You are on page 1of 10

PENGARUH KOROSI BAJA TULANGAN TERHADAP KUAT GESER BALOK

BETON BERTULANG
Wibowo
Jurusan Teknik Sipil FT- Universitas Sebelas Maret Surakarta, e-mail : wibowo@uns.ac.id

Purnawan Gunawan
Jurusan Teknik Sipil FT- Universitas Sebelas Maret Surakarta, e-mail : purnawan_g@uns.ac.id

Abstract
In many projects of civil building, the corrosion of reinforcing bars occurs when they are placed in open area. The
corrosion of steel is caused by O2, H2SO4 and MgSO4. The objective of this research is to observe the influence
corrosion of reinforcing bars used in reinforced concrete beam in shear rupture. This research was an experimental
method and used sulphate acid (H2SO4) as a medium of corrosion process. The reinforcing bars used had a diameter of
6, 10 and 12 mm that were corroded for 2 weeks, 4 weeks and 6 weeks in sulphate acid solution. Preliminary test had
been conducted to know the corrosion velocity, the weight and diameter reinforcing bar reductions. Then, the corroded
reinforcing bars were casted into 12 concrete beams which had a dimension of 15 cm x 20 cm x 160 cm. The shear test
was applied to these samples. The results show that corrosion velocity increase in 4 weeks; but it decreases in 6 weeks.
The rate of weight and diameter reinforcing bars reductions also increases. The result of shear rupture test of reinforced
are 6.41 % for 2 weeks, 8.97 % for 4 weeks and 9.40 % for 6 weeks. This research proves that corrosive reinforcing bar
process can increase the shear rupture of reinforced concrete beam.

Keywords:
corrosion, H2SO4, shear rupture.

PENDAHULUAN akibat penyimpanan yang tidak baik (dibiarkan


Beton bertulang merupakan konstruksi yang sudah begitu saja di alam terbuka), sehingga secara tidak
tidak asing dalam bidang teknik sipil. Hampir di langsung baja tulangan tersebut akan mudah terkena
setiap bangunan sipil baik itu gedung, jembatan pengaruh kondisi lingkungan sekitar misal air laut,
maupun bangunan air, beton bertulang digunakan udara dan larutan yang mengandung garam sulfat,
sebagai struktur utama maupun struktur pelengkap. klorida, asam sulfat dan asam-asam lainnya.
Dari penelitian Agus Purwanto dijelaskan bahwa
Seperti diketahui bahwa kuat geser dijumpai dalam larutan garam Natrium Klorida (NaCl) pada baja
semua unsur beton bertulang. Pada beton bertulang, tulangan dapat menyebabkan korosi karena larutan
keruntuhan geser terjadi tanpa ada tanda-tandanya tersebut mampu mempercepat proses korosi. Karena
secara pasti sebelumnya. Hal ini sangat berbahaya baja tulangan merupakan logam yang mudah
maka harus dihindarkan. Untuk itu perlu adanya mengalami korosi maka jika konsentrasi larutan
perencanaan yang cermat dan teliti terhadap kuat NaCl yang mengenai baja tulangan tersebut tinggi
geser pada beton yang akan digunakan. Besarnya maka semakin besar pula laju korosinya. Hal ini
kekuatan geser pada beton bertulang erat berlaku untuk baja tulangan yang terkorosi asam
hubungannya dengan kondisi baja tulangan yang sulfat, garam sulfat dan asam asam lainnya. Apabila
digunakan untuk menyusun beton tersebut. Kondisi ini tidak dicegah tentu saja akan mengakibatkan
baja adalah suatu keadaan yang memperlihatkan terjadinya penurunan kualitas dari baja tulangan
apakah baja tulangan tersebut masih dalam kondisi tersebut.
normal atau telah mengalami reaksi dengan
lingkungan sekitarnya yang memungkinkan Dengan menurunnya kualitas baja akibat korosi
terjadinya penurunan kualitas baja tulangan tersebut tentu saja akan mempengaruhi kekuatan
tersebut. Salah satu hal yang dapat menurunkan beton yang diperkuatnya dalam menahan beban-
kualitas dari baja tulangan adalah terjadinya korosi beban yang nantinya didukung oleh beton tersebut.
pada baja tulangan tersebut. Permasalahan ini dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian dimana nantinya dapat diketahui seberapa
Dewasa ini sering kita lihat terutama pada proyek- besar kekuatan beton bertulang dalam menahan
proyek pembangunan gedung, waduk dan lain-lain, gaya-gaya yang mengenainya terutama untuk
bahan-bahan penyusun beton bertulang yaitu baja kekuatan gesernya yang menggunakan tulangan
tulangan khususnya banyak mengalami korosi baja terkorosi asam sulfat.

MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007/21


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pada proses korosi juga terjadi perpindahan elektron
pengaruh korosi baja tulangan terhadap kuat geser sehingga tidak semua Fe3+ yang dihasilkan berubah
balok beton bertulang. menjadi Fe2O3.3H2O, akan tetapi sebagian
mengalami reduksi membentuk Fe2+. Reaksi
Agar penelitian berjalan secara sistematis, maka tersebut dapat dilihat pada Persamaan 3 dan 4. Besi
permasalahan yang ada perlu dibatasi dengan (Fe3+) mengalami reduksi membentuk Fe 2+.
batasan-batasan sebagai berikut: rencana kuat desak
beton yang digunakan adalah 20 MPa. Baja 2Fe3+ + 2e 2Fe 2+ ( + 0.77 V )................[3]
tulangan polos yang digunakan adalah tulangan
tarik 3 12 mm, tulangan tekan 2 10 mm dan 2Fe2+ + 4 OH - 2 Fe (OH)2 .......................[4]
tulangan sengkang 6 300 mm. Larutan yang
digunakan sebagai media dalam proses pengorosian Fe (OH)2 merupakan endapan hijau kotor yang
adalah larutan asam sulfat (H2SO4). Waktu tampak sebagai hasil akhir yang menempel pada
pengorosian baja tulangan direncanakan dalam 3 baja tulangan.
variasi yaitu 2 minggu, 4 minggu, dan 6
minggu. Hal-hal yang terkait langsung pada korosi baja
tulangan
Korosi Baja Tulangan Pengaruh agresi zat korosif ini menyebabkan
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi perubahan pada baja tulangan, perubahan ini
elektrokimia dengan lingkungannya. Korosi meliputi besar diameter dan berat. Hal ini akan
berkaitan dengan logam, karena hampir semua mempengaruhi kekuatan pada struktur beton
logam merupakan bahan yang mudah mengalami bertulang, khususnya pada kekuatan lekatan antara
korosi. baja tulangan itu sendiri terhadap beton.

Baja tulangan merupakan suatu bahan yang mudah Persyaratan dasar dalam konstruksi beton bertulang
mengalami korosi. Korosi baja tulangan pada beton adalah lekatan (bond) diantara batang tulangan dan
adalah sebuah proses elektrokimia. Sel korosi beton yang mengelilingi berlangsung sempurna
terbentuk karena perbedaan konsentrasi ion dan gas tanpa terjadi penggelinciran atau pergeseran. Kuat
di sekitar logam. Secara normal, baja tulangan akan lekat merupakan kemampuan menahan tegangan
mempunyai lapisan film tipis FeO.OH pada leleh antara batang tulangan dan beton yang
permukaannya yang akan membuat baja pasif mengelilinginya dalam menahan gaya dari luar
terhadap proses korosi. ataupun yang dapat mengakibatkan terlepasnya
lekatan antara batang tulangan dan beton.
Pada proses korosi akan dihasilkan suatu senyawa
baru yaitu karat (Fe2O3.nH2O). Untuk media korosi Pengaruh penggunaan baja tulangan yang
adalah air laut, perubahan baja menjadi karat akan terkorosi berbagai medium karat terhadap kuat
menyebabkan pertambahan volumenya tergantung lekat pada beton.
pada kondisi oksidasi besinya. Penambahan volume Pengaruh medium karat terhadap kuat lekat
(kurang lebih 600 %) akan menyebabkan ekspansi berhubungan erat dengan kuat geser yang
beton dan keretakan. (Agus Purwanto, 2003). disumbangkan oleh baja tulangan. Hal ini terjadi
karena dengan berubahnya diameter tulangan,
Laju korosi atau perusakan lapisan pelindung yang berarti luas kontak beton-tulangan berubah sehingga
diberikan kepada logam akan dipengaruhi oleh luas bidang geser beton-tulangan berubah. Berikut
perubahan-perubahan faktor: kelembaban relative, perubahan perubahan kuat lekat pada masing-
temperature, PH, konsentrasi oksigen, bahan masing benda uji disebabkan adanya karat yang
pengotor padat/terlarut, konsentrasi larutan. dihasilkan dari ketiga medium korosi. Perubahan
yang terjadi pada proses korosi menggunakan
Pada proses korosi, baja tulangan dimasukkan medium air laut, terjadi peningkatan kuat lekat.
dalam larutan asam sulfat, reaksi kimia yang terjadi Sedangkan perubahan yang terjadi pada proses
pada proses korosi dapat dijelaskan dengan korosi menggunakan medium asam sulfat dan
Persamaan 1 dan 2. Asam sulfat (H2SO4) bereaksi garam Inggris, terjadi penurunan kuat lekat.
dengan besi (Fe) pada baja tulangan.
Peningkatan kuat lekat yang terjadi pada proses
2Fe + 3H2SO4 + 6H2 2Fe 3+
+ 3SO2 + 6H2O ....[1] korosi dengan menggunakan medium air laut
disebabkan karena karat yang dihasilkan dari proses
2Fe3+ + 6H2O Fe2O3.3H2O + 6 H+ ........ [2] korosi tersebut, berupa kerak hasil oksidasi besi

