seperti lari 100 meter, yang

memerlukan waktu sekitar 10 detik (Guyton dan Hall, 2007).

Sistim laktat menyediakan energi yang lebih lambat dibandingkan sistim

fosfokreatin tetapi lebih cepat dibandingkan dengan sistim aerob. Dalam sistim ini

sumber energinya berasal dari pemecahan glikogen yang tersimpan dalam otot

menjadi glukosa. Melalui proses glikolisis setiap molekul glukosa akan dipecah
19

menjadi dua molekul asam pivurat dan empat molekul ATP. Asam piruvat

kemudian masuk ke dalam mitokondria dan bereaksi dengan oksigen untuk

membentuk lebih banyak ATP. Akan tetapi, jika tidak tersedia cukup oksigen

maka asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat dan ke luar dari sel otot

menuju cairan interstitial dan darah. Asam laktat akan menurunkan pH jaringan

sehingga akan berbahaya (Guyton dan Hall, 2007 ).

Pembebasan energi dalam sistim aerob meliputi beberapa tahap yakni

glikolisis untuk memecah glukosa menjadi asam piruvat, siklus asam sitrat dan

transpor elektron dalam serangkaian reaksi fosfolisasi oksidatif dengan oksigen

sebagai oksidator terakhir sehingga dapat dibebaskan sejumlah besar energi dalam

bentuk ATP. Sistim aerob akan menyedikan energi yang paling lambat di antara

sistim lainnya, tetapi energi akan tersedia secara terus menerus selama oksigen

masih tersedia. Dengan demikian energi yang disediakan oleh sistim ini

diperuntukan pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance)

seperti lari marathon atau bersepeda jarak jauh (road cycling)

(Guyton dan Hall, 2007). Proses pembebasan energi melalui jalur aerob dan

anaerob secara umum digambarkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1.
Tiga Sistim Pembentukan Energi Dalam Otot (Baker et al., 2010)
20

2.1.2 Manfaat olahraga bagi kesehatan

Penelitian yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa olahraga teratur

mempunyai efek yang menguntungkan terhadap profil lipid, tetapi olahraga

secara berlebih menimbulkan terjadinya dislipidemi serta meningkatkan

terjadinya stres oksidatif (Burneiko et al., 2004). Sementara itu, penelitian

yang dilakukan terhadap 44 orang laki-laki paruh baya (40 tahun s.d. 45 tahun)

menunjukkan bahwa olahraga teratur yang dilakukan tiga kali perminggu

selama delapan minggu dapat menurunkan serum trigliserid dari 1,54 mmol/l

menjadi 1,27 mmol/l, sementara kolesterol HDL meningkat dari 1,27 mmol/l

menjadi 1,47 mmol/l (Akakoyun, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Yoshioka et al. (2001) menunjukkan

bahwa pada kelompok yang melakukan olahraga secara teratur tampak

mempunyai prosentase lemak lebih rendah dibandingkan dengan kelompok

yang tidak melakukan olahraga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kemampuan untuk memanfaatkan lemak sebagi sumber energi memberikan

keuntungan yang jauh lebih besar untuk mencegah aterosklerosis dan coronary

artery disease (CAD) (Sharkey, 2003).

Keuntungan lain yang didapatkan dari aktivitas fisik atau olahraga, seperti

menurunkan resiko penyakit jantung, hypertensi, stroke, penyakit kronis (kanker

dan diabetes), penyakit arthritis, osteoporosis, low back pain, serta menunda

proses penuaan. Resiko penyakit jantung berbanding terbalik dengan aktivitas

fisik secara teratur. Hal ini karena aktivitas secara teratur mengurangi beban

kerja jantung akibat adanya perubahan pada otot jantung sehingga denyut
21

jantung menjadi lebih rendah. Volume jantung menjadi lebih besar sehingga

stroke volume menjadi lebih besar. Diameter dari arteri coroner meningkat

sehingga memperkecil peluang terbentuknya plak. Elastisitas pembuluh

darah meningkat sehingga tekanan darah menurun dan mengurangi beban

kerja jantung (Sharkey, 2003).

2.2 Stres Oksidatif

Stres oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi

radikal bebas dengan antioksidan, di mana kadar radikal bebas lebih tinggi

dibandingkan antioksidan (Kurkcu et al., 2010). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh

faktor internal seperti genetik, umur, oksidasi fosforilasi, proses patofisiologi, dan

faktor eksternal seperti olahraga berlebih, asupan makanan, patogen, sinar

ultraviolet, dan bahan kimia (Waris dan Ahsan, 2006).

Faktor internatl utama yang menimbulkan stres oksidatif adalah oksidasi

fosforilasi akibat melakukan aktivitas fisik maksimal. Selama akvifitas fisik,

terbentuk radikal bebas bersamaan dengan reaksi oksidasi fosforilasi untuk

membentuk energi (ATP) dalam mitokondria. Dalam reaksi tersebut dibutuhkan

oksigen di mana oksigen akan bereaksi dengan hidrogen untuk membentuk air,

tetapi sejumlah oksigen dapat berubah menjadi radikal bebas. Dengan demikian

maka semakin berat aktivitas fisik maka dibutuhkan semakin banyak ATP, juga

semakin banyak radikal bebas yang dihasilkan sebagai produk samping.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga secara berlebih

menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Misalnya, pada olahraga dengan

intensitas tinggi (80% s.d. 95% maksmimum repetisi) terbentuk MDA yang lebih
22

banyak dibandingkan dengan olahraga intensitas rendah (20% s.d. 35%

maksimum repetisi) (Guzel et al., 2007). George dan Osharechiren (2009) juga

melaporkan terjadinya peningkatan stres oksidatif pada olahraga berat, yang

ditandai dengan peningkatan lipid hidroperoksida secara signifikan.

2.2.1 Reactive Oxygen Species (ROS)

Sering kali pengertian radikal bebas disamakan dengan oksidan karena

keduanya memiliki kemiripan sifat yakni agresivitas untuk menarik elektron di

sekelilingnya. Setiap radikal bebas adalah oksidan, tetapi tidak setiap oksidan

adalah radikal bebas. Oksidan adalah senyawa penerima elektron atau suatu

senyawa yang dapat menarik elektron (electron acceptor) seperti ion ferri yang

berubah menjadi ferro (Fe 3+


+ e- Fe 2+
) (Winarsi, 2007). Sedangkan, radikal

bebas merupakan atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron

yang tidak berpasangan. Molekul ini sangat reaktif dan akan menyerang molekul

stabil di dekatnya sehingga menjadi radikal bebas (Kothari et al., 2010). Dengan

demikian maka radikal bebas akan memicu terjadinya reaksi berantai.

Ada dua bentuk umum dari radikal bebas yaitu ROS dan reactive nitrogen

species (RNS). Termasuk ROS di antaranya ion superoxide (O2), hydrogen

peroxide (H2O2), hydroxyl radical (OH), dan peroxyl radical (OOH). Sementara

RNS sering dianggap sebagai subklas dari ROS, di antaranya nitic oxide (NO),

nitrous oxide (N2O), peroxynitrite (NO3), nitroxyl anion (HNO) dan

peroxynitrous acid (HNO3) (Marciniak et al., 2009; Kothari et al., 2010).

Reactive oxygen species dapat terbentuk sebagai produk samping selama

reaksi oksidasi fosforilasi dalam rantai transpor elektron pada mitokondria.


23

Oksidasi fosforilasi bertujuan untuk membentuk energi dalam bentuk ATP.

Pembentukan ATP tersebut membutuhkan O2, tetapi tidak semua O2 berikatan

dengan hidrogen untuk membentuk air, sekitar 4% s.d. 5% berubah menjadi

radikal bebas (Ngurah, 2007; Figueiredo et al., 2008; Marciniak et al., 2009).

Proses reaksi oksidasi fosforilasi melibatkan sejumlah kompleks enzim.

Kompleks enzim I dikenal dengan reduced nicotinamide adenine dinucleotide

(NADH) dehydrogenase yang mentransfer elektron dari NADH dalam matriks

mitokondria menuju coenzim-Q melalui coenzim riboflavin yaitu flavine

mononucleotide (FMN). Coenzim-Q juga menerima elektron dari kompleks enzim

II melewati coenzim riboflavin yakni reduced flavine adenine dinucleotide

(FADH). Kompleks enzim II terdiri atas tiga jenis enzim, yang semuanya

mengandung FAD sebagai gugus prostetiknya, yaitu; succinate dehydrogenase

yang mentranfer elektron berasal dari siklus asam stitrat, glycerol-3 phosphate

dehydrogenase mentransfer elektorn yang berasal dari glycerol phosphate shuttle,

dan fatty acyl-CoA dehydrogenase mentranfer elektron dari tahap pertama dalam

-oksidasi asam lemak. Dari koenzim Q elektron ditransfer menuju kompleks

enzim III (cytochrome c reductase). Kompleks enzim III terdiri dari dua

komponen protein yakni cytochrome b dan c1. Dari kompleks III elektron

diteruskan menuju cytochrome c untuk selanjutnya menuju kompleks IV

(cytochrome oxidase). Kompleks IV terdiri dari dua komponen protein yakni

cytochrome a dan a3. Dari kompleks IV elektron direaksikan dengan O2 untuk

membentuk air. Kompleks I, III, dan IV memompa proton ke dalam ruang antar

membran sehingga terjadi gradient muatan listrik antar membran. Adanya


24

gradient ini memungkinkan proton mengalir kembali menuju matrik mitokondria

melalui ATP synthase complex (kompleks V) dan perubahan energi dari proses

ini digunakan untuk membentuk ATP dari adenosine diphosphate (ADP). Dalam

kompleks IV, elektron akan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk air

(Pelley, 2007). Skema rangkaian proses tersebut digambarkan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2.
Oksidasi Fosforilasi. Produksi ROS TerutamaTerjadi pada Kompleks I dan III
(Botjje et al., 2004)

Satu molekul oksigen direduksi menjadi dua molekul air. Reduksi tersebut

dilakukan dengan mentransfer empat elektron. Tetapi transfer elektron tersebut

berlangsung empat tahapan. Hal ini terjadi karena dua elektron yang tidak

berpasangan pada molekul oksigen terletak pada orbit yang berbeda dan

menunjukkan angka putaran quantum yang sama, padahal untuk membentuk

ikatan kovalen, dua elektron harus terletak pada orbit yang sama dan

menunjukkan putaran yang berlawanan. Dengan demikian, maka oksigen hanya

mampu menerima elektron tahap demi tahap dan hanya satu elektron tiap

tahapnya. Pemindahan elektron yang tidak sempurna tersebut mengakibatkan

terbentuknya ROS (Winarsi, 2007). Elektron pertama mereduksi oksigen untuk

membentuk anion superoxide, kemudian reduksi berikutnya membentuk hydrogen

peroxide dan hydroxyl radical, elektron terakhir mereduksi hydroxyl radical


25

menjadi air (O2 e


O2 e
H2O2 e
OH e
H2O) (Marciniak et al., 2009).

Di dalam sel sumber utama ROS adalah anion superoxide dan hydrogen yang

terbentuk sebagai produk samping metabolisme seluler seperti oksidasi fosforilasi

dalam mitokondria (Waris dan Ahsan, 2006).

Konversi superoxide menjadi hidrogen peroksida dilakukan olel enzim

SOD, sedangkan hidrogen peroksida menjadi air oleh enzim GPx atau catalase

(CAT). Jika hal ini tidak terjadi, hidrogen peroksida dapat mengalami reaksi

Fentons dengan kehadiran ion besi (Fe2+) untuk menghasilkan hydroxyl radical

yang lebih merusak (Figueiredo et al., 2008): H2O2 + Fe2+ Fe3+ + OH + OH

Kompleks I dan III merupakan tempat utama produksi superoxide.

Superoxide yang terbentuk di dalam matrik dieliminasi dalam kompartemen

tersebut oleh enzim MnSOD. Sementara itu, sebagian O2 yang diproduksi dalam

ruang antar membran dibawa ke dalam sitoplasma melalui voltage dependent

anion channel (VDAC), atau dapat juga dieliminasi oleh enzim CuZnSOD

(Figueiredo et al., 2008), seperti digambarkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3.
Mekanisme Pembentukan ROS dalam Mitokondria (Figueiredo et al., 2008).

Radikal bebas telah diyakini menimbulkan terjadinya peroksidasi lipid

membran sel (Ngurah, 2007; Setiawan dan Suhartono, 2007; Golden, 2009;
26

Khotari et al., 2010), kerusakan DNA dan apoptosis (Khotari et al., 2010).

Peroksidasi lipid dapat dideteksi dari produk yang dihasilkannya di antaranya

MDA, dien terkonjugasi, lipid hidroperoksida, isoprostan (Marciniak et al., 2009).

Malondialdehyde merupakan senyawa dialdehida dengan rumus molekul

C3H4O2, yang dapat dihasilkan dari oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal

bebas. Oleh karena itu, konsentrasi MDA yang tinggi menunjukan adanya proses

oksidasi dalam membran sel (Winarsi, 2007). Misalnya, pada olahraga dengan

intensitas tinggi (80% s.d. 95% maksmimum repetisi) terbentuk MDA yang lebih

banyak dibandingkan dengan olahraga intensitas rendah (20% s.d. 35%

maksimum repetisi) (Guzel et al., 2007).

Peroksidasi lipid terjadi melalui beberapa tahapan reaksi yaitu inisiasi,

propagasi dan terminasi :

LH + oksidan L + oksidan-H (inisiasi)


L + O2 LOO (propagasi)
LOO + LH L + LOOH (propagasi)
L + L produk non radikal (terminasi)
L + LOO produk non radikal (terminasi)

Lipid (LH) penyusun membran sel biasanya berupa asam lemak tak jenuh

ganda. Peroksidasi dimulai (inisiasi) dari abstraksi atom hidrogen pada gugus

metilen oleh ROS membentuk radikal karbon (L). Apabila radikal karbon

bereaksi dengan oksigen maka akan terbentuk radikal peroksil (LOO). Reaksi

berikutnya adalah abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal peroksil

membentuk lipid hidroperoksida yang bersifat sitotoksik (LOOH), sehingga

terjadi reaksi berantai. Reaksi akan berakhir (terminasi) jika radikal karbon

yang terbentuk pada tahap inisiasi ataupun radikal lain yang terbentuk pada
27

reaksi propagasi bereaksi dengan radikal lain menjadi produk non radikal

(Setiawan dan Suhartono, 2007).

2.2.2 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal atau meredam

dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara mendonorkan satu elektronnya

kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitasnya bisa dihambat

(Winarsi, 2007). Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan enzimatis

dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis disebut juga antioksidan primer atau

antioksidan endogen, diantaranya GPx, catalase, dan SOD. Sedangkan,

antioksidan non enzimatis disebut juga antioksidan sekunder atau antioksidan

eksogen, digolongkan sebagai yang larut dalam lemak seperti tokoferol,

karotenoid, flavoniod, quinon, dan bilirubin, sementara yang larut dalam air

seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam dan protein pengikat

heme (Winarsi, 2007). Di samping itu, dikenal juga antioksidan sintetik seperti

Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat, tert-butil

hidroksi quinon (TBHQ) (Prangdimurti, 2007).

2.2.2.1 Superoxide dismutase

Enzim antioksidan SOD merupakan kelompok enzim yang dapat ditemukan

dalam sel (sitosol dan mitokondria) juga dalam plasma. Dalam sitoplasma, SOD

ada dalam bentuk CuZn-SOD (EC 1.15.1.1) mempunyai berat molekul 32.000 Da,

dalam mitokondria ada dalam bentuk Mn-SOD (EC 1.15.1.1) dengan berat

molekul 23.000 Dalton. Sedangkan dalam plasma berupa EC-SOD (EC 1.15.1.1)

dengan berat molekul 135.000 Dalton. Semua bentuk SOD tersebut mengkatalisis
28

perubahan anion superoxide menjadi hydrogen peroxide (Zelko et al., 2002;

Marciniak et al., 2009 ) seperti reaksi: O2 + 2H+ SOD


H2O2 + O2

Kelas enzim SOD yang lain di antaranya Fe-SOD dan NiSOD. FeSOD

umumnya ditemukan pada prokaryota, algae dan beberapa tumbuhan tinggi,

sedangkan NiSOD ditemukan dalam Streptomyces (Scandalios, 2005).

2.2.2.2 Glutathione peroxidase

Glutathione peroxidase merupakan enzim scavenger terhadap hydrogen

peroxide, terdapat terutama dalam mitokondria. Glutathione peroxidase

memerlukan glutathione sebagai substrat, terdapat dalam dua bentuk yaitu

glutathione tereduksi (reduced glutathione atau GSH) dan glutathione teroksidasi

(glutathione disulfide atau GSSG). Ketika mengkatalisis perubahan hydrogen

peroxide (H2O2) menjadi H2O, GSH dioksidasi menjadi GSSG, dan GSSG

dapat direduksi kembali oleh NADPH untuk mendapatkan kembali GSH

(Marciniak et al., 2009).

Gambar 2.4.
Perubahan Hydrogen Peroxide Menjadi Air yang Dikatalisis oleh GPx
(Prangdimurti, 2007).

Glutathione peroxidase berpotensi mengubah molekul hidrogen peroksida

dengan cara mengoksidasi GSH menjadi GSSG. Glutathione bentuk tereduksi

mencegah lipid membran dan unsur-unsur sel lainnya dari kerusakan oksidasi
29

dengan cara merusak molekul hydrogen peroksida dan lipid peroksida

(Winarsi, 2007).

2.3 Tinjauan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk dalam famili Guttiferae. Buah

berwarna merah sampai ungu gelap, bagian yang dapat dimakan berwarna putih

yang disebut aril, lembut dan banyak air (juicy), rasanya manis dengan sedikit

asam serta aroma menyenangkan (Jung et al., 2006). Buah manggis sering

mendapat julukan Queen of Fruit karena dianggap salah satu buah tropis dengan

cita rasa terbaik di dunia (Moongkarndi et al., 2004; Pedraza-Chaverri et al.,

2008). Nama binomial Garcinia mangostana L. diberikan oleh Carolus Linnaeus

berdasarkan specimen yang diterima dari Laurentius Garcin, seorang naturalis

yang bekerja untuk Linnaeus di India-Belanda (Indonesia), dan mendapatkan

specimen buah manggis dari kepulauan Maluku, Indonesia, di mana penduduk

lokal menyebutnya dengan nama mangostan, kemudian oleh Carolus Linnaeus

diberi nama Garcinia mangostana L. (Sobir dan Poerwanto, 2007).

Buah manggis juga mengandung mineral yang bermanfaat bagi tubuh.

Kandungan mineral buah manggis di antaranya adalah; Na 1,1 mg/100 g,

K 101,3 mg/100 g, Mg 13,2 mg/100 g, Ca 12,3 mg/100 g, Fe 512,6 g/100 g,

Mn 112,6 g/100 g, Zn 31,6 g/100 g dan Cu 8.7 g/100 g berat basah

(Haruenkit et al., 2007).

Ekstrak kulit buah manggis juga diketahui relatif aman. Penelitian tentang

toksisitas ekstrak 95% ethanol kulit buah manggis pada tikus Sprague-Dawley,

baik dosis akut (dosis 2; 3, dan 5 g/kg bb) maupun dosis subakut (dosis 0; 50;
30

500, dan 1000 mg/kg bb selama 28 hari) tidak menunjukan mortalitas maupun

tanda-tanda abnormalitas klinis organ paru, jantung, hati, limfa, adrenal, ginjal,

testis dan ovarium, maupun parameter biokimia lainnya (Jujun et al., 2008).

Penelitian toksisitas akut pada tikus Swiss albino (Mus musculus) yang diberikan

ekstrak hydroethanol kulit buah manggis dosis 2g dan 5g/kg bb tidak

menunjukkan tanda-tanda toksisitas selama 14 hari pengamatan. Demikian juga

toksisitas subkronis pada tikus Wistar menunjukan bahwa ekstrak hydroethanol

kulit buah manggis dosis 400; 600, dan 1200 mg/kg bb selama 12 minggu tidak

mempengaruhi perilaku, makan, minum, pertumbuhan, status kesehatan tikus

maupun tanda-tanda abnormalitas dari histopatologi organ-organ internal, tetapi

dari parameter biokimia darah terlihat adanya peningkatan direct bilirubin hanya

pada tikus jantan yang menandakan adanya hepatitis akut dan cholestasis

(Hutadilok-Towatana et al., 2010). Chivapat et al. (2011) meneliti pemberian

ekstrak etanol kulit buah manggis dengan dosis 0 ; 10; 100 ; 500, dan

1000mg/kgbb/hari selama enam bulan pada tikus Wistar menyimpulkan bahwa,

walaupun pemakain dosis sampai 1000mg/kg bb selama enam bulan tidak

menunjukan tanda-tanda farmakotoksik dan abnormalitas yang jelas, namun

demikian pemakaian dosis 500 mg/kg bb dalam waktu lama tidak disarankan

karena menyebabkan peningkatan alanine transminase, blood urea nitrogen dan

creatinin yang merupakan indikasi terjadinya gangguan fungsi hati dan ginjal.

Penelitian juga menyebutkan bahwa ekstrak kulit buah manggis mempunyai

kemampuan sebagai antioksidan (Jung et al., 2006; Weecharangsan et al., 2006;

Kosem et al., 2007; Zarena dan Sankar, 2009; Ngawhirunpat et al., 2010;
31

Palakawong et al., 2010). Di samping itu, juga berperan sebagai antimikroba

(Palakawong et al., 2010), sitoprotektif (Kosem et al., 2007; Ngawhirunpat et al.,

2010), antiinflamasi (Chomnawang et al., 2007), antikanker (Moongkarndi et al.,

2004; Akao et al., 2008), antitumor (Chang et al., 2010), antimalaria

(Mahabusarakam et al., 2006), anti-acne (Pothitirat et al., 2010), antituberculosis

(Suksamrarn et al., 2003), neuroprotektif (Weecharangsan et al., 2006),

antiproliferasi (Matsumoto et al., 2003).

Sifat antioksidan kulit buah manggis dikaitkan dengan adanya bahan aktif

terutama dari kulit buah. Bahan aktif yang telah berhasil diidentifikasi dari kulit

buah manggis berupa sejumlah besar senyawa xanthone, di antaranya adalah

8-hydroxycudraxanthone G, mangostingone [7-methoxy-2-(3-methyl-2-butenyl)-8-

(3-methyl-2-oxo-3-butenyl)-1,3,6-trihydroxyxanthone, cudraxanthone G,

8-deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone D, garcinone E, gartanin, 1-

isomangostin, -mangostin, -mangostin, mangostinone, smeathxanthone A, dan

tovophyllin A. Di antara senyawa xanthone, -mangostin dan -mangostin

merupakan komponen terbesar. Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan

peroksinitrit sebagai radikal bebas diketahui bahwa 8-hydroxycudraxanthone G,

gartanin, -mangostin, -mangostin dan smeathxanthone A merupakan komponen

yang memilki aktivitas antioksidan terbesar (Jung et al., 2006).

Kadar xanthone berbeda tergantung pada kualitas buah, di mana kadar

terbesar didapatkan pada buah dengan kulit burik atau kasar yakni sebesar 23,544

g/g ekstrak, sedangkan pada buah besar dengan kulit mulus mengandung kadar

xanthone sebesar 18,502 g/g ekstrak, buah kecil sebesar 20,434 g/g dan buah
32

dengan kulit mengandung getah kuning 15,289 g/g ekstrak. Buah dengan kulit

burik terjadi akibat adanya serangan hama atau akibat kerusakan fisik. Dalam

kondisi tersebut xanthone berperan sebagai mekanisme pertahanan dalam

mencegah terjadinya stres akibat serangan hama tersebut atau kerusakan fisik.

Namun demikian, sifat sebagai antioksidan yang diuji dengan menggunakan

DPPH sebagai sumber radikal bebas, ekstrak methanol kulit buah manggis

tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antar kualitas buah

(Kurniawati et al., 2010).

Xanthone termasuk ke dalam golongan senyawa flavonoid. Senyawa ini

memiliki dua cincin benzene dan satu cincin piran. Inti xanthone dikenal sebagai

9-xanthenone atau dibenzo-c-pyrone. Xanthone dapat diklasifikasikan ke dalam

lima kelompok yaitu; oxygenated xanthone, xanthone glycoside, prenylated

xanthone, xanthonolignoid, dan miscellaneous Xanthone. Saat ini sekitar 1000

xanthone berbeda telah diketahui (Pedraza-Chaverri et al., 2008).

