You are on page 1of 55

EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

(Piper crocatum) TERHADAP PERTUMBUHAN


BAKTERI Staphylococcus aureus

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:
Atingul Marifah
NIM: 109103000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber daya yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 18 September 2012

Atingul Marifah

ii
EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)

Oleh :
Atingul Marifah
NIM : 109103000047

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D Yuliati, S.Si, M. Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian ini berjudul EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH


(Piper crocatum) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus yang diajukan oleh Atingul Marifah (NIM : 109103000047), telah
diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 18
September 2012. Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 18 September 2012

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing I Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D Yuliati, S.Si, M. Biomed

Penguji I Penguji II

dr. Intan Keumala Dewi, Sp.MK Ratna Pelawati, M. Biomed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. DR. (hc). dr. M.K.Tadjudin, Sp.And DR. dr. Syarief Hasan Lutfie Sp.KFR

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat dan salam
senantiasa saya junjungkan kehadirat Nabi Muhammad Rasulullah SAW, semoga
kita senantiasa mendapat keberkahan dan syafaatnya di yaumil qiyamah kelak.
Ucapan terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada:
1. Prof. DR. ( hc ) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan
kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi dan
seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing serta memberikan ilmu
kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan Yuliati, S.Si, M. Biomed selaku
dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan mengarahkan
dalam berjalannya penelitian ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Imam Hambaly dan Ibu Chaliyah yang
tidak pernah henti meneteskan air matanya disetiap sujudnya dan
senantiasa memberikan ziyadah doa untuk kesuksesan putrinya dalam
menuntut ilmu di Prodi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ini.
5. Romo KH. Chasbullah Badawi beserta istri, Ibu Nyai Hj. Fauziyah
Mustholih Badawi, KH. Imdadurrohman beserta istri, KH. Muarofuddin
beserta istri, KH. Ahmad Yunani beserta istri, K. Muhammad Lutfillah
Dahri beserta istri (Asasunnajah), dan seluruh keluarga besar Pondok
Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap, seluruh keluarga besar
Madrasah Aliyah Nahdlotut Thullab, serta seluruh keluarga besar
Madrasah Tsanawiyah Nahdlotut Thullab Kesugihan yang senantiasa

v
memberikan semangat serta ziyadah doa yang tidak pernah berhenti
mengalir.
6. Abe Umaro, Fikrifar Rizki Faridho, Diana Budiandani, Seila Inayatullah,
Kharisma Indah, Maharani, Dahniar Anindya, dan Midun selaku tim Riset
Salvadora yang menjalani penelitian ini bersama. Kepada Mbak Novi dan
Pak Bacok selaku laboran yang selalu menemani dan membantu di
laboratorium.
7. Seluruh sejawat PSPD 2009 yang senantiasa kompak dan bahu-membahu
demi kesuksesan bersama, juga seluruh teman dan sahabat yang tentu
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Adapun penyusunan laporan penelitian ini adalah langkah awal dari tugas
saya yang ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini.
Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya susun, semoga bermanfaat bagi
penyusun khususnya, serta bagi sejawat PSPD 2009 dan para pembaca pada
umumnya. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan amal jariyah untuk bekal di
akhirat nanti. Amin
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al
Insyirah: 6-7)
Jakarta, 18 September 2012

Penyusun

vi
ABSTRAK
Atingul Marifah. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Daun
Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. 2012

Daun sirih merah (Piper crocatum) telah dikenal memiliki manfaat sebagai obat
berbagai penyakit, namun sedikit dari masyarakat yang mengetahui khasiat
antibakteri dari daun sirih merah. Staphylococcus aureus merupakan flora normal
pada hidung yang dapat menjadi patogen pada keadaan tertentu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri dari ekstrak daun sirih merah
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc
diffusion dengan media Mueller Hinton Agar. Penelitian ini menunjukkan ekstrak
daun sirih merah dengan konsentrasi 1.106, 5.10 6, dan 1.10 7 ppm secara bermakna
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan klasifikasi
Greenwood, daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak daun sirih merah termasuk
dalam klasifikasi kuat pada konsentrasi 1.10 6 ppm dan sedang pada konsentrasi
5.106 dan 1.107 ppm. Pada penelitian ini semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
sirih merah, semakin lemah daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.

Kata kunci: sirih merah (Piper crocatum), Staphylococcus aureus, disc diffusion

ABSTRACT
Atingul Marifah. Medical Education Study Program. Effect of Red Betel
Leaf Extract (Piper crocatum) Againts The Growth of Staphylococcus aureus.
2012

Red betel leaf (Piper crocatum) has been known as a herbal medicine for various
kind of diseases. However, the exact antibacterial effect of red betel leaf is little
known. Staphylococcus aureus is normal flora of the nose that can become
pathogenic incertain circumstances. The aim of this research is to investigate the
antibacterial effect of red betel leaf extract againts the growth of Staphylococcus
aureus with disc diffusion method. The concentration of 1.106, 5.106, and 1.107
ppm were applied. This research shows red betel leaf extract with a concentration
of 1.106, 5.10 6, and 1.107 ppm significantly inhibited the growth of
Staphylococcus aureus. Based on the classification of Greenwood, the inhibition
produced by the red betel leaf extracts were categorized as strong at 1.10 6 ppm
concentration and moderate at 5.106 and 1.107 ppm concentration. Interestingly,
we found that the higher concentration of red betel leaf extract, the lesser its
inhibition effect againts the growth of Staphylococcus aureus.