22/MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007


baja yang bersifat keras, membatu, dan melekat erat sudah terjadi akan semakin lebar dan semakin
pada baja tulangan. Kerak ini membuat permukaan panjang. Hal ini bersamaan dengan semakin
baja tulangan menjadi kasar. Permukaan kasar pada besarnya lendutan ditengah bentang. Untuk dapat
baja tulangan inilah yang menyebabkan gaya gesek mengetahui lebih jelas mengenai keruntuhan lentur
antara permukaan baja dengan beton semakin besar yang terjadi pada balok, dapat dilihat pada Gambar
dan hal inilah yang menyebabkan kuat lekat 1.
menjadi meningkat. Proses korosi dengan a
menggunakan medium ini berlangsung sangat cepat P
karena di dalam air laut mengandung ion klorida
yang sangat reaktif yang akan mempercepat
terjadinya reaksi elektrokimia pada baja tulangan d
karena ion klorida bertidak sebagai katalis. Disisi
lain, proses korosi ini mengakibatkan penambahan
volume kurang lebih sampai 600 %, sehingga pada Lc
beton struktur menyebabkan ekspansi beton dan
keretakan akibat desakan dari karat yang dihasilkan Gambar 1. Keruntuhan lentur pada balok
dari proses korosi. Hal ini ditandai dengan adanya
Keruntuhan Tarik Diagonal
retakan pada beton yang sejajar dengan baja
Keruntuhan ini terjadi pada kekuatan balok dalam
tulangannya yang mengakibatkan selimut beton
diagonal tarik lebih kecil daripada kekuatan
terlepas seperti yang terjadi pada PT. Soda
lenturnya. Perbandingan antara bentang geser
Indonesia di Waru, Sidoarjo. Terlepasnya selimut
dengan tinggi penampang adalah sedang yaitu (a/d)
beton ini mengakibatkan pengurangan lekatan baja
bervariasi antara 2,5 5,5 untuk beban terpusat dan
tulangan pada beton dan juga pengurangan luas
Lc/d bervariasi antara 11 16. Retak mulai terjadi
nominal baja tulangan semakin meningkat.
di tengah bentang, berarah vertikal berupa retak
halus yang diakibatkan oleh lentur. Hal ini diikuti
Penurunan kuat lekat yang terjadi pada proses
dengan rusaknya lekatan antara tulangan dan beton
korosi dengan menggunakan medium asam sulfat
di sekitarnya. Untuk mengetahui lebih jelas
dan garam Inggris. Hal ini disebabkan karena karat
keruntuhan yang terjadi, dapat dilihat pada Gambar
yang dihasilkan dari proses korosi tersebut, berupa
2.
butiran hasil oksidasi besi baja yang bersifat rapuh,
halus, dan hanya menempel pada baja tulangan.
Butiran karat yang hanya menempel pada baja a P
tulangan inilah yang mengurangi gaya gesek antara
baja tulangan dan beton. Hal inilah yang
mengakibatkan kuat lekat beton menjadi turun d
(Wibowo dkk, 2004).

