You are on page 1of 2

Ini Kisah Penjahit Seragam

Pejabat
Minggu, 23 Desember 2012 07:28

tribunnews.com
Ilustrasi

SIAPA sangka Muhammad Amiruddin kini menjadi penjahit ternama di Sulawesi Selatan (Sulsel)
yang telah mempekerjakan 30 orang karyawan. Padahal 12 tahun lalu ia hanya bermodalkan
selembar baju saat menginjakkan kakinya pertama kali di Makassar.
Sejumlah instansi di Sulsel kini menjadi langganannya. Kepala dinas, bupati, wali kota, sudah
pernah menjadi pelanggannya. Itulah kenapa tokonya di Jl Abdullah Dg Sirua Makassar tidak
pernah sepi didatangi pelanggan.
Awalnya, Amir, sapaannya, adalah pemuda biasa dari keluarga sederhana di Kabupaten
Soppeng. Pada tahun 1999, ia mulai masuk ke STM. Selain sekolah, setiap hari ia
menghabiskan waktunya membantu keluarga di kebun.
Dua tahun kemudian, ia berhenti sekolah. Kendala ekonomi jadi alasan. Ia lalu hijrah ke Kendari.
Di sana ia berkebun lagi.
Namun di Kendari, ia kian gelisah. Kebun mulai dianggapnya pekerjaan tak layak.
"Saya korbankan sekolah, saya tak punya ijazah dan keterampilan, makanya saya tak betah di
Kendari."
Oleh kakaknya, Muh Aras, ia diajak ke Makassar untuk belajar menjahit. Muh Aras adalah
pemilik Hero Tailor.
Karena juga tak punya keterampilan tailoring, ia juga mulai merasa bosan. Namun, kakaknya
melihat adiknya punya potensi. Amiruddin diajar menjahit. Awalnya ia diminta membuat celana
untuk keponakannya. Begitu seterusnya hingga ia mahir.
"Sekitar satu bulan saya diminta untuk belajar menjahit dengan membuat celana atau baju untuk
ponakan saya. Setelah sebulan lebih, akhirnya saya diizinkan untuk menjahit kain pelanggan,"
katanya.
Setelah dua tahun di Hero sejak 2002, ia lalu diangkat menjadi manajer produksi oleh kakaknya.
Sejak menjadi manajer produksi, pengetahuannya bertambah. Jika dulu ia hanya tahu cara
menjahit, kini ia juga mempelajari hal-hal lain termasuk manajemen perusahaan.
Di tangannya, perkembangan Hero cukup drastis. Ia lalu berpikir untuk membuat usaha serupa
karena telah mempunyai pengalaman yang cukup. Pada tahun 2007 ia memutuskan berhenti
dan membuka usaha sendiri, tentu saja atas restu kakaknya, M Aras, pemilik Hero Tailor.
Namun ia terkendala modal untuk membeli bahan dan sewa ruko. Seorang pengusaha tekstil,
Johan, dari Viktor Tekstil, lalu meminjamkannya modal. Modal itu lalu digunakan untuk membuat
sejumlah jas sekaligus mengontrak rumah di Jl Abdullah Dg Sirua untuk dijadikan rumah
produksi sekaligus tempat menerima order jahitan.
Oleh Johan, jas produksi Amir, di bawah bendera Ardian Tailor, lalu dijual di MTC Karebosi
Makassar.
Sambil menanti orderan dari Johan, Amir lalu mencari orderan di tempat lain. Untuk
mengenalkan produknya pada konsumen, ia beriklan di Tribun Timur. Sejak saat itu, order pun
meningkat termasuk dari Tribun sendiri.
"Setelah beriklan, Tribun lalu memesan ratusan baju untuk karyawannya hingga sekarang. Kalau
tidak salah saya mulai menjahit baju untuk karyawan Tribun sejak 2008," ujarnya.
Atas bantuan salah seorang rekannya di Tribun, ia lalu mendapat order untuk menjahit baju
karyawan bank, langsung untuk 52 cabang.
Sejak saat itu order yang datang semakin banyak seperti dari pejabat, bank swasta, bank
pemerintah, instansi pemerintah, dan masih banyak lagi.
Kini ruko di Jl Abdullah Dg Sirua yang dulu ia kontrak telah menjadi hak miliknya. Sekolah yang
dulunya sempat putus telah ia selesaikan. Bahkan dalam waktu dekat ia akan mendaftar sebagai
mahasiswa baru di perguruan tinggi.
Editor: emil
Sumber: Tribunnews

You might also like