Keywords: red betel leaf (Piper crocatum), Staphylococcus aureus, disc diffusion

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.. .. i
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum ....................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ...................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1. Landasan Teori ........................................................................................... 4
2.1.1. DaunSirih (Piper betle Linn)......................................................... 4
2.1.2. Nama Lain Daun Sirih di Beberapa Daerah di Indonesia ............... 4
2.1.3. Daun Sirih Merah (Piper crocatum) .............................................. 4
2.1.4. Klasifikasi Ilmiah Daun Sirih Merah ................................................. 5
2.1.5. Manfaat Daun Sirih Merah................................................................ 6
2.1.6. Kandungan Kimia Daun Sirih Merah ................................................ 7
2.1.7. Staphylococcus aureus...................................................................... 8
2.1.8. Pertumbuhan Staphylococcus aureus............................................... ... 9
2.1.9. Respon Tubuh terhadap Staphylococcus aureus........................... ...... 9
2.1.10. Aktivitas Antibakteri . 10

viii
2.1.11. Mekanisme Kerja Antibakteri ... 10
2.1.12. Kriteria Daya Hambat Antibakteri. 11
2.2. Kerangka Konsep ............................................................................................ 12
2.3. Definisi Operasional ....................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 13
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 13
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 13
3.3. Bahan yang Diuji ............................................................................................ 13
3.4. Sampel Penelitian ............................................................................................ 13
3.5. Identifikasi Variabel ........................................................................................ 13
3.5.1. Variabel Bebas ...................................................................................... 13
3.5.2. Variabel Terikat..................................................................................... 13
3.6. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 14
3.6.1. Alat Penelitian ........................................................................................ 14
3.6.2. Bahan Penelitian ..................................................................................... 14
3.7. Alur Penelitian ................................................................................................ 14
3.8. Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 14
3.8.1. Tahap Persiapan ........................................................................................... 14
3.8.1.1. Persiapan Alat dan Bahan............................................................... 14
3.8.1.2. Pembuatan Stok Bakteri ................................................................. 15
3.8.1.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah... ... 15
3.8.1.4. Pembuatan Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah ................. 15
3.8.2. Tahap Pengujian ........................................................................................... 16
3.9. Pengolahan Data ............................................................................................ 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 18
4.1. Hasil ............................................................................................................... 18
4.1.1. Ekstrak Daun Sirih Merah ................................................................. 18
4.1.2. Efek Ekstrak Daun Sirih Merah terhadap Staphylococcus aureus ...... 18
4.1.3. Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah ............... 20
4.2. Pembahasan .................................................................................................... 21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 23
5.1. Simpulan ......................................................................................................... 23

ix
5.2. Saran ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 27

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri ...................... 11


Tabel 2.2. Definisi operasional .................................................................... 12
Tabel 4.1. Hasil Post-Hoc test menggunakan Mann-Whitney ....................... 21

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Daun sirih merah ......................................................................... 5


Gambar 2.2. Staphylococcus aureus ................................................................ 8
Gambar 4.1. Ekstrak daun sirih merah kental................................................... 18
Gambar 4.2. Ekstrak daun sirih merah dalam berbagai konsentrasi .................. 18
Gambar 4.3. Hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus............... 19
Gambar 4.4. Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus..................................................... 19
Gambar 4.5. Zona hambat kontrol positif ........................................................ 20

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Surat pernyataan ekstraksi daun sirih merah ................................ 27


Lampiran 2 Alat dan bahan penelitian ............................................................ 30
Lampiran 3 Hasil percobaan ............................................................................ . 32
Lampiran 4 Hasil analisis SPSS ..................................................................... 33
Lampiran 5 Daftar riwayat hidup.................................................................... 42

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman sirih merah (Piper crocratum) sudah lama dikenal sebagai
obat dan banyak tumbuh di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih merah yang
dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya. Daun sirih merah telah diketahui
memiliki berbagai khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya
penyakit pada rongga mulut, gatal-gatal, keputihan, batuk, dan penyakit pada
mata.1-4 Walau demikian, sedikit dari masyarakat yang mengetahui khasiat
antibakteri dari daun sirih merah tersebut.
Tanaman sirih merah termasuk dalam famili Piperaceae, tumbuh
berselang-seling, merambat di pagar atau pohon. Ciri khas tanaman ini adalah
berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai
membentuk jantung dan bagian ujung daun meruncing. Permukaan daun
mengkilap dan tidak merata.4
Efek antibakteri daun sirih merah disebabkan adanya beberapa
senyawa seperti fenol yang bekerja mengubah sifat protein sel bakteri sehingga
permeabilitas dinding sel bakteri meningkat dan bakteri menjadi lisis, flavonoid
mengganggu integritas membran sel bakteri, dan alkaloid mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri.5,6
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif dan flora
normal pada hidung. Bakteri ini memiliki dinding sel tebal dan berlapis tunggal.
Dalam keadaan tertentu Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi
dengan keparahan beragam, seperti infeksi saluran pernapasan hingga sepsis.7
Khasiat antibakteri daun sirih merah telah dibuktikan oleh penelitian
Juliantina, dkk (2010) yang melaporkan bahwa ekstrak daun sirih merah dengan
pelarut Etanol 70% menggunakan metode dilusi dengan kuat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia.8 Penelitian lain oleh
Julia (2011) membuktikan bahwa ekstrak daun sirih merah dengan pelarut Etanol
80% menggunakan metode disc diffusion dengan kategori kuat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia. Selain itu, juga
dilaporkan kategori sedang dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.9

1
2

Metode disc diffusion dengan pelarut Etanol 96% lebih mudah dan
akurat dalam menentukan respon dari bakteri terhadap ekstrak uji. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak daun sirih merah
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan pelarut
dan metode tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana efek ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
1.3.2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui efek berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih merah
yang memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama
pendidikan.
Menambah pengetahuan tentang daya hambat daun sirih merah
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
b. Bagi Institusi
Memajukan UIN Syarif Hidayatullah dan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah dengan publikasi tentang penelitian ini.
Memberikan informasi mengenai keilmuan mikrobiologi.
Memberikan potensi untuk menjadikan daun sirih merah produk
paten.
c. Bagi Keilmuan
3

Dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antibakteri dari


komponen daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi praktisi yang tertarik
dalam bidang keilmuan mikrobiologi.
d. Bagi Sosial
Dapat dikembangkan alternatif sebagai antibakterial alami untuk
kulit, saluran pernapasan, dan tempat lainnya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan teori


