You are on page 1of 7

m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

Indonesian A: language and literature Higher level Paper 1


Indonsien A: langue et littrature Niveau suprieur preuve 1
Indonesio A: lengua y literatura Nivel superior Prueba 1

Friday 8 May 2015 (afternoon)


Vendredi 8 mai 2015 (aprs-midi)
Viernes 8 de mayo de 2015 (tarde)

2 hours / 2 heures / 2 horas

Instructions to candidates
Do not open this examination paper until instructed to do so.
Question 1 consists of two texts for comparative analysis.
Question 2 consists of two texts for comparative analysis.
Choose either question 1 or question 2. Write one comparative textual analysis.
The maximum mark for this examination paper is [20 marks].

Instructions destines aux candidats


Nouvrez pas cette preuve avant dy tre autoris(e).
La question 1 comporte deux textes pour lanalyse comparative.
La question 2 comporte deux textes pour lanalyse comparative.
Choisissez soit la question 1, soit la question 2. Rdigez une analyse comparative de textes.
Le nombre maximum de points pour cette preuve dexamen est de [20 points].

Instrucciones para los alumnos


No abra esta prueba hasta que se lo autoricen.
En la pregunta 1 hay dos textos para el anlisis comparativo.
En la pregunta 2 hay dos textos para el anlisis comparativo.
Elija la pregunta 1 o la pregunta 2. Escriba un anlisis comparativo de los textos.
La puntuacin mxima para esta prueba de examen es [20 puntos].

22152081
7 pages/pginas International Baccalaureate Organization 2015
2 m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

Pilih salah satu, pertanyaan 1 atau 2.

1. Analisa dan bandingkan dua teks berikut. Berilah pendapat tentang persamaan dan perbedaan
dari kedua teks ini. Jelaskan pentingnya konteks, tujuan, aspek formal dan gaya bahasa teks
tersebut, serta sasaran pembacanya.

Teks A

Melawan Melalui Lelucon

Seorang pejabat tinggi kita bercerita di muka umum tentang banyaknya orang
Indonesia yang mengobatkan dan memeriksakan gigi mereka di Singapura. Apakah
sebabnya karena kita kekurangan dokter gigi ataukah karena kualitas dokter gigi kita rendah?
Ternyata tidak, karena yang menjadi sebab adalah di Indonesia orang tidak boleh membuka
5 mulut.
Lelucon seperti ini jelas merupakan protes terselubung (atau justru tidak) atas sulitnya
menyatakan pendapat di negeri kita saat ini sebagai akibat banyak ketentuan diberlakukan,
seperti SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Protes dengan lelucon memang tidak efektif, kalau dilihat dari sudut pandangan politik.
10 Memangnya ada gerakan politik besar dilandaskan pada lelucon sebagai semacam manifesto
politik-nya! Belum lagi betapa lucunya kalau program partai atau Golkar mencantumkan
kalimat menyalurkan aspirasi rakyat melalui lelucon. Begitu juga akan ada kesulitan besar
ketika nanti harus dirumuskan penafsiran resmi atas lelucon yang ditampilkan oleh gerakan
politik.
15 Tetapi, lelucon sebagai wahana ekspresi politis sebenarnya memiliki kegunaannya
sendiri. Minimal, ia akan menyatukan bahasa rakyat banyak dan mengidentifikasi masalah-
masalah yang dikeluhkan dan diresahkan.
[]
Terkadang lelucon berfungsi sebagai pelepas kejengkelan orang banyak kepada
penguasa yang dianggap sudah bertindak terlalu jauh membohongi dan menyakiti hati
20 rakyat. Anak seorang presiden Filipina, menurut hikayat, mencari popularitas dengan
menyebarkan uang kertas lima pesos berjumlah jutaan dari pesawat terbang. Kakaknya tidak
mau kalah, menyebarkan juga mata uang sangat banyak, hanya saja dari mata uang sepuluh
pesos. Adik perempuan mereka juga ingin populer dan menanyakan hal apa yang paling
membahagiakan rakyat jika dibuang dari pesawat terbang. Dengan lugas, penerbang yang
25 ditanya menjawab: Ayah nona sendiri!
Tetapi, yang paling tinggi selera-nya sudah tentu adalah lelucon yang dapat
mencerminkan kebenaran yang ada, yang ditutup-tutupi oleh pihak yang berkuasa.
Fungsi perlawanan kulturalnya menunjuk kepada kesadaran yang tinggi untuk menyatakan
apa yang benar sebagai kewajiban yang tak terelakkan. Yang dicari hanyalah medium paling
30 aman untuk menyatakan kebenaran itu.
Contoh berikut dari Brazil dapat diambil sebagai contoh. Negara tanpa laut Paraguay,
menurut cerita ini, ternyata memiliki panglima angkatan laut. Ketika ia berkunjung ke Brazil,
dia disindir dengan pertanyaan berikut oleh Kepala Staf Angkatan Laut Brazil: Bagaimana
mungkin negara tanpa laut mempunyai panglima seperti Anda? Sang tamu dengan tenang
35 menjawab: Di sini hukum tidak berjalan, bagaimana mungkin diangkat seorang menteri
kehakiman?
3 m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