Xanthone telah diisolasi dari seluruh bagian tumbuhan manggis (Garcinia

mangostana L), terutama kulit buah, seluruh buah, kulit batang, serta daun. Di

antara senyawa xanthone tersebut, -, -, dan mangostin, garcinone E,

8-deoxygartanin, dan gartanin paling banyak dipelajari. Di samping itu, xanthone

sintetik juga telah digunakan pada beberapa penelitian. Inti xanthone dan

beberapa golongan xanthone lainnya ditampilkan pada Gambar 2.5, sedangkan

xanthone yang diisolasi dari kulit buah manggis ditampilkan pada Tabel 2.1

(Pedraza-Chaverri et al., 2008).


33

Gambar 2.5
Inti Xanthone dan Beberapa Golongan Xanthone (Pedraza-Chaverri et al., 2008).

Ekstrak kulit buah manggis dengan ethanol 95 % dengan cara maserasi,

perkolasi, ultrasonik, dan magnetic stirrer, serta ethanol 50%, 70 %, dan 95 %

dengan menggunakan soxhlet, didapatkan kadar -mangostin lebih besar pada

ekstrak ethanol 95% dengan cara maserasi dan dengan menggunakan soxhlet

masing-masing sebesar 13,32% w/w dan 13,51% w/w (Pothitirat et al., 2010).

Sementara Kosem et al. (207) mendapatkan kadar -mangostin dari ekstrak

methanol kulit buah manggis sebesar 25,19g/100g ekstrak. Ngawhirunpat et al.

(2010) mengekstrak kulit buah manggis dengan air, methanol, serta hexane, dan

didapatkan kadar -mangostin dari ekstrak hexane sebesar 28,7% w/w, dari

ekstrak methanol 15,5% w/w, sedangkan dari ekstrak air tidak terdeteksi adanya

bahan aktif tersebut.


34

Tabel 2.1.
Xanthone yang Diisolasi dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L)
(Pedraza-Chaverri et al., 2008).
No Nama Senyawa
1 -Mangostin
2 -Mangostin
3 -Mangostin
4 Mangostanol
5 Mangostenol
6 1-Isomangostin
7 1-Isomangostin hydrate
8 3-Isomangostin
9 3-Isomangostin hydrate
10 1,6-Dihydroxy-7-methoxy-8-isoprenyl-60,60-dimethylpyrano(20,30:3,2)xanthone
11 Toxyloxanthone A (trapezifolixanthone)
12 Calabaxanthone
13 Demethylcalabaxanthone
14 Caloxanthone A
15 Macluraxanthone
16 1,7-dihydroxyxanthone)
17 Euxanthone
18 Cudraxanthone
19 8-hydroxycudraxanthone G
20 Esmeatxanthone A
21 BR-xanthone A
22 BR-xanthone B
23 Mangostanin
24 Mangostenone A
25 Mangostenone B
26 Mangostinone Asai
27 Gartanin
28 8-Deoxygartanin
29 Garcinone A
30 Garcinone B
31 Garcinone C
32 Garcinone D
33 Garcinone E
34 Garcimangosone A
35 Garcimangosone B
36 Garcimangosone C
37 Garcimangosone D
38 Tovophyllin A
39 Tovophyllin B
40 1,5-dihydroxy-2-isoprenyl-3-methoxyxanthone
41 Mangostingone [7-methoxy-2-(3- isoprenyl)-8-(3-methyl-2-oxo-3-buthenyl)-1,3,6-
trihydroxyxanthone
42 5,9-Dihydroxy-2,2-dimethyl-8-methoxy-7-isoprenyl-2H,6H-pyrano [3,2-b] xanthen-6-one
43 2-(,-Dimethylallyl)-1,7-dihydroxy-3-methoxyxanthone
44 2,8-Bis(c, c-dimethylallyl)-1,3,7-trihydroxyxanthone
45 1,3,7-Trihydroxy-2,8-di-(3-methylbut-2-enyl) xanthone
46 1,7-Dihydroxy-2-isoprenyl-3-methoxyxanthone
47 2,7-Diisoprenyl-1,3,8-trihydroxy 4-methylxanthone
48 2,8-Diisoprenyl-7-carboxy-1,3 dihydroxyxanthone
49 2-Isoprenyl-1,7-dihydroxy-3 methoxyxanthone
50 1,3,6,7-Tetrahydroxy-8-(3 methyl-2-buthenyl)-9H-xanthon-9-one
35

2.3.1 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis

Aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)

telah diuji menggunakan metode DPPH (Weecharangsan et al., 2006;

Chomnawang et al., 2007; Haruenkit et al., 2007; Kosem et al., 2007; Pothitirat et

al., 2010; Zarena dan Sankar, 2009; Ngawhirunpat et al., 2010; Palakawong et al.,

2010). Metode DPPH pada prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh

DPPH dari senyawa antioksidan. Derajat penurunan warna ungu merah DPPH

menjadi DPPH dalam bentuk tereduksi (DPPHH) yang berwarna kuning

mengindikasikan kemampuan peredaman senyawa tersebut sebagai

antiradikal bebas dan dilakukan secara spektrofotometri pada panjang

gelombang 517 nm (Kosem et al., 2007).

Weecharangsan et al. (2006) mempelajari sifat antioksidan dan

neuroprotektif dari empat jenis ekstrak kulit buah manggis (ekstrak air, ethanol

50%, ethanol 95%, dan ethyl acetate). Kapasitas antioksidan tersebut diuji

dengan metode DPPH dengan konsentrasi 1; 10; 50 and 100 g/mL pada masing-

masing ekstrak. Ekstrak air dan ethanol 50% menunjukan kapasitas antioksidan

paling tinggi yaitu dengan IC50 masing-masing 34,98 dan 30,76 g/mL. Kapasitas

antioksidan ekstrak tersebut kemudian diuji pada sel neuroblastoma (NG108-15)

yang terpapar hidrogen peroksida (H2O2), kedua ekstrak tersebut (ekstrak air dan

ethanol 50%) menunjukan kemampuan sebagai neuroprotektif pada konsentrasi

50 g/mL, dan ekstrak ethanol 50 % mempunyai kemampuan lebih tinggi

dibandingkan dengan ekstrak air. Penelitian Chomnawang et al. (2007) dengan

menggunakan metode DPPH juga menunjukan bahwa ekstrak ethanol Kulit buah
36

manggis mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang signifikan dengan

IC50 sebesar 6.13 g/mL. Di samping itu ekstrak tersebut dapat menurunkan

produksi ROS secara signifikan pada sel polymorphonuclear leucocyte (PML)

dengan inhibition ratio 77,8% pada anion superoxide.

Haruenkit et al. (2007) menunjukkan aktivitas antioksidan manggis dengan

metode DPPH and ABTS assays, dan mendapatkan nilai masing-masing sebesar

79,1 dan 1268,6 M trolox equivalent/100 g berat basah. Pada penelitian tersebut,

tikus Wistar betina yang diberi makan standar dan tambahan 1% kolesterol serta

5% ekstrak manggis, menunjukkan mampu menghambat peningkatan lipid plasma

dan penurunan aktivitas antioksidan. Kosem et al. (2007) juga meneliti aktivitas

antioksidan ekstrak methanol kulit buah manggis dengan menggunakan metode

DPPH dan didapatkan nilai IC50 sebesar 20,50 g/ml. Di samping itu ekstrak

tersebut juga mempunyai kemampuannya meredam ion radikal seperti; Hydroxyl

radical dengan IC50 sebesar 47 g/ml, superoxide dengan IC50 25 g/ml, nitric

oxide dengan IC50 55,61 g/ml, juga menghambat terjadinya peroksidasi lipid

dengan IC50 9,43 g/ml.

Pothitirat et al. (2010) mengekstrak kulit buah manggis dengan ethanol

95% dengan cara maserasi, perkolasi, ultrasonik, dan magnetic stirrer, serta

ethanol 50%, 70%, dan 95% dengan menggunakan soxhlet. Aktivitas antioksidan

ekstraks tersebut yang diuji dengan menggunakan metode DPPH dan diketahui

bahwa ekstrak ethanol 95% dengan cara maserasi dan soxhlet mempunyai

aktivitas antioksidan yang baik masing masing dengan EC50 sebesar 14,24 g/ml

dan 14,88 g/ml, namun demikian ekstrak 50% ethanol dengan menggunakan
37

soxhlet menunjukan aktivitas antioksidan yang terbaik yakni dengan EC 50 sebesar

12,84 g/ml dan ekstrak dengan cara ini juga menghasilkan kandungan fenol dan

tannin yang maksimum yakni masing-masing 26,96 gallic acid equivalent/100 g

ekstrak kering dan 46,83 g tannic acid equivalent/100 g ekstrak kering.

Sementara penelitian Zarena dan Sankar (2009) menguji aktivitas

antioksidan ekstrak kulit buah manggis yang diekstrak dengan berbagai macam

pelarut dengan menggunakan metode DPPH. Hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa ekstrak ethyl asetat dan aseton didapatkan IC50 masing-

masing sebesar 30,01 g/ml dan 33,32 g/ml, yang mengindikasikan sebagai

sumber antioksidan yang baik dengan cara mendonasikan elektron kepada radikal

bebas untuk membentuk produk stabil sehingga tidak menimbulkan reaksi

berantai. Ngawhirunpat et al. (2010) juga menguji aktivitas antioksidan kulit buah

manggis yang diekstrak dengan air, methanol, dan hexane dengan menggunakan

metode DPPH dan diketahui bahwa ekstrak air mempunyai aktivitas yang lebih

baik dibandingkan dengan ekstrak methanol maupun hexane masing-masing

dengan IC50 11,0 g/ml, 14,7 g/ml, dan 41,2 g/ml. Disamping itu ekstrak

tersebut juga diuji kemampuannya dalam meredam radikal hidroksil dan

peroksidasi lipid, dimana ekstrak air menunjukan kemampuan yang lebih baik

dibanding kedua ekstrak lainnya. Ekstrak tersebut kemudian diuji kemampuannya

melindungi kerusakan sel keratinocyte yang terpapar dengan H2O2 dengan

konsentrasi 200 M, dan diketahui bahwa ekstrak air dapat meningkatkan

viabilitas sel keratinocyte sedangkan ekstrak methanol dan hexane tidak, bahkan
38

pada konsentrasi tinggi ekstrak methanol (50 sd 500 g/ml) dan hexane (100 s.d.

500 g/ml) justru menurunkan viabilitas sel keratinocyte.

Palakawong et al. (2010) menguji aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah,

daun, dan kulit batang manggis dengan menggunakan metode DPPH, dan

didapatkan IC50 masing-masing 5,94 g/ml, 9,44 g/ml, dan 4,46 g/ml.

Sementara Moongkarndi et al. (2004) menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah

manggis secara signifikan mampu mengurangi produksi ROS pada human breast

cancer (SKBR3), yang diukur dengan menggunakan metode 2,7-

dichlorofluorescein diacetate (DCFH-DA). Metode yang sama juga digunakan

oleh Kosem et al. (2007) pada human umbilical vein endothelial cell ECV304.

Penelitian aktivitas antioksidan ekstrak manggis maupun bahan aktifnya

secara invivo belum banyak dilakukan. Kondo et al. (2009) melakukan penelitian

tentang pemberian suplemen mangosteen plus, yang kaya xanthone, serta

mengandung aloe vera, teh hijau, dan multivitamin kepada responden sebanyak

59 mL kemudian mengamatinya dalam darah setelah 1; 2; 4, dan 6 jam

pemberian. Ada peningkatan kadar -mangostin yang signifikan dalam plasma.

Kadar maksimum sebesar 3,12 ng/mL terdeteksi setelah 1 jam pemberian,

kemudian menurun sepertiganya empat jam setelah pemberian dan level ini

bertahan sampai enam jam setelah pemberian. Kadar vitamin B2 dan B5 juga

terdeteksi dalam plasma dengan kadar maksimum masing-masing 7,52 dan 48,9

ng/mL tercapai setelah dua jam pemberian. Pengamatan juga dilakukan terhadap

kapasitas antioksidan plasma dan menunjukan bahwa pemberian suplemen

tersebut meningkatkan kapasitas antioksidan plasma lebih dari 16% setelah 1 jam
39

pemberian dan mencapai 18 % setelah dua jam dan level ini bertahan sampai

akhir pengamatan (6 jam). Walaupun penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

peningkatan aktivitas antioksidan plasma bukan semata-mata diakibatkan oleh

peningkatan kadar -mangostin, namun pemberian suplemen mangsoteen plus

dengan mineral esensial telah meningkatkan level antioksidan plasma sehingga

akan memberikan perlindungan terhadap penyakit kronis. Penelitian lain

menyebutkan bahwa pemberian 60 mL jus manggis yang mengandung

5,3 mmol/L total xanthone kepada responden dengan sarapan tinggi lemak,

kemudian xanthone diamati dalam serum dan urin selama 24 jam. Konsentrasi

xanthone dalam serum bervariasi antara 762 nmol/L s.d. 4030 nmol/L selama 24

jam pengamatan, di mana konsentrasi sebesar 113 nmol/L tercapai setelah 3,7

jam. Sementara dalam urin, kadar xanthone berkisar antara 0,9 mol s.d.

11,1 mol dan hanya mencapai 2% dari kadar yang diberikan, sehingga

disimpulkan bahwa xanthone yang ada dalam jus manggis diserap bersama-sama

dengan makanan kaya lemak, walaupun pelepasan xanthone dari kulit manggis

selama pencernaan mungkin terbatas, dan tidak ada perbedaan antara laki-laki

dengan perempuan (Chitchumroonchokchai et al., 2012).

2.4 Mekanisme Aktivasi Gen Penyandi Antioksidan

Berbagai macam senyawa kimia baik alami maupun sintetis dapat bertindak

sebagai inducer terhadap ekspresi gen penyandi antioksidan. Inducer dapat

dikelompokkan ke dalam 10 katagori utama yaitu; diphenol, phenylenediamine,

dan quinone; Michael acceptor; isothiocyanate, thiocarbamate, dan senyawa

terkait lainnya yang mengandung sulfur; 1,2-dithiol-3-thiones, oxathiolene oxide,


40

alk(en)yl (poly)sulfide; hydroperoxide; senyawa-senyawa arsenic trivalen; ion-ion

logam berat (Cd, Co, Cu, Au, Hg, Pb); dimercaptan; carotenoid dan senyawa

yang serupa; senyawa-senyawa yang mengandung selenium (terutama diselenide

dan selenol). Kelompok inducer dan mekanisme kerjanya dicantumkan pada

Tabel 2.2 (Tkachev et al., 2011).

Salah satu inducer tersebut adalah golongan fenol. Senyawa fenol merupakan

kelompok zat kimia yang ditemukan sangat luas pada tanaman. Senyawa ini telah

dieksploitasi secara intensif karena berbagai fungsi biologis seperti antimutagenik,

antikarsinogenik, antipenuaan, dan juga antioksidan (Kosem et al., 2007).

Senyawa fenol seperti flavonoid banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran,

kacang-kacangan, biji, bunga, dan juga teh dan anggur merah (Middleton Jr. et al.,

2000). Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa ada korelasi sangat kuat

antara aktivitas antioksidan dengan total fenol dari ekstrak buah-buahan, sehingga

disimpulkan senyawa fenol berperan sebagai antioksidan pada buah-buahan

(Mahattanatawee et al., 2006; Isabelle et al., 2010; Nurliyana et al., 2010).

Inducer lainya adalah ROS seperti H2O2. Dalam kondisi normal, ROS dihasilkan

sebagai produk samping dari metabolisme aerobik untuk membentk ATP dalam

mitokondria. Dalam reaksi tersebut dibutuhkan oksigen di mana oksigen akan

bereaksi dengan hidrogen untuk membentuk air, tetapi sejumlah kecil oksigen

dapat berubah menjadi radikal bebas.


41

Tabel 2.2.
Kelompok Inducer dan Mekanisme Kerja (Tkachev et al., 2011).
Group of Members Mechanism of action
agents
Xenobiotics and their Endogenous
metabolites compounds
Diphenols, tBHQ, BHT, BHA, dopamine, oxidize or bind to
quinones, curcumin, resveratrol, 4-hydroxyestrol, SH-groups in Keap1 and
and quercetin, ethoxyquin, 2-hydroxyestradiol, increase of intracellular
phenylene- probucol, epigallocatechin- 4-hydroxyestradiol, 2O2 production
diamines 3-gallate estradiol-3,4-quinone

Michael EPA, DHA, crotonic acrolein, 4-hydroxy- binding to SH-groups of


acceptors aldehyde, 2,3-nonenal, PGA2, Keap1
methyl acrylate, methyl 15d-PGJ2,
propionate, J2-isoprostane
methyl vinyl sulfone

Isothiocya- sulforaphane, 3- binding to SH-groups of


nates morpholinopropyl Keap1
isothiocyanate

1,2-Dithio- 1,2-dithiolthione, oltipraz, increase of 2O2


3-thiones 5-(para-methoxyphenyl)- intracellular
1,2-dithiol-3-thione production

Hydropero- Tert-butyl hydroperoxide, 2O2, lipid oxidation of SH-groups


xides cumol hydroperoxides in Keap1
hydroperoxide, 2O2

Compounds As2O3, AsO2 - , As3+, binding to SH-groups


of trivalent phenylarsine oxide, of Keap1, increase
arsenic CH3As(OH)2 of intracellular 2O2
production

Heavy Cd2+, Co2+, Cu2+, Au1+, increase of intracellular


metal ions Hg2+, Pb2+ 2O2 production

Vicinal ()-2,3-dimercapto-1- not determined


dimercap- propanol,
tans 1,2-ethane dithiol

Carotenoids 3-hydroxy--damascone, not determined,


lycopene preliminary oxidation of
compounds is required

Selenium- ebselen, dialkyl diselenides,


containing seleninic acids, phenyl not determined
compounds selenol
Keterangan : tBHQ (tert-butylhydroquinone), BHT (butylhydroxytoluene),
BHA (butylhydroxyanisole), EPA (eicosapentaenoic acid), DHA (docosa hexaenoic
acid), PGA2 (prostaglandin A2), 15d-PGJ2 (15-deoxy-prostaglandin J2).
42

Antioksidan dapat mencegah terjadinya peroksidasi lipid baik pada tahap

inisiasi, propagasi maupun pada tahap terminasi. Pada tahap inisiasi, peroksidasi

lipid dapat dicegah oleh peredam radikal bebas. Sementara pada tahap propagasi

diputus oleh peredam radikal peroksi seperti antioksidan flavonoid

(LOO + FL-OH LOOH + FL-O , FL-OH adalah flavonoid). Sedangkan pada

tahap terminasi, radikal lipid (L), radikal lipid peroksi (LOO) dan radikal

alkoksil (LO) diredam oleh antioksidan fenol (seperti -tocopherol, flavonoid)

(LOO/L /LO + A-OH LOOH/LH/LOH + AO , A-OH adalah senyawa fenol

seperti -tocopherol, flavonoid, dan AO adalah radikal fenoksil)

(Middleton Jr. et al., 2000).

Inducer tersebut bekerja melalui mekanisme aktivasi Nrf2. Senyawa

fitokimia seperti epicatechin telah diketahui dapat memicu ekspresi gen penyandi

antioksidan melalui aktivasi Nrf2 (Granado-Serrano et al., 2010; Shah et al.,

2010). Penelitian yang dilakukan pada tikus Wistar menunjukan bahwa Curcumin

dapat mengurangi kerusakan hati melalui aktivasi Nrf2 (Farombi et al., 2008),

juga biji broccoli yang mengandung glucosinolate 40 mmol/kg, dapat

menginduksi pembentukan antioksidan dan protein detoksikasi melalui aktivasi

Nrf2 pada tikus (McWalter et al., 2004). Senyawa fitokimia tersebut mengaktivasi

Nrf2 secara langsung atau melalui serangkaian jalur yang diperantari oleh

interaksi dengan protein spesifik seperti p38, protein kinase C (PKC),

extracellular signal-regulated protein kinase (ERK), c-jun N-terminal kinase

(JNK), dan phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K). Dalam kondisi normal, Nrf2

terikat pada Keap1 dan terdapat dalam sitoplasma bersama protein aktin
43

sitoskeleton (Mann et al., 2007). Sebaliknya, dalam kondisi terpapar oleh senyawa

yang bertindak sebagai inducer, maka inducer bereaksi dengan sistein pada Keap1

mengakibatkan pelepasan Nrf2 dari Keap1. Nrf2 kemudian mengalami translokasi

menuju nukleus dan berikatan dengan ARE bersama protein small

musculoaponeurotic fibrosarcoma (sMaf) untuk mengaktivasi ekspresi gen-gen

sitoprotektif seperti Heme Oxygenase-1 (HO-1), Peroxyredoxin-1 (Prx-1),

thioredoxin-1(Trx-1), cystineglutamate anionic amino acid transporter (xCT),

glutathione-S-transferase (GST), dan NAD(P)H:quinone oxidoreductase (NQO-1)

(Son et al., 2008). Mekanisme tersebut digambarkan pada Gambar 2.6 dan 2.7.

Gambar 2.6
Mekanisme Aktivasi Nrf2/ARE oleh Senyawa Fitokimia (Son et al., 2008).

Gambar 2.7.
Mekanisme Aktivasi Nrf2/ARE oleh ROS (Mann et al., 2007).
44

Nuclear factor-erythroid 2-related factor-2 merupakan suatu basic region-

leucine zipper (bZIP) transcription factor dan anggota Cap n Collar (CNC)

family, yang juga termasuk NF-E2, Nrf1, Nrf3, Bach1 dan Bach2. Nrf2

menengahi respon seluler akibat terpapar berbagai macam inducer seperti oksidan

atau xenobiotic dengan cara berikatan pada elemen dari promotor gen

sitoprotektif. Nrf2 diaktivasi oleh perubahan kondisi redoks sel dan berfungsi

memulihkan homeostasis dengan mengontrol antioksidan, xenobiotic, dan enzim

sitoproteksif lainnya (Baird et al., 2011).

Pada manusia, Nrf2 merupakan suatu protein yang terdiri atas 605 asam

amino dengan berat molekul 67,8 kDa, sedangkan pada tikus terdiri atas 597

asam amino dengan berat molekul 66,9 kDa (Tkachev et al., 2011). Protein Nrf2

terdiri atas enam domain fungsional yaitu; Nrf2-epichlorohydrin (ECH)

homology (Neh; Neh1,Neh2, Neh3, Neh4, Neh5, dan Neh6). Domain Neh1 berisi

bZIP DNA binding yang akan berlekatan dengan ARE untuk membentuk sebuah

heterodimer bersama protein lain seperti Maf dan Jun protein. Domain Neh2

menjadi bagian yang akan berlekatan dengan inhibitornya yang ada di sitoplasma

yaitu Keap1. Domain Neh3 terikat pada chromo-ATPase/helicase DNA binding

protein yang berfungsi sebagai co-activator transkripsional untuk meningkatkan

transkripsi gen-gen yang tergantung pada ARE. Domain Neh4 dan Neh5 bertindak

secara sinergi untuk mengikat co-activator transkripsi yang lain. Umpan balik

negatif Nrf2 dilakukan oleh Neh6 (Baird et al., 2011; Tkachev et al., 2011).

Struktur Nrf2 digambarkan secara skematis pada Gambar 2.8.


45

Gambar 2.8.
Struktur Domain Nrf2. Menunjukan Posisi Domain Neh2, Neh4, Neh5, Neh6,
Neh1 dan Neh3, dan Lokasi DLG dan ETGE Motif dalam Neh2 Sebagai Tempat
Perikatan antara Nrf2 dengan Keap1. Neh1 Berisi bZip DNA Binding dan Domain
Heterodimerisasi di mana Nrf2 Berinterakasi dengan Small Maf dan Berikatan
pada DNA Sebagai Heterodimer (Baird et al., 2011).

