You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas berkah,
rahmat, karunia dan hidayah-Nya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu tugas
yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam melaksanakan studi
di tingkat perkuliahan semester I. Adapun judul yang penyusun buat didalam
makalah ini tentang Analisis Kepemimpinan BJ. Habibie .

Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam


penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan
masukan baik saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi kita semua.

Bengkulu , November 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Manfaat dan Tujuan ...................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
1. Sifat dan kepribadian BJ. Habibie ..................................................... 5
2. Gaya kepemimpinan BJ. Habibie ....................................................... 6
3. Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan Bj. Habibie ............... 8
4. Penyebab Turunnya Habibie ................................................................ 9

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan ........................................................................................... 11
2. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam
budaya, suku bangsa, etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia
harus memiliki seorang pemimpin yang mampu menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di dalamnya. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah Kepemimpinan yang akan membahas mengenai
sosok-sosok di balik berdirinya negara Indonesia, khususnya para pemimpin
yang pernah atau sedang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia serta
membahas mengenai karakteristik dan sisi humanisasi presiden tersebut.
Khususnya kami akan membahas presiden ke-3 Repuplik Indonesia yaitu
B.J Habibie. BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi pesawat terbang
dan doktor teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya, seharusnya bisa
tercurah penuh di bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya BJ
Habibie harus membaginya pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu
dunia politik. BJ Habibie yang brilian dibidang teknologi, diseret untuk
belajar politik mulai dari Nol, seperti layaknya anak TK yang baru masuk
sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie diangkat menjadi wakil presiden pada
tahun 1997 dan menggantikan Presiden Soeharto karena mengundurkan diri
pada 21 Mei 1998. Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat menjadi
presiden berada pada masa transisi, masa reformasi. Dimana masyarakat
meminta begitu banyak kebebasan.
Dalam makalah ini, kami mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukan hanya
sisi politik seorang presiden tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut.
Karena, tidak dapat di pungkiri bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang
akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan atau tindakan yang di ambilnya.
Selain itu, kami juga mencoba menjelaskan bahwa presiden pun seorang
manusia yang tidak akan lepas dari kesalahan dan kesubjektifannya dalam
mengambil suatu tindakan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sifat dan kepribadian BJ. Habibie ?
2. Bagaimana Gaya kepemimpinan BJ. Habibie ?
3. Apa saja Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan Bj. Habibie ?
4. Apakah Penyebab Turunnya Habibie ?

1.3 Manfaat dan Tujuan


A. Manfaat
Mengetahui bagaimana sifat dan kepribadian presiden RI ke 3 BJ.
Habibie
B. Tujuan
Agar mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui dan memahami sifat dan
gaya kepemimpinan seorang Bj. Habibie

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sifat dan Kepribadian BJ. Habiebie


Tidak dipermasalahkan lagi bahwa BJ Habibie memang seorang idealis
yang dengan keras kepala tidak mau beranjak dari citranya mengenal Indonesia
modern dan cara mencapainya. Ia seorang romantikus yang dengan penuh
gairah menyambut semua taji tangan dalam hidupnya. Ia tahu bagaimana
rasanya bersendiri dalam menuju perjalanan yang benar. Nasionalismenya
terwujud dalam sajak, karangan dan perbuatannya.
Habibie adalah ilmuwan yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak
tahu, selalu ingin mendalami segala sesuatu sampai ke akar-akarnya, dan selalu
bingung menghadapi omong kosong. Ia seorang pemimpin yang mampu
membakar semangat ribuan orang muda di dalam dan diluar badan organisasi
yang dipimpinnya.Bahwa BJ Habibie juga sorang pekerja keras, orang polos
yang tidak tahan pada keruwetan yang dibuat-buat, suka menolong orang lain,
tahu membayar hutang budi, taat pada agama, suami dan ayah penuh kasih
sayang, dan nasionalis dalam arti cinta tanah air.
BJ Habibie seorang yang perfeksionis yang heran melihat orang yang tidak
berusaha mencapai yang sesempurna mungkin dan dengan tabiat yang details
selalu memperhatikan sampai yang kecil-kecil. Ia juga seorang manajer yang
baik, yang tahu menentukan sasaran strategis maupun menentukan untung rugi
tindakan-tindakan operasional yang mendetail.
BJ Habibie memang sosok yang sangat temperamental. Ia cepat emosi,
cepat marah, apalagi kalau diajak berdebat. Salah satu penyebab Habibie sering
ngotot dalam berdebat dan bertindak emosional adalah persepsinya sebagai
orang pintar. Seseorang yang selalu berusaha memberi motivasi pada anak
buahnya, yang jika perlu tampil kedepan menunjukkan jalan, dan yang pada
saat-saat tepat memberikan peluang pada prakarsa anak buah dan hanya
mengikuti saja perkembangan keadaan.