Lelucon, dan bentuk-bentuk humor lain, memang tidak dapat mengubah keadaan
atas tenaga sendiri. Ini sudah wajar, karena apalah kekuatan percikan perasaan manusia di
hadapan kenyataan yang mencengkam kehidupan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan
40 ideologi besar-besar pun tidak mampu melakukan hal itu sendirian, masih harus ditunjang
oleh pelbagai hal, seperti agama, buruknya keadaan ekonomi, sentimen-sentimen primordial,
dan seterusnya.
Namun, lelucon yang kreatif, tetapi kritis, akan merupakan bagian yang tidak boleh
tidak harus diberi tempat dalam tradisi perlawanan kultural suatu bangsa, kalau bangsa itu
45 sendiri tidak ingin kehilangan kehidupan waras* dan sikap berimbang dalam menghadapi
kenyataan pahit dalam lingkup sangat luas. Dera kepahitan dalam jangka panjang tidak
mustahil akan ditundukkan oleh kesegaran humor.

19 Desember 1981

Abdurrahman Wahid, Melawan Melalui Lelucon,


Kumpulan Kolom Abdurrahman Wahid di Tempo (2000)

* waras: sehat

Turn over / Tournez la page / Vase al dorso


4 m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

Teks B

Karikatur Politik

Elite politik bertikai, perbaikan ekonomi tak pernah terwujud

Gatot Eko Cahyono, Kumpulan Karikatur Politik (2001)


5 m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

2. Analisa dan bandingkan dua teks berikut. Berilah pendapat tentang persamaan dan perbedaan
dari kedua teks ini. Jelaskan pentingnya konteks, tujuan, aspek formal dan gaya bahasa teks
tersebut, serta sasaran pembacanya.

Teks C

Jakarta

jakarta adalah bis kota


yang berjubel penumpangnya
bergerak antara kemacetan jalan raya
dan terobosan-terobosan tak terduga

5 jakarta adalah bos besar


gajinya sebulan empat milyar
adapun yang babu*
tinggi sudah empat puluh ribu

jakarta adalah rumah-rumah kumuh


10 yang mengusik tata keindahan gedung-gedung pencakar langit
jakarta adalah gedung-gedung pencakar langit
yang mencakar wajah-wajah kemiskinan rumah-rumah kumuh

jakarta adalah komputer


yang mengutak-atik angka-angka nasib
15 dan memutar
nasib angka-angka

jakarta adalah ciliwung


sungai keringat dan mimpi rakyatnya
di situ pula mengalir
20 air mata ibukota

Husni Djamaluddin, Indonesia Masihkah Engkau Tanah Airku? (2004)