Kelch-like ECH-associated protein-1 pada tikus tersusun atas 624 asam

amino termasuk 25 sistein residu dengan berat molekul 69,5 kDa, sedangkan pada

manusia tersusun atas 625 asam amino termasuk 27 sistein residu dengan berat

molekul 69,7 kDa. Keap1 berisi lima domain yaitu; N-terminal region (NTR);

Broad-Complex, Tramtrack, dan Bric a` brac (BTB) domain yang

bertanggungjawab terhadap dimerisasi dan interakasi dengan cullin-3-containing

ubiquitinligase E3 complex (Cul3-E3-ligase); Intervening region (IVR) domain

yang berisi sistein residu yang sensitif terhadap oksidasi dan nuclear export signal

(NES) motif; Kelch domain yang berisi enam kelch repeat (KR1, KR2, KR3, KR4,

KR5, dan KR6) dan memiliki struktur 6-bladed -propeller yang menengahi

asosiasi antara Keap1 dengan Nrf2 dan protein aktin atau myosin VIIa

sitoskeleton; dan C-terminal region (CTR) (Tkachev et al., 2011). Struktur Keap1

digambarkan secara skematis pada Gambar 2.9.


46

Gambar 2.9.
Struktur Domain Keap1. Menunjukan Posisi N-terminal Region (NTR), Domain
BTB, Intervening Region (IVR), Kelch (DGR) Domain, dan C-terminal Region
(CTR), Serta Lokasi C151, C273 dan C288. Keap1 Membentuk Dimer Melalui
BTB Domain yang Juga Sebagai Domain di mana Keap1 Berikatan dengan Cullin
3 (Cul3). Kelch domain Membentuk Struktur 6-bladed -propeller di mana Keap1
Berinteraksi dengan Domanin Neh2 dari Nrf2 (Baird et al., 2011).

Kelch-like ECH-associated protein-1 merupakan protein yang kaya sistein.

Dari seluruh sistein, 10 di ataranya diprediksi menjadi reaktif karena adanya asam

amino yang bermuatan positif di dekatnya. Muatan positif ini menurunkan pKa

gugus thiol sistein di sebelahnya, stabilisasi anion, sehingga pada gilirannya akan

mempertahankan sistein dalam keadaan reaktif. Sistein yang reaktif ini akan

mudah diinduksi oleh berbagai macam inducer seperti; dexamethasone 21-

mesylate (Dex-mes) dapat menginduksi sistein yang terdapat pada IVR domain

yakni C257, C273, C288, dan C297, serta sistein yang terdapat pada CTR yakni

C613. Sedangkan sistein yang terdapat pada BTB domain yakni C151 dapat

diinduksi oleh tert-butylhydroquinone (tBHQ). Jadi inducer yang berbeda dapat

dapat bereaksi dengan Keap1 dengan cara yang berbeda (Baird et al., 2011).

Bagian DNA yang berisi urutan nukleotida 5- A/GTGAC/TnnnGCA/G-3

sebagai core dan dikenal dengan ARE. Nrf2 dapat berikatan dengan bagian ini.
47

Analisis lebih lanjut menemukan adanya urutan TA/CA yang terletak pada ujung

5 dengan jarak dua pasang basa dari core yang berperan penting dalam induksi

transkripsi gen. Dengan demikian, panjang ARE adalah 16 nukleotida yaitu

5-TA/CAnnA/GTGAC/TnnnGCA/G-3, lima di antaranya bervariasi yang

membuat keragaman genom ARE. Beberapa ARE berisi binding site bagi AP-1

transcription factor (5-TGACTCA-3; 12-O-tetradecanoyl-forbol-13-acetate-

responsive element, TRE) sehingga protein-protein yang termasuk dalam AP-1

transcription factor super family seperti protein cap n collar Nrf1, Nrf3, Bach1

dan Bach2; ATF1, ATF2, ATF3, ATF4, JunD, c-Jun, c-Fos dan Fra1 dapat

mengambil bagian dalam transkripsi gen yang dikontrol oleh ARE

(Tkachev et al., 2011).

Antioxidant Respone Element menengahi aktivasi transkripsi gen-gen

seperti HO-1, -glutamylcysteine synthethase, Trx-1, GST dan NQO-1, juga enzim

antioksidan seperti SOD dan catalase yang terlibat dalam meredam ROS. Dalam

kondisi basal Nrf2 terikat pada Keap1 dan terdapat dalam sitoplasma bersama

protein aktin sitoskeleton (Mann et al., 2007). Sebaliknya, dalam kondisi terpapar

oleh senyawa yang bertindak sebagai inducer, maka inducer bereaksi dengan

sistein pada Keap1 mengakibatkan pelepasan Nrf2 dari Keap1. Nrf2 kemudian

mengalami translokasi menuju nukleus dan berikatan dengan ARE bersama

protein sMaf untuk mengaktivasi ekspresi gen-gen sitoprotektif. Mekanisme ini

didukung fakta bahwa inducer sulforaphane dan bis(2-hydroxybenzylidene)

acetone dengan konsentrasi tertentu dapat menyebabkan terjadinya disosiasi

Keap1Neh2 complex (Baird et al., 2011).


BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan atas kajian pustaka bahwa

stres oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi

radikal bebas dengan antioksidan, di mana kadar radikal bebas lebih tinggi

dibandingkan antioksidan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal

seperti genetik, umur, oksidasi fosforilasi, proses patofisiologi, dan faktor

eksternal seperti asupan makanan, patogen, sinar ultra violet dan bahan kimia.

Faktor internal utama yang menimbulkan stres oksidatif adalah oksidasi

fosforilasi akibat melakukan aktivitas fisik maksimal. Selama aktivitas fisik,

terbentuk radikal bebas bersamaan dengan reaksi oksidasi fosforilasi untuk

membentuk energi (ATP) dalam mitokondria. Dalam reaksi tersebut dibutuhkan

oksigen di mana oksigen akan bereaksi dengan hidrogen untuk membentuk air,

tetapi sejumlah oksigen dapat berubah menjadi radikal bebas. Dengan demikian

maka semakin berat aktivitas fisik maka dibutuhkan semakin banyak ATP, juga

semakin banyak radikal bebas yang dihasilkan sebagai produk samping.

Tubuh sebenarnya telah mempunyai kemampuan untuk menetralisir radikal

bebas dengan cara membentuk antioksidan endogen seperti GPx dan SOD.

Mekanisme tersebut terjadi karena aktivitas fisik yang dilakukan dengan

intensitas, durasi dan frequensi sedang (pelatihan fisik), tampaknya merupakan

stres tehadap tubuh dan menjadikannya sebagai sinyal untuk memunculkan respon

berulang sehingga meningkatkan kemampuan adaptasi, di mana responnya akan

48
49

menjadi lebih baik apabila sinyal tersebut muncul kembali. Hal ini terjadi karena,

radikal bebas dapat berfungsi sebagai sinyal untuk mengaktivasi Nrf2 yang terikat

pada Keap1 dalam sitoplasma sehingga mengalami disosiasi dan translokasi

menuju nukleus. Dalam nukleus Nrf2 akan berasosiasi pada bagian promoter gen

yang disebut ARE, untuk mengaktivasi gen-gen penyandi antioksidan sehingga

berekspresi. Antioksidan tersebut akan menangkal atau meredam dampak negatif

radikal bebas dalam tubuh dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal

bebas sehingga aktivitasnya bisa dihambat. Akan tetapi jika aktivitas fisik

dilakukan secara maksimal maka dihasilkan radikal bebas yang lebih banyak.

Dalam kondisi demikian antioksidan endogen tidak mampu lagi mengimbangi

pembentukan radikal bebas sehingga akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif.

Untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dalam mencegah terjadinya stres

oksidatif maka diperlukan antioksidan dari luar tubuh. Antioksidan tersebut akan

meredam radikal bebas dengan cara mendonorkan elektronnya baik pada tahap

inisiasi, propagasi maupun tahap terminasi. Salah satu sumber antioksidan alami

adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L). Sifat antioksidan buah

manggis dikaitkan dengan adanya senyawa xanthone, di antaranya adalah

-mangostin dan -mangostin yang merupakan komponen terbesar serta memiliki

kemampuan sebagai antioksidan kuat. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak

kulit buah manggis juga diduga bekerja sebagai sinyal yang akan memicu ekspresi

gen-gen penyandi antioksidan melalui aktivasi Nrf2.

Pemberian ekstrak kulit buah manggis bersama-sama dengan pelatihan fisik

diduga dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tubuh melalui pembentukan


50

antioksidan endogen sehingga akan mengurangi terjadinya stres oksidatif. Dengan

dasar pemikiran tersebut maka pemberian ekstrak kulit buah manggis secara

bersama-sama dengan pelatihan fisik masih perlu diteliti lebih lanjut.

3.2 Konsep Penelitian

Pola hubungan antar konsep dapat disusun seperti berikut :

PERLAKUAN
Pelatihan fisik
Ekstrak kulit buah manggis

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL


Genetik Diet
Umur Bahan kimia
Oksidasi fosforilasi Patogen
Patofisiologi Sinar ultraviolet

TIKUS WISTAR SELAMA


AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL
MDA,
SOD
GPx

Gambar 3.1
Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat menurunkan kadar

MDA darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.
51

2. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat meningkatkan

kadar enzim SOD dan GPx darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama

aktivitas fisik maksimal.

3. Pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per

minggu, selama empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus

Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

4. Pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per

minggu, selama empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan

GPx darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

5. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar (Rattus

norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.

6. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan GPx darah tikus

Wistar (Rattus norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal.


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental post test only. Penelitian

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) dengan

perlakuan Faktorial 6 x 2 (Steel dan Torrie, 1995). Perlakuan pertama adalah

ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang terdiri atas lima level

dosis yaitu: dosis 0 mg/kgbb/hari (E0), 50 mg/kgbb/hari (E1), 100 mg/kgbb/hari

(E2), 200 mg/kgbb/hari (E4), 300 mg/kgbb/hari (E6), dan 400 mg/kgbb/hari (E8).

Perlakuan kedua adalah pelatihan fisik yaitu: tanpa pelatihan fisik (P0) dan dengan

pelatihan fisik (P1), sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan. Rancangan

tersebut digambarkan pada Gambar 4.1.

4.2 Populasi, Sampel, dan Unit Penelitian


4.2.1 Populasi
1. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh tikus Wistar (Rattus

norvegicus) jantan umur 12 minggu, berat badan 216g s.d. 258g.

2. Populasi terjangkau adalah seluruh tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan

umur 12 minggu, berat badan 216g s.d. 258g yang berada di lokasi penelitian

dan memenuhi kriteria inklusi.

4.2.2 Kriteria sampel


Kriteria inklusi sampel meliputi :
1. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan umur 12 minggu.

2. Berat badan berkisar antara 216g s.d. 258g.


Kriteria drop out sampel meliputi :
1. Sampel mati selama penelitian

52
53

Gambar 4.1
Rancangan Penelitian

Keterangan :
P : Populasi.
S : Sampel.
R : Random.
E0P0 : Perlakuan ekstrak dosis 0 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
E1P0 : Perlakuan ekstrak dosis 50 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
E2P0 : Perlakuan ekstrak dosis 100 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
E4P0 : Perlakuan ekstrak dosis 200 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
E6P0 : Perlakuan ekstrak dosis 300 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
E8P0 : Perlakuan ekstrak dosis 400 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
E0P1 : Perlakuan ekstrak dosis 0 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
E1P1 : Perlakuan ekstrak dosis 50 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
E2P1 : Perlakuan ekstrak dosis 100 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
E4P1 : Perlakuan ekstrak dosis 200 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
E6P1 : Perlakuan ekstrak dosis 300 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
E8P1 : Perlakuan ekstrak dosis 400 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
O.E0P0 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 0 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
O.E1P0 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 50 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
O.E2P0 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 100 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
O.E4P0 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 200 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
O.E6P0 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 300 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
O.E8P0 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 400 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik.
O.E0P1 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 0 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
O.E1P1 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 50 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
O.E2P1 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 100 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
O.E4P1 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 200 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
O.E6P1 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 300 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.
O.E8P1 : Observasi Perlakuan ekstrak dosis 400 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik.

4.2.3 Unit penelitian

Jumlah unit penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan

dengan menggunakan persamaan Federer : (t-1) (r - 1) 15), di mana t adalah

banyaknya perlakuan dan r adalah jumlah replikasi (Montgomery, 2001). Dalam


54

penelitian ini t = 12, sehingga (12-1)(r-1) 15. Dengan memakai rumus tersebut

diperoleh jumlah r = 4 yang artinya replikasi dilakukan empat kali, sehingga

jumlah unit penelitian adalah 12 x 4 = 48 unit. Setiap unit terdiri atas satu ekor

tikus sehingga jumlah tikus yang digunakan adalah 48 ekor.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas berupa dosis ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) dosis 0 mg/kgbb/hari, 50 mg/kgbb/hari, 100 mg/kgbb/hari,

200 mg/kgbb/hari, 300 mg/kgbb/hari, dan 400 mg/kgbb/hari yang diberikan

selama empat minggu dan pelatihan fisik berupa renang dengan intensitas 70%

dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama empat minggu.

4.3.2 Variabel tergantung

Variabel tergantung yang diukur dalam penelitian ini meliputi:

1. Kadar MDA darah

2. Kadar SOD darah

3. Kadar GPx darah

4.3.3 Variabel kendali

Variabel kendali dalam penelitian ini berupa:

1. Jenis kelamin sampel

2. Umur sampel

3. Berat sampel
55

4.3.4 Hubungan antar variabel

Hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:

Pelatihan fisik Ekstrak kulit buah


manggis

Kadar MDA

Kadar SOD dan GPx

Gambar 4.2
Hubungan Antar Variabel Penelitian

4.3.5 Definisi operasional variabel

1. Ekstrak kulit buah manggis adalah ekstrak dari seluruh bagian kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) yang diperoleh dari hasil ekstraksi

dengan pelarut ethanol 96%, yang diberikan pada tikus percobaan dengan

cara disonde dengan dosis 0 mg/kgbb/hari, 50 mg/kgbb/hari, 100

mg/kgbb/hari, 200 mg/kgbb/hari, 300 mg/kgbb/hari, dan 400 mg/kgbb/hari

selama empat minggu.

2. Pelatihan fisik adalah pelatihan renang dengan intensitas 70% dari aktivitas

fisik maksimal (43 menit dari tes pendahuluan sebelum perlakuan dimulai)

yaitu selama 30 menit, lima kali per minggu, selama empat minggu.

3. Aktivitas fisik maksimal adalah kemampuan melakukan renang bebas sekuat-

kuatnya sampai tenggelam yakni kepalanya tetap berada di bawah permukaan

air selama lima detik.


56

4. Stres oksidatif adalah suatu kondisi ketidakseimbangan antara produksi

radikal bebas dengan antioksidan, yang ditentukan dengan mengukur kadar

MDA, SOD, dan GPx dari sampel darah tikus setelah perlakuan berakhir.

5. Malondialdehyde adalah hasil perusakan oksidatif oleh radikal bebas yang

ditentukan dari sampel darah tikus setelah perlakuan berakhir, dengan

menggunakan metode spektrofotometri menggunakan TBARS assay dan

dinyatakan dalam nmol/ml.

6. Superoxide dismutase adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai antioksidan

endogen yang diukur dari sampel darah tikus setelah perlakuan berakhir,

dengan metode spektrofotometri menggunakan xanthine - xanthine oxidase

dan dinyatakan dalam persen.

7. Glutathione peroxidase adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai

antioksidan endogen yang diukur dari sampel darah tikus setelah perlakuan

berakhir dengan menggunakan metode spektrofotometri berdasarkan oksidasi

NADPH dan dinyatakan dalam U/mL.

8. Jenis kelamin adalah tikus dengan jenis kelamin jantan yang terpilih sebagai

sampel penelitian.

9. Umur sampel adalah tikus umur 12 minggu yang dipergunakan sebagai

sampel penelitian yang ditentukan berdasarkan catatan kelahiran dari tempat

pemeliharaan hewan percobaan dan dinyatakan dalam minggu.

10. Berat sampel adalah tikus dengan berat badan 216g s.d. 258g yang

dipergunakan sebagai sampel penelitian yang ditentukan dengan cara


57

melakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan elektrik dan

dinyatakan dalam gram.

4.4 Bahan Penelitian

1. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan umur 12 minggu, berat badan

216g s.d. 258g.

2. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diperoleh dari petani yang ada

di Desa Yehembang, Jembrana, Bali.

3. Reagen Pemeriksaan MDA, SOD, dan GPx , ethanol 96%.

4. Makanan tikus produksi PT Japfa comfeed Indonesia, dengan komposisi

protein 66%, lemak 7 %, serat kasar 6 %, Abu, 7 %, kalsium 1,1 %, phosfor

0,9%, dan air 12%.

4.5 Alat Penelitian

1. Kandang pemeliharaan hewan percobaan yang berukuran 45 x 35 x 20 cm

2. Perangkat untuk aktivitas renang tikus yang berukuran 70 x 60 x 60 cm

dengan ketinggian air 55 cm, dan suhu air 33oC.

3. Instrumen pemeriksaan kadar MDA, SOD dan GPx.

4.6 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Universitas Hindu Indonesia

Denpasar, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

UNUD, dan Laboratorium Pangan-Gizi Pusat Antar Universitas, UGM.


58

4.7 Prosedur Penelitian

1. Tikus diaklimatisasi selama satu minggu untuk menyesuaikan dengan

temperatur dan kelembaban ruangan penelitian.

2. Sampel tikus dibagi menjadi 12 perlakuan yakni; E0P0 (perlakuan ekstrak

dosis 0 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik), E1P0 (perlakuan ekstrak dosis

50 mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik), E2P0 (perlakuan ekstrak dosis 100

mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik), E4P0 (perlakuan ekstrak dosis 200

mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik), E6P0 (perlakuan ekstrak dosis 300

mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik), E8P0 (perlakuan ekstrak dosis 400

mg/kgbb/hari dan tanpa pelatihan fisik), E0P1 (perlakuan ekstrak dosis 0

mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik), E1P1 (perlakuan ekstrak dosis 50

mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik, E2P1 (perlakuan ekstrak dosis 100

mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik), E4P1 (perlakuan ekstrak dosis 200

mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik), E6P1 (perlakuan ekstrak dosis 300

mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik), dan E8P1 (perlakuan ekstrak dosis

400 mg/kgbb/hari dan dengan pelatihan fisik).

3. Tikus dipelihara dalam kandang masing-masing empat ekor tikus, diberi

makan dan minum ad libitum.

4. Sebelum diberikan perlakuan, tikus direnangkan secara maksimal untuk

mendapatkan data tentang aktivitas fisik maksimal yang dipakai sebagai dasar

dalam menentukan lama waktu pelatihan renang yaitu 70% dari aktivitas fisik

maksimal.
59

5. Tikus perlakuan dengan ekstrak kulit buah manggis dan tanpa pelatihan fisik

(E1P0, E2P0, E4P0, E6P0, dan E8P0) diberikan ekstrak kulit buah manggis dengan

dosis sesuai perlakuan selama empat minggu dengan cara disonde.

6. Ekstrak kulit buah manggis diperoleh dengan cara ekstraksi dengan ethanol

96%. Buah dicuci bersih kemudian dipisahkan antara kulit dan daging

buahnya. Kulit buah dipotong kecil-kecil kemudian diblender, selanjutnya

dikeringanginkan selama satu jam kemudian diblender lagi untuk

mendapatkan bahan dalam bentuk bubuk. Bahan kemudian dikeringanginkan

selama lima hari sehingga mendapatkan bahan dalam bentuk bubuk kering dan

dikemas vakum sebelum dianalisis lebih lanjut. Bubuk tersebut kemudian

dimacerasi dengan ethanol 96% selama 48 jam, dan diremaserasi lagi

sebanyak dua kali. Ekstrak kemudian disaring dengan kertas Whatman No 40.

Filtrat kemudian dipekatkan dalam rotary evapotarator pada temperatur 45oC

untuk mendapatkan ekstrak kental, dan selanjutnya dikeringkan dengan

menggunakan freeze dry.

7. Tikus perlakuan dengan ekstrak kulit buah manggis dan dengan pelatihan fisik

(E0P1, E1P1, E2P1, E4P1, E6P1, dan E8P1) diberikan ekstrak kulit buah manggis

dengan dosis sesuai perlakuan selama empat minggu serta direnangkan dalam

ember yang telah berisi air selama 30 menit, lima kali seminggu, selama

empat minggu.

8. Tikus perlakuan dengan ekstrak kulit buah manggis dosis 0 mg/kgbb/hari dan

tanpa pelatihan fisik (E0P0) diberikan aquades sebanyak 2 ml/kgbb.


60

9. Dua puluh empat jam setelah perlakuan berakhir, semua tikus direnangkan

sampai tenggelam yakni kepalanya tetap berada di bawah permukaan air

selama lima detik, kemudian sampel darah tikus segera diambil dari cantus

sinus orbitalis untuk diperiksa kadar MDA, SOD, dan GPx.

10. Pengukuran kadar MDA dilakukan dengan metode TBARS. Sebanyak 0,75 ml

asam fosfat dimasukan ke dalam tabung polypropylene 13 ml, selanjutnya

0,05 ml sampel plasma darah ditambahkan. Campuran tersebut kemudian

ditambahkan 0,25 ml larutan Thiobarbituric acid (TBA) 40 mM, diikuti

dengan 0,45 ml air kemudian dicampur dengan baik dan ditutup rapat.

Setelah dipanaskan dalam water bath selama 60 menit dengan suhu 100oC,

campuran selanjutnya didinginkan sampai mencapai suhu 30oC, kemudian

dimasukan ke dalam kolom Sep-Park C18. Sebelum digunakan, kolom dicuci

dengan 5 ml methanol dan air kemudian dibuang. Selanjutnya campuran

sampel dimasukan ke dalam kolom dan juga dibuang. TBA kemudian dielusi

dari kolom dengan cara menambahkan 4 ml methanol dan ditampung dalam

cuvet. Kepekatan warna dibaca dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 532 nm. Sebagai standar digunakan 1.1.3.3 tetraetoksipropana

(TEP) (Wuryastiti, 2000).

11. Pengukuran kadar SOD dilakukan dengan cara sebanyak 0,06 ml plasma

direaksikan dengan campuran yang terdiri atas 2,70 ml bufer Natrium-

karbonat yang mengandung 0,1mM EDTA (pH 10), 0,06 ml xantin 10mM,

0,03 ml bovine serum albumin (BSA) 0,5%, 0,03 ml NBT 2,5 mM.

Selanjutnya dilakukan penambahan xantin oksidase (0,04 unit). Absorbansi


61

yang dihasilkan setelah 30 menit diukur pada panjang gelombang 560 nm.

Kadar SOD (%) dihitung dengan menggunakan persamaan: (B-A/B) x 100%,

di mana A adalah absorbansi larutan sampel dan B adalah absorbansi larutan

kontrol (Sun et al., 1988; Kotan et al., 2011, Wrasiati, 2011).

12. Pengukuran kadar GPx dilakukan dengan cara, sebanyak 200 l plasma

ditambahkan 200 l buffer phosphat 0,1 M pH 7.0 yang mengandung 0,1 mM

EDTA, 200 l glutation tereduksi (GSH) 10 mM dan 200 l enzim glutation

reduktase. Kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC,

ditambahkan 200 l NADPH 1,5 mM dan diinkubasi lagi selama tiga menit

pada suhu yang sama, ditambahkan 200 l H2O2 1,5 mM. Absorbansi diukur

diantara waktu satu sampai dua menit dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 340 nm. Aktivitas enzim ditentukan dengan persamaan

(Kotan et al., 2011; Wrasiati, 2011):

Di mana :
Abs. : perubahan absorbansi
Vt : Volume total
Vs : Volume sampel
6,22 : Koefesien ekstrinsik NADPH
2 : 2 mol GSH setara dengan 1 mol NADPH
62

4.8 Alur Penelitian

Skema alur penelitian digambarkan pada Gambar 4.3.

Populasi

Sampel

Aklimatisasi satu minggu

Random

Perlakuan

E0P0 E1P0 E2P0 E4P0 E6P0 E8P0 E0P1 E1P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1

Aktivitas Fisik Maksimal

Pengukuran Kadar MDA, SOD, dan GPx

Analisis data

Gambar 4.3
Alur Penelitian

4.9 Analisis Data

Analisis statistik dilakukan untuk melihat perbedaan antar perlakuan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas data dengan Shapiro-wilk pada selang kepercayaan 95%

(=0,05), yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data. Jika nilai p 0,05
63

berarti data dikatakan berdistribusi normal tetapi sebaliknya jika nilai p 0,05

berarti data tidak berdistribusi normal.

2. Uji homogenitas data dengan Levene Test pada selang kepercayaan 95%

(=0,05), yang bertujuan untuk mengetahui varians data. Nilai nilai p0,05

berarti homogen tetapi apabila nilai p0,05 berarti data tidak homogen.