2.1.1. Daun Sirih (Piper betle Linn)
Sirih secara umum tumbuh merambat dan panjangnya bisa mencapai
15 meter. Tanaman sirih mempunyai banyak spesies dan memiliki jenis yang
beragam, seperti sirih gading, sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning dan sirih merah.
Semua jenis tanaman sirih memiliki ciri yang hampir sama yaitu tanamannya
merambat dan tumbuh berselang seling. Batang berwarna coklat dan beruas-ruas
di tempat keluarnya akar. Daun berbentuk seperti jantung, bertangkai, dan
memiliki daun pelindung. Jika diremas daun akan mengeluarkan aroma yang
sedap. Bunga berupa bulir, terdapat diujung cabang dan berhadapan dengan daun.
Buah sirih berbentuk bulat dan berbulu. Untuk memperbanyak tumbuhan sirih
dapat dilakukan stek sulur. Sirih tumbuh baik di ketinggian 300 meter dpl. Sirih
akan tumbuh subur di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan cukup
air.1-4

2.1.2. Nama Lain Daun Sirih di Beberapa Daerah di Indonesia


Di Jawa, sirih disebut suruh, sedah, dan sere. Di Sumatra dikenal
dengan nama sereh, serasa, seweh, sireh, suruh, dan canbai. Di Nusa Tenggara
dikenal dengan nama sedah, nahi, mota, malu, dan mokeh. Di Kalimantan disebut
juga dengan uwit, buyu, sirih, dan uruesipa. Sementara itu, di Sulawesi disebut
juga dengan ganjang, baulu, komba, atau sangi. Di Maluku dikenal dengan
sebutan ani-ani, kakina, amu, dan bido. Di Papua disebut dengan namuera, mera,
freedor, dan dedami.2,3

2.1.3. Daun Sirih Merah (Piper crocatum)


Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili
Piperaceae. Sirih merah tumbuh merambat di pagar atau pohon. Ciri khas
tanaman ini adalah berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga.
Daunnya bertangkai membentuk jantung dan bagian ujung daun meruncing.
Permukaan daun mengkilap dan tidak merata. 3

4
5

Gambar 1.1. Daun sirih merah


Sumber: www.plantamor.com/index.
Hal yang membedakannya dengan sirih lain terutama dengan sirih
hijau adalah selain daunnya berwarna merah keperakan, bila daunnya disobek
maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi. Sirih merah dapat beradaptasi
dengan baik di setiap jenis tanah dan tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya.
Selama ini umumnya sirih merah tumbuh tanpa pemupukan. Selama
pertumbuhannya yang paling penting adalah pengairan yang baik dan cahaya
matahari yang diterima sebesar 60-75%.3

2.1.4. Klasifikasi Ilmiah Daun Sirih Merah


Klasifikasi ilmiah daun sirih merah adalah sebagai berikut:20
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
6

Famili : Piperaceae (suku sirih-sirihan)


Genus : Piper
Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav.

2.1.5. Manfaat Daun Sirih Merah


Sejak jaman dahulu tanaman sirih merah telah diketahui memiliki
berbagai khasiat obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, disamping
itu sirih merah juga memiliki nilai-nilai spiritual yang tinggi di daerah tertentu di
Indonesia yaitu di keraton Yogyakarta dalam upacara adat ngadi saliro.
Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia (daun
kering) maupun dalam bentuk ekstrak. 3
Secara empiris daun sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit seperti diabetes melitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol,
mencegah stroke, asam urat, hipertensi, prostatitis, peradangan pada mata, infeksi
parasit plasmodium, keputihan, maag, nyeri sendi, antiseptik, dan memperhalus
kulit.2,3,12
Daun sirih merah juga dapat digunakan untuk mengatasi biang
keringat (mastocytosis) yang terjadi akibat adanya histamin yang terkumpul di
dalam kulit. Daun sirih merah bersama kunyit dan sambiloto direbus dan setelah
dingin air rebusan tersebut dikompreskan pada kulit yang mengalami inflamasi.
Selain itu, rebusan daun sirih merah bersama lidah buaya dapat digunakan untuk
mengobati pruritus ani. Daun sirih merah juga dapat digunakan untuk mengobati
dermatitis, batuk, sinusitis, dan mimisan (sebagai obat luar, bukan dengan
direbus).3,14
Penelitian yang menyebutkan bahwa daun sirih merah mempunyai
efek dapat membunuh bakteri adalah penelitian Haryadi (2010) yang
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah pada konsentrasi 18% dan ekstrak
daun sirih hijau pada konsentrsi 10% dapat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus.7 Pada penelitian lain yaitu Retno dan Dewi (2006) juga
menyebutkan bahwa ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam sediaan gel
antiseptik dapat mengurangi populasi bakteri di kulit dengan konsentrasi 15%
7

yang ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah koloni pada media agar sedangkan
pada konsentrasi 25% tidak ada pertumbuhan bakteri pada media agar.10
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliantina dkk (2010),
menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada
konsentrasi 25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif
(Staphylococcus aureus) dan pada konsentrasi 6.25% dapat menghambat
pertumbuhan dan membunuh bakteri Gram negatif (Escherichia coli).8 Selain itu,
pada penelitian Zubier (2010) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirih
merah dapat mengurangi gejala keputihan fisiologis yang salah satu penyebabnya
adalah bakteri Staphylococcus aureus.21