Keruntuhan Pada Balok Lc


Suatu kegagalan geser kelihatannya tidak begitu
rumit apabila ia terjadi jauh dari beban-beban dan Gambar 2. Keruntuhan tarik diagonal pada balok
titik-titik perletakan. Lebih mudah untuk
menggolongkan kegagalan-kegagalan geser Keruntuhan Tekan Geser
sehubungan dengan jarak antara beban pengujian Keruntuhan ini terjadi pada balok yang mempunyai
dan titik perletakan. Jarak yang ditetapkan sebagai perbandingan (a/d) antara 1 2,5 untuk beban
bentang geser disimbolkan dengan huruf a untuk terpusat dan Lc/d kurang dari 5 untuk beban
beban terpusat dan lc untuk beban terdistribusi. terdistribusi. Keruntuhan ini dimulai dengan
timbulnya retak lentur halus vertikal di tengah
Menurut Edward G. Nawy, 1990, pada dasarnya bentang dan tidak terus menjalar, karena terjadi
kegagalan pada balok ada 3 macam yaitu: kehilangan lekatan antara tulangan longitudinal
keruntuhan lentur, keruntuhan diagonal, dan dengan beton di sekitarnya pada perletakan. Setelah
keruntuhan geser. itu, diikuti dengan retak miring yang lebih curam
daripada retak diagonal tarik secara tiba-tiba dan
Keruntuhan Lentur menjalar menuju sumbu netral. Kecepatan
Keruntuhan ini terjadi pada perbandingan (a/d) penjalaran ini semakin berkurang sebagai akibat
lebih besar dari 5,5 untuk beban terpusat dan Lc/ hancurnya beton pada tepi tertekan dan terjadinya
lebih besar dari 16 untuk beban terdistribusi. redritibusi tegangan pada daerah atas. Pada saat
Apabila beban terus bertambah, retak awal yang bertemunya retak miring ini beton yang tertekan,

MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007/23


terjadilah keruntuhan secara tiba-tiba. Untuk dapat b. Gaya ikat antara agregat (transfer geser antar
mengetahui lebih jelas mengenai keruntuhan lentur permukaan) Va dalam arah tangensial sepanjang
yang terjadi pada balok, dapat dilihat pada Gambar retak.
3. c. Aksi pasak (double action) Vd sebagai
a perlawanan dari penulangan longitudinal
terhadap gaya transversal.
P d. Perlawanan tulangan geser dari Vs dari
sengkang vertikal atau miring.
Untuk lebih jelasnya perlawanan terhadap geseran
d dapat dilihat pada Gambar 4
.
Vcz
Lc
Gambar 3. Keruntuhan tekan geser pada balok Vs

Geser pada balok beton bertulang merupakan Va


kerusakan yang terjadi di daerah sekitar tumpuan. Vd
Retak miring akibat geser di badan balok beton
bertulang dapat terjadi tanpa disertai retak akibat Gambar 4. Perlawanan terhadap geseran.
lentur di sekitarnya, atau dapat juga sebagai
kelanjutan proses retak lentur yang telah
mendahuluinya. Retak balok yang sebelumnya tidak Kekuatan geser beton bertulang yang mengalami
mengalami retak lentur dinamakan retak geser korosi merupakan sumbangan dari beton dan baja
badan. Retak geser badan juga dapat terjadi di tulangan yang digunakan. Adapun besarnya
sekitar titik balik lendutan atau pada tempat terjadi kekuatan geser nominal dapat dihitung dengan
penghentian tulangan balok struktur bentang Persamaan 5 sebagai berikut.
menerus. (Dipohusodo, 1999).
Vn = Vc + Vsc ............................................... [5]
Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh
geser sangat berbeda dengan keruntuhan karena dimana :
lentur. Balok tersebut akan hancur tanpa adanya Vc = kekuatan geser nominal sumbangan beton.
peringatan terlebih dahulu. Juga retak diagonalnya Vsc= kekuatan geser nominal sumbangan tulangan
lebih lebar dibandingkan retak lentur. (Edward G. geser yang sudah mengalami korosi.
Nawi, 1990).
Apabila tulangan geser yang lekatannya tidak
Tarik diagonal merupakan penyebab utama dari sempurna atau lebih parahnya lolos, ini berarti
retak miring. Dengan demikian keruntuhan di dalam sumbangan kekuatan penahan gaya geser berkurang
balok yang lazimnya disebut sebagai keruntuhan atau mungkin tidak ada, sehingga gaya geser
geser (shear failure) sebenarnya adalah keruntuhan ditanggung sepenuhnya oleh beton dan sedikit
tarik di arah retak miring. Faktor-faktor yang tulangan baja. Balok beton yang Vs kecil atau tidak
mempengaruhi kekuatan geser dan pembentukan ada mempunyai kegagalan geser yang runtuh secara
dari retak miring adalah begitu banyak dan rumit tiba tiba.
sehingga suatu kesimpulan yang pasti mengenai
mekanisme yang betul dari retak miring akibat Untuk kekuatan geser dari beton dapat dicari
geser yang tinggi sangat sukar ditetapkan. (Chu Kia dengan Persamaan 6.
Wang dan Charles G. Salmon, 1990).
Vc = 1/6 fc ' b d .................................... [6]
Kuat Geser Balok
Perencanaan beton bertulang terhadap geser dimana :
ternyata sesuai dengan lentur murni juga karena fc = mutu beton yang direncanakan (MPa).
yang menentukan adalah perilaku struktur dalam b = lebar penampang (mm).
stadium keruntuhan. Transfer dari geser di dalam d = tinggi efektif penampang (mm).
unsur-unsur beton bertulang terjadi dengan suatu
kombinasi dari berberapa mekanisme sebagai Sedangkan untuk kekuatan geser dari tulangan geser
berikut : dapat dicari dengan Persamaan 7.
a. Perlawanan geser dari beton yang belum retak
(Vcz).