3. Data hasil penelitian yang menyebar normal dan varians sama, dianalisis

dengan Analisis Varians (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Hasil

analisis varians yang menunjukan perbedaan nyata (p0,05), dilanjutkan

dengan uji Least Significant Difference (LSD) pada selang kepercayaan 95%.

4. Data hasil penelitian yang menyebar tidak normal atau tidak homogen,

dianalisis dengan analisis Generalized Linear Model (GLZ). Analisis ini

merupakan perluasaan dari General Linear Model (GLM) yang mengijinkan

data tidak berdistribusi normal, di mana variabel tergantung dihubungkan

dengan faktor-faktor (variabel bebas) melalui fungsi penghubung (link

function) selain distribusi normal. Sedangkan, GLM (seperti analisis varians

dan regresi linear) variabel tergantung dihubungkan dengan faktor-faktor

(variabel bebas) melalui identitas penghubung (identity link) yaitu distribusi

normal. Dalam analisis GLZ pengujian signifikansi didasarkan atas nilai Wald

Chi-Square dan uji lanjut menggunakan uji LSD pada selang kepercayaan

95% (Sawono, 2013).

5. Untuk menentukan dosis optimum ekstrak kulit buah manggis dalam

menurunkan kadar MDA darah serta meningkatkan kadar SOD dan GPx,

dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi kuadratik


64

= 0 + 1X + 2X2, di mana X adalah dosis ekstrak. Dosis optimum

didapatkan dari Y = 0 (Prajitno, 1981), sehingga dari persamaan tersebut

didapatkan:

= 0 + 1X + 2X2

y= 1 + 22X

y'= 0 = Xopt.

0 = 1 + 22X

-1
Xopt. =
22

6. Analisis statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS.

7. Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel bebas

terhadap variabel terikat maka dianalisis menggunakan analisis path dan

dikerjakan dengan bantuan program Smart Partial Least Square (SmartPLS).


BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan tikus Wistar yang

digunakan dalam penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan selama

penelitian berlangsung, seperti disajikan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1
Perkembangan Berat Badan Subjek Penelitian

5.2 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kadar MDA,

SOD, dan GPx darah tikus Wistar, seperti disajikan pada Tabel 5.1.

65
66

Tabel 5.1
Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis dan Pelatihan Fisik Terhadap
MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar
Variabel Sumber keragaman Wald chi-square Sig.
DOSIS 800,068 0,000
MDA PELATIHAN 224,664 0,000
Blok 4,714 0,194
DOSIS * PELATIHAN 82,185 0,000
DOSIS 2641,834 0,000
SOD PELATIHAN 746,362 0,000
Blok 4,112 0,250
DOSIS * PELATIHAN 403,502 0,000
DOSIS 12159,287 0,000
GPx PELATIHAN 5263,397 0,000
Blok 5,962 0,113
DOSIS * PELATIHAN 5323,118 0,000

Rata-rata kadar MDA, SOD, dan GPx menunjukkan perbedaan secara

signifikan (p<0,05) antar dosis perlakuan. Kadar MDA semakin menurun,

sementara SOD dan GPx semakin meningkat dengan meningkatnya dosis ekstrak

yang diberikan, seperti disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2
Rata-rata (SE) Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis
DOSIS MDA SOD GPx
(mg/kg bb) (nmol/ml) (%) (U/ml)
0 8,500,30a 52,400,39a 14,620,11a
50 7,500,26b 57,620,42b 16,410,12b
100 4,770,17c 63,900,47c 25,810,19c
200 3,910,14d 71,980,53d 29,100,21d
300 3,490,12e 75,900,56e 31,040,23e
400 2,780,10f 81,350,60f 34,970,25f
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama dengan huruf berbeda, menunjukkan
perbedaan secara signifikan (p<0,05).
67

5.3 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Pelatihan Fisik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan fisik berpengaruh

signifikan (p<0,05) terhadap kadar MDA, SOD, dan GPx darah tikus Wistar

seperti disajikan pada Tabel 5.1. Rata-rata kadar MDA, SOD, dan GPx berbeda

secara signifikan antar perlakuan. Kadar MDA lebih tinggi pada perlakuan dengan

pelatihan fisik dibandingkan dengan tanpa pelatihan fisik, sementara SOD dan

GPx sebaliknya, seperti disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3.
Rata-rata (SE) Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah
Tikus Wistar Setelah Pelatihan Fisik
Perlakuan MDA SOD GPx
(nmol/ml) (%) (U/ml)
Tanpa pelatihan fisik 3,850,08a 72,090,31a 29,870,13a
Dengan pelatihan fisik 5,880,12b 61,170,26b 19,430,08b
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama dengan huruf berbeda, menunjukkan
perbedaan secara signifikan (p<0,05).

5.4 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan
Pelatihan Fisik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis dan

pelatihan fisik berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kadar MDA, SOD, dan

GPx darah tikus Wistar seperti disajikan pada Tabel 5.1. Rata-rata kadar MDA

memperlihatkan adanya penurunan, sementara SOD dan GPx meningkat dengan

meningkatnya dosis ekstrak yang diberikan secara bersama-sama dengan

pelatihan fisik, seperti disajikan pada Tabel 5.4.


68

Tabel 5.4
Rata-rata (SE) Kadar MDA, SOD, dan GPx Setelah Perlakuan
Ekstrak Kulit Buah Manggis dan Pelatihan Fisik
Variabel Dosis Pelatihan fisik
(mg/kg bb) Tanpa pelatihan Dengan pelatihan
aA
0 6,420,32 11,250,55aB
MDA 50 5,860,29aA 9,600,47bB
(nmol/ml) 100 3,390,17bA 6,730,33cB
200 2,890,14cA 5,300,26dB
300 3,040,15bcA 4,020,20eB
400 2,890,14cA 2,680,13fA
0 62,110,65aA 44,200,46aB
SOD 50 64,700,67bA 51,310,53bB
(%) 100 71,620,75cA 57,000,59cB
200 77,590,81dA 66,780,70dB
300 78,450,82deA 73,440,76eB
400 80,100,83eA 82,610,86fB
0 24,790,25aA 8,620,09aB
GPx 50 26,640,27bA 10,110,10bB
(U/ml) 100 30,750,32cA 21,670,22cB
200 31,920,33dA 26,530,27dB
300 32,700,34deA 29,460,30eB
400 33,510,34eA 36,500,37fB
Keterangan: 1. Nilai rata-rata dengan huruf berbeda menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05).
2. Huruf besar menunjukkan signifikansi ke arah baris, huruf kecil ke arah kolom.

Dari Tabel 5.4 terlihat bahwa ekstrak dosis 0 mg/kg bb sampai dengan 300

mg/kg bb mengakibatkan rata-rata kadar MDA lebih tinggi secara signifikan

(p<0,05) pada perlakuan dengan pelatihan fisik jika dibandingkan dengan tanpa

pelatihan fisik, sementara SOD dan GPx sebaliknya Namun demikian, ekstrak

dosis 400 mg/kg bb mengakibatkan rata-rata kadar MDA pada perlakuan

pelatihan fisik lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa

pelatihan, tetapi perbedaan tersebut tidak sigifikan (p>0,05). Sementara itu

ekstrak dosis 400 mg/kg bb mengakibatkan kadar SOD dan GPx lebih tinggi
69

secara signifikan (p<0,05) pada perlakuan dengan pelatihan fisik jika

dibandingkan dengan tanpa pelatihan fisik.

Dosis optimum ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam

menurunkan kadar MDA, serta meningkatkan kadar SOD dan GPx diperoleh dari

persamaan regresi kuadratik dan dihitung pada saat y= 0. Dalam kondisi tanpa

pelatihan fisik dosis optimum tersebut disajikan pada Gambar 5.2; 5.3, dan

Gambar 5.4. Sedangkan dalam kondisi pelatihan fisik disajikan pada Gambar 5.5;

5.6, dan Gambar 5.7

Xopt.= 319,83 mg/kg bb

Gambar 5.2.
Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis Dalam Menurunkan
Kadar MDA Darah Tikus Wistar Dalam Kondisi Tanpa Pelatihan Fisik.

Xopt.= 361,84 mg/kgbb

Gambar 5.3.
Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis Dalam Meningkatkan
Kadar SOD Darah Tikus Wistar Dalam Kondisi Tanpa Pelatihan Fisik
70

Xopt.=323,00 mg/kg bb

Gambar 5.4.
Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis Dalam Meningkatkan
Kadar GPx Darah Tikus Wistar Dalam Kondisi Tanpa Pelatihan Fisik

Xopt.= 424,63 mg/kgbb

Gambar 5.5
Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis Dalam Menurunkan
Kadar MDA Darah Tikus Wistar dalam Kondisi Pelatihan Fisik.

Xopt.= 817,44 mg/kgbb

Gambar 5.6.
Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis Dalam Menurunkan
Kadar SOD Darah Tikus Wistar dalam Kondisi Pelatihan Fisik
71

Xopt.= 523 mg/kgbb

Gambar 5.7.
Garis Regresi Kuadratik Ekstrak Kulit Buah Manggis Dalam Menurunkan
Kadar GPx Darah Tikus Wistar dalam kondisi Pelatihan Fisik

Dari Gambar 5.2 terlihat bahwa dosis optimum ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) dalam menurunkan kadar MDA diperoleh dari

persamaan regresi kuadratik y'=6,470,03X1+0,0000469X22 , di mana X1 dan X2

adalah dosis ekstrak, dengan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,803. Dosis

optimum dihitung pada saat y'=0 sehingga didapatkan dosis optimum sebesar

319,83 mg/kg bb.

Gambar 5.3 memperlihatkan persamaan regresi kuadratik

y'=61,509+0,11X1-0,000152X22 dengan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,958.

Dari persamaan tersebut dapat dihitung dosis optimum ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan kadar SOD pada saat y'=0 yaitu

sebesar 361,84 mg/kg bb.

Dari Gambar 5.4 terlihat persamaan regresi kuadratik

y'=24,96+0,05X1-0,0000774X22 dengan koefesien determinasi (R2) sebesar

0,898. Dari persamaan tersebut dapat dihitung dosis optimum ekstrak kulit buah
72

manggis (Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan kadar GPx yaitu pada

saat y'=0, sehingga didapatkan dosis optimum sebesar 323,00 mg/kg bb.

Dari Gambar 5.5 diketahui bahwa ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) dalam menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar

dalam kondisi pelatihan fisik, diperoleh dari persamaan regresi kuadratik

y'=11,08-0,04X1+0,0000471X22 dengan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,964.

Dari persamaan tersebut dosis optimum dihitung pada saat y' = 0, sehingga dari

hasil perhitungan didapatkan dosis sebesar 424,63 mg/kgbb.

Gambar 5.6 memperlihatkan persamaan regresi kuadratik

y'=44,92+0,12X1-0,0000734X22 dengan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,981.

Dari persamaan tersebut dapat dihitung dosis optimum ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan kadar SOD darah tikus Wistar

dalam kondisi pelatihan fisik adalah sebesar 817,44 mg/kgbb.

Dari Gambar 5.7 diketahui bahwa dosis optimum ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) dalam meningkatkan kadar GPx darah tikus

Wistar dalam kondisi pelatihan fisik dapat dihitung dari persamaan regresi

kuadratik y'=8,11+0,11X1-0,000105X22 dengan koefesien determinasi (R2)

sebesar 0,949. Dari persamaan tersebut didapatkan dosis optimum sebesar

523 mg/kgbb.

5.5 Analisis Jalur Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan
Pelatihan Fisik.

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kadar MDA darah tikus Wistar

dipengaruhi oleh ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan
73

pelatihan fisik dengan koefesien determinasi (R2) sebesar 0,779 atau 77,9%,

selebihnya yakni 22,1% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan kadar SOD

darah tikus Wistar 95,9% dipengaruhi oleh ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.), pelatihan fisik, dan kadar MDA, selebihnya yakni 4,1%

dipengaruhi oleh faktor lain. Kadar GPx darah tikus Wistar 94,2% dipengaruhi

oleh ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), pelatihan fisik, dan

kadar MDA, selebihnya yakni 5,8% dipengaruhi oleh faktor lain (Gambar 5.8).

Gambar 5.8.
Hasil Analisi Jalur Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis dan
Pelatihan Fisik Terhadap Kadar MDA, SOD dan GPx Darah Tikus Wistar

Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) secara langsung

berpengaruh positif terhadap kadar SOD yakni sebesar 0,376, sedangkan

pengaruh tidak langsungnya yaitu melalui MDA adalah sebesar 0,459, sehingga

pengaruh totalnya menjadi 0,835. Pengaruh langsung maupun pengaruh total

tersebut signifikan (thitung >ttabel; ttabel (=0,05;df;47) = 1,6779; thitung pengaruh langsung
74

5,309; thitung pengaruh total 14,05). Sementara itu pelatihan fisik secara langsung

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kadar SOD yakni sebesar -0,140

(thitung =2,425). Secara tidak langsung yakni melalui kadar MDA, pelatihan fisik

juga berpengaruh negatif terhadap kadar SOD yakni sebesar -0,283, sehingga

secara total berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kadar SOD yakni sebesar

-0,423 (thitung =7,278). Sedangkan MDA berpengaruh negatif terhadap SOD

dengan nilai sebesar -0,611 dan signifikan (thitung = 8,877) (Gambar 5.8, dan 5.9).

Gambar 5.9.
Nilai thitung Hasil Analisi Jalur Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis
dan Pelatihan Fisik Terhadap Kadar MDA, SOD dan GPx Darah Tikus Wistar.

Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) secara langsung

berpengaruh negatif terhadap kadar MDA darah tikus Wistar yakni sebesar -0,751

dan signifikan (thitung = 11,426). Sedangkan pelatihan fisik secara langsung


75

berpengaruh positif terhadap kadar MDA yaitu sebesar 0,463 dan signifikan

(thitung 8,109) (Gambar 5.8, dan 5.9).

Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) secara langsung

berpengaruh positif terhadap kadar GPx yakni sebesar 0,078, tetapi tidak

signifikan (thitung<ttabel; ttabel (=0,05;df;47) = 1,6779; thitung =1,164), sedangkan

pengaruh tidak langsungnya yaitu melalui MDA adalah sebesar 0,664, sehingga

pengaruh totalnya menjadi 0,742 dan signifikan (thitung =11,235). Sementara itu

pelatihan fisik secara langsung berpengaruh negatif terhadap kadar GPx yakni

sebesar -0,058, tetapi tidak signifikan (thitung =1,010). Secara tidak langsung yakni

melalui kadar MDA, pelatihan fisik juga berpengaruh negatif terhadap kadar GPx

yakni sebesar -0,409, sehingga secara total berpengaruh negatif terhadap kadar

GPx yakni sebesar -0,467 dan signifikan (thitung = 7,195). Sedangkan MDA

berpengaruh negatif terhadap GPx dengan nilai sebesar -0,884 dan signifikan

(thitung =13,015) (Gambar 5.8, dan 5.9).


BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian-penelitian biomedis umumnya dimulai dari penelitian secara

invitro. Jika hasil penelitian akan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia,

diperlukan penelitian lanjutan secara invivo seperti menggunakan kultur sel atau

jaringan. Namun demikian, untuk mengamati, mempelajari, dan menyimpulkan

seluruh kejadian pada mahluk hidup secara utuh diperlukan hewan model. Sebelum

dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia, perlu diteliti dengan menyertakan

subjek manusia sebagai final test tube, tetapi relawan manusia secara etis hanya

boleh diikutsertakan jika hasil penelitian tersebut telah lolos uji laboratorium secara

tuntas, dilanjutkan dengan menggunakan hewan model untuk kelayakan dan

keamanannya (Ridwan, 2013).

Species hewan yang banyak dipilih di antaranya tikus, mencit, kelinci, anjing,

babi, kera. Namun demikian, penggunaan hewan model mempunyai keterbatasan

di antaranya pertama, adanya perbedaan anatomi maupun fisiologi akibat adanya

variasi genetik. Keterbatasan lain dari penggunaan hewan dalam penelitian adalah

kondisi yang terjadi pada manusia akan berbeda polanya jika kondisi tersebut

dibuat pada hewan model. Dengan demikian, jika hasil penelitian yang diperoleh

dari hewan model diterapkan pada manusia akan sedikit berbeda sehingga

memerlukan prinsip kehati-hatian dan adanya penelitian lebih lanjut (Gill, 2009).

Pada penelitian ini digunakan tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan sebagai

hewan model dengan dasar pertimbangan bahwa hewan diberikan perlakuan

76
77

berupa ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia magostana L.) yang masih

memerlukan penelitian lebih lanjut sampai diketahui tingkat keamanannya. Di

samping itu perlakuan juga berupa aktivitas fisik maksimal yaitu renang sampai

lelah sehingga secara etika tidak dapat dilakukan pada subjek manusia. Beberapa

penelitian tentang olahraga juga menggunakan tikus sebagai hewan model, seperti

penelitian Arslan et al. (20010, Senturk et al. (2001), Oztasan et al. (2004),

Ogonovszky et al. (2005), Mallikarjuna et al. (2009), Reddy et al. (2009), Pinho

et al. (2012), dan Lima et al. (2013). Sementara Silva et al. (2009) dan Barreto et

al. (2012) menggunakan mencit sebagai hewan model.

Penggunaan hewan dalam penelitian ini juga telah memenuhi standar etik

tentang kesejahteraan hewan, di antaranya prinsip 3 R yaitu; Replacement,

Reduction, dan Refinement. Replacement dalam hal ini adalah keperluan

memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama yaitu

didasarkan atas kajian pustaka yang relevan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan

jaringan. Reduction dalam hal ini adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian

sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Pada penelitian ini

jumlah minimum telah dihitung menggunakan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) >15,

dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah perlakuan

(Montgomery, 2001). Pada penelitian ini jumlah hewan yang digunakan sebagai

subjek sebanyak 48 ekor. Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan

secara manusiawi dalam hal ini menerapkan lima prinsip kebebasan yaitu; pertama,

bebas dari rasa lapar dan haus; kedua, bebas dari ketidak-nyamanan; ketiga, bebas
78

dari rasa sakit, cedera, dan penyakit; keempat, bebas mengekspresikan perilaku

normal; dan kelima, bebas dari rasa takut dan tertekan (Ridwan, 2013).

Penggunaan hewan dalam penelitian ini telah pendapat persetujuan dari

Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor

943/UN.14.2/Litbang/2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan subjek penelitian meningkat

selama penelitian berlangsung. Rata-rata berat badan tikus pada masing-masing

blok penelitian sejak awal penelitian sampai penelitian berakhir menunjukkan pola

distribusi normal (p>0,05). Hal ini kemungkinan terjadi karena diterapkannya lima

prinsip kebebasan bagi hewan yang digunakan dalam penelitian sehingga

menciptakan suatu kondisi optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan tikus dalam penelitian ini

layak secara etik karena tidak menimbulkan gangguan terhadap perkembangan berat

badan hewan tersebut.

6.2 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

MDA merupakan senyawa dialdehida dengan rumus molekul C3H4O2, yang

dapat dihasilkan dari proses oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas,

dan perubahan kadar MDA dapat digunakan sebagai biomarker kerusakan

membran sel. Membran sel terutama tersusun atas asam lemak tidak jenuh ganda.

Asam lemak tidak jenuh ganda tersebut lebih rentan terhadap radikal bebas

dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Oksidasi asam lemak tidak jenuh ganda

akan menghasilkan sekitar 82% MDA sehingga MDA digunakan secara luas

sebagai biomarker kerusakan membran sel (Marciniak et al., 2009). Hasil


79

penelitian ini menunjukkan bahwa setelah perlakuan ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) dengan dosis 50 mg/kgbb, 100mg/kgbb, 200 mg/kgbb,

300 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb per hari selama empat minggu, mengakibatkan

terjadinya penurunan kadar MDA darah tikus wistar secara signifikan (p<0,05)

(Tabel 5.2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa yang terkandung

dalam ekstrak kulit buah manggis bekerja sebagai antioksidan dengan cara

mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas. Hasil penelitian ini didukung

oleh beberapa hasil penelitian invitro sebelumya yang menyebutkan bahwa

ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mempunyai kemampuan

sebagai antioksidan (Jung et al., 2006; Weecharangsan et al., 2006; Chomnawang

et al., 2007; Haruenkit et al., 2007; Kosem et al., 2007; Zarena dan Sankar, 2009;

Ngawhirunpat et al., 2010; Palakawong et al., 2010; Pothitirat et al., 2010).

Dengan demikian hasil penelitian ini menegaskan bahwa ekstrak kulit buah

manggis mampu meredam terjadinya stres oksidatif yang terbentuk selama

aktivitas fisik maksimal.

Sifat antioksidan buah manggis dikaitkan dengan adanya bahan aktif terutama

dari kulit buah. Bahan aktif yang telah berhasil diidentifikasi dari kulit buah

manggis berupa sejumlah besar senyawa xanthone, di antaranya

8-hydroxycudraxanthone G, mangostingone [7-methoxy-2-(3-methyl-2-butenyl)-8-

(3-methyl-2-oxo-3-butenyl)-1,3,6-trihydroxyxanthone, cudraxanthone G,

8-deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone D, garcinone E, gartanin,

1-isomangostin, -mangostin, -mangostin, mangostinone, smeathxanthone A,

dan tovophyllin A. Di antara senyawa xanthone, -mangostin dan -mangostin


80

merupakan komponen terbesar (Jung et al., 2006). Adanya gugus hidoksil (OH)

memungkinkan senyawa tersebut bekerja sebagai antioksidan dengan cara

mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas untuk membentuk produk akhir

yang stabil sehingga tidak terjadi reaksi inisiasi atau propagasi lebih lanjut

(Middleton Jr. et al., 2000; Zarena dan Sankar, 2009).

Pada penelitian ini sampel buah manggis didapatkan dari sumber yang sama

sehingga kualitasnya relatif sama. Kualitas buah yang digunakan dalam penelitian

ini adalah buah dengan kulit mulus, indek kematangan empat yaitu kulit buah

berwarna merah keunguan dan indek kematangan lima yaitu kulit buah berwarna

ungu kemerahan (Setyabudi, 2009). Hal ini karena buah dengan kulit mulus lebih

disukai konsumen dan termasuk dalam kualitas ekspor. Hal ini didukung

oleh penelitian Kurniawati et al. (2010) bahwa walaupun kadar xanthone

berbeda dan tergantung pada kualitas buah, tetapi aktivitas antioksidan tidak

menunjukan perbedaan yang signifikan antar kualitas buah. Kadar xanthone

terbesar didapatkan pada buah dengan kulit burik atau kasar yakni sebesar

23,544 g/g ekstrak, sedangkan buah besar dengan kulit mulus mengandung

kadar xanthone sebesar 18,502 g/g ekstrak, buah kecil sebesar 20,434 g/g dan

buah dengan kulit yang mengandung getah kuning mempunyai kadar xanthone

sebesar 15,289 g/g ekstrak.

Pada penelitian ini ekstrak kulit buah manggis diperoleh melalui maserasi

dengan pelarut etanol 96%. Hal ini karena sesuai prinsip like dissolve like artinya

kelarutan akan terjadi apabila senyawa yang akan dilarutkan memiliki kepolaran
81

yang sama dengan pelarutnya. Senyawa xanthone yang terdapat dalam kulit buah

manggis termasuk senyawa golongan flavonoid yang bersifat polar sehingga akan

lebih mudah diperoleh dengan pelarut polar seperti etanol. Pelarut etanol memiliki

titik didih yang relatif rendah yakni 78,4oC sehingga mudah diuapkan dengan

rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental, dan pengeringan dengan

Freeze dry dapat menghilangkan residu etanol dalam ekstrak sehingga efek yang

ditimbulkannya bukan berasal dari residu pelarut tetapi dari senyawa yang

terkandung dalam ekstrak tersebut.

