Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas berkah,
rahmat, karunia dan hidayah-Nya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu tugas
yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam melaksanakan studi
di tingkat perkuliahan semester I. Adapun judul yang penyusun buat didalam
makalah ini tentang Analisis Kepemimpinan BJ. Habibie .
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
1. Sifat dan kepribadian BJ. Habibie ..................................................... 5
2. Gaya kepemimpinan BJ. Habibie ....................................................... 6
3. Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan Bj. Habibie ............... 8
4. Penyebab Turunnya Habibie ................................................................ 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam
budaya, suku bangsa, etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia
harus memiliki seorang pemimpin yang mampu menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di dalamnya. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah Kepemimpinan yang akan membahas mengenai
sosok-sosok di balik berdirinya negara Indonesia, khususnya para pemimpin
yang pernah atau sedang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia serta
membahas mengenai karakteristik dan sisi humanisasi presiden tersebut.
Khususnya kami akan membahas presiden ke-3 Repuplik Indonesia yaitu
B.J Habibie. BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi pesawat terbang
dan doktor teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya, seharusnya bisa
tercurah penuh di bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya BJ
Habibie harus membaginya pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu
dunia politik. BJ Habibie yang brilian dibidang teknologi, diseret untuk
belajar politik mulai dari Nol, seperti layaknya anak TK yang baru masuk
sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie diangkat menjadi wakil presiden pada
tahun 1997 dan menggantikan Presiden Soeharto karena mengundurkan diri
pada 21 Mei 1998. Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat menjadi
presiden berada pada masa transisi, masa reformasi. Dimana masyarakat
meminta begitu banyak kebebasan.
Dalam makalah ini, kami mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukan hanya
sisi politik seorang presiden tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut.
Karena, tidak dapat di pungkiri bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang
akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan atau tindakan yang di ambilnya.
Selain itu, kami juga mencoba menjelaskan bahwa presiden pun seorang
manusia yang tidak akan lepas dari kesalahan dan kesubjektifannya dalam
mengambil suatu tindakan.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sifat dan kepribadian BJ. Habibie ?
2. Bagaimana Gaya kepemimpinan BJ. Habibie ?
3. Apa saja Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan Bj. Habibie ?
4. Apakah Penyebab Turunnya Habibie ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Habibie sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai dalam
mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi tidak jarang eksplosif. Sangat detailis,
suka uji coba tapi tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Habibie digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang
sendiri dalam berwacana dan alergi terhadap kritik
6
1. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk
mengadakan kontrol terhadap supervisor.
2. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan.
3. Produktivitas lebih tinggi
4. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal dan dapat saling
mengisi.
5. Keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya ras ikut
memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
- Kekurangan
1. Banyak membutuhkan komunikasi dan koordinasi.
2. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.
3. Memberikan persyaratan tingkat skil (kepandaian) yang relatif tinggi
bagi pemimpin.
4. Dibutuhkan adanya toleransi yg besar kepada kedua belah pihak karena
jika tidak dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Dalam kepemimpinannya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ
Habibie mempunyai tiga landasan prilaku:
a) sandaran kekuatan rohani. Salah satu hal yang menonjol dari BJ Habibie
adalah sifat keberagamaannya yang kental. BJ Habibie meyakini apa pun
yang terjadi adalah kehendak Tuhan, walaupun kadang-kadang bertentangan
dengan kehendak manusia.
b) kekuasaan adalah amanah. Salah satu yang mendasari prilaku
kepemimpinan BJ Habibie adalah pemahamannya tentang kekuasaan.
Menurut BJ Habibie kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan sarana
perjuangan atau pengabdian kepada bangsa dan negara. Kekuasaan adalah
amanah yang harus ditunaikan dengan baik, demi kepentingan rakyat dalam
arti yang sebenarnya.
c) inner dialog. Terbawa dari kebiasaanya sebagai seorang insinyur, yang
harus memperhitungkan dengan terperinci segala sesuatunya. BJ Habibie
7
melontarkan pertanyaan kepada dirinya sendiri mengenai hal-hal mendasar
yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Bidang Politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga
banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai
politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas
dan Mochtar Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
8
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
9
berarti Timor-Timur lepas dari wilayah NKRI. Masalah itu tidak berhenti
dengan lepasnya Timor-Timur, setelah itu muncul tuntutan dari dunia
Internasional mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta
pertanggungjawaban militer Indonesia sebagai penanggungjawab keamanan
pasca jajak pendapat. Hal ini mencoreng Indonesia di Dunia Internasional.
Selain kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur tersebut, terjadi kasus
yang sama seperti di Aceh melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Irian
Jaya lewat Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan kelompok separatisnya
yang menuntut kemerdekaan dari wilayah Republik Indonesia. Pada tanggal 1-
21 Oktober 1999, MPR mengadakan Sidang Umum. Dalam suasana Sidang
Umum MPR yang digelar dibawah pimpinan Ketua MPR Amien Rais, tanggal
14 Oktober 1999 Presiden Habibie menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya di depan sidang dan terjadi penolakan terhadap
pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR lewat Fraksi PDI-
Perjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Kesatuan Kebangsaan
Indonesia dan Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa. Pada umumnya, masalah-
masalah yang dipersoalkan oleh Fraksi-fraksi tersebut adalah masalah Timor-
Timur, KKN termasukan pengusutan kekayaan Soeharto, dan masalah HAM.
Sementara itu, di luar Gedung DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa
dan rakyat yang anti Habibie bentrok dengan aparat keamanan. Mereka
menolak pertanggungjawaban Habibie, karena Habibie dianggap sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim Orba.
Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais
menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan, dengan demikian
pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak. Pada hari yang sama
Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari
pencalonan presiden. Habibie juga iklas terhadap penolakan
pertanggungjawabannya oleh MPR.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gaya kepemimpinan BJ Habibie identik dengan gaya kepemimpinan yang
Demokratis. Dalam gaya kepemimpinan yang demokratis biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur
dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Salah satu
Penyebab Turunnya BJ. Habibie juga dikarenakan lepasnya timor-timor dari
NKRI.
2. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang
sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika
pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
11