24/MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007


Avc f y d didapatkan data berupa besarnya beban maksimum
Vsc = ......................................................... [7] yang mampu ditahan oleh tiap-tiap benda uji balok
s yang dibuat. Untuk sketsa gambar benda uji beserta
penulangannya dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk
dimana : lebih jelasnya mengenai setting alat uji geser dapat
Avc= luas tulangan geser tercorosi/sengkang (mm2). dilihat pada Gambar 6.
fy = mutu baja tulangan (MPa).
d = tinggi efektif penampang (mm). P
S = jarak antar sengkang (mm).
A P/2 2 ? 10
Dari persamaan 7 kekuatan geser yang 2 10

disumbangkan oleh baja tulangan berbanding lurus 200 mm 6 - 300

luas tulangan. Hal ini berarti kekuatan geser yang 3 12

disumbangkan oleh baja tulangan berbanding lurus 150 mm

A
diameter tulangan. Penurunan persamaan ini dapat 3? 10 ? 6 - 300
Pot A-
550 mm 300 mm 550 m m
dilihat pada Persamaan 8. 100 m m 100 m m

Gambar 5. Benda Uji Balok


Avc f y d D2 f y d
Vsc = ........................... [8] Tahap Tahap Penelitian
s 4s
Dengan urutan yang jelas dan teratur sehingga
hasilnya menjadi penelitian ilmiah, penelitian harus
dengan D adalah diameter tulangan terkorosi dilaksanakan dalam sistematika dapat
dipertanggungjawabkan. Secara keseluruhan
METODE tahapan penelitian sesuai bagan alir pada gambar 7.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Benda uji yang digunakan
dalam penelitian ini berupa benda uji beton silinder
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk uji
kuat desak dan balok beton bertulang dengan
dimensi 15 x 20 x 160 cm3 untuk uji kuat geser.
Untuk proses pengorosian baja tulangan digunakan
larutan asam sulfat (H2SO4) dan waktu pengorosian
dilakukan dalam 3 variasi yaitu 2 minggu, 4 Loading Frame
minggu, dan 6 minggu.
Hidraulyc Jack

Setelah baja tulangan terkorosi sesuai rencana, Load Cell

maka dilakukan pengambilan data tentang laju Distribusi Beban

korosi yang diukur dengan Corrosion Rate Meter, Sampel Balok

pengurangan berat dan pengurangan diameter pada Dial Gauge


Tumpuan Balok

baja tulangan tersebut. Kemudian baja tulangan


terkorosi tadi sebagai baja tulangan balok uji geser.
Jumlah balok uji geser 18 buah benda yang masing-
masing terdiri dari 3 sampel kondisi normal, 3
sampel terkorosi 2 minggu, 3 sampel terkorosi 4
minggu dan 3 sampel terkorosi 6 minggu. Kode
balok uji geser diperlikatan pada Tabel 1. SHOWA

Tranducer

Presure Pump

Tabel 1. Kode balok uji geser Trafo Step Down

Kode balok Waktu korosi Keterangan


(bulan)
Gambar Setting Alat Uji Geser

BGN 0 Balok geser normal


BGK1 2 Balok geser korosi 2 bulan Gambar 6. Setting alat uji geser
BGK2 4 Balok geser korosi 4 bulan
BGK3 6 Balok geser korosi 6 bulan

Pada pengujian kuat geser yang dilakukan dengan


menggunakan alat uji geser (Loading Frame, Load
cell, Tranducer, Hydrolic Jack, Dial Gauge dan
Microcrack) dengan jarak pembebanan 30 cm,

MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007/25


Persiapan korosi berpola tidak terus naik keatas melainkan
naik yang kemudian mengalami penurunan.
Air Agregrat Halus Agregat Kasar Besi tulangan Semen

14

Laju Korosi (micro A/cm^2)


Uji Bahan
12 11.6
10.899 11.106
10
Proses Pengorosian 9.067
Dalam larutan H2SO4 dengan 8
waktu korosi 2, 4, dan 6 minggu
Pengukuran laju korosi 6
4 4.333 4.301
Perhitungan Rancang Campur 3.089 3.001
2 2.378
1.344
1.087 1.583
0
Pembuatan Adukan
Beton
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktukorosi (minggu)
Uji Slump
Diameter 6 Diameter 10 Diameter 12

Pembuatan Benda Uji


Gambar 8. Grafik Hubungan Laju Korosi dengan
Perawatan Waktu Korosi untuk Tiap Diameter Baja Tulangan.
Diameter dan Berat Baja Tulangan
Pengujian Geser dan Desak
Perlakuan korosi pada baja tulangan dengan larutan
asam sulfat (H2SO4) ternyata mempengaruhi
Analisa Data diameter dan berat baja tulangan tersebut,
diperlihatkan pada Gambar 9 dan 10. Hal ini terjadi
Kesimpulan
karena adanya proses elektrokimia antara baja
tulangan yang mengandung unsur Fe dengan asam
Gambar 7. Bagan Alir Tahap-tahap Penelitian sulfat (H2SO4) sebagai media pada proses korosi
yang mengakibatkan terjadi proses pelarutan yang
hebat, hal ini ditandai adanya panas yang
HASIL DAN PEMBAHASAN ditimbulkan dan terbentuk gelembung-gelembung
Pengujian dilakukan pada tiap baja tulangan yang gas H2. Proses pelarutan ini menghasilkan garam-
telah mengalami proses korosi dengan media garam besi (II) yang mengandung kation Fe2+ yang
larutan asam sulfat. Pengukuran dilakukan pada tiap berwarna sedikit hijau. kation Fe2+ inilah yang
periode pengkorosian yaitu 2 minggu, 4 minggu dan kemudian akan membentuk larutan FeSO4. Semakin
6 minggu. Pengukuran meliputi : pengukuran laju lama maka larutan FeSO4 semakin pekat dan
korosi, pengukuran diameter tulangan, pengukuran gelembung-gelembung gas H2 semakin berkurang.
berat tulangan. Baja tulangan yang sudah terkorosi Semakin lama kation Fe2+ akan lepas dari baja
kemudian dijadikan sebagai tulangan balok beton tulangan dan akibatnya berat baja tulangan akan
yang kemudian diuji kuat geser balok. berkurang.
Laju Korosi Baja Tulangan
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa laju korosi 14
Diameter Baja Tulangan (mm)

12.4
untuk korosi 2 minggu dan 4 minggu, mengalami 12 11.8 11.3 10.9
10
kenaikan. Namun pada korosi 6 minggu laju korosi 9.1
8 8.2 7.8
mengalami penurunan dari kondisi korosi 7.5
6 5.6
sebelumnya. Grafik laju korosi tidak terus naik ke 4
5.1 4.8 4.5
atas, melainkan naik yang kemudian mengalami 2
penurunan, hal ini terjadi karena pada waktu yang 0
sama akan dihasilkan laju korosi yang berbeda. 0 1 2 3 4 5 6 7

Perbedaan ini disebabkan laju korosi dipengaruhi Waktu korosi (minggu)

oleh hasil korosi atau karat itu sendiri. Karat yang Diameter 6 Diameter 10 Diameter 12

dihasilkan untuk sementara waktu akan dapat Gambar 9. Grafik hubungan pengurangan diame-
menghambat laju korosi karena karat akan menutupi ter dan waktu korosi
sebagian permukaan baja tulangan, hal ini akan
dapat menghambat masuknya oksigen dan tentunya
akan menghambat proses korosi untuk sementara
waktu. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa laju

26/MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007


1600
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi
1400
normal (baja tulangan tidak terkorosi). Hal ini
1338.27
Berat Baja Tulangan (gr) 1200
1288.58
1232.29
1182.4
menunjukkan bahwa perlakuan korosi pada baja
1000 tulangan dengan menggunakan larutan asam sulfat
800 (H2SO4) menyebabkan terjadinya penurunan kuat
600
geser pada balok beton bertulang.
400 447.63 430.86 422.18 389.42
200
88.68 86.07 81.53 78.8
0
0 1 2 3 4 5 6 7