Beberapa penelitian lain yang menggunakan ekstrak dari tumbuhan juga

menunjukkan hasil yang serupa, di antaranya penggunaan ekstrak ataupun sirup

umbi ubi jalar ungu mampu menurunkan kadar MDA darah dan hati mencit

setelah pemberian beban fisik maksimal (Jawi et al., 2008), juga suplementasi

ekstrak biji anggur mampu menurunkan kadar MDA pada mencit (Shan et al.,

2010). Penelitian Mansouri et al. (2011) yang juga menggunakan ekstrak biji

anggur mampu menurunkan kadar MDA pada tikus Sprague-Dawley jantan

yang menderita diabetes mellitus. Chattopadhyay et al. (2011) menggunakan

ekstrak biji kelor (Moringa oleifera L.) untuk menurunkan kadar MDA tikus

wistar yang diinduksi logam Arsenic. Penelitian-penelitian tersebut menyebutkan

peranan dari senyawa yang terkandung dalam bahan tersebut mempunyai

kemampuan untuk meningkatkan aktivitas enzim antioksidan sehingga dapat

meredam radikal bebas.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa setelah perlakuan ekstrak kulit

buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan dosis 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb,
82

200 mg/kgbb, 300 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb per hari selama empat minggu,

mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar enzim SOD dan GPx darah tikus

Wistar secara signifikan (p<0,05) (Tabel 5.2). Hal ini kemungkinan dapat terjadi

karena senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.), di samping bekerja sebagai antioksidan dengan cara

mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas (Zarena dan Sankar, 2009), juga

dapat bekerja sebagai inducer yang akan memicu ekspresi gen penyandi

antioksidan melalui aktivasi Nrf2 (Son et al., 2008). Senyawa tersebut

mengaktivasi Nrf2 secara langsung atau melalui serangkaian jalur yang

diperantari oleh interaksi dengan protein spesifik seperti PKC, p38, ERK, JNK,

dan PI3K. Dalam kondisi normal, Nrf2 terikat pada Keap1 dan terdapat dalam

sitoplasma bersama protein aktin sitoskeleton (Mann et al., 2007). Sebaliknya,

dalam kondisi terpapar oleh senyawa yang bertindak sebagai inducer, inducer

tersebut kemudian bereaksi dengan sistein pada Keap1 mengakibatkan pelepasan

Nrf2 dari Keap1. Nrf2 kemudian mengalami translokasi menuju nukleus dan

berikatan dengan ARE bersama protein sMaf untuk mengaktivasi ekspresi gen-

gen sitoprotektif seperti HO-1, Prx-1, Trx-1, xCT, GST, dan NQO-1 (Son et al.,

2008). Dengan demikian, hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa

peningkatan kadar enzim antioksidan SOD dan GPx adalah efek dari senyawa

yang terkadung dalam ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan

bekerja melalui mekanisme aktivasi Nrf2.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian serupa yang

menunjukkan bahwa senyawa seperti epicatechin telah diketahui dapat memicu


83

ekspresi gen penyandi antioksidan melalui aktivasi Nrf2 (Granado-Serrano et al.,

2010; Shah et al., 2010), juga Curcumin dapat mengurangi kerusakan hati melalui

aktivasi Nrf2 (Farombi et al., 2008), biji broccoli yang mengandung glucosinolate

dapat menginduksi pembentukkan antioksidan dan protein detoksikasi melalui

aktivasi Nrf2 pada tikus (McWalter et al., 2004). Hasil serupa juga ditunjukkan

oleh beberapa penelitian lain di antaranya; penelitian yang menggunakan ekstrak

biji anggur untuk meningkatkan kadar SOD dan GPx, serta mampu mencegah

kelelahan pada mencit selama aktivitas fisik (Shan et al., 2010), juga mampu

meningkatkan aktivitas enzim SOD dan GPx pada tikus Sprague-Dawley jantan

yang menderita diabetes mellitus (Mansouri et al., 2011), curcumin juga mampu

meningkatkan aktivitas enzim SOD dan GPx tikus yang menderita kerusakan

hati akibat Aflatoxin B1 (El-Agamy, 2010), juga ekstrak biji kelor (Moringa

oleifera L.) mampu meningkatkan aktivitas enzim SOD tikus wistar yang

diinduksi logam Arsenic (Chattopadhyay et al., 2011). Sementara Kim et al.

(2005) menggunakan ekstrak ginseng (Panax ginseng) dengan dosis 2 g, tiga kali

sehari selama delapan minggu telah mampu meningkatkan kadar SOD darah pada

laki-laki sehat.

6.3 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Pelatihan Fisik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan fisik yang berupa renang 30

menit, lima kali per minggu selama empat minggu mengakibatkan terjadinya

peningkatan kadar MDA darah secara signifikan (p<0,05) dari 3,850,08 nmol/ml

menjadi 5,880,12 nmol/ml (Tabel 5.3). Hal ini kemungkinan disebabkan karena

takaran pelatihan yang tidak tepat, di mana intensitas pelatihan berlebih sementara
84

durasi kurang sehingga perlakuan tersebut lebih menyerupai olahraga akut.

Olahraga akut yaitu olahraga yang hanya dilakukan secara insidental, dengan kata

lain tidak dilaksanakan secara reguler atau terjadwal secara periodik. Menurut

Bompa (1994), intensitas 70% dari kemampuan maksimal tergolong ke dalam

intensitas intemediet sampai medium, dan sesuai konsep hormesis bahwa dosis

rendah akan mempunyai efek merangsang sementara dosis berlebih akan bersifat

toksik (Son et al., 2008). Namun demikian, intensitas 70% dari aktivitas maksimal

tampaknya terlalu tinggi sehingga menyebabkan produksi radikal bebas lebih

banyak. Hal ini didukung oleh penelitian Marini et al (2007) yang menemukan

adanya peningkatan kadar MDA pada tikus Sprague-Dawley yang dilatih

treadmill dengan intensitas ringan (55% VO2max, 1 jam/hari, 3 kali/minggu, 14

minggu). Lambertucci et al. (2007) juga menyebutkan bahwa tikus wistar umur 2

bulan yang dilatih treadmill lima kali per minggu dengan intensitas 50% s.d. 60%

dari kemampuan maksimum selama 13 minggu telah menyebabkan peningkatan

kadar TBARS otot soleus secara signifikan. Castro et al. (2009) menyebutkan

bahwa efektivitas sistim antioksidan dalam mengimbangi produksi radikal bebas

mencapai kondisi jenuh pada aktivitas fisik dengan intensitas 70% dari denyut

jantung maksimal. Sementara itu durasi yang pendek tidak cukup untuk

menurunkan kadar MDA dan pelatihan tersebut menyerupai olahraga akut. Hal ini

didukung oleh penelitian Senturk et al. (2001) yang menemukan terjadinya

peningkatan peroksidasi lipid yang diukur dari TBARS eritrosit pada tikus wistar

setelah diberikan test sampai lelah, baik pada tikus yang tidak diberikan pelatihan

maupun yang diberikan pelatihan treadmill lima kali seminggu selama empat
85

minggu. Oztasan et al. (2004) menyebutkan bahwa kadar TBARS yang tinggi

tersebut diakibatkan karena durasi pelatihan yang lebih pendek, karena dari hasil

penelitiannya tidak ditemukan ada peningkatan kadar MDA eritrosit pada tikus

yang diberikan pelatihan treadmill lima kali seminggu selama delapan minggu

sedangkan tikus yang tidak diberikan pelatihan terjadi peningkatan kadar MDA

secara signifikan.

Kadar MDA yang lebih tinggi pada perlakuan dengan pelatihan fisik

dibandingkan tanpa pelatihan kemungkinan juga terjadi karena pelatihan yang

diberikan lebih menyerupai kondisi olahraga akut yang menyebabkan terjadinya

stres oksidatif. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Arslan et al.

(2001) yang menemukan adanya peningkatan kadar TBARS otot gastrocnemius

tikus Wistar secara signifikan setelah olahraga. Dengan demikian, dari hasil

penelitian ini dapat dikatakan bahwa kadar MDA yang lebih tinggi pada

perlakuan berupa pelatihan renang 30 menit, lima kali per minggu selama empat

minggu, mengindikasikan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen yang pada

gilirannya memicu produksi radikal bebas. Hal ini terjadi karena radikal bebas

dapat terbentuk sebagai bagian integral dari proses oksidasi fosforilasi dalam

mitokondria. Oksidasi fosforilasi bertujuan membentuk energi (ATP) yang akan

digunakan untuk aktivitas fisik, sehingga semakin berat aktivitas fisik maka

semakin banyak ATP yang dibutuhkan dan pada gilirannya akan terbentuk

radikal bebas yang semakin banyak pula. Hal ini didukung oleh penelitian

Pinho et al. (2012) yang menunjukkan adanya peningkatan produksi radikal

superoxide (O2) berkaitan dengan peningkatan aktivitas kompleks enzim I, II,


86

III, dan IV setelah melakukan tes olahraga pada tikus yang tidak terlatih.

Kompleks enzim tersebut (terutama kompleks I dan III) dalam rantai transport

elektron merupakan tempat utama produksi radikal superoxide (O2) (Figueiredo

et al., 2008). Rantai transpor elektron mengkonsumsi lebih dari 90% dari oksigen

yang diambil oleh sel, dan sekitar 5% dari oksigen tersebut dikonversi menjadi

radikal bebas (Ngurah, 2007; Figueiredo et al., 2008; Marciniak et al., 2009).

Sebenarnya tubuh telah mempunyai kemampuan untuk menetralisir radikal

bebas dengan cara membentuk antioksidan endogen seperti SOD dan GPx.

Superoxide dismutase merupakan kelompok enzim yang dapat ditemukan dalam

sel (sitosol dan mitokondria) maupun dalam plasma yang berfungsi untuk

mengkatalisis perubahan anion superoxide (O2) menjadi hydrogen peroxide

(H2O2) (Zelko et al., 2002; Marciniak et al., 2009). Sedangkan GPx mengkatalisis

perubahan hydrogen peroxide (H2O2) menjadi H2O (Marciniak et al., 2009). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan renang yang diberikan pada tikus

wistar selama 30 menit, lima kali per minggu selama empat minggu

mengakibatkan terjadinya penurunan kadar SOD darah secara signifikan (p<0,05)

dari 72,090,31% menjadi 61,170,26%, sedangkan GPx turun dari 29,870,13

U/ml menjadi 19,430,08 U/ml (Tabel 5.3). Oztasan et al. (2004) juga

mendapatkan kadar SOD yang lebih rendah pada tikus Sprague-Dawley setelah

pelatihan treadmill 1,5 jam per hari, lima kali seminggu, selama delapan minggu,

tetapi GPx justru meningkat setelah pelatihan. Sedangkan Barreto et al. (2012)

menemukan peningkatan kadar SOD tetapi GPx tidak mengalami perubahan pada

mencit yang dilatih berenang dua kali sehari masing-masing selama 90 menit,
87

lima kali seminggu, selama lima minggu. Sementara itu Senturk et al. (2001)

tidak menemukan adanya perubahan kadar SOD eritrocyte pada tikus wistar

setelah pelatihan treadmill dengan kecepatan 25 meter per menit, 60 menit per

hari, lima kali seminggu, selama empat minggu.

Konsep hormesis bahwa dosis rendah akan mempunyai efek merangsang

sementara dosis berlebih akan bersifat toksik (Son et al., 2008), tampaknya dapat

menjelaskan kadar SOD dan GPx yang lebih rendah serta kadar MDA yang lebih

tinggi pada perlakuan dengan pelatihan fisik dibandingkan tanpa pelatihan. Ada

indikasi bahwa takaran pelatihan yang tidak tepat, di mana intensitas pelatihan

berlebih sementara durasi kurang sehingga perlakuan tersebut lebih menyerupai

olahraga akut. Kondisi ini mengakibatkan pelatihan tidak dapat dijadikan sebagai

mekanisme adaptasi untuk memicu ekspresi gen penyandi antioksidan melalui

aktivasi Nrf2 (Mann et al., 2007), sehingga enzim antioksidan tidak cukup untuk

meredam radikal bebas dengan cara mengkatalisis menjadi produk yang lebih

stabil. Dengan kata lain bahwa efek pelatihan tidak dapat melindungi ketika

diberikan aktivitas fisik maksimal. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

Barreto et al. (2012) bahwa walaupun pelatihan dapat meningkatkan aktivitas

enzim antioksidan, tetapi tidak cukup untuk melindungi dari kerusakan oksidatif

ketika melakukan olahraga maksimal karena ketidakseimbangan respon enzim

SOD/CAT/GPx. Dengan demikian. dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa

pelatihan tidak mampu menurunkan terjadinya stres oksidatif.


88

6.4 Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan
Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan
Pelatihan Fisik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pelatihan fisik meningkatkan

kadar MDA secara signifikan (p<0,05) (Tabel 5.3), tetapi pemberian ekstrak kulit

buah manggis (Garcinia mangostana L.) bersama-sama dengan pelatihan fisik

ternyata mampu menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar secara signifikan

(p<0,05), bahkan pada dosis 400 mg/kgbb, kadar MDA tercatat lebih rendah pada

perlakuan dengan pelatihan fisik dibandingkan tanpa pelatihan fisik, walaupun

tidak signifikan (p>0,05) (Tabel 5.4). Hal ini berarti bahwa ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) yang diberikan secara bersamaan dengan

pelatihan fisik mempunyai peran besar dalam meredam radikal bebas yang

terbentuk selama pelatihan tersebut. Hal ini kemungkinan terjadi karena senyawa

yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)

bekerja sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal

bebas sehingga tidak terjadi reaksi inisiasi atau propagasi lebih lanjut dan

terbentuk produk akhir yang stabil (Middleton Jr. et al., 2000; Zarena dan Sankar,

2009). Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian invitro

sebelumnya yang menyebutkan bahwa ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) mempunyai kemampuan sebagai antioksidan (Jung et al., 2006;

Weecharangsan et al., 2006; Chomnawang et al., 2007; Haruenkit et al.,2007;

Kosem et al., 2007; Zarena dan Sankar, 2009; Ngawhirunpat et al., 2010;

Palakawong et al., 2010; Pothitirat et al., 2010). Hasil analisis jalur juga

menunjukan bahwa peran ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
89

dalam menurunkan kadar MDA lebih besar jika dibandingkan peran pelatihan

fisik dalam meningkatkan MDA, yakni 0,751 dibandingkan 0,463 (Gambar 5.8).

Kekuatan peredaman radikal bebas meningkat dengan meningkatnya dosis

ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diberikan pada tikus

Wistar dan ditunjukkan dengan semakin menurunnya kadar MDA secara

signifikan (p<0,05) (Tabel 5.2, dan 5.4), namun demikian dosis optimum dalam

menurunkan kadar MDA dalam kondisi tanpa disertai pelatihan fisik tercapai pada

dosis 319,83 mg/kgbb (Gambar 5.2), sementara itu jika dipergunakan secara

bersama-sama dengan pelatihan fisik sebesar 424,63 mg/kgbb (Gambar 5.5). Hal

ini kemungkinan karena ekstrak dengan dosis tinggi akan bekerja sebagai

prooksidan, sehingga justru akan meningkatkan kadar MDA darah. Aktivitas

prooksidan dapat terjadi akibat kemampuan senyawa polyphenol mereduksi

ion ferri (Fe+3) menjadi ion ferro (Fe+2) yang berperan dalam pembentukan

radikal hidroksil (OH) melalui reaksi fenton (Perron dan Brumaghim, 2009).

Aktivitas prooksidan juga terlihat pada penggunaan quercetin dosis tinggi

(Meng et al., 2013).

Radikal bebas juga dapat diredam oleh antioksidan endogen seperti SOD dan

GPx. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pelatihan fisik menurunkan

kadar enzim SOD dan GPx (Tabel 5.3), tetapi pemberian ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) yang diberikan secara bersamaan dengan

pelatihan fisik mampu meningkatkan aktivitas enzim SOD dan GPx secara

signifikan (p<0,05), bahkan pada dosis 400 mg/kgbb kadar enzim SOD dan GPx

tercatat secara signifikan (p<0,05) lebih tinggi pada perlakuan dengan pelatihan
90

fisik dibandingkan tanpa pelatihan fisik (Tabel 5.4). Hal ini kemungkinan karena

senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L), disamping bekerja sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan

elektronnya kepada radikal bebas, juga dapat bekerja sebagai inducer yang akan

memicu ekspresi gen penyandi antioksidan melalui aktivasi Nrf2 (Son et al.,

2008). Beberapa penelitian serupa sebelumnya juga menunjukan hasil yang sama,

misalnya penelitian Belviranli et al. (2012) yang menggunakan ekstrak biji anggur

100 mg/kg per hari selama enam minggu pada tikus SpragueDawley yang dilatih

dengan treadmill dengan kecepatan 25 m per menit, 45 menit per hari, lima kali

seminggu, selama 6 enam minggu mampu menurunkan MDA, meningkatkan

SOD dan GPx. Sementara pada olahraga akut, pemberian proantosianidin yang di

ekstrak dari biji anggur pada mencit dengan dosis 200 mg/kg/hari selama dua

minggu juga dapat menurunkan kadar MDA meningkatkan SOD dan GPx secara

signifikan (Shan et al., 2010), juga ekstrak umbi ubi jalar ungu atau sirup umbi

ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar MDA (Jawi et al., 2008).

Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diberikan secara

bersamaan dengan pelatihan fisik sampai dengan dosis 300 mg/kgbb,

menunjukkan bahwa perlakuan dengan pelatihan fisik masih memiliki kadar

MDA yang lebih tinggi serta SOD dan GPx yang lebih rendah secara signifikan

(p<0,05) dibandingkan dengan tanpa pelatihan, tetapi pada dosis 400 mg/kgbb

terjadi hal yang sebaliknya yakni perlakuan dengan pelatihan fisik tercatat

memiliki kadar enzim SOD dan GPx lebih tinggi secara signifikan (p<0,05)

dibandingkan dengan tanpa pelatihan, demikian juga kadar MDA, walaupun


91

secara statistik tidak signifikan (p>0,05) (Tabel 5.4). Hal ini berarti bahwa pada

dosis 400 mg/kgbb penggunaan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) secara bersama-sama dengan pelatihan fisik memperlihatkan

hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan ekstrak tanpa

pelatihan. Dengan kata lain, jika ekstrak diberikan secara bersama-sama dengan

pelatihan fisik maka efek lebih baik terlihat pada dosis 400 mg/kg bb.

Secara umum dapat dikatakan bahwa walaupun penggunaan antioksidan

dalam olahraga masih belum mampu meningkatkan prestasi atlit (Harjanto, 2006),

tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.) secara bersama-sama dengan pelatihan fisik

mempunyai efek yang menguntungkan karena dapat meredam radikal bebas

dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas serta meningkatkan

aktivitas enzim antioksidan melalui mekanisme aktivasi Nrf2, dan efek

menguntungkan tersebut terlihat pada pemberian dosis 400 mg/kgbb.

6.5 Analisis Jalur Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan
Pelatihan Fisik

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik mempengaruhi kadar SOD dan

GPx, di mana pengaruh tersebut sebagian besar terjadi secara tidak langsung

yakni melalui MDA (Gambar 5.8). Pengaruh tidak langsung tersebut telah

mengindikasikan adanya peranan radikal bebas dalam pembentukan enzim

antioksidan melalui mekanisme aktivasi Nrf2 (Mann et al., 2007). Namun


92

demikian, radikal bebas ini ada di bawah kendali ekstrak kulit buah manggis agar

tidak melebihi batas yang dapat ditolerir tubuh sehingga dapat dijadikan sebagai

mekanisme adaptasi untuk memicu ekspresi gen penyandi antioksidan melalui

mekanisme aktivasi NRf2, karena sesuai konsep hormesis bahwa dosis rendah

akan mempunyai efek merangsang sementara dosis berlebih akan bersifat toksik

(Son et al., 2008). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa dalam situasi

tanpa pemberian ekstrak kulit buah manggis, pelatihan telah meningkatkan kadar

MDA serta menurunkan SOD dan GPx secara signifikan (p<0,05) (Tabel 5.3).

Sedangkan, pelatihan fisik yang disertai pemberian ekstrak kulit buah manggis

telah menurunkan kadar MDA, serta meningkatkan SOD dan GPx secara

signifikan (p<0,05) (Tabel 5.4). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pemberian ekstrak kulit buah manggis bersama-sama dengan pelatihan fisik

berguna untuk meredam radikal bebas sehingga mencapai dosis yang dapat

bertindak sebagai inducer untuk memicu ekspresi gen penyandi antioksidan

melalui mekanisme aktivasi Nrf2, sementara pelatihan fisik tanpa disertai

pemberian ekstrak kulit buah manggis menyebabkan terjadinya stres oksidatif.

Kadar SOD darah tikus Wistar 95,9% dipengaruhi oleh ekstrak kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.), pelatihan fisik, dan kadar MDA, selebihnya

yakni 4,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Sementara itu, kadar GPx 94,2%

dipengaruhi oleh ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), pelatihan

fisik, dan kadar MDA, selebihnya yakni 5,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini

mengindikasikan bahwa terjadi interaksi antara pelatihan fisik dengan ekstrak

kulit buah manggis untuk menimbulkan efek bersama yakni menurunkan stres
93

oksidatif melalui penurunan MDA serta peningkatan baik SOD maupun GPx, di

mana peran ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) lebih besar

dibandingkan pelatihan.

Secara langsung ekstrak kulit buah manggis dan pelatihan fisik

mempengaruhi kadar enzim SOD dan GPx di mana peran pelatihan lebih kecil

bahkan tidak signifikan (Thitung < Ttabel) terhadap GPx, jika dibandingkan dengan

ekstrak kulit buah manggis yakni 0,140 dibandingkan 0,376 pada pembentukan

SOD, dan 0,058 dibandingkan 0,078 pada pembentukan GPx (Gambar 5.8).

Secara tidak langsung yakni melalui MDA, ekstrak kulit buah manggis dan

pelatihan fisik juga mempengaruhi SOD dan GPx di mana pengaruh ekstrak lebih

besar jika dibandingkan pelatihan fisik yakni 0,459 dibandingkan 0,283 pada

pembentukan SOD, dan 0,664 dibandingkan 0,409 pada pembentukan GPx. Hal

ini berarti bahwa pemberian ekstrak kulit buah manggis selama masa pelatihan

fisik mempunyai efek yang menguntungkan karena secara langsung mampu

meredam radikal bebas dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal

bebas (Zarena dan Sankar, 2009), serta membentuk enzim SOD dan GPx dengan

cara memicu ekspresi gen penyandi antioksidan melalui aktivasi Nrf2 (Son et al,

2008), sedangkan secara tidak langsung yakni melalui MDA juga mampu

membentuk SOD dan GPx dengan mekanisme yang serupa yakni melalui aktivasi

Nrf2 (Mann et al., 2007).

6.6 Kebaharuan Penelitian (Novelty)

Temuan baru penelitian ini adalah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) dapat menurunkan stres oksidatif. Mekanisme patologisnya


94

adalah secara langsung meredam radikal bebas serta meningkatkan enzim SOD

maupun GPx. Disamping itu mekanisme patologisnya juga sebagai akibat dari

peningkatan aktivitas enzim SOD dan GPx secara tidak langsung melalui

hambatan pembentukan MDA.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa ekstrak dosis 400 mg/kgbb memberikan

peran penurunan stres oksidatif yang terbaik pada tikus wistar yang diberikan

aktivitas fisik maksimal.

6.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan di antaranya :

1. Penelitian telah berhasil membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis

mempunyai kemampuan sebagai antioksidan secara invivo, tetapi senyawa

aktif yang berperan belum dapat diketahui secara pasti.

2. Penelitian telah berhasil membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis

mampu menurunkan stres oksidatif pada tikus wistar jantan umur 12 minggu,

tetapi belum dapat melihat pengaruh yang sama pada tikus wistar dengan jenis

kelamin dan umur yang berbeda.


BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal sebagai berikut:

1. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat menurunkan

kadar MDA darah tikus Wistar dari 8,500,30 nmol/ml dalam kondisi tanpa

pemberian ekstrak sampai menjadi 2,780,10 nmol/ml pada pemberian

ekstrak dosis 400 mg/kg bb.

2. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat meningkatkan

kadar enzim SOD dan GPx darah tikus Wistar. SOD meningkat dari

52,400,39% dalam kondisi tanpa pemberian ekstrak sampai menjadi

81,350,60% pada pemberian ekstrak dosis 400 mg/kg bb, sedangkan GPx

meningkat dari 14,620,11 U/ml dalam kondisi tanpa pemberian ekstrak

sampai menjadi 34,970,25 U/ml pada pemberian ekstrak dosis 400 mg/kg bb.

3. Pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per

minggu, selama empat minggu, tidak dapat menurunkan kadar MDA darah

tikus Wistar. MDA meningkat dari 3,850,08 nmol/ml menjadi 5,880,12

nmol/ml.