2.1.6. Kandungan Kimia Daun Sirih Merah


Tanaman memproduksi berbagai macam bahan kimia untuk tujuan
tertentu yang disebut dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder tanaman
merupakan bahan yang tidak esensial untuk kepentingan hidup tanaman tersebut,
tetapi mempunyai fungsi untuk berkompetisi dengan makhluk hidup lainnya.
Metabolit sekunder yang diproduksi tanaman bermacam-macam seperti alkaloid,
katekin, terpenoid, isoprenoid, fenol, tanin, flavonoid, cyanogenic, glucoside, glu-
cosinolate dan non protein amino acid. Alkaloid merupakan metabolit sekunder
yang paling banyak diproduksi tanaman. Alkaloid adalah bahan organik yang
mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik.3
Metabolit sekunder yang terdapat di dalam daun sirih merah adalah
minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol,
eugenol, p-cymene, tannin, fenole, cineole, caryofelen, kadimen estragol,
terpenena, terpenoid, dan fenil propada. Karvakrol bersifat desinfektan, anti
jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan
keputihan. Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan
tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.3,8
Pada penelitian Reveny, julia (2011) menyebutkan bahwa pada uji
fitokimia ekstrak etanol daun sirih merah yang dianalisis menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) didapatkan beberapa senyawa yang terkandung
di dalamnya yaitu glikosid, terpenoid, alkaloid, tanin, dan antrakinon.9
8

2.1.7. Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus adalah sel yang berbentuk sferis Gram positif,
tersusun seperti kelompok anggur yang tidak teratur. Staphylococcus aureus
tumbuh dengan mudah di berbagai medium dan aktif secara metabolik, melakukan
fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih
hingga kuning tua. Staphylococcus aureus merupakan flora normal kulit dan
membran mukosa manusia. Staphylococcus aureus yang bersifat patogen dapat
mengakibatkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, dan menghasikan enzim
serta toksin ekstraseluler.13,15,22

Gambar 1.2. Staphylococcus aureus


Sumber: http://www.healthhype.com/staphylococcus-aureus.html

Klasifikasi ilmiah Staphylococcus aureus:13


Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia. Hampir
semua orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus dengan derajat
keparahan yang beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit hingga
infeksi berat yang mengancam jiwa (sepsis). Staphylococcus aureus tidak motil
9

dan tidak membentuk spora. Bila dipengaruhi oleh obat-obatan seperti penisilin
maka sel akan lisis.13,15,22

2.1.8. Pertumbuhan Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus mudah berkembang dalam medium
bakteriologik pada lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini cepat
berkembang dalam suhu 370 C namun paling baik akan berkembang pada suhu
ruangan (20-25 0 C). Koloni Staphylococcus aureus pada medium padat berupa
bulat, halus, meninggi, dan berkilau. Staphylococcus aureus sendiri biasanya
membentuk koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan.6,15
Staphylococcus aureus memproduksi katalase yang membedakan
dengan Streptococcus. Staphylococcus aureus memfermentasikan karbohidrat
secara lambat, menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas.
Staphylococcus aureus relatif resisten terhadap pengeringan, panas (tahan pada
suhu 50 0 C selama 30 menit), dan natrium klorida 90% tetapi mudah dihambat
oleh zat kimia tertentu seperti heksaklorofen 3%.6,15

2.1.9. Respon Tubuh terhadap Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus mengandung polisakarida antigenik dan
protein serta substansi lainnya yang penting di dalam struktur dinding sel.
Peptidoglikan, polimer sakarida, dan subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksosklelet yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dapat hancur oleh asam
kuat dan lisozim.15
Pada infeksi Staphylococcus aureus petidoglikan memicu interleukin-
1 (pirogen endogen) dan antiboodi opsonik oleh monosit, serta dapat menjadi
kemoatraktan untuk leukosit polimorfonuklear yang memiliki aktivitas mirip
endotoksin dan mengaktifkan komplemen. Asam teikoat yang merupakan polimer
gliserol dan ribitol fosfat, berhubungan dengan peptidoglikan dan dapat menjadi
antigenik. Antibodi anti asam teikoat yang dapat dideteksi dengan difusi jel dapat
ditemukan pada pasien endokarditis aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus.15
Pada Staphylococcus aureus terdapat protein A yang merupakan
komponen penting pada dinding sel akan berikatan dengan Fc dari molekul IgG.
10

Pada dinding sel bakteri koagulase akan berikatan dengan fibrinogen secara
nonenzimatik sehingga menyebabkan agregasi bakteri.15

2.1.10. Aktivitas Antibakteri


Senyawa antibakteri yang digunakan untuk membunuh bakteri
penyebab penyakit pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif, yaitu
toksik untuk bakteri namun relatif tidak toksik terhadap hospes. Berdasarkan sifat
ini aktivitas antibakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakteriostatik dan
bakterisid.16
Aktivitas bakteriostatik jika antibakteri tersebut berperan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dan jika antibakteri tersebut dihilangkan maka
perkembangan bakteri berjalan seperti semula.16
Sedangkan bakterisid jika antibakteri digunakan untuk membunuh
bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup. Daya bakterisid berbeda
dengan bakteriostatik yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat ditumbuhkan
kembali meski senyawa antibakteri tersebut dihilangkan. 16

2.1.11. Mekanisme kerja antibakteri


a. Inhibitor Sintesis Dinding Sel
Kerusakan dinding sel pada proses pembentukannya dapat
menyebabkan sel mejadi lisis. Dinding sel terdiri dari polipeptidoglikan yang
merupakan kompleks mukopeptida atau glikopeptida.16
Antibakteri ini menyebabkan penghambatan pada pembentukan ikatan
seberang silang. Pada konsentrasi rendah pembentukan ikatan glikosida dihambat,
sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu. Pada konsentrasi tinggi
pembentukan seberang silang akan terganggu dan pembentukan dinding sel akan
terhenti.16
b. Inhibitor Fungsi Membran Sel
Membran sel bakteri dapat dirusak oleh beberapa zat tertentu tanpa
merusak sel inang. Akibat daya kerja zat ini akan terjadi kerusakan membran sel
sehingga isi sel akan keluar. Antibakteri ini bekerja terhadap sel baik yang sedang
tumbuh maupun yang tidak sedang tumbuh. Antibakteri ini dapat merubah
tegangan permukaan sehingga akan merusak permeabilitas selektif dari membran
11

