You are on page 1of 10

Kewajiban Terhadap Orang yang Sakit

Menurut Pandangan Islam

KELOMPOK 12 (S1 KEPERAWATAN 1B)


DISUSUN OLEH:

OKTAVIANI RATUNASARI

YULIANTI WAHAB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

STIKES MAHARANI MALANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah berjudul Kewajiban Terhadap Orang yang Sakit menurut
Pandangan Islam untuk memenuhi tugas pembuatan makalah Mata Kuliah Agama Islam di semester ganjil
tahun 2012.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi secara optimal
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terima kasih pula kami ucapkan kepada para dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini baik secara moril maupun
materil.
Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dalam keperawatan yang bisa bermanfaat bagi masyarakat luas nantinya. Sebagai penyusun kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan. Terima kasih
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................
1.4 Manfaat .........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
2.1 Cara beribadah orang sakit ...........................................................................
2.2 Pendampingan orang yang sakit ...................................................................
2.3 Bimbingan pasien menghadapi sakaratul maut ...........................................
2.4 Perawatan jenazah menurut islam.................................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sakit dalam Pandangan Islam Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan umat manusia secara beramai-ramai memburu kemewahan hidup,disisi lain masih banyak
manusia yang terkungkung dengan penderitaan hidup. Akibat ketidak mampuan mengatasi kesulitan
hidup banyak manusia yang mengalami kegoncangan jiwa karena tertekan oleh suatu kondisi. Kondisi
yang menekan ini membuat jiwanya goncang lalu menimbulkan penderitaan bathin atau muncul
bermacam-macam penyakit pada fisik.
Dalam perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat, sakit atau mati.
Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan, yang saling berganti
mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat dan sakit merupakan warna dan rona abadi
yang selalu melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia
memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang
mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan, yang tidak ada
maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah
SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah /
pelajaran dibalik itu semua. (Q.S. Shaad : 27).
Walaupun demikian tidak seorang pun menginginkan dirinya sakit, namun kalau dia datang manusia
tidak kuasa untuk menolaknya. Dalam keadaan sakit seseorang selain mengeluhkan penderitaan fisiknya
juga biasanya disertai gangguan/guncangan jiwa dengan gejala ringan seperti stes sampai tingkat yang
lebih berat. Hal ini wajar karena secara fisik seseorang yang sedang sakit akan dihadapkan kepada tiga
alternatif kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu : sembuh sempurna, sembuh disertai cacat sehingga
terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ tubuhnya, atau meninggal dunia. Alternatif
meninggal umumnya cukup menakutkan bagi mereka yang sedang sakit, karena mereka seperti juga
kebanyakan diantara kita belum siap menghadapi panggilan malakul maut. Kecemasan atau ketakutan
pada penderita ini, dapat menyebabkan timbulnya stess psikis yang justru akan melemahkan respons
imonologi (daya tahan tubuh) dan mempersulit proses penyembuhan diri bagi mereka yang sakit.
Menghadapi kondisi seperti ini bimbingan ruhani sangat diperlukan agar jiwa manusia tidak terguncang
dan menjadi lebih kuat, yang pada akhirnya akan membantu proses kesembuhan.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa putus asa, terutama bagi
penderita yang kronis dan susah sembuh. Karena tipisnya aqidah (keimanan) kemudian muncul
keinginan pada diri orang sakit untuk mengakhiri hidup dengan jalan yang tidak diridhai Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Cara Beribadah Orang Sakit.


Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat,
membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup, wajib dalam
melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang atau tongkat.
Berikut cara-cara shalatnya :
Jika tidak sanggup shalat berdiri hendaklah ia shalat dengan duduk. Lalu pada waktu berdiri dan
ruku sebaiknya duduk bersila sedangkan pada waktu sujud sebaiknya dia duduk iftirasy.
Jika tidak sanggup shalat sambil duduk boleh shalat sambil berbaring bertumpu pada sisi badan
menghadap kiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama daripada sisi kiri. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja dan tidak perlu megulangi
shalatnya.
Jika tidak sanggup shalat berbaring boleh shalat sambil terlentang dengan menghadapkan kedua
kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat kepala untuk menghadap kiblat.
Jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke kiblat dibolehkan shalat menghadap ke mana saja.
Orang sakit wajib melaksanakan ruku dan sujud jika tidak sanggup cukup dengan membungkukkan
badan pada ruku dan sujud dan ketika sujud hendaknya lebih rendah dari ruku. Dan jika sanggup ruku
saja dan tidak sanggup sujud dia boleh rukusaja dan menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula
sebaliknya jika dia sanggup sujud saja dan tidak sanggup ruku dia boleh sujud saja dan ketika ruku dia
menundukkan kepala. Isyarat dengan mata ketika ruku dan dengan memejamkan lebih kuat ketika sujud.
Jika tidak sanggup juga shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata hendaknya ia shalat dengan
hatinya dia berniat ruku sujud dan berdiri serta duduk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dengan
niatnya.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut
kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti
layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamak antara dzuhur dengan
ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir sesuai dengan kemampuannya.
Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung dengan dzuhur atau mengakhirkan
dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika mau boleh juga dia memajukan shalat isya
untuk digabung engan shalat maghrib diwaktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak
boleh dijamak dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat
sebelumnya dan shalat sesudahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Cara Beribadah Orang Sakit.


Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat,
membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup, wajib dalam
melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang atau tongkat.
Berikut cara-cara shalatnya :
Jika tidak sanggup shalat berdiri hendaklah ia shalat dengan duduk. Lalu pada waktu berdiri dan
ruku sebaiknya duduk bersila sedangkan pada waktu sujud sebaiknya dia duduk iftirasy.
Jika tidak sanggup shalat sambil duduk boleh shalat sambil berbaring bertumpu pada sisi badan
menghadap kiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama daripada sisi kiri. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja dan tidak perlu megulangi
shalatnya.
Jika tidak sanggup shalat berbaring boleh shalat sambil terlentang dengan menghadapkan kedua
kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat kepala untuk menghadap kiblat.
Jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke kiblat dibolehkan shalat menghadap ke mana saja.
Orang sakit wajib melaksanakan ruku dan sujud jika tidak sanggup cukup dengan membungkukkan
badan pada ruku dan sujud dan ketika sujud hendaknya lebih rendah dari ruku. Dan jika sanggup ruku
saja dan tidak sanggup sujud dia boleh rukusaja dan menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula
sebaliknya jika dia sanggup sujud saja dan tidak sanggup ruku dia boleh sujud saja dan ketika ruku dia
menundukkan kepala. Isyarat dengan mata ketika ruku dan dengan memejamkan lebih kuat ketika sujud.
Jika tidak sanggup juga shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata hendaknya ia shalat dengan
hatinya dia berniat ruku sujud dan berdiri serta duduk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dengan
niatnya.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut
kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti
layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamak antara dzuhur dengan
ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir sesuai dengan kemampuannya.
Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung dengan dzuhur atau mengakhirkan
dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika mau boleh juga dia memajukan shalat isya
untuk digabung engan shalat maghrib diwaktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak
boleh dijamak dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat
sebelumnya dan shalat sesudahnya.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat,
membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup, wajib dalam
melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang atau tongkat.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut
kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti
layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamak antara dzuhur dengan
ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir sesuai dengan kemampuannya.
Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung dengan dzuhur atau mengakhirkan
dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika mau boleh juga dia memajukan shalat isya
untuk digabung engan shalat maghrib diwaktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak
boleh dijamak dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat
sebelumnya dan shalat sesudahnya.

3.2. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap kewajiban orang sakit menurut pandangan
islam sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan..
Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti kegiatan dalam menghadapi cara merawat orang yang
sakit menurut pandangan islam.
DAFTAR PUSTAKA

2006. Al Quran Al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia. Kudus: Menara kudus.

Muhamad Ahmad Al-adawi. 2001 . Buku Pintar Para DaI. Surabaya:Duta Ilmu.

Muhammad Nashiruddin All Bani. 2003 . Sifat Shalat Nabi. penerjemah Muhammad Thalib.
Yogyakarta: Media Hidayah.

Salim Bahreisy. 1996. Terjemah Riadush Shalihin I. Bandung: Alma Arif.

Sulaiman Rasyid. 1987. Fiqh Islam. Bandung: PT Sinar Baru.

Syamsuri. 2007 . Pendidikan Agama Islam 2 Jakarta: Erlangga.

Zaini Dahlan Azharudin sahil. 2000. Quran karim Terjemahan Artinya. yogyakarta: uji Press
website:
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090831023126AAvDsWF
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kematian2.html

You might also like