4. Pelatihan fisik intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per

minggu, selama empat minggu, tidak dapat meningkatkan kadar enzim SOD

dan GPx darah tikus Wistar. SOD menurun dari 72,090,31% menjadi

61,170,26%, sedangkan GPx menurun dari 29,870,13 U/ml menjadi

19,430,08 U/ml

95
96

5. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat menurunkan kadar MDA darah tikus Wistar dari

11,250,55 nmol/ml dalam kondisi pelatihan fisik tanpa pemberian ekstrak

sampai menjadi 2,680,13 nmol/ml pada pelatihan fisik disertai pemberian

ekstrak dosis 400 mg/kg bb.

6. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan pelatihan fisik

intensitas 70% dari aktivitas fisik maksimal, lima kali per minggu, selama

empat minggu, dapat meningkatkan kadar enzim SOD dan GPx darah tikus

Wistar. SOD meningkat dari 44,200,46% dalam kondisi pelatihan fisik tanpa

pemberian ekstrak sampai menjadi 82,610,86% pada pelatihan fisik disertai

pemberian ekstrak dosis 400 mg/kg bb, sedangkan GPx meningkat dari

8,620,09 U/ml dalam kondisi pelatihan fisik tanpa pemberian ekstrak sampai

menjadi 36,500,37 U/ml pada pelatihan fisik disertai pemberian ekstrak dosis

400 mg/kg bb.

7. Dosis optimum ekstrak kulit buah manggis dalam menurunkan kadar MDA

darah tikus Wistar dalam kondisi tanpa pelatihan fisik adalah 319,83 mg/kgbb,

sedangkan dalam kondisi pelatihan fisik adalah 424,63 mg/kgbb. Dosis

optimum ekstrak kulit buah manggis dalam meningkatkan kadar enzim SOD

dan GPx dalam kondisi tanpa pelatihan fisik masing-masing adalah 361,84

mg/kgbb dan 323,00 mg/kgbb, sedangkan dalam kondisi pelatihan fisik

masing-masing adalah 817,44 mg/kgbb dan 523 mg/kgbb.


97

7.2 Saran-Saran

Beberapa penelitian lanjutan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan bahan aktif kulit

buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang berasal dari berbagai daerah

sehingga didapatkan informasi lengkap tentang khasiatnya sebagai bahan obat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) yang dipersiapkan secara tradisional (dalam bentuk

jus kulit buah manggis) sehingga dapat meyakinkan masyarakat luas.


DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N. 2010. Kesehatan dan Kebugaran Pekerja/Calon Pekerja: Focus pada


Low Back Pain dan Pencegahannya serta Peranan Dokter Umum. Seminar
Continuing Professional Development (CPD) Kesehatan dan Kebugaran
Seksual serta General Imaging Check up Terkini pada Pekerja/Calon
Pekerja Tanggal 28 Agustus 2010. Universitas Udayana. Denpasar
Aguil, A., Tauler, P., Fuentespina, E., Tur, J. A., Cordova, A., dan Pons, A.
2005. Antioxidant Respon to Oxidative Stress Induced by Exhaustive
Exercise. Physiology & Behaviour. 84: 1-7.
Akao, Y., Nakagawa, Y., Iinuma, M., dan Nozawa, Y. 2008. Anti-Cancer Effects
of Xanthones from Pericarps of Mangosteen Int. J. Mol. Sci. 9: 355-70
Akakoyun, F. 2010. Changes in Serum Lipid Profile Following Moderate
Exercise. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 4(11) : 829-33
Arslan, S., Erdem, S. Kilinc, K., Sivri, A., Tan, E., dan Hascelik, H. Z. 2001.
Free radical Change in rat Muscle Tissue after Exercise. Rheumatol Int.
20: 109 - 12.
Baird, L., Albena, T., dan Dinkova-Kostova. 2011. The Cytoprotective Role of the
Keap1Nrf2 Pathway. Arch Toxicol. 85:24172
Baker, J. S., McCormick, M. C., dan Robergs, R. A. 2010. Interaction Among
Skeletal Muscle Metabolic Energy Systems During Intense Exercise. Journal
of Nutrition and Metabolism. 2010: 1-13.
Barreto, T. O., Cleto, L. S., Gioda, C. R, Silva, R. S., Azevedo, A. C. C., Franco,
J. d. S., Magalhaes, J. C. d., Penaforte, C. L., Pinto, K. M. d. C., Cruz, J. d.
S., dan Vieira, E. R. 2012. Swim Training does not Protect Mice from
Skeletal Muscle Oxidative Damage Following a Maximum Exercise Test.
Eur J Appl Physiol 112: 252330.
Belviranli, M., Gokbel, H., Okudan, N., dan Basarali, K. 2012. Effects of Grape
Seed Extract Supplementation on Exercise-Induced Oxidative Stress in Rats.
British Journal of Nutrition. 108: 24956
Blomstrand, E., dan Saltin, B. 1999. Effect of Muscle Glycogen on Glucose,
Lactate and Amino Acid Metabolism During Exercise and Recovery in
Human Subjects. Journal of Physiology. 154 (1): 293-302
Bompa, T. O. 1994. Theory and Methodology of Training:The Key to Athletic
Performance. 3rd. ed. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company. p: 57-70.
Botjje, W. G., Iqbal, M., Pumford, N. R., Ojano-Dirain, C., dan Lassiter, K. 2004.
Role of Mitochondria in The Phenotypic Expression of Feed Efficiency.
Journal of Applied Poultry Research. 13 (1): 94-105
Burneiko, R. C., Diniz, Y. S. A., Faine. L. A., Galhardi, C. M., Padovani, C. R.,
Novelli, E. L. B., dan Cicogna, A. C. 2004. Impact of The Training Program
on Lipid Profil and Cardiac Health. Biol. Res. 37: 53-9.

98
99

Castro, M. A. C. de., Neto, F. F. C., Lima, L. M. C., Silva, F.M. da., Oleiveira, R.
J. de., dan Zanesco. 2009. Production of Free Radical and Catalase
Activity During Acute Exercise Training in Young Men. Biology of Sport.
26 (2): 113-8.
Chang, H. F., Huang, W. T., Chen, H. J., dan Yang, L. L. 2010. Apoptotic Effects
of -Mangostin from The Fruit Hull of Garcinia mangostana on Human
Malignant Glioma Cells. Molecules. 15: 8953-66.
Chattopadhyay, S., Maiti, S., Maji, G., Deb, B., Pan, B., dan Ghosh, D. 2011.
Protective Role of Moringa Oleifera (Sajina) Seed on Arsenic-Induced
Hepatocellular Degeneration in Female Albino Rats. Biol. Trace. Elem Res.
142: 20012
Chitchumroonchokchai, C., Riedl, K. M., Suksumrarn, S., Clinton, S. K.,
Kinghorn, A. D., dan Failla, M. L. 2012. Xanthones in Mangosteen Juice are
Absorbed and Partially Conjugated by Healthy Adults. The Journal of
Nutrition. 142: 67580
Chivapat, S., Chavalittumrong, P., Wongsinkongman, P., Phisalpong, C., dan
Rungsipipat, A. 2011. Chronic Toxicity Study of Garcinia mangostana Linn.
Pericarp Extract. Thai. J. Vet. Med. 41(1): 45-53
Chomnawang, M. T., Surassmo, S., Nukoolkarn, V. S., dan Gritsanapan, W.,
2007. Effect of Garcinia mangostana on Inflammation Caused by
Propionibacterium acnes. Fitoterapia. 78 : 4018
Dirjen Hortikultura. 2011. Strategi Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Hortikultura untuk Ekspor. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
El-Agamy, D. S. 2010. Comparative Efects of Curcumin and Resveratrol on
Aflatoxin B1-Induced Liver Injury in Rats. Arch Toxicol. 84:38996
Farombi, E. O., Shrotriya, S., Na, H. K., Kim, S. H., dan Surh, Y. J. 2008.
Curcumin Attenuates Dimethylnitrosamine-Induced Liver Injury in Rats
Through Nrf2-Mediated Induction of Heme Oxygenase-1. Food and
Chemical Toxicology. 46: 127987
Figueiredo, P. A., Mota, M.P., Appell, H.J., dan Duarte, J. A. 2008. The Role of
Mitochondria in Aging of Skeletal Muscle. Biogerontology. 9: 6784
Gaeini, A. A., Rahnama, N., dan Hamedinia, M. R. 2006. Effect of Vitamin E
Supplementation on Oxidative Stress at Rest and After Exercise to
Exhaustion in Athletic Students. J. Sports Med. Phys. Fitness. 46: 458-61.
George, B. O., dan Osharechiren, O. I. 2009. Oxidative Stress and Antioxidant
Status in Sportsmen Two Hours after Strenuous Exercise and in Sedentary
Control Subjects. African Journal of Biotechnology. 8 (3): 480-3
Gill, L. 2009. The Validity of Animal Experiments in Medical Research.
RSDA 1:161-8
100

Giriwijoyo, H .Y. S. S., dan Ali. H. M. M. 2005. Ilmu Faal Olahraga.Fungsi


Tubuh Manusia pada Olahraga. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Golden, N. 2009. Peroksidasi Lipid Membran Sel Pascainjeksi FeCl3
Intrakortikal Meningkatkan Kejadian Kejang pada Tikus Wistar Muda.
Disertasi. Universitas Udayana. Denpasar.
Gomez-Cabrera, M. C., Martnez, A., Santangelo, G., Pallardo, F. V., Sastre, J.,
dan Vin, J. 2006. Oxidative Stress in Marathon Runner. Interest of
Antioxidant Supplementation. British Journal of Nutrition. 96 (Suppl. 1): 3-3
Gomez-Cabrera, M. C., Domenech, E., dan Via, J. 2008. Moderate Exercise is
An Antioxidant: Upregulation of Antioxidant Genes by Training. Free
Radical Biology & Medicine. 44: 126 - 31
Granado-Serrano, A. B., Martn, M. A., Haegeman, G., Goya, L., Bravo, L., dan
Ramos, S. 2010. Epicatechin Induces NF-kB, Activator Protein-1 (AP-1) and
Nuclear Transcription Factor Erythroid 2p45-related factor-2 (Nrf2) via
Phosphatidylinositol-3-Kinase/Protein Kinase B (PI3K/AKT) and
Extracellular Regulated Kinase (ERK) Signalling in HepG2 cells. British
Journal of Nutrition. 103: 168-79
Guyton, A. C., dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. (Terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guzel, N. A., Hazard, S., dan Erbas, D. 2007. Effect of Difference Resistance
Exercise Protocols on Nitric Oxide, Lipid Peroxidation and Creatine
Kinase Activity in Sedentary Males. Journal of Sports Science and
Medicine. 6: 417-22
Harjanto. 2006. Antioksidan dan Latihan Olahraga. Jurnal Kedokteran Yarsi.
14 (1): 070-7.
Haruenkit, R., Poovarodom, S., Leontowicz, H., Leontowicz, M., Sajewcz, M.,
Kowalska, T., Delgado-Licon, E., Rocha-Guzmaan, N. E., Gallegos-Infante,
J. A., Trakhtenberg, S., dan Gorinstein, S. 2007. Comparative Study of
Health Properties and Nutritional Value of Durian, Mangosteen, and Snake
Fruit: Experiments In vitro and In vivo. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. 55: 5842-9.
Hutadilok-Towatana, N., Reanmongkol, W., Wattanapiromsakul, C., dan
Bunkrongcheap, R.2010. Acute and Subchronic Toxicity Evaluation of the
Hydroethanolic Extract of Mangosteen Pericarp. Journal of Medicinal Plants
Research. 4 (10) : 969-74.
Isabelle, M., Lee, B. L., Lim, M.T., Koh, W. P., Huang, D., dan Ong, C.N., 2010.
Antioxidant Activity and Profiles of Common Fruits in Singapore. Food
Chemistry. 123: 7784.
Jawi,I. M., Suprapta, D.N., dan Subawa, A. A. N. 2008. Ubi Jalar Ungu
Menurunkan Kadar MDA dalam Darah dan Hati Mencit Setelah Aktivitas
Fisik Maksimal. Jurnal Veteriner. 9 (2): 65-72
101

Jujun, P., Pootakham, K., Pongpaibul, Y., Duangrat, C., dan Tharavichitkul, P.,
2008. Acute and Repeated Dose 28-Day Oral Toxicity Study of Garcinia
mangostana Linn. Rind Extract. CMU. J. Nat. Sci. 7 (2):199-208
Jung, H. A., Su, B. N., Keller, W. J., Metha, R. G., dan Kinghorn, A. D. 2006.
Antioxidant Xanthones from The Pericarp of Garcinia mangostana
(Mangosteen). J. Agric. Food Chem. 54: 2077-82
Kim, S. H., Park, K. S., Chang, M. J., dan Sung, J. H. 2005. Effects of Panax
Ginseng Extract on Exercise-Induced Oxidative Stress. Journal of Sports
Medicine and Physical Fitness.45: 178-82
Kim, H. T., dan Chae, C.H., 2006. Effect of Exercise and -Lipoic Acid
Supplementation on Oxidative Stress in Rats. Biology of Sport. 23(2):114-53
Kondo, M., Zhang, L., Ji, H., Kou, Y., dan Ou, B. 2009. Bioavailability and
Antioxidant Effects of a Xanthone-Rich Mangosteen (Garcinia mangostana)
Product in Humans. J. Agric. Food Chem. 57: 878892
Kosem, N., Han, Y. H., dan Moongkarndi, P. 2007. Antioxidant and
Cytoprotective Activities of Methanolic Extract from Garcinia mangostana
Hulls. Science Asia. 33: 283-92.
Kotan, E., Alpsoy, L., Anar, M., Aslan, A., dan Agar, G., 2011. Protective Role of
Methanol Extract of Cetraria Islandica (L.) Against Oxidative Stress and
Genotoxic Effects of AFB in Human Lymphocytes In Nitro. Toxicology and
Industrial Health 27(7): 599 605
Kothari, S., Thompson, A., Agarwal, A., dan Plessis, S. S. du., 2010. Free
Radical: Their Beneficial and Detrimental Effects on Sperm Function. Indian
Journal of Experimental Biology. 48: 425 35
Krk, R. 2010. The Effects of Short-Term Exercise on The Parameters of
Oxidant and Antioxidant System in Handball Players. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 4 (7) : 448-52
Krk, R., Tekin, A., zda, S., dan Akakoyun, F., 2010. The Effects of Regular
Exercse on Oxdatve and Antoxdatve Parameters n Young Wrestlers.
African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 4(5): 244-51.
Kurniawati, A., Poerwanto, R., Sobir, Effendi, D., dan Cahyana, H. 2010.
Evaluation of Fruit Characters, Xanthones Content, and Antioxidant
Properties of Various Qualities of Mangosteens (Garcinia mangostana L.) J.
Agron. Indonesia. 38 (3): 232 -7
Lambertucci, R. H., Levada-Pires, A. C., Rossoni, L. V., Curi, R., dan Curi, T. C.
P. 2007. Effects of Aerobic Exercise Training on Antioxidant Enzyme
Activities and mRNA Levels in Soleus Muscle from Young and Aged Rats.
Mechanisms of Ageing and Development. 128 : 26775
Lianiwati, M. M. V. 2011. Pemberian Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) Menurunkan Kadar F2 Isoprostan pada Tikus Putih Jantan
102

(Albino rat) yang Diberi Aktivitas Fisik Berlebih. Tesis. Program


Pascasarjana UNUD. Denpasar.
Lima, F. D., Stamm, D. N., Pace, I. D. D., Dobrachinski, F., Carvalho, N. R. De.,
Royes, L. F. F., Soares, F. A., Rocha, J. B., Gallego, J. G., dan Bresciani, G.
2013. Swimming Training Induces Liver Mitochondrial Adaptations to
Oxidative Stress in Rats Submitted to Repeated Exhaustive Swimming Bouts.
PLOS ONE, 8 (2): 1-9
Luidong, F., Feng, Z., Daoxing, S., Xiufang, Q., Xiaolong, F., dan Haipeng, L.
2011. Evaluation of Antioxidant Properties and Anti-Fatigue Effect of Green
Tea Polyphenols. Scientific Research and Essays. 6 (13): 2624-29.
Mahabusarakam, W., Kuaha, K., Wilairat, P., dan Taylor, W. C., 2006. Prenylated
Xanthone as Potential Antiplsamodial Subtance. Planta Medica. 72: 912-6.
Mahattanawee, K., Manthey, J. A., Luzio, G., Talcott, S. T., Goodner, K., dan
Baldwin, E. A. 2006. Total Antioxidant Activity and Fiber Content of Select
Florida-Grown Tropical Fruits. J. Agric. Food Chem. 54: 7355-63
Mallikarjuna, K., Nishanth, K., Hou, C. W., Kuo, C. H., dan Reddy, K. S., 2009.
Effect of Exercise Training on Ethanol-Induced Oxidative Damage in Aged
Rats. Alcohol 43: 59 64
Mann, G. E., Niehueser-Saran, J., Watson, A., Gao, L., Ishii, T., Winter, P. de.,
dan Siow, R. C. M. 2007. Nrf2/ARE Regulated Antioxidant Gene Expression
in Endothelial and Smooth Muscle Cells in Oxidative Stress: Implications for
Atherosclerosis and Preeclampsia. Acta Physiologica Sinica. 59 (2):117-27.
Mansouri, E., Panahi, M., Ghaffari, M. A., dan Ghorbani, A. 2011. Effects of
Grape Seed Proanthocyanidin Extract on Oxidative Stress Induced by
Diabetes in Rat Kidney. Iranian Biomedical Journal 15 (3): 100-6
Marciniak, A., Brzeszczyska, J., Gwodziski, K., dan Jegier, A., 2009.
Antioxidant Capacity and Physical Exercise. Biology of Sport. 26 (3):197-213
Marini, M., Lapalombella, R., Margonato, V., Ronchi, R., Samaja, M., Scapin, C.,
Gorza, L., Maraldi, T., Carinci, P., Ventura, C., dan Veicsteinas, A. 2007.
Mild Exercise Training, Cardioprotection and Stress Genes Profile. Eur J
Appl Physiol 99: 503-10.
Matsumoto, K., Akao, Y., Kobayashi, E., Ohguchi, K., Ito, T., Tanaka, T., Iinuma,
M., dan Nozawa, Y. 2003. Induction of Apoptosis by Xanthones from
Mangosteen in Human Leukemia Cell Lines. J. Nat. Prod. 66: 1124-27.
McWalter, G. K., Higgins, L. G., McLellan, L. I., Henderson, C. J., Song, L.,
Thornalley, P. J., Itoh, K., Yamamoto, M., dan Hayes, J. D. 2004.
Transcription Factor Nrf2 is Essential for Induction of NAD(P)H:Quinone
Oxidoreductase1, Glutathione S-Transferase, and Glutamate Cysteine
Ligase by Broccoli Seed and Isothiocyanates. The Journal of
Nutrition.134(Supl.): 3499-506
103

Meng, B., Gao, W., Wei, J., Yang, J., Wu, J., Pu, L., dan Guo, C. 2013. Quercetin
reduces serum homocysteine level in rats fed a methionine-enriched Diet.
Nutrition 29: 6616
Middleton Jr, E., Kandaswami, C., dan Theoharides, T. C. 2000. The Effects of
Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart
Disease, and Cancer. Pharmacological Review. 52: 673751.
Montgomery, D. C. 2001. Design and Analysis of Experiments (5th ed.). John
Wiley and Sons Inc. New York
Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan
Neungton, N. 2004. Antiproliferation, Antioxidation and Induction of
Apoptosis by Garcinia mangostana (Mangosteen) on SKBR3 Human Breast
Cancer Cell Line. Journal of Ethnopharmacology. 90: 1616
Morikawa, A, Inamizu, T., Han, Y., dan Nagata, M., 2004. Effect of Exercise
Training on Superoxide Dismutase Gene Expression in Human Lymphocytes.
International Journal of Sport and Health Science. 2 : 187-94.
Nala, I. G. N. 2011. Prinsip Pelatihan Olah Raga. Udayana University Press.
Denpasar.
Ngawhirunpat, T., Opanasopi, P., Sukma, M., Sittisombut, C., AtsushiKat, dan
Adachi, I. 2010. Antioxidant, Free Radical-Scavenging Activity and
Cytotoxicity of Different Solvent Extracts and Their Phenolic Constituents
from The Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia mangostana). Pharmaceutical
Biology. 48 (1): 5562
Ngurah, I. B. 2007. Peranan Antioksidan pada olah raga. Medicina. 38 (1): 3-6
Nurliyana, R., Zahir, I. S., Suleiman, K. M., Aisyah, M. R., dan Rahim, K. K.
2010. Antioxidant Study of Pulps and Peels of Dragon Fruits: A Comparative
Study. International Food Research Journal. 17: 367-75
Ogonovszky, H., Berkes, I., Kumagai, S., Kaneko, T., Tahara, S., Goto, S., dan
Radak, Z. 2005. The Effects of Moderate-, Strenuous- and Over-Training on
Oxidative Stress Markers, DNA Repair, and Memory, in Rat Brain.
Neurochemistry International 46 : 63540
Oztasan, N., Taysi, S., Altinkaynak, K. G. K., Aktas, O., Siktar, H. T. E., Keles,
S., Akar, S., Dane, F. A. S., dan Gul, M. 2004. Endurance Training
Attenuates Exercise-Induced Oxidative Stress in Erythrocytes in Rat. Eur J
Appl Physiol 91: 6227.
Palakawong, C., Sophanodora, P., Pisuchpen, S., dan Phongpaichit. 2010.
Antioxidant and Antimicrobial Activities of Crude Extracts from Mangosteen
(Garcinia mangostana L.) Parts and Some Essential Oils. International Food
Research Journal. 17: 583-9
Pedraza-Chaverri, J., Crdenas-Rodrguez, N., Orozco-Ibarra, M., dan Prez-
Rojas, J. M. 2008. Medicinal Properties of Mangosteen (Garcinia
mangostana L.). Food and Chemical Toxicology. 46: 3227-39
104

Pelley, J. W. 2007. Biochemistry. Mosby Inc. Pennsylvania. p. 55-7


Perron, N. R. dan Brumaghim, J. L. 2009. A Review of the Antioxidant
Mechanisms of Polyphenol Compounds Related to Iron Binding. Cell
Biochem Biophys 53:75100
Pinho, R.A., Silva , L. D., Pinho, C. A., Daufenbach, J. F., Rezin, G. T., Silva, L.
A. d., Streck, E. L., dan Souza, C. T. 2012. Alterations in Muscular Oxidative
Metabolism Parameters in Incremental Treadmill Exercise Test in Untrained
Rats. Eur J Appl Physiol 112: 387-96.
Pothitirat, W., Chomnawang, M. T., dan Grtsanapan, W. 2010. Free Radical and
Anti-Acne Activities of Mangosteen Fruit Rind Extracts Prepared by
Different Extraction Methods. Pharmaceutical Biology. 48 (2): 182- 6.
Prajitno, D. 1981. Analisis Regresi-Korelasi. Labororium Statistika Pertanian.
Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Prangdimurti, E. 2007. Metode Evaluasi Antioksidan Secara In Vitro dan In Vivo.
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fak. Teknologi Pertanian. IPB.
Available at. http://xa.yimg.com/kq/groups/20875559/1368419127/name/
Topik9.pdf. akses: 20/11/2010
Rahnama, N., Gaeni, A. A., dan Hamedinia, M. R. 2007. Oxidative Stress
Responses in Physical Education Student During 8 Weeks Aerobic Training.
Journal of Sports Medicine and Physical Fitness. 47 (1) : 119-23
Reddy, N. S., Shanmugam, K. R., Mallikarjuna, K., dan Reddy, K. S. 2009.
Exercise Training Modulates The Antioxidant Enzymes in Brain Tissue: a
Study With Reference to Ageing. J. Ecophysiol. Occup. Hlth. 9: 5-10.
Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63 (3):112-6
Sawono, J. 2013. Model-Model Linier dan Non Linier dalam IBM SPSS 21. PT.
Elex Media Komputindo. Jakarta.
Scandalios, J. G. 2005. Oxidative Stress: Molecular Perception and Transduction
of Signals Triggering Antioxidant Gene Defenses. Brazilian Journal of
Medicaland Biological Research. 38: 995-014
Senturk, U. K., Gunduz, F., Kuru, O., Aktekin, M. R., Kipmen, D., Yalcin, O.,
Borkucukatay, M., Yesilkaya, A. dan. Baskurt, O. K. 2001. Exercise-Induced
Oxidative Stress Affects Erythrocytes in Sedentary Rats but not Exercise-
Trained Rats. J Appl Physiol 91: 19992004
Setiawan, B. dan Suhartono E. 2007. Peroksidasi Lipid dan Penyakit Terkait Stres
Oksidatif pada Bayi Prematur. Majalah Kedokteran Indonesia 57 (1):10-14
Setyabudi, D. A. 2009. Bangsal Penanganan Pascapanen Buah. Dalam. W. Broto
(ed.). Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan
105

Pengembangan Pertanian. Bogor. Available at. http://pascapanen.litbang.


deptan.go.id/assets/media/publikasi/juknis_buah.pdf. akses: 15 Maret 2012.
Shah, Z. A., Li, R. C., Ahmad, A. S., Kensler, T. W., Yamamoto, M., Biswal, S.,
dan Dore. S., 2010. The Flavanol (-)-Epicatechin Prevents Stroke Damage
Through The Nrf2/HO1 Pathway. Journal of Cerebral Blood Flow &
Metabolism. 30: 1951-61
Shan,Y., Ye, X. H. dan Xin, H. 2010. Effect of Grape Seed Proanthocyanidin
Extract on The Free Radical and Energy Metabolism Indicators During The
Movement. Scientific Research and Essay. 5 (2): 148-53.
Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Silva, L. A., Pinho, C. A., Scarabelot, K. S., Fraga, D. B., Volpato, A. M. J.,
Boeck, C. R., Souza, C. T. D., Streck, E. L., dan Pinho. R. A., 2009. Physical
Exercise Increases Mitochondrial Function and Reduces Oxidative Damage
in Skeletal Muscle. Eur J Appl Physiol 105:861-7.
Sobir dan Poerwanto. 2007. Mangosteen Genetics and Improvement.
International Journal of Plant Breeding. 1(2): 105-11
Son, T. G., Camandola, S. dan Mattson, M. P. 2008. Hormetic Dietary
Phytochemicals. Neuromol Med. 10: 236-46
Steel, R. G. D. dan Torrie, J.H., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu
Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suksamrarn, S., Suwannapoch, N., Phakhodee, W., Thanuhiranlert, J.,
Ratananukul, P., Chimnoi, N., dan Suksamrarn, A. 2003. Antimycobacterial
Activity of Prenylated Xanthones from the Fruits of Garcinia mangostana.
Chem. Pharm. Bull. 51 (7): 857-9.
Sun, Y., Oberley, L. W., dan Li, Y. 1988. A Simple Methode for Clinical Assay of
Superoxide Dismutase. Clin.Chem 34 (3): 497-500
Tkachev, V. O., Menshchikova, E. B., dan Zenkov, N. K. 2011. Mechanism of the
Nrf2/Keap1/ARE Signaling System. Biochemistry (Moscow). 76 (4): 407-22
Traber, M. G. 2006. Relationship of Vitamin E Metabolism and Oxidation in
Exercising Human Subjects. British Journal of Nutrition. 96 (Suppl. 1): 34-7
Valado, A., Pereira, L., Tavares, P. C., dan Ribeiro. C. F., 2007. Effect of The
Intense Anaerobic Exercise on Nitric Oxide and Malondialdehyde in Studies
of Oxidative Stress. International Journal of Biology and Biomedical
Engineering. 1 (1): 32-26
Waris, G. dan Ahsan, H. 2006. Reactive Oxygen Species: Role in The
Development of Cancer and Various Chronic Condition. Journal of
Carcinogenesis. 5 (14): 1-8
Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T., Sotanaphun,
U., dan Siripong, P. 2006. Antioxidative and Neuroprotective Activities of
106

Extracts from the Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.).