Waktu Korosi (minggu)


7000
Berat Diameter 6 Berat Diameter 10 Berat Diameter 12
6000 6093.75
5703.13
Gambar 10. Grafik Hubungan Pengurangan Berat 5000
5546.88 5520.84

Beban (kg)
Baja Tulangan dengan Waktu Korosi
4000

3000
Dari hasil pengujian terjadi penurunan diameter 2500
2213.54
2000
pada baja tulangan. Pengukuran dilakukan dengan 1460.25 1354.17
1000
cara membersihkan karat yang dihasilkan oleh
proses korosi. Pembersihan dilakukan karena karat 0
0 1 2 3 4 5 6 7
merupakan hasil oksidasi yang berupa serbuk besi
yang bersifat rapuh. WaktuKorosi (minggu)
Pretakpertama Pretakmaksimum
Kuat Geser Balok Beton
Gambar 11. Grafik Hubungan Beban Retak Hasil
Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa kuat geser
balok beton bertulang hasil pengujian baik untuk Uji Geser dengan Waktu Korosi.
retak pertama maupun retak maksimum dengan
kondisi baja tulangan terkorosi mengalami

7000
6000
5000
Beban (kg)

4000
3000
2000
1000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
-2
Defleksi (10 mm)

BGN 1 BGN 2 BGN 3 BGK 1A


BGK 1B BGK 1C BGK 2A BGK 2B
BGK 2C BGK 3A BGK 3B BGK 3C

Gambar 12. Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan.

Lendutan Benda Uji kenaikan dari balok normal . Hal ini disebabkan karena
Balok saat diberi beban dari atas akan mengalami balok korosi tidak mampu menahan beban yang
tekanan ke bawah. Tekanan ke bawah ini sering disebut mengenainya sehingga lendutannya lebih besar dari
lendutan (defleksi). Besarnya lendutan yang terjadi balok normal.
karena adanya gaya dari atas saat penelitian dapat dilihat
pada Gambar 12. Dapat dilihat bahwa lendutan yang Momen pada Balok Beton Bertulang
terjadi pada saat balok mendapat beban retak pertama Pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa pada balok
untuk balok korosi mengalami penurunan dari balok normal dan korosi, momen lentur geser rata-rata
normal. Sedangkan untuk balok korosi pada saat balok beton dengan baja tulangan tidak terkorosi lebih
mendapat beban maksimum, lendutannya mengalami

MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007/27


tinggi dan cenderung terus menurun pada balok
dengan baja tulangan terkorosi semakin lama.
Penurunan momen hasil pengujian pada balok beton
bertulang korosi sebesar 6,41 % untuk korosi 2
minggu, 8,97 % untuk korosi 4 minggu, dan 9,40 % Gambar 15. Pola retak beton korosi 2 bulan
untuk korosi 6 minggu bila dibandingkan dengan
balok beton bertulang normal. Hal ini membuktikan
bahwa adanya perlakuan korosi pada baja tulangan
menyebabkan terjadinya penurunan momen pada
balok beton bertulang.
Gambar 16. Pola retak beton korosi 4 bulan
1700