sel bakteri. Kerusakan membran sel akan mengakibatkan keluarnya berbagai


komponen penting dalam sel yaitu protein, asam nukelat, dan lain-lain.16
c. Inhibitor Sintesis Protein Sel
Seperti pada manusia, bakteri juga memiliki ribosom sebagai alat
pembentukan protein. Proses sintesis protein dapat dihambat dengan mengikat
ribosom 50S bakteri sehingga tidak aktif memproduksi protein. Antibakteri
tersebut bersifat bakteriostatik, pertumbuhan bakteri dimulai kembali bila
antibakteri sudah hilang.16
d. Inhibitor Sintesis Asam Nukleat
Antibakteri ini akan berikatan dengan enzim polimerase-RNA
sehingga akan menghambat sitesis RNA oleh enzim tersebut. Sementara asam
nalidiksat bekerja dengan mengganggu sintesis DNA.16
e. Inhibitor Metabolisme Sel Bakteri
Pada mekanisme ini senyawa antibakteri menyerupai para-
aminobenzoat (PABA) yang digunakan untuk sintesis asam folat. Penggunaan
antibakteri ini akan menghasilkan produk asam folat yang tidak fungsional.16

2.1.12. Kriteria Daya Hambat Bakteri


Efektivitas aktivitas antibakteri didasarkan pada klasifikasi respon
hambatan pertumbuhan bakteri menurut Ahn dkk (1994) sebagai berikut:23
Tabel 1.1. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri

Diameter zona terang Respon hambatan pertumbuhan


>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada
12

2.2. Kerangka Konsep

2.3. Definisi Operasional

Tabel 1.2. Definisi operasional

No Variabel Definisi operasional Pengukur Alat ukur Hasil ukur Skala


pengukuran

1. Zona hambat Daerah sekeliling Peneliti Penggaris Diameter zona nominal


kertas cakram yang dengan hambat (mm)
tidak ditemukan (2 orang panjang 30
adanya pertumbuhan peneliti) cm, dengan
Staphylococcus ketelitian 1
aureus mm

2. Ekstrak daun Ekstrak dilarutkan Peneliti Timbangan Konsentrasi Ratio


sirih merah dengan dan mikro ekstrak daun
menggunakan Etanol pipet sirih merah
96% dan dibuat (ppm)
konsentrasi

3. Kontrol positif Kertas cakram berisi Peneliti Penggaris Diameter zona nominal
antibiotik amoxicillin dengan hambat (mm)
panjang 30
cm, dengan
ketelitian 1
mm

4. Kontrol Kertas cakram Peneliti Penggaris Diameter zona nominal


negatif kosong yang dengan hambat (mm)
direndam dalam panjang 30
larutan Etanol 96% cm, dengan
ketelitian 1
mm
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental melalui metode
disc diffusion untuk melihat pengaruh ekstrak daun sirih merah terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2012 di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.3. Bahan yang diuji
Ekstrak daun sirih merah diambil dari salah satu rumah di Ciputat
yang kemudian diekstrak di Balitro, Bogor.
3.4. Sampel Penelitian
Bakteri Staphylococcus aureus yang dibiakkan dalam agar MHA dan
diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam.
3.5. Identifikasi Variabel
3.5.1. Variabel Bebas
Ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 1.10 6, 5.106, dan 1.107
ppm
3.5.2. Variabel Terikat
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada medium MHA
dengan berbagai diameter zona hambat yang terbentuk.
3.6. Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1. Alat Penelitian
Laminar air flow, inkubator, autoclave, vortex, timbangan, alat ukur
panjang, pengukur waktu, penggaris, alat tulis, kamera, cawan petri,
ose, pinset, mikro pipet, kapas swab, spatula, blank disc, tabung reaksi,
bunsen, korek api, rak tabung, alumunium foil, baki, label, dan tissue.

13
14

3.6.2. Bahan Penelitian


Ekstrak daun sirih merah, biakan Staphylococcus aureus, pembenihan
agar MHA, kontrol positif (amoxicillin disc), kontrol negatif (Etanol
96%), NaCl steril, aquades steril, McFarland 0.5%.
3.7. Alur Penelitian

3.8. Cara Kerja Penelitian


3.8.1. Tahap Persiapan
3.8.1.1. Persiapan Alat dan Bahan
Seluruh alat dan bahan (hanya aquades dan NaCl)
yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoclave selama
30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1
atm) dan suhu sebesar 121 o C setelah sebelumnya dicuci
bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas atau
alumunium foil.9
Daun sirih merah dideterminasi di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Bogor dengan tujuan untuk
memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan.
Determinasi tanaman sirih merah dilakukan dengan cara
mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman sirih
merah terhadap kepustakaan dan dibuktikan di bidang Botani
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.
15

3.8.1.2. Pembuatan stok bakteri


Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk
memperbanyak dan meremajakan bakteri Staphylococcus
aureus dengan cara mengambil 1 ose biakan murni bakteri
Staphylococcus aureus ke dalam MHA, kemudian diinkubasi
pada suhu 370 C selama 24 jam di dalam inkubator.9
3.8.1.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah
Daun sirih dicuci bersih lalu dibiarkan di udara
terbuka, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40 0 C
sampai kering, kemudian diremas dan dihaluskan sampai
menjadi serbuk menggunakan blender. Serbuk kemudian
dimaserasi dengan larutan Etanol 96% dan diambil filtratnya
dengan penyaringan.
Hasil saringan diuapkan dalam rotary vacum
evaporator dengan suhu 400 C. Pada akhir proses ini
didapatkan ekstrak murni dengan cairan kental, berwarna
coklat dengan bau khas aromatik. Ekstrak dari daun
diencerkan dengan Etanol 96% sesuai dengan konsentrasi
yang diharapkan.9
3.8.1.4. Pembuatan Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah
Stok konsentrasi ekstrak daun sirih merah yang akan
divariasikan adalah mulai dari 1.106, 5.106, dan 1.107 ppm
dengan cara:
1. Konsentrasi 1.106 ppm 0.2 gr ekstrak daun sirih
merah + 0.2 ml Etanol 96%
2. Konsentrasi 5.106 ppm 1 gr ekstrak daun sirih
merah + 0.2 ml Etanol 96%
3. Konsentrasi 1.10 7 ppm 1 gr ekstrak daun sirih
merah + 0.1 ml Etanol 96%
Kontrol negatif menggunakan Etanol 96% dan
kontrol positif menggunakan amoxicillin disc. Setelah
masing-masing konsentrasi divortex dibiarkan selama 30
16

menit kemudian dituangkan dalam 4 tabung reaksi berbeda


yang telah diberi kertas disk steril (1 tabung reaksi berisi 3
kertas disk kosong) yang direndam selama 30 menit atau
sampai menjadi jenuh lalu pindahkan kertas disk dalam
cawan petri steril sesuai variabel konsentrasi masing-masing
ke perbenihan MHA kemudian diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 370 C.9