Med. Princ. Pract.15: 2817
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.
Wrasiati, L. P. 2011. Karakteristik dan Toksisitas Ekstrak Bubuk Simplisia Bunga
kamboja Cendana (Plumeria alba) dan Peranannya dalam Meningkatkan
Aktivitas Antioksidan Enzimatis pada Tikus Sparague Dawley. Disertasi.
Program Pascasarjana.Universitas Udayana. Denpasar
Wuryastuti, H. 2000. The Influence of Dietary Protein and Fats on Plasma Lipids
in Sprague-Dawley Rats. Indonesian Food and Nutrition Progress 7(2):37-41
Yoshioka, M., Doucet, E., St-Pierre, S., Almeras, N., Richard, D., Labrie, A.,
Despres, J. P., Bouchard, C., dan Tremblay, A., 2001. Impact of High-
Intensity Exercise on Energy Expenditure, Lipid Oxidation and Body
Fatness. International Journal of Obesity. 25: 332-39
Yu, B., Lu, Z. X., Bie, X. M., Lu, F. X., dan Huang, X. Q. 2008. Scavenging and
Anti-Fatigue Activity of Fermented Defatted Soybean Peptides. Eur. Food
Res. Technol. 226: 41521
Zarena, A. S., dan Sankar, K.U. 2009. Study of Antioxidant Properties from
Garcinia mangostana L. Pericarp Extract. Acta Sci. Pol.Technol. Aliment.
8 (1): 23-34
Zelko, I. N., Mariani, T.J. dan Folz, R. J. 2002. Superoxide Dismutase Multigene
Family: A Comparison of The CuZn-SOD (SOD1), Mn-SOD (SOD2), and
EC-SOD (SOD3) Gene Structure, Evolution, and Expression. Free Radical
Biology & Medicine. 33 (3): 337- 49.
107

Lampiran 1. Karakteristik Berat Badan Tikus Penelitian

Minggu 0 Minggu II
Perlakuan Blok Perlakuan Blok
I II III IV I II III IV
E0P0 229 243 248 255 E0P0 245 264 268 275
E1P0 216 237 249 254 E1P0 234 255 270 272
E2P0 226 232 247 252 E2P0 246 251 267 271
E4P0 228 239 249 254 E4P0 243 254 266 270
E6P0 225 244 250 256 E6P0 240 268 270 276
E8P0 217 232 251 258 E8P0 233 251 267 275
E0P1 220 236 246 254 E0P1 234 246 268 274
E1P1 229 236 248 255 E1P1 242 248 265 273
E2P1 230 240 251 256 E2P1 247 258 263 282
E4P1 219 240 251 256 E4P1 230 251 269 267
E6P1 225 241 252 253 E6P1 242 266 265 262
E8P1 222 243 250 255 E8P1 243 266 260 273
Total 2686 2863 2992 3058 Total 2879 3078 3198 3270
Rata-Rata 223,83 238,58 249,33 254,83 Rata-rata 239,92 256,5 266,5 272,5

Minggu I Minggu III


Perlakuan Blok Perlakuan Blok
I II III IV I II III IV
E0P0 237 255 256 264 E0P0 251 274 276 284
E1P0 224 246 259 262 E1P0 249 270 284 286
E2P0 235 240 255 261 E2P0 254 261 277 279
E4P0 236 247 257 263 E4P0 248 260 273 276
E6P0 233 258 261 267 E6P0 245 274 280 283
E8P0 226 240 260 268 E8P0 239 262 274 282
E0P1 229 237 259 266 E0P1 240 254 274 280
E1P1 235 240 250 265 E1P1 255 263 265 287
E2P1 240 250 254 274 E2P1 253 266 273 291
E4P1 226 246 260 259 E4P1 238 260 284 272
E6P1 235 257 258 255 E6P1 247 273 270 267
E8P1 235 258 253 266 E8P1 250 273 265 280
Total 2791 2974 3082 3170 Total 2969 3190 3295 3367
Rata- Rata-
rata 232,58 247,83 256,83 264,17 rata 247,42 265,83 274,58 280,58
108

Lampiran 1. Lanjutan

Minggu IV
Perlakuan Blok
I II III IV
E0P0 258 287 286 295
E1P0 264 284 299 292
E2P0 265 274 288 289
E4P0 253 268 284 285
E6P0 253 287 289 293
E8P0 247 272 282 291
E0P1 245 265 281 290
E1P1 270 276 276 301
E2P1 265 276 282 301
E4P1 242 272 295 282
E6P1 253 280 278 273
E8P1 255 280 275 286
Total 3070 3321 3415 3478
Rata-rata 255,83 276,75 284,58 289,83

Normalitas berat badan Tikus penelitian


Tests of Normality
Minggu Ke Blok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
I .177 12 .200* .921 12 .293
II .137 12 .200* .930 12 .380
0
III .153 12 .200* .955 12 .713
IV .148 12 .200* .963 12 .825
I .266 12 .018 .894 12 .131
II .178 12 .200* .897 12 .145
I
III .159 12 .200* .941 12 .512
IV .129 12 .200* .977 12 .970
I .226 12 .091 .899 12 .156
II .179 12 .200* .904 12 .176
II
III .151 12 .200* .930 12 .385
IV .155 12 .200* .951 12 .652
I .148 12 .200* .923 12 .314
II .188 12 .200* .901 12 .165
III
III .149 12 .200* .939 12 .489
IV .155 12 .200* .971 12 .917
I .157 12 .200* .952 12 .664
II .125 12 .200* .958 12 .756
IV
III .138 12 .200* .951 12 .645
IV .124 12 .200* .956 12 .722
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
109

Lampiran 2. Data Hasil Tes Pendahuluan Kemampuan Renang Maksimal Subjek


Penelitian (menit)

Perlakuan Blok Total Rata-rata


I II III IV
E0P0 43 45 42 40 170 42,5
E1P0 45 43 42 43 173 43,25
E2P0 44 40 43 42 169 42,25
E4P0 42 42 42 43 169 42,25
E6P0 45 42 44 40 171 42,75
E8P0 44 44 43 44 175 43,75
E0P1 45 45 45 43 178 44,5
E1P1 45 43 44 40 172 43
E2P1 44 45 43 41 173 43,25
E4P1 43 45 40 42 170 42,5
E6P1 45 50 45 43 183 45,75
E8P1 42 45 44 43 174 43,5
Total 527 529 517 504 2077 519,25
Rata-rata 43,92 44,08 43,08 42,00 173,08 43,27
70% 30,29
110

Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Kadar MDA Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.

Blok
Perlakuan
I II III IV
E0P0 5,76 6,58 6,17 7,19
E1P0 6,99 5,55 5,14 5,76
E2P0 3,71 2,68 3,3 3,91
E4P0 2,48 3,09 2,68 3,3
E6P0 3,71 2,48 2,89 3,09
E8P0 2,27 3,09 3,5 2,68
E0P1 11,7 11,09 11,5 10,68
E1P1 10,06 9,04 9,45 9,86
E2P1 6,58 6,17 6,99 7,19
E4P1 4,94 5,14 5,76 5,35
E6P1 3,71 4,12 4,32 3,91
E8P1 2,89 2,48 2,27 3,09
111

Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Kadar SOD Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.

Perlakuan Blok
I II III IV
E0P0 61,94 60,9 62,63 62,98
E1P0 64,71 65,74 63,32 65,05
E2P0 71,97 70,59 70,93 73,01
E4P0 78,55 77,16 76,47 78,2
E6P0 7958 77,51 76,82 79,93
E8P0 80,97 79,58 79,24 80,62
E0P1 44,98 45,33 43,94 42,56
E1P1 52,25 51,56 53,98 47,4
E2P1 58,13 56,06 55,36 58,48
E4P1 67,13 68,17 66,09 65,74
E6P1 74,74 72,32 71,63 75,09
E8P1 80,62 83,04 80,97 85,81
112

Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Kadar GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.

Perlakuan Blok
I II III IV
E0P0 24,77 25,47 24,62 24,31
E1P0 26,01 26,62 27,16 26,78
E2P0 30,1 31,02 31,33 30,56
E4P0 32,49 31,64 31,49 32,03
E6P0 32,41 31,72 33,8 32,87
E8P0 31,64 34,57 35,27 32,57
E0P1 8,64 8,41 8,87 8,57
E1P1 10,19 10,57 9,95 9,72
E2P1 22,15 21,68 21,22 21,61
E4P1 27,4 26,16 26,62 25,93
E6P1 30,02 29,02 29,48 29,32
E8P1 36,04 36,42 37,27 36,27
113

Lampiran 6. Hasil Analisis Statistik Kadar MDA Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.

Explore
DOSIS

PELATIHAN

Blok

DOSIS
114

Lampiran 6. Lanjutan

PELATIHAN

Blok

Generalized Linear Models

Estimated Marginal Means : DOSIS


115

Lampiran 6. Lanjutan
116

Lampiran 6. Lanjutan

Estimated Marginal Means : PELATIHAN

Estimated Marginal Means : DOSIS* PELATIHAN


117

Lampiran 6. Lanjutan
Pairwise Comparisons
(I) (J) DOSIS*PELATIHAN Mean Std. df Sig. 95% Wald
DOSIS*PE Differen Error Confidence
LATIHAN ce (I-J) Interval for
Difference
Lower Upper
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -4.8295 .63648 1 .000 -6.0770 -3.5820
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] .5637 .42723 1 .187 -.2736 1.4011
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -3.1752 .56729 1 .000 -4.2870 -2.0633
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 3.0345 .35679 1 .000 2.3352 3.7338
[DOSIS=0]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -.3027 .45680 1 .508 -1.1980 .5926
a
[PELATIHA [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 3.5352 .34586 1 .000 2.8573 4.2130
a
N=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 1.1238 .40901 1 .006 .3221 1.9254
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 3.3860 .34913 1 .000 2.7017 4.0702
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 2.4025 .37220 1 .000 1.6730 3.1320
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 3.5302 .34605 1 .000 2.8520 4.2085
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 3.7456 .34182 1 .000 3.0756 4.4156
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 4.8295 .63648 1 .000 3.5820 6.0770
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 5.3933 .62316 1 .000 4.1719 6.6146
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 1.6544 .72643 1 .023 .2306 3.0781
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 7.8640 .57728 1 .000 6.7326 8.9955
a
[DOSIS=0]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 4.5268 .64392 1 .000 3.2647 5.7889
a
[PELATIHA [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 8.3647 .57067 1 .000 7.2462 9.4832
a
N=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 5.9533 .61092 1 .000 4.7559 7.1507
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 8.2155 .57250 1 .000 7.0934 9.3376
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 7.2320 .58691 1 .000 6.0817 8.3823
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 8.3597 .57069 1 .000 7.2412 9.4783
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 8.5751 .56818 1 .000 7.4615 9.6887
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -.5637 .42723 1 .187 -1.4011 .2736
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -5.3933 .62316 1 .000 -6.6146 -4.1719
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -3.7389 .55232 1 .000 -4.8214 -2.6564
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 2.4707 .33253 1 .000 1.8190 3.1225
a
[DOSIS=1]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -.8665 .43824 1 .048 -1.7254 -.0075
a
[PELATIHA [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 2.9714 .32104 1 .000 2.3422 3.6007
N=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] .5600 .38822 1 .149 -.2009 1.3209
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 2.8222 .32416 1 .000 2.1869 3.4576
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 1.8387 .34921 1 .000 1.1543 2.5232
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 2.9665 .32129 1 .000 2.3368 3.5962
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 3.1819 .31646 1 .000 2.5616 3.8021
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 3.1752 .56729 1 .000 2.0633 4.2870
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -1.6544 .72643 1 .023 -3.0781 -.2306
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 3.7389 .55232 1 .000 2.6564 4.8214
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 6.2097 .49992 1 .000 5.2298 7.1895
a
[DOSIS=1]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 2.8724 .57563 1 .000 1.7442 4.0007
a
[PELATIHA [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 6.7104 .49232 1 .000 5.7454 7.6753
a
N=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 4.2989 .53851 1 .000 3.2435 5.3544
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 6.5611 .49443 1 .000 5.5921 7.5302
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 5.5776 .51112 1 .000 4.5759 6.5794
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 6.7054 .49243 1 .000 5.7403 7.6705
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 6.9208 .48940 1 .000 5.9616 7.8800
118

Lampiran 6. Lanjutan
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -3.0345 .35679 1 .000 -3.7338 -2.3352
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -7.8640 .57728 1 .000 -8.9955 -6.7326
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -2.4707 .33253 1 .000 -3.1225 -1.8190
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -6.2097 .49992 1 .000 -7.1895 -5.2298
a
[DOSIS=2]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -3.3372 .36989 1 .000 -4.0622 -2.6122
a
[PELATIHA [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] .5007 .21879 1 .022 .0719 .9295
a
N=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -1.9107 .30902 1 .000 -2.5164 -1.3051
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] .3515 .22348 1 .116 -.0865 .7895
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -.6320 .25837 1 .014 -1.1384 -.1256
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] .4957 .21909 1 .024 .0663 .9251
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] .7111 .21211 1 .001 .2954 1.1268
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] .3027 .45680 1 .508 -.5926 1.1980
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -4.5268 .64392 1 .000 -5.7889 -3.2647
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] .8665 .43824 1 .048 .0075 1.7254
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -2.8724 .57563 1 .000 -4.0007 -1.7442
a
[DOSIS=2]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 3.3372 .36989 1 .000 2.6122 4.0622
a
[PELATIHA [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 3.8379 .35951 1 .000 3.1333 4.5425
a
N=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 1.4265 .42053 1 .001 .6023 2.2507
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 3.6887 .36248 1 .000 2.9782 4.3991
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 2.7052 .38485 1 .000 1.9509 3.4595
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 3.8329 .35962 1 .000 3.1281 4.5378
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 4.0483 .35556 1 .000 3.3515 4.7452
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -3.5352 .34586 1 .000 -4.2130 -2.8573
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -8.3647 .57067 1 .000 -9.4832 -7.2462
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -2.9714 .32104 1 .000 -3.6007 -2.3422
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -6.7104 .49232 1 .000 -7.6753 -5.7454
a
[DOSIS=4]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -.5007 .21879 1 .022 -.9295 -.0719
a
[PELATIHA [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -3.8379 .35951 1 .000 -4.5425 -3.1333
a
N=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -2.4114 .29643 1 .000 -2.9924 -1.8304
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -.1492 .20602 1 .469 -.5530 .2546
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -1.1327 .24314 1 .000 -1.6093 -.6562
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -.0050 .20085 1 .980 -.3986 .3887
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] .2104 .19345 1 .277 -.1687 .5896
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -1.1238 .40901 1 .006 -1.9254 -.3221
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -5.9533 .61092 1 .000 -7.1507 -4.7559
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -.5600 .38822 1 .149 -1.3209 .2009
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -4.2989 .53851 1 .000 -5.3544 -3.2435
a
[DOSIS=4]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 1.9107 .30902 1 .000 1.3051 2.5164
a
[PELATIHA [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -1.4265 .42053 1 .001 -2.2507 -.6023
a
N=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 2.4114 .29643 1 .000 1.8304 2.9924
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 2.2622 .30009 1 .000 1.6740 2.8504
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 1.2787 .32667 1 .000 .6384 1.9190
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 2.4065 .29650 1 .000 1.8253 2.9876
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 2.6219 .29168 1 .000 2.0502 3.1935
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -3.3860 .34913 1 .000 -4.0702 -2.7017
a
[DOSIS=6]* [DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -8.2155 .57250 1 .000 -9.3376 -7.0934
a
[PELATIHA [DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -2.8222 .32416 1 .000 -3.4576 -2.1869
a
N=0] [DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -6.5611 .49443 1 .000 -7.5302 -5.5921
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -.3515 .22348 1 .116 -.7895 .0865
119

Lampiran 6. Lanjutan

a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -3.6887 .36248 1 .000 -4.3991 -2.9782
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] .1492 .20602 1 .469 -.2546 .5530
[DOSIS=6]*[ a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -2.2622 .30009 1 .000 -2.8504 -1.6740
PELATIHAN a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -.9835 .24761 1 .000 -1.4688 -.4982
=0]
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] .1443 .20631 1 .484 -.2601 .5486
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] .3596 .19888 1 .071 -.0301 .7494
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -2.4025 .37220 1 .000 -3.1320 -1.6730
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -7.2320 .58691 1 .000 -8.3823 -6.0817
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -1.8387 .34921 1 .000 -2.5232 -1.1543
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -5.5776 .51112 1 .000 -6.5794 -4.5759
a
[DOSIS=6]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] .6320 .25837 1 .014 .1256 1.1384
a
[PELATIHA [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -2.7052 .38485 1 .000 -3.4595 -1.9509
a
N=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 1.1327 .24314 1 .000 .6562 1.6093
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -1.2787 .32667 1 .000 -1.9190 -.6384
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] .9835 .24761 1 .000 .4982 1.4688
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 1.1278 .24325 1 .000 .6510 1.6045
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] 1.3431 .23734 1 .000 .8780 1.8083
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -3.5302 .34605 1 .000 -4.2085 -2.8520
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -8.3597 .57069 1 .000 -9.4783 -7.2412
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -2.9665 .32129 1 .000 -3.5962 -2.3368
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -6.7054 .49243 1 .000 -7.6705 -5.7403
a
[DOSIS=8]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -.4957 .21909 1 .024 -.9251 -.0663
a
[PELATIHA [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -3.8329 .35962 1 .000 -4.5378 -3.1281
N=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] .0050 .20085 1 .980 -.3887 .3986
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -2.4065 .29650 1 .000 -2.9876 -1.8253
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -.1443 .20631 1 .484 -.5486 .2601
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -1.1278 .24325 1 .000 -1.6045 -.6510
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] .2154 .19385 1 .267 -.1645 .5953
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -3.7456 .34182 1 .000 -4.4156 -3.0756
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] -8.5751 .56818 1 .000 -9.6887 -7.4615
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -3.1819 .31646 1 .000 -3.8021 -2.5616
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -6.9208 .48940 1 .000 -7.8800 -5.9616
a
[DOSIS=8]* [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -.7111 .21211 1 .001 -1.1268 -.2954
a
[PELATIHA [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -4.0483 .35556 1 .000 -4.7452 -3.3515
N=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -.2104 .19345 1 .277 -.5896 .1687
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -2.6219 .29168 1 .000 -3.1935 -2.0502
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -.3596 .19888 1 .071 -.7494 .0301
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -1.3431 .23734 1 .000 -1.8083 -.8780
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -.2154 .19385 1 .267 -.5953 .1645
Pairwise comparisons of estimated marginal means based on the original scale of
dependent variable MDA
a. The mean difference is significant at the .05 level.
120

Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Kadar SOD Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.