* babu: pembantu rumah tangga

Turn over / Tournez la page / Vase al dorso


6 m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

Teks D

Jakarta Kota Cuek

Bertambahnya pendatang yang tinggal dalam suatu lingkungan dan silih bergantinya
orang baru yang datang dari hari ke hari, pada akhirnya membuat seseorang tidak lagi
memerhatikan orang-orang di sekitarnya. Tidak ada lagi hubungan yang erat antar
tetangga, bahkan dengan tetangga sebelah rumah pun kita cuek. Pemiliknya bisa berubah
5 dalam hitungan bulan, bahkan bisa pindah dalam hitungan minggu. Sementara itu,
waktu dari para warga kota lebih banyak dipakai untuk aktivitas rutin daripada dihabiskan
untuk nenangga*.
Fenomena cuek ini terjadi tidak hanya dalam lingkungan hunian, tetapi juga di ruang
publik yang seharusnya menjadi tempat untuk memudahkan interaksi sosial. Dahulu ruang
10 publik seperti taman kota dan alun-alun, bahkan ruang publik indoor seperti perpustakaan,
menjadi tempat untuk berkumpul dan berinteraksi serta menjadi bagian hidup warga
kota. Semakin berkurangnya ruang publik berarti juga bahwa yang ada saat ini memiliki
peran yang sangat penting. Misalnya, Taman Monas bisa menjadi tempat berlindung dari
penatnya aktivitas sehari-hari bagi warga kota di akhir pekan. Tempat-tempat seperti ini
15 juga berperan penting untuk memenuhi kebutuhan sosial warganya.
Dari tahun ke tahun, ruang publik makin menghilang dari budaya warga Jakarta
sebagai tempat untuk melihat pertunjukan, relaksasi, bergaul, dan kongkow-kongkow.
Aktivitas di waktu luang telah dikomersialisasi dan dikomodifikasi bersamaan dengan
semakin berkembangnya internet dan meningkatnya penggunaan televisi, radio-tape,
20 perangkat hi-fi stereo, pemutar CD/VCD/DVD, sampai kepada play station dan berbagai
model video game di rumah para warga kota. Ketika warga semakin terkurung di dalam
rumah, mereka pun selanjutnya semakin terisolasi dari sesamanya dan terkotak-kotak
dalam jenis pekerjaan tertentu. Sebenarnya, pengrumahan ini tidak sehat karena
mencegah warga dari kontak sosial dengan warga lainnya pada waktu luang mereka.
25 Kondisi warga yang demikian dengan iklan-iklan komersial yang membombardir masuk
ke dalam rumah lewat media cetak dan media elektronik justru hanya mendorong warga
hidup dalam perilaku konsumtif ketika mereka ke luar rumah dan bukannya menciptakan
perilaku sosial yang aktif.
Saat ini, jika ditanyakan mungkin jarang yang akan merasa bangga menjadi warga
30 Jakarta, dan kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan. Jakarta sebagai ibukota seakan
menjadi lebih kejam dari ibu tiri di mana tawa dan canda hanya bisa dirasakan oleh
sebagian masyarakat di dalam gedung-gedung mal yang berdiri dengan angkuhnya,
sementara suasana di jalan-jalan terasa begitu mencekam dan mengerikan. Setiap orang
tampak saling menaruh curiga dan tidak pernah memberikan senyum mereka secara
35 cuma-cuma kepada warga lainnya. Padahal dahulu bangsa ini terkenal dengan senyum,
keramahan, dan sikap suka menolong.
7 m15/1/AYIND/HP1/IND/TZ0/XX

Suasana di luar ruangan dan di jalan-jalan memang membuat orang tidak lagi mampu
memberikan senyum manis karena kemacetan lalu lintas Jakarta yang bisa membuat kepala
pecah. Jumlah kendaraan yang tidak terkendali dan menyumbang polusi, ditambah
40 dengan perilaku para pengemudi yang masih jauh dari berbudaya, benar-benar membuat
warga kota menjadi lebih suka cemberut daripada tersenyum. Orang menjadi merasa
frustrasi dan ingin berteriak serta saling memaki, meskipun pada akhirnya teriakan kita
tidak terdengar dan menjadi percuma sehingga membuat kita menjadi semakin pasrah
serta cuek. Kita tidak bisa begitu saja menyalahkan pengemudi kendaraan, terutama para
45 pengemudi sepeda motor yang menyebalkan karena mereka pun bertindak ugal-ugalan
juga karena merasa sama-sama frustrasi menghadapi situasi lalu lintas Jakarta. Sebagian
besar pengemudi kendaraan di Jakarta sebenarnya terpaksa untuk mengendarai kendaraan
mereka tiap harinya karena belum ada sistem transportasi umum yang nyaman tanpa harus
berdesakan serta bercucuran keringat (dan air mata!).

Deddy Kurniawan Halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan (2008)

* nenangga: kebiasaan orang Indonesia pergi ke rumah tetangga untuk ngobrol

You might also like