3.8.2. Tahap Pengujian


Kertas cakram terlebih dahulu direndam dalam ekstrak
daun sirih selama 1 jam kemudian pembuatan suspensi bakteri dengan
cara mengambil 1 ose bakteri yang telah diremajakan selama 24 jam dan
memasukkannya ke dalam NaCl steril. Kemudian divortex sampai
homogen dan dibandingkan dengan standar McFarland 0.5. Selanjutnya
mengoleskan suspensi pada permukaan media agar MHA dengan
menggunakan kapas lidi steril sampai rata pada seluruh permukaan agar.9
Kertas cakram yang telah direndam dalam ekstrak daun
sirih diletakkan di atas permukaan agar biakan bakteri Staphylococcus
aureus di dalam Laminar Air Flow. Lalu media diinkubasi ke dalam
inkubator. Inkubasi dilakukan pada suhu 370 C selama 24 jam, kemudian
diukur diameter zona terang (clear zone) dengan menggunakan penggaris
(milimeter).9

3.9. Pengolahan Data

Analisis data dilakukan dengan perhitungan SPSS menggunakan cara


One-Way ANOVA untuk melihat apakah ada perbedaan efektifitas yang
bermakna dari masing-masing konsentrasi ekstrak daun sirih merah dalam
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Syarat menggunakan One-way
ANOVA adalah distribusi data normal dan varians data sama.11

Pada penelitian ini distribusi data yang didapatkan tidak normal meski
sudah dilakukan transformasi data. Varians data pada penelitian ini juga tidak
17

sama. Oleh karena itu, cara One-way ANOVA tidak dapat dilakukan pada
penelitian ini melainkan dilakukan cara Kruskal-Wallis sebagai alternatifnya.

Jika dari hasil uji Kruskal-Wallis ternyata didapatkan bahwa ada


perbedaan bermakna antar masing-masing konsentrasi maka diperlukan
perhitungan multiple comparation menggunakan Post-Hoc test Mann-Whitney
untuk melihat konsentrasi mana saja yang mempunyai perbedaan bermakna
dengan konsentrasi lainnya.11
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Ekstrak Daun Sirih Merah
Daun sirih merah (Piper crocatum) yang digunakan dalam penelitian
ini diambil dari salah satu rumah di Ciputat yang sering digunakan oleh
masyarakat sekitar. Hasil determinasi menyebutkan bahwa tanaman yang
digunakan adalah Piper cf.fragile Benth yang merupakan sinonim Piper
crocatum. Daun sirih merah kemudian diekstrak oleh Laboratorium Balitro,
Cimanggu, Bogor. Dari 382 gram daun sirih merah segar didapatkan ekstrak
kental sebanyak 26.3 gram (Gambar 4.1 dan 4.2).

Gambar 4.1. Ekstrak Gambar 4.2. Ekstrak daun


daun sirih merah kental sirih merah dalam berbagai
konsentrasi
4.1.2. Efek Ekstrak Daun Sirih Merah terhadap Staphylococcus aureus
Pada konsentrasi ekstrak daun sirih merah 1.106, 5.106, dan 1.107 ppm
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona
hambat masing-masing 20.6, 19, dan 17.3 mm dengan standar deviasi 0.57, 0.00,
dan 1.15. Sedangkan pada amoxicillin sebagai kontrol positif diameter zona

18
19

hambat yang terbentuk 52.3 mm dengan standar deviasi 0.57 dan pada Etanol
96% sebagai kontrol negatif tidak terbentuk zona hambat (Gambar 4.3).

Gambar 4.3. Hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi ekstrak daun sirih merah


terkecil yaitu 1.10 6 ppm menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dengan daya hambat terkuat. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah
semakin lemah daya hambatnya.

Gambar 4.4. Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap


pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
20

Gambar 4.5. Zona hambat kontrol positif (amoxicillin)

4.1.3. Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah


Data yang didapatkan dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat
untuk melakukan uji One-way ANOVA, maka digunakan uji Kruskall-Wallis dan
diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar konsentrasi ekstrak daun sirih
merah yang satu dengan konsentrasi lainnya maka perlu dilakukan analisis Post-
Hoc test melalui uji Mann-Whitney (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Hasil Post-Hoc test menggunakan Mann-Whitney untuk masing-masing
konsentrasi
Cakram uji Amoxicillin 1.106 ppm 5.106 ppm 1.107 ppm Etanol 96%
Amoxicillin - 31* 33* 43* 52*
1.106 ppm 31* - 2* 3* 21*
6
5.10 ppm 33* 2* - 1* 19*
7
1.10 ppm 43* 3* 1* - 18*
Etanol 96% 52* 21* 19* 18* -
Keterangan: * = p < 0.05
Berdasarkan analisis statistik Post-Hoc test melalui uji Mann-Whitney
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasinya
dengan indeks kepercayaan 95%. Dapat dikatakan bahwa daun sirih merah efektif
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Efek hambat
ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
sangat efektif pada semua konsentrasi yang memiliki perbedaan zona hambat.
21