Explore

Dosis

Pelatihan

Blok

Dosis

Pelatihan
121

Lampiran 7. Lanjutan

Blok

Generalized Linear Models

Estimated Marginal Means : DOSIS


122

Lampiran 7. Lanjutan
123

Lampiran 7. Lanjutan

Estimated Marginal Means : PELATIHAN

Estimated Marginal Means : DOSIS* PELATIHAN


124

Lampiran 7. Lanjutan

Pairwise Comparisons
(I) (J) DOSIS*PELATIHAN Mean Std. df Sig. 95% Wald
DOSIS*P Difference Error Confidence Interval
ELATIHA (I-J) for Difference
N Lower Upper
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 17.9115 .79411 1 .000 16.3551 19.4679
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -2.5891 .93426 1 .006 -4.4202 -.7580
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 10.8090 .83920 1 .000 9.1643 12.4538
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -9.5087 .98750 1 .000 -11.4442 -7.5732
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 5.1127 .87814 1 .000 3.3916 6.8339
0]*[PELA a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -15.4774 1.03528 1 .000 -17.5065 -13.4483
TIHAN=0 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -4.6685 .95000 1 .000 -6.5305 -2.8065
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -16.3402 1.04231 1 .000 -18.3831 -14.2973
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -11.3242 1.00187 1 .000 -13.2878 -9.3605
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -17.9857 1.05580 1 .000 -20.0550 -15.9164
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -20.4957 1.07659 1 .000 -22.6058 -18.3857
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -17.9115 .79411 1 .000 -19.4679 -16.3551
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -20.5006 .81622 1 .000 -22.1004 -18.9008
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -7.1025 .70541 1 .000 -8.4850 -5.7199
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -27.4202 .87669 1 .000 -29.1385 -25.7019
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -12.7988 .75136 1 .000 -14.2714 -11.3261
0]*[PELA a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -33.3889 .93016 1 .000 -35.2120 -31.5658
TIHAN=1 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -22.5800 .83419 1 .000 -24.2150 -20.9450
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -34.2517 .93799 1 .000 -36.0901 -32.4133
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -29.2357 .89284 1 .000 -30.9856 -27.4858
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -35.8972 .95295 1 .000 -37.7650 -34.0295
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -38.4073 .97595 1 .000 -40.3201 -36.4944
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 2.5891 .93426 1 .006 .7580 4.4202
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 20.5006 .81622 1 .000 18.9008 22.1004
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 13.3981 .86016 1 .000 11.7123 15.0840
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -6.9196 1.00539 1 .000 -8.8901 -4.9491
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 7.7018 .89820 1 .000 5.9414 9.4623
1]*[PELA a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -12.8883 1.05234 1 .000 -14.9508 -10.8257
TIHAN=0 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -2.0794 .96856 1 .032 -3.9778 -.1811
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -13.7511 1.05926 1 .000 -15.8272 -11.6750
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -8.7351 1.01950 1 .000 -10.7333 -6.7369
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -15.3966 1.07254 1 .000 -17.4987 -13.2945
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -17.9067 1.09301 1 .000 -20.0489 -15.7644
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -10.8090 .83920 1 .000 -12.4538 -9.1643
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 7.1025 .70541 1 .000 5.7199 8.4850
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -13.3981 .86016 1 .000 -15.0840 -11.7123
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -20.3178 .91774 1 .000 -22.1165 -18.5190
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -5.6963 .79888 1 .000 -7.2621 -4.1305
1]*[PELA a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -26.2864 .96894 1 .000 -28.1855 -24.3873
TIHAN=1 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -15.4776 .87722 1 .000 -17.1969 -13.7582
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -27.1492 .97647 1 .000 -29.0631 -25.2354
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -22.1332 .93319 1 .000 -23.9622 -20.3042
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -28.7947 .99084 1 .000 -30.7368 -26.8527
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -31.3048 1.01300 1 .000 -33.2902 -29.3193
125

Lampiran 7. Lanjutan
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 9.5087 .98750 1 .000 7.5732 11.4442
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 27.4202 .87669 1 .000 25.7019 29.1385
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 6.9196 1.00539 1 .000 4.9491 8.8901
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 20.3178 .91774 1 .000 18.5190 22.1165
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 14.6214 .95346 1 .000 12.7527 16.4902
2]*[PELA a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -5.9687 1.09989 1 .000 -8.1244 -3.8129
TIHAN=0 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 4.8402 1.02004 1 .000 2.8410 6.8394
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -6.8315 1.10651 1 .000 -9.0002 -4.6628
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -1.8155 1.06851 1 .089 -3.9097 .2788
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -8.4770 1.11923 1 .000 -10.6706 -6.2833
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -10.9870 1.13886 1 .000 -13.2192 -8.7549
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -5.1127 .87814 1 .000 -6.8339 -3.3916
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 12.7988 .75136 1 .000 11.3261 14.2714
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -7.7018 .89820 1 .000 -9.4623 -5.9414
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 5.6963 .79888 1 .000 4.1305 7.2621
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -14.6214 .95346 1 .000 -16.4902 -12.7527
2]*[PELA a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -20.5901 1.00286 1 .000 -22.5557 -18.6245
TIHAN=1 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -9.7812 .91457 1 .000 -11.5738 -7.9887
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -21.4529 1.01011 1 .000 -23.4327 -19.4731
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -16.4369 .96833 1 .000 -18.3348 -14.5390
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -23.0984 1.02403 1 .000 -25.1055 -21.0914
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -25.6085 1.04545 1 .000 -27.6575 -23.5594
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 15.4774 1.03528 1 .000 13.4483 17.5065
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 33.3889 .93016 1 .000 31.5658 35.2120
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 12.8883 1.05234 1 .000 10.8257 14.9508
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 26.2864 .96894 1 .000 24.3873 28.1855
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 5.9687 1.09989 1 .000 3.8129 8.1244
4]*[PELA a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 20.5901 1.00286 1 .000 18.6245 22.5557
TIHAN=0 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 10.8089 1.06635 1 .000 8.7189 12.8989
]
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -.8628 1.14935 1 .453 -3.1155 1.3899
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 4.1532 1.11281 1 .000 1.9721 6.3342
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -2.5083 1.16159 1 .031 -4.7850 -.2316
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -5.0184 1.18053 1 .000 -7.3322 -2.7046
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 4.6685 .95000 1 .000 2.8065 6.5305
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 22.5800 .83419 1 .000 20.9450 24.2150
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 2.0794 .96856 1 .032 .1811 3.9778
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 15.4776 .87722 1 .000 13.7582 17.1969
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -4.8402 1.02004 1 .000 -6.8394 -2.8410
4]*[PELA a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 9.7812 .91457 1 .000 7.9887 11.5738
TIHAN=1 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -10.8089 1.06635 1 .000 -12.8989 -8.7189
] a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -11.6717 1.07318 1 .000 -13.7751 -9.5683
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -6.6557 1.03395 1 .000 -8.6822 -4.6292
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -13.3172 1.08628 1 .000 -15.4463 -11.1881
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -15.8272 1.10651 1 .000 -17.9960 -13.6585
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 16.3402 1.04231 1 .000 14.2973 18.3831
a
[DOSIS= [DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 34.2517 .93799 1 .000 32.4133 36.0901
a
6]*[PELA [DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 13.7511 1.05926 1 .000 11.6750 15.8272
a
TIHAN=0 [DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 27.1492 .97647 1 .000 25.2354 29.0631
a
] [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 6.8315 1.10651 1 .000 4.6628 9.0002
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 21.4529 1.01011 1 .000 19.4731 23.4327
126

Lampiran 7. Lanjutan

[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] .8628 1.14935 1 .453 -1.3899 3.1155


[DOSIS= a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 11.6717 1.07318 1 .000 9.5683 13.7751
6]*[PELA a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 5.0160 1.11935 1 .000 2.8221 7.2099
TIHAN=0
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -1.6455 1.16787 1 .159 -3.9345 .6435
] a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -4.1556 1.18670 1 .000 -6.4814 -1.8297
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 11.3242 1.00187 1 .000 9.3605 13.2878
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 29.2357 .89284 1 .000 27.4858 30.9856
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 8.7351 1.01950 1 .000 6.7369 10.7333
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 22.1332 .93319 1 .000 20.3042 23.9622
[DOSIS=
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 1.8155 1.06851 1 .089 -.2788 3.9097
6]*[PELA a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 16.4369 .96833 1 .000 14.5390 18.3348
TIHAN=1 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -4.1532 1.11281 1 .000 -6.3342 -1.9721
] a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 6.6557 1.03395 1 .000 4.6292 8.6822
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -5.0160 1.11935 1 .000 -7.2099 -2.8221
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -6.6615 1.13193 1 .000 -8.8800 -4.4430
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -9.1716 1.15134 1 .000 -11.4282 -6.9150
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 17.9857 1.05580 1 .000 15.9164 20.0550
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 35.8972 .95295 1 .000 34.0295 37.7650
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 15.3966 1.07254 1 .000 13.2945 17.4987
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 28.7947 .99084 1 .000 26.8527 30.7368
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 8.4770 1.11923 1 .000 6.2833 10.6706
8]*[PELA a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 23.0984 1.02403 1 .000 21.0914 25.1055
TIHAN=0 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 2.5083 1.16159 1 .031 .2316 4.7850
] a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 13.3172 1.08628 1 .000 11.1881 15.4463
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 1.6455 1.16787 1 .159 -.6435 3.9345
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 6.6615 1.13193 1 .000 4.4430 8.8800
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -2.5101 1.19857 1 .036 -4.8592 -.1609
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 20.4957 1.07659 1 .000 18.3857 22.6058
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 38.4073 .97595 1 .000 36.4944 40.3201
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 17.9067 1.09301 1 .000 15.7644 20.0489
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 31.3048 1.01300 1 .000 29.3193 33.2902
[DOSIS= a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 10.9870 1.13886 1 .000 8.7549 13.2192
8]*[PELA a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 25.6085 1.04545 1 .000 23.5594 27.6575
TIHAN=1 a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 5.0184 1.18053 1 .000 2.7046 7.3322
] a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 15.8272 1.10651 1 .000 13.6585 17.9960
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 4.1556 1.18670 1 .000 1.8297 6.4814
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 9.1716 1.15134 1 .000 6.9150 11.4282
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 2.5101 1.19857 1 .036 .1609 4.8592
Pairwise comparisons of estimated marginal means based on the original scale of dependent
variable SOD
a. The mean difference is significant at the .05 level.
127

Lampiran 8 Hasil Analisis Statistik Kadar GPx Darah Tikus Wistar Setelah
Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dan Pelatihan Fisik.

Explore
Dosis

Pelatihan fisik

Blok

Dosis

Pelatihan fisik
128

Lampiran 8. Lanjutan

Blok

Generalized Linear Models

Estimated Marginal Means : DOSIS


129

Lampiran 8. Lanjutan
130

Lampiran 8. Lanjutan

Estimated Marginal Means : PELATIHAN

Estimated Marginal Means : DOSIS* PELATIHAN


131

Lampiran 8. Lanjutan
Pairwise Comparisons
(I) (J) DOSIS*PELATIHAN Mean Std. df Sig. 95% Wald
DOSIS*P Difference Error Confidence Interval
ELATIHA (I-J) for Difference
N Lower Upper
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 16.1700 .26938 1 .000 15.6420 16.6980
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -1.8499 .37349 1 .000 -2.5819 -1.1179
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 14.6851 .27476 1 .000 14.1465 15.2236
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -5.9589 .40537 1 .000 -6.7534 -5.1644
a
[DOSIS=0 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 3.1253 .33790 1 .000 2.4631 3.7876
a
]*[PELATI [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -7.1230 .41474 1 .000 -7.9359 -6.3101
a
HAN=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -1.7349 .37262 1 .000 -2.4652 -1.0046
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -7.9067 .42113 1 .000 -8.7321 -7.0813
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -4.6687 .39516 1 .000 -5.4432 -3.8942
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -8.7133 .42776 1 .000 -9.5517 -7.8749
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -11.7062 .45281 1 .000 -12.5937 -10.8187
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -16.1700 .26938 1 .000 -16.6980 -15.6420
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -18.0199 .28738 1 .000 -18.5832 -17.4567
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] -1.4850 .13634 1 .000 -1.7522 -1.2177
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -22.1289 .32775 1 .000 -22.7713 -21.4865
a
[DOSIS=0 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -13.0447 .23932 1 .000 -13.5137 -12.5756
a
]*[PELATI [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -23.2930 .33927 1 .000 -23.9580 -22.6280
a
HAN=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -17.9049 .28626 1 .000 -18.4660 -17.3439
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -24.0767 .34704 1 .000 -24.7569 -23.3965
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -20.8387 .31503 1 .000 -21.4562 -20.2213
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -24.8833 .35507 1 .000 -25.5792 -24.1874
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -27.8762 .38487 1 .000 -28.6305 -27.1219
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 1.8499 .37349 1 .000 1.1179 2.5819
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 18.0199 .28738 1 .000 17.4567 18.5832
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 16.5349 .29243 1 .000 15.9618 17.1081
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -4.1090 .41755 1 .000 -4.9274 -3.2906
a
[DOSIS=1 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 4.9752 .35242 1 .000 4.2845 5.6660
a
]*[PELATI [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -5.2731 .42666 1 .000 -6.1093 -4.4368
HAN=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] .1150 .38584 1 .766 -.6412 .8712
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -6.0568 .43286 1 .000 -6.9052 -5.2084
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -2.8188 .40764 1 .000 -3.6178 -2.0198
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -6.8634 .43931 1 .000 -7.7244 -6.0023
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -9.8563 .46374 1 .000 -10.7652 -8.9474
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -14.6851 .27476 1 .000 -15.2236 -14.1465
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 1.4850 .13634 1 .000 1.2177 1.7522
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -16.5349 .29243 1 .000 -17.1081 -15.9618
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -20.6439 .33219 1 .000 -21.2950 -19.9929
a
[DOSIS=1 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] -11.5597 .24536 1 .000 -12.0406 -11.0788
a
]*[PELATI [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -21.8080 .34356 1 .000 -22.4814 -21.1346
a
HAN=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -16.4199 .29133 1 .000 -16.9909 -15.8489
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -22.5918 .35125 1 .000 -23.2802 -21.9033
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -19.3538 .31964 1 .000 -19.9802 -18.7273
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -23.3983 .35917 1 .000 -24.1023 -22.6943
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -26.3912 .38866 1 .000 -27.1530 -25.6295
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 5.9589 .40537 1 .000 5.1644 6.7534
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 22.1289 .32775 1 .000 21.4865 22.7713
a
[DOSIS=2 [DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 4.1090 .41755 1 .000 3.2906 4.9274
a
]*[PELATI [DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 20.6439 .33219 1 .000 19.9929 21.2950
a
HAN=0] [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 9.0842 .38605 1 .000 8.3276 9.8409
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -1.1641 .45483 1 .010 -2.0555 -.2726
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 4.2240 .41678 1 .000 3.4071 5.0409
132

Lampiran 8. Lanjutan
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -1.9478 .46066 1 .000 -2.8507 -1.0449
[DOSIS=2]* a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 1.2902 .43704 1 .003 .4336 2.1468
[PELATIHA a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -2.7544 .46672 1 .000 -3.6691 -1.8396
N=0] a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -5.7473 .48979 1 .000 -6.7073 -4.7873
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] -3.1253 .33790 1 .000 -3.7876 -2.4631
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 13.0447 .23932 1 .000 12.5756 13.5137
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -4.9752 .35242 1 .000 -5.6660 -4.2845
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 11.5597 .24536 1 .000 11.0788 12.0406
a
[DOSIS=2 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -9.0842 .38605 1 .000 -9.8409 -8.3276
a
]*[PELATI [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -10.2483 .39587 1 .000 -11.0242 -9.4724
a
HAN=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] -4.8602 .35150 1 .000 -5.5492 -4.1713
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -11.0320 .40256 1 .000 -11.8210 -10.2430
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -7.7940 .37530 1 .000 -8.5296 -7.0585
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -11.8386 .40951 1 .000 -12.6412 -11.0360
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -14.8315 .43560 1 .000 -15.6853 -13.9778
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 7.1230 .41474 1 .000 6.3101 7.9359
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 23.2930 .33927 1 .000 22.6280 23.9580
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 5.2731 .42666 1 .000 4.4368 6.1093
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 21.8080 .34356 1 .000 21.1346 22.4814
a
[DOSIS=4 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 1.1641 .45483 1 .010 .2726 2.0555
a
]*[PELATI [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 10.2483 .39587 1 .000 9.4724 11.0242
a
HAN=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 5.3881 .42590 1 .000 4.5533 6.2228
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -.7837 .46892 1 .095 -1.7028 .1353
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 2.4543 .44574 1 .000 1.5806 3.3279
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -1.5903 .47491 1 .001 -2.5211 -.6595
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -4.5832 .49757 1 .000 -5.5584 -3.6080
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 1.7349 .37262 1 .000 1.0046 2.4652
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 17.9049 .28626 1 .000 17.3439 18.4660
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] -.1150 .38584 1 .766 -.8712 .6412
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 16.4199 .29133 1 .000 15.8489 16.9909
a
[DOSIS=4 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -4.2240 .41678 1 .000 -5.0409 -3.4071
a
]*[PELATI [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 4.8602 .35150 1 .000 4.1713 5.5492
a
HAN=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -5.3881 .42590 1 .000 -6.2228 -4.5533
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -6.1718 .43212 1 .000 -7.0187 -5.3249
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] -2.9338 .40684 1 .000 -3.7312 -2.1364
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -6.9784 .43860 1 .000 -7.8380 -6.1187
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -9.9713 .46305 1 .000 -10.8789 -9.0637
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 7.9067 .42113 1 .000 7.0813 8.7321
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 24.0767 .34704 1 .000 23.3965 24.7569
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 6.0568 .43286 1 .000 5.2084 6.9052
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 22.5918 .35125 1 .000 21.9033 23.2802
a
[DOSIS=6 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 1.9478 .46066 1 .000 1.0449 2.8507
a
]*[PELATI [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 11.0320 .40256 1 .000 10.2430 11.8210
HAN=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] .7837 .46892 1 .095 -.1353 1.7028
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 6.1718 .43212 1 .000 5.3249 7.0187
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 3.2380 .45169 1 .000 2.3527 4.1233
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -.8066 .48048 1 .093 -1.7483 .1352
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -3.7995 .50290 1 .000 -4.7852 -2.8138
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 4.6687 .39516 1 .000 3.8942 5.4432
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 20.8387 .31503 1 .000 20.2213 21.4562
a
[DOSIS=6 [DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 2.8188 .40764 1 .000 2.0198 3.6178
a
]*[PELATI [DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 19.3538 .31964 1 .000 18.7273 19.9802
a
HAN=1] [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] -1.2902 .43704 1 .003 -2.1468 -.4336
a
[DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 7.7940 .37530 1 .000 7.0585 8.5296
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] -2.4543 .44574 1 .000 -3.3279 -1.5806
133

Lampiran 8. Lanjutan

a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 2.9338 .40684 1 .000 2.1364 3.7312
[DOSIS=6]* a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] -3.2380 .45169 1 .000 -4.1233 -2.3527
[PELATIHA a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] -4.0446 .45789 1 .000 -4.9420 -3.1471
N=1] a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -7.0375 .48136 1 .000 -7.9809 -6.0940
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 8.7133 .42776 1 .000 7.8749 9.5517
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 24.8833 .35507 1 .000 24.1874 25.5792
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 6.8634 .43931 1 .000 6.0023 7.7244
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 23.3983 .35917 1 .000 22.6943 24.1023
a
[DOSIS=8 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 2.7544 .46672 1 .000 1.8396 3.6691
a
]*[PELATI [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 11.8386 .40951 1 .000 11.0360 12.6412
a
HAN=0] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 1.5903 .47491 1 .001 .6595 2.5211
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 6.9784 .43860 1 .000 6.1187 7.8380
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] .8066 .48048 1 .093 -.1352 1.7483
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 4.0446 .45789 1 .000 3.1471 4.9420
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=1] -2.9929 .50847 1 .000 -3.9895 -1.9963
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=0] 11.7062 .45281 1 .000 10.8187 12.5937
a
[DOSIS=0]*[PELATIHAN=1] 27.8762 .38487 1 .000 27.1219 28.6305
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=0] 9.8563 .46374 1 .000 8.9474 10.7652
a
[DOSIS=1]*[PELATIHAN=1] 26.3912 .38866 1 .000 25.6295 27.1530
a
[DOSIS=8 [DOSIS=2]*[PELATIHAN=0] 5.7473 .48979 1 .000 4.7873 6.7073
a
]*[PELATI [DOSIS=2]*[PELATIHAN=1] 14.8315 .43560 1 .000 13.9778 15.6853
a
HAN=1] [DOSIS=4]*[PELATIHAN=0] 4.5832 .49757 1 .000 3.6080 5.5584
a
[DOSIS=4]*[PELATIHAN=1] 9.9713 .46305 1 .000 9.0637 10.8789
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=0] 3.7995 .50290 1 .000 2.8138 4.7852
a
[DOSIS=6]*[PELATIHAN=1] 7.0375 .48136 1 .000 6.0940 7.9809
a
[DOSIS=8]*[PELATIHAN=0] 2.9929 .50847 1 .000 1.9963 3.9895
Pairwise comparisons of estimated marginal means based on the original scale of dependent
variable GPX
a. The mean difference is significant at the .05 level.
134

Lampiran 9. Hasil Analasis Regresi Kuadratik Rata-rata Kadar MDA, SOD, dan
GPX darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah
Manggis dalam Kondisi Tanpa Pelatihan.

MDA
135

Lampiran 9. Lanjutan

SOD
136

Lampiran 9. Lanjutan

GPX
137

Lampiran 10. Hasil Analasis Regresi Kuadratik Rata-rata Kadar MDA, SOD, dan
GPX darah Tikus Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah
Manggis dalam Kondisi Pelatihan Fisik

MDA
138

Lampiran 10. Lanjutan

SOD
139

Lampiran 10. Lanjutan

GPX
140

Lampiran 11. Hasil Analisis Jalur Kadar MDA, SOD, dan GPx Darah Tikus
Wistar Setelah Perlakuan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) dan Pelatihan Fisik.

Overview
Composite Cronbachs
AVE R Square Communality Redundancy
Reliability Alpha
EKSTRAK 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000
KADAR GPX 1.000000 1.000000 0.941539 1.000000 1.000000 0.109496
KADAR MDA 1.000000 1.000000 0.778602 1.000000 1.000000 0.564678
KADAR SOD 1.000000 1.000000 0.958560 1.000000 1.000000 0.486137
PELATIHAN 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000

Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)


Standard Standard
Original Sample Mean T Statistics
Deviation Error
Sample (O) (M) (|O/STERR|)
(STDEV) (STERR)
DOSIS <- EKSTRAK 1.000000 1.000000 0.000000
GPX <- KADAR GPX 1.000000 1.000000 0.000000
LATIH <- PELATIHAN 1.000000 1.000000 0.000000
MDA <- KADAR MDA 1.000000 1.000000 0.000000
SOD <- KADAR SOD 1.000000 1.000000 0.000000

Cross Loadings
EKSTRAK KADAR GPX KADAR MDA KADAR SOD PELATIHAN
DOSIS 1.000000 0.742126 -0.751450 0.834866 0.000000
GPX 0.742126 1.000000 -0.969227 0.958740 -0.466671
LATIH 0.000000 -0.466671 0.462519 -0.422946 1.000000
MDA -0.751450 -0.969227 1.000000 -0.958274 0.462519
SOD 0.834866 0.958740 -0.958274 1.000000 -0.422946
141

Lampiran 11. Lanjutan

Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)


Standard Standard
Original Sample T Statistics
Deviation Error
Sample (O) Mean (M) (|O/STERR|)
(STDEV) (STERR)
EKSTRAK -> KADAR GPX 0.077856 0.086050 0.066869 0.066869 1.164303
EKSTRAK -> KADAR MDA -0.751450 -0.762087 0.065766 0.065766 11.426136
EKSTRAK -> KADAR SOD 0.375666 0.384427 0.070765 0.070765 5.308611
KADAR MDA -> KADAR GPX -0.883984 -0.878113 0.067919 0.067919 13.015175
KADAR MDA -> KADAR SOD -0.611084 -0.604376 0.068841 0.068841 8.876760
PELATIHAN -> KADAR GPX -0.057811 -0.061561 0.057243 0.057243 1.009919
PELATIHAN -> KADAR MDA 0.462519 0.465397 0.057035 0.057035 8.109463
PELATIHAN -> KADAR SOD -0.140308 -0.147902 0.057862 0.057862 2.424877

Total Effects (Mean, STDEV, T-Values)


Standard Standard
Original Sample T Statistics
Deviation Error
Sample (O) Mean (M) (|O/STERR|)
(STDEV) (STERR)
EKSTRAK -> KADAR GPX 0.742126 0.754157 0.066053 0.066053 11.235280
EKSTRAK -> KADAR MDA -0.751450 -0.762087 0.065766 0.065766 11.426136
EKSTRAK -> KADAR SOD 0.834866 0.843920 0.059416 0.059416 14.051141
KADAR MDA -> KADAR GPX -0.883984 -0.878113 0.067919 0.067919 13.015175
KADAR MDA -> KADAR SOD -0.611084 -0.604376 0.068841 0.068841 8.876760
PELATIHAN -> KADAR GPX -0.466671 -0.469629 0.064865 0.064865 7.194514
PELATIHAN -> KADAR MDA 0.462519 0.465397 0.057035 0.057035 8.109463
PELATIHAN -> KADAR SOD -0.422946 -0.428048 0.058116 0.058116 7.277616
142

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Foto 1. Membuat bubuk kulit buah Foto 4. Filtrasi hasil maserasi


manggis

Foto 2. Bubuk kulit buah manggis Foto 5. Proses Evaporasi filtrat

Foto 3. Maserasi bubuk kulit buah Foto 6. Ekstrak kental kulit buah
manggis manggis
143

Lampiran 12. Lanjutan

Foto 7. Proses Freeze dry ekstrak Foto 10. Pemeliharaan hewan


kental percobaan.

Foto 8. Ekstrak kering kulit buah Foto 11. Larutan ekstrak kulit buah
manggis manggis dalam aquades

Foto 9. Proses menimbang berat Foto 12. Proses Sonde hewan


badan tikus. percobaan
144

Lampiran 12. Lanjutan

Foto 13. Pelatihan Renang Foto 15. Proses pengambilan darah


tikus percobaan

Foto 14. Tes Renang Maksimal

You might also like