5
Habibie sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai dalam
mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi tidak jarang eksplosif. Sangat detailis,
suka uji coba tapi tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Habibie digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang
sendiri dalam berwacana dan alergi terhadap kritik

2. Gaya kepemimpinan BJ. Habibie

Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya


kepemimpinan Dedikatif-Fasilitatif, yang merupakan sendi dari Kepemimpinan
Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J Habibie ini, kebebasan pers dibuka
lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu
pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak dibuat. Pertumbuhan
ekonomi cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam
penyelengaraan Negara Habibie pada dasarnya seorang liberal karena
kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia barat.
Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat bereaksi,
tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh
emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara cepat.
Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya. Bertindak cepat,
rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik ini
diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. BJ Habibie,
landasan pokok bagi hubungan kerjasama menurut seorang BJ. Habibie adalah
saling percaya.
Berdasarkan uraian diatas gaya kepemimpinan BJ Habibie identik
dengan gaya kepemimpinan yang Demokratis. Dalam gaya kepemimpinan
yang demokratis biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak
sebagai suatu totalitas.
Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Demokrasi
- Kelebihan

6
1. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk
mengadakan kontrol terhadap supervisor.
2. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan.
3. Produktivitas lebih tinggi
4. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal dan dapat saling
mengisi.
5. Keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya ras ikut
memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.

- Kekurangan
1. Banyak membutuhkan komunikasi dan koordinasi.
2. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.
3. Memberikan persyaratan tingkat skil (kepandaian) yang relatif tinggi
bagi pemimpin.
4. Dibutuhkan adanya toleransi yg besar kepada kedua belah pihak karena
jika tidak dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Dalam kepemimpinannya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ
Habibie mempunyai tiga landasan prilaku:
a) sandaran kekuatan rohani. Salah satu hal yang menonjol dari BJ Habibie
adalah sifat keberagamaannya yang kental. BJ Habibie meyakini apa pun
yang terjadi adalah kehendak Tuhan, walaupun kadang-kadang bertentangan
dengan kehendak manusia.
b) kekuasaan adalah amanah. Salah satu yang mendasari prilaku
kepemimpinan BJ Habibie adalah pemahamannya tentang kekuasaan.
Menurut BJ Habibie kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan sarana
perjuangan atau pengabdian kepada bangsa dan negara. Kekuasaan adalah
amanah yang harus ditunaikan dengan baik, demi kepentingan rakyat dalam
arti yang sebenarnya.
c) inner dialog. Terbawa dari kebiasaanya sebagai seorang insinyur, yang
harus memperhitungkan dengan terperinci segala sesuatunya. BJ Habibie

7
melontarkan pertanyaan kepada dirinya sendiri mengenai hal-hal mendasar
yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

3. Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan Bj. Habibie

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga


B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu
diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras untuk
melakukan perbaikan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan
Habibie, antara lain:
1. Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ
Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui
pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar
negeri
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan yang Tidak Sehat
g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2. Bidang Politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga
banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai
politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas
dan Mochtar Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen

8
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR

4. Penyebab Turunnya Habibie


Tidak ada gading yang tidak tidak retak, begitu juga halnya pada diri BJ
Habibie. Ada beberapa kepribadian dan sikap/kebijakan BJ Habibie khususnya
di masa pemerintahannya yang kontroversial dan dianggap buruk.
Ketika menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto, banyak orang
berharap agar BJ Habibie dapat bertindak tegas kepada Pak Harto yang diduga
melakukan KKN. Namun, selama menjadi Presiden RI, BJ Habibie tidak
pernah memeriksa Soeharto. Presiden Habibie dianggap memasang badan
melindungi Soeharto
Hal lain yang menjadi catatan hitam Pak Habibie adalah penangangan
kasus Bank Bali. Presiden BJ Habibie dianggap kurang serius menangani kasus
yang melibatkan orang-orang yang dekat dengan Habibie. Mereka yang
disebut-sebut terlibat dalam skandal Bank Bali diantaranya adalah Timmy
Habibie (adik kandung Habibie), AA Baramuli (Ketua DPA), Setya Novanto
(Wa.Bendara Golkar) dan Tanri Abeng. Dikalangan pengusaha, terlibat
konglomerat hitam Djoko Tjandra yang selama ini dekat dengan petinggi
Golkar.
Turunnya BJ. Habibie juga dikarenakan lepasnya timor-timor dari NKRI.
Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan
MPR mengenai masalah Timor-Timur. Pemerintah dianggap tidak
berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR/MPR sebelum menawarkan opsi
kedua kepada masyarakat Timor-Timur. Dalam jajak pendapat terdapat dua
opsi yang ditawarkan di Indonesia di bawah Presiden B.J. Habibie, yaitu:
otonomi luas bagi Timor-Timur dan kemerdekaan bagi Timor-Timur. Akhirnya
tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur
berlangsung aman dan dimenangkan oleh kelompok Pro Kemerdekaan yang

9
berarti Timor-Timur lepas dari wilayah NKRI. Masalah itu tidak berhenti
dengan lepasnya Timor-Timur, setelah itu muncul tuntutan dari dunia
Internasional mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta
pertanggungjawaban militer Indonesia sebagai penanggungjawab keamanan
pasca jajak pendapat. Hal ini mencoreng Indonesia di Dunia Internasional.
Selain kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur tersebut, terjadi kasus
yang sama seperti di Aceh melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Irian
Jaya lewat Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan kelompok separatisnya
yang menuntut kemerdekaan dari wilayah Republik Indonesia. Pada tanggal 1-
21 Oktober 1999, MPR mengadakan Sidang Umum. Dalam suasana Sidang
Umum MPR yang digelar dibawah pimpinan Ketua MPR Amien Rais, tanggal
14 Oktober 1999 Presiden Habibie menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya di depan sidang dan terjadi penolakan terhadap
pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR lewat Fraksi PDI-
Perjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Kesatuan Kebangsaan
Indonesia dan Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa. Pada umumnya, masalah-
masalah yang dipersoalkan oleh Fraksi-fraksi tersebut adalah masalah Timor-
Timur, KKN termasukan pengusutan kekayaan Soeharto, dan masalah HAM.
Sementara itu, di luar Gedung DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa
dan rakyat yang anti Habibie bentrok dengan aparat keamanan. Mereka
menolak pertanggungjawaban Habibie, karena Habibie dianggap sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim Orba.
Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais
menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan, dengan demikian
pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak. Pada hari yang sama
Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari
pencalonan presiden. Habibie juga iklas terhadap penolakan
pertanggungjawabannya oleh MPR.

10
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Gaya kepemimpinan BJ Habibie identik dengan gaya kepemimpinan yang
Demokratis. Dalam gaya kepemimpinan yang demokratis biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur
dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Salah satu
Penyebab Turunnya BJ. Habibie juga dikarenakan lepasnya timor-timor dari
NKRI.

2. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang
sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika
pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.

11

You might also like