4.2. Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa masing-masing konsentrasi
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori
kuat pada konsentrasi 1.106 ppm dan kategori sedang pada konsentrasi 5.106 dan
1.107 ppm. Efek hambat tersebut dikarenakan adanya zat aktif yang terkandung
dalam ekstrak daun sirih merah yaitu katekin, fenol, tanin, flavonoid, dan lain-lain
yang mempunyai aktivitas bakterisida.8,9
Senyawa katekin dan tanin bekerja secara kompetitif dengan enzim
glikosiltransferase dalam mereduksi sakarida sebagai bahan dasar glikosilasi.
Enzim glikosiltransferase merupakan enzim yang berperan pada proses
penambahan gugus gula pada protein atau lipid. Jika enzim ini dihambat maka
pembentukan polisakarida bakteri juga terhambat. Efek lain sebagai antibakteri
dari tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.17,18
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas
membran sel bakteri. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri.
Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
utuh dan menyebabkan kematian sel.19,21
Daun sirih merah memiliki kandungan fenol yang tinggi. Senyawa
fenol memiliki beberapa sifat, antara lain; mudah larut dalam air, mudah
membentuk kompleks dengan protein dan sangat peka terhadap oksidasi enzim.
Fenol bekerja merusak ikatan protein penyusun dinding sel bakteri kemudian
masuk dan menginaktifkan enzim-enzim yang berperan pada proses metabolisme
sel bakteri sehingga aktivitas biologis bakteri terhenti. Senyawa fenol juga dapat
merusak ikatan hidrofobik komponen membran sel (seperti protein dan fosfolipid)
serta larutnya komponen-komponen lain sel yang berikatan secara hidrofobik
sehingga permeabilitas membran sel meningkat. Hal ini akan menyebabkan
lisisnya sel bakteri.21
22

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirih merah dapat


menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak daun sirih merah maka zona hambat yang terbentuk semakin kecil dan
respon hambatnya semakin lemah. Hal ini disebabkan oleh daya difusi ekstrak ke
dalam media berkurang. Penurunan daya difusi disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun sirih merah maka semakin rendah kelarutannya. Hal ini
dapat menjadi pertimbangan pada penggunaan ekstrak daun sirih merah sebagai
obat bahwa efek terapi akan semakin menurun jika konsentrasi dinaikkan
mencapai titik jenuh kelarutan. Pada penelitian Astuti (2012) menyebutkan bahwa
ekstrak etanol daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80%, dan 100% dengan metode difusi
agar. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa pada konsentrasi tinggi daya
hambatnya semakin lemah. Zona hambat yang terbentuk secara berurutan adalah
8.7, 10.7, 13.3, 12.3, dan 9.3 mm. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa pada
konsentrasi 80% dan 100% kelarutan senyawa ekstrak daun sirih merah telah
menurun.24
Efek antibakteri daun sirih merah dapat diaplikasikan dalam produk
kesehatan contohnya pada pasta gigi. Sebagaimana pada penelitian Maharani
(2012) didapatkan hasil bahwa pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih
merah memiliki efek hambat paling besar terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans dibandingkan dengan pasta gigi uji lainnya.25 Varietas lain
dari daun sirih yaitu sirih hijau juga telah dibuktikan memiliki efek antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus oleh Seila (2012), daun sirih hijau dengan
konsentrasi 1.106, 5.106, 1.107 ppm (konsentrasi sama dengan konsentrasi pada
penelitian ini) memiliki respon hambat kuat (>20 mm) dengan semakin besar
konsentrasi maka semakin kuat daya hambatnya. Perbedaan respon hambat
tersebut mungkin dikarenakan adanya perbedaan kandungan antara daun sirih
merah dan daun sirih hijau, selain itu kualitas dari daun sirih baik merah maupun
hijau juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhinya.26
Berdasarkan paparan diatas, terbukti bahwa daun sirih merah mempunyai
dasar kuat untuk digunakan sebagai bahan obat alam alternatif yang mempunyai
efek antibakteri.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak daun sirih merah dengan pelarut Etanol 96% menggunakan


metode disc diffusion dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan daya hambat kuat pada konsentrasi 1.106
ppm dan sedang pada konsentrasi 5.106 dan 1.107 ppm.
2. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis terdapat perbedaan yang
bermakna antara zona hambat pada ekstrak daun sirih merah konsentrasi
1.106, 5.106, dan 1. 107 ppm.
3. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)
maka semakin lemah daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.

5.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan ada penelitian selanjutnya


yang membuat lebih banyak konsentrasinya untuk dapat menentukan konsentrasi
maksimum yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dengan respon hambat kuat. Selain itu dapat dicari Kadar Hambat Minimal
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari esktrak daun sirih merah terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroamidjojo, S. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat: Jakarta. 1997


2. Handayani, dr. Lestari. Membedah Rahasia Ramuan Madura. Jakarta:
Agromedia Pustaka. 2003
3. Mursito, Drs. Bambang. Tampil Percaya Diri Dengan Ramuan Tradisional.
Jakarta: Penebar Swadaya. 2004
4. Balitro. Daun Sirih Merah Sebagai Tanaman Obat Multifungsi.
http://balittro.litbang.deptan.go.id [diunduh 7 September 2012]
5. Jenie BS., Andarwulan N., Puspitasari NL., Nuraida L. Antimicrobial
Activity of Piper betle Linn extract Towards Foodborne Pathogens and
Food Spoilage Microorganisms. [diunduh 5 Mei 2012].
http://www.agnet.org./library/rh
6. Johnson, A.G., Zeigler, T.J. Fitgerald., O.Lukasewycz., L. Hawley.
Mikrobiologi dan Imunologi. Binarupa Aksara: Jakarta. 1994
7. Haryadi., Robertus Bellarminus, Edy. Daya Antibakteri Daun Sirih (Piper
Betle) dan Daun Sirih Merah (Piper Erocantum) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro Sebagai Materi Praktikum
Mikrobiologi. Tesis Pendidikan Biologi Program Pacasarjana Universitas
Negeri Malang. 2010
8. Juliantina, farida., Citra, dewa ayu., Nirwani, bunga., dkk. Manfaat Sirih
Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Antibakterial Terhadap Bakteri
Gram Positif dan Gram Negatif. Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta. 2010
9. Reveny, julia. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih Merah
(Piper betle Linn). Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. 2011
10. Sari, retno., Isadiartuti, dewi. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik
Tangan. 2006
11. Dahlan, M.Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Penerbit
Salemba Medika: Jakarta. 2010
12. Mursito, Drs. Bambang. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria.
PT.Penebar Swadaya: Jakarta. 2002
25