1650
Momen lentur (kg.cm)

1600

1550 Gambar 17. Pola retak beton korosi 6 bulan


1500

1450
SIMPULAN
Besarnya nilai laju korosi pada diameter baja
1400
0 2 4 6 tulangan yang satu dengan yang lain tidak sama.
Waktu korosi (Minggu)
Laju korosi baja tulangan sesudah korosi mengalami
Gambar 13. Grafik Momen lentur geser rata-rata kenaikan dan penurunan yang tidak dapat
hasil pengujian. ditentukan naik turunnya. Perbedaan ini disebabkan
laju korosi dipengaruhi oleh hasil korosi atau karat
Pola Retak Benda Uji itu sendiri, faktor mutu baja tulangan (fy) dan
Pada beban yang relatif masih kecil, penampang konsentrasi larutan yang dipakai sebagai media
balok secara efektif dapat menahan beban bersama korosi.
dengan baja tulangan. Apabila beban meningkat
terus sampai kekuatan tarik beton terlampaui, maka Terjadi pengurangan diameter dan berat baja
terjadi retak tarik. tulangan antara balok normal dan balok korosi yang
besarnya tidak dapat dipastikan tergantung jenis
Pada Gambar 14 sampai 17 merupakan contoh pola diameter baja tulangan. Penurunan ini terjadi karena
retak dari sekian banyak pola retak dan semuanya adanya proses elektrokimia antara Fe dalam baja
hampir sama, dapat dilihat bahwa pola retak baik tulangan dengan asam sulfat (H2SO4) sebagai
balok uji normal maupun yang terkorosi sebagian medianya.
besar terjadi di tepi perletakan atau sekitar tumpuan
dan kadang juga terjadi di tengah bentang. Hal ini Pada balok beton bertulang normal terjadi
menunjukkan bahwa pendistribusian beban di penurunan kuat geser dan momen sebesar 6,41 %
tengah bentang kurang merata pembagiannya. untuk korosi 2 minggu, 8,97 % untuk korosi 4
Lebar retakan maksimal yaitu pada akhir minggu, serta 9,40 % untuk korosi 6 minggu.
pembebanan pada balok normal lebih besar Sehingga dapat disimpulkan terjadi penurunan kuat
dibandingkan dengan balok korosi. Hal ini dapat geser dan momen pada balok beton bertulang akibat
dipahami karena beban maksimal yang bekerja pada korosi baja tulangan.
balok korosi lebih kecil dibandingkan beban
maksimal yang bekerja pada balok normal. Retakan yang terjadi pada benda uji balok terletak
Berdasarkan pola retak dan perbandingan (lc/d) di sekitar tepi balok dan kadang juga terjadi di
keruntuhan yang terjadi merupakan keruntuhan tengah bentang. Hal ini menunjukkan bahwa
geser. pendistribusian beban ke masing-masing balok
kurang merata. Lebar retakan maksimal yaitu pada
akhir pembebanan pada balok normal lebih besar
dibandingkan dengan balok korosi. Hal ini dapat
dipahami karena beban maksimal yang bekerja pada
balok korosi lebih kecil dibandingkan beban
Gambar 14. Pola retak beton normal maksimal yang bekerja pada balok normal.
Keruntuhan yang terjadi merupakan tipe keruntuhan
geser.

28/MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007


Lendutan yang terjadi pada balok setelah korosi Kardiyono, Tjokrodimuljo, 1996, Teknologi Beton,
lebih besar dibandingkan dengan balok normal. Hal Yogyakarta.
ini disebabkan karena balok korosi dengan beban Keenan, Kleinfelter, Wood, 1992, Kimia Untuk
maksimum lebih kecil dari balok normal tidak Universitas, Erlangga, Jakarta.
mampu menahan beban yang mengenainya Murdock, L.J. & Brook, K.M., (alih bahasa :
sehingga balok tersebut mengalami lendutan yang Stepanus Hendarko), 1991, Bahan dan
besar. Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Nawy, E.G., (alih bahasa : Bambang Suryatmojo),
UCAPAN TERIMAKASIH 1990, Beton Bertulang Suatu Pendekatan
Ucapan terima kasih kepada BPI grant tahun 2003 dasar, Eresco, Bandung.
yang telah membiayai penelitian ini. Neville, A. M., 1975, Properties of Concrete, The
English Language Book Society and Pitman
REFERENSI Publishing, London.
Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang Nugraha, Paulus, 1989, Teknologi Beton,
Indonesia 1971 N.I-2, 1979, Departemen Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Purwanto, Agus, 2003, Korosi Baja Tulangan Serta
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Penggunaan Aditif Untuk Proteksinya, Jurnal
Bangunan, Bandung. Gema Teknik, nomor 1, tahun VI, Januari,
Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Surakarta.
Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), 1985, Rooseno, Prof. Dr, 1954, Beton Bertulang,
Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Turagung, Jakarta.
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Trethewey, Kenneth R. & Chamberlain, John, (alih
Bandung. bahasa : Alex Tri Kantjono Widodo), 1991,
Anonim, 1988, Annual Book of American Society Korosi untuk Mahasiswa Sains dan
of Testing and Materials Standard (ASTM), Rekayasa, PT Gramedia, Jakarta.
Philadelpia. Vish, W.C. & Kusuma Gideon, 1993, Dasar-dasar
Dipohusodo, Istimawan, 1999, Struktur Beton Perencanaan Beton Bertulang, Erlangga.
Bertulang, Gramedia, Jakarta. Wang, C.K. & Salmon, C.G., (alih bahasa : Binsar
Ferguson, Phil M., 1991, Dasar-dasar Beton Hariandja), 1986, Desain Beton Bertulang,
Bertulang, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta. Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Gambhir, M.L., 1986, Concrete Technology, Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limiterd,
New Delhi.

MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007/29


30/MEDIA TEKNIK SIPIL/Januari 2007

You might also like