13. Quinn, P.J. Veterinary Microbiology and Microbial disease. Blackwell


Publishing Company USA. 2002
14. Wijayakusuma, Prof. H.M. Hembing. Tanaman Obat Untuk Peyakit Anak.
Jakarta: Pustaka Poluler Obor. 2006
15. Jawetz. E., J.L. Melnick,. E.A. Adelberg. Microbiology Untuk Profesi
Kesehatan edisi XVI. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. 1986
16. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.
FKUI: Jakarta. 2009
17. Agustin DW. Perbedaan Khasiat Bahan Irigasi antara Hidrogen Peroksida
3% dan Infusum Daun Sirih 20% terhadap Bakteri mix. Universitas
Airlangga Surabaya. 2010
18. Scalbert A. Antimicrobial properties of tannins. [diunduh 5 Mei 2012].
http://grande.nal.usda.gov/ibids/index.php
19. Hermawan, anang. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn)
Terhadap Pertumbuhan Syatphylococcus Aureus dan Escherichia Coli
Dengan Metode Difusi Disk. FKH Universitas Airlangga Surabaya. 2007
20. Plants profile, piper ornatum N.E.Br. United States Departement of
Agriculture (USDA), Natural Resources Conservation Service.[diunduh 6
September 2012]. http://plants.usda.gov/java/nameSearch
21. Zubier, Farida., dkk. Efikasi Sabun Ekstrak Sirih Merahdalam Mengurangi
GejalaKeputihan Fisiologis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2010
22. Dwidjoseputro D. Dasar-DasarMikrobiologi. Djambatan: Jakarta. 1994
23. Greenwood. Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial
And Chemoterapy. Mc. Graw Hill Company, USA. 1995
24. Astuti, ovi risky. Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231
Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2012
25. Maharani. Efek Hambat Berbagai Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus mutans. 2012 (Belum dipublikasikan)
26

26. Inayatullah, seila. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle Linn)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.2012 (Belum
dipublikasikan)
27

LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat pernyataan ekstraksi daun sirih merah


28

(lanjutan)
29

(lanjutan)

Catatan: Piper cf.fragile Benth adalah nama sinonim Piper crocatum20


30

Lampiran 2: Alat dan bahan penelitian

Biakan Staphylococcus aureus Suspensi Staphylococcus aureus

Agar MHA Konsentrasi ekstrak daun sirih merah

Ekstrak kental daun sirih merah Laminar air flow


31

(lanjutan)

Cawan petri dan tabung reaksi Vortex

Inkubator Timbangan
32

Lampiran 3: Hasil percobaan

Lampiran 4: Analisis SPSS


33

1. Uji Normalitas Data

(lanjutan)
34

(lanjutan)
35

Interpretasi :

Parameter Hasil observasi Kriteria normal Kesimpulan


distribusi data
Koefisien varians 80 % < 30% Tidak normal
Rasio skewness 1,6 -2 s/d 2 Normal
Rasio kurtosis 0,1 -2 s/d 2 Normal
Histogram* Miring ke kanan Simetris, tidak Tidak normal
miring kiri ataupun
kanan, tidak terlalu
tinggi ataupun
rendah
Box plot* Tidak simetris, Simetris, median Tidak normal
terdapat nilai outlier tepat ditengah, tidak
ada outlier atau nilai
ekstrim
Nilai Q-Q plots* Data tidak menyebar Data menyebar Tidak normal
disekitar garis sekitar garis
Detrended Q-Q plots* Data tidak menyebar Data menyebar Tidak normal
disekitar garis sekitar garis pada
niai 0
Kolmogorov-Smirnov 0,000 P > 0,05 Tidak normal
Shapiro-Wilk

2. Transformasi Data

Hasil :

(lanjutan)
36

3. Uji Normalitas dari Data yang Telah Ditransform

Interpretasi: p < 0,05 sehingga data tidak normal

4. Menentukan Varians Data

Interpretasi: varians data tidak sama (paling tidak terdapat dua kelompok yang
mempunyai varians data yang berbeda yang bermakna)

(lanjutan)
37

5. Uji Kruskal-Wallis

Interpretasi: nilai p < 0,05, maka paling tidak terdapat perbedaan konsentrasi
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

6. Analisis Post-Hoc test menggunakan Mann-Whithey


a. Konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 5.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1.106
ppm dengan 5.107 ppm dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus

(lanjutan)
38

b. Konsentrasi 1.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 1.10 6 ppm dengan konsentrasi 1.10 7 ppm dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

c. Konsentrasi 1.106 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 1.106 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

(lanjutan)
39

d. Konsentrasi 1.106 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 1.10 6 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

e. Konsentrasi 5.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 5.106 ppm dengan konsentrasi 1.107 ppm dalammenghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

(lanjutan)
40

f. Konsentrasi 5.106 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 5.106 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

g. Konsentrasi 5.106 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p<0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 5x106 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

(lanjutan)
41

h. Konsentrasi 1.107 ppm dengan Amoxicillin

Interpretasi: p < 0,05= terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 1.107 ppm dengan Amoxicillin dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

i. Konsentrasi 1.107 ppm dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05 = terdapat perbedaan yang bermakna antara


konsentrasi 1.10 7 ppm dengan Etanol 96% dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
j. Amoxicillin dengan Etanol 96%

Interpretasi: p < 0,05 = terdapat perbedaan yang bermakna antara


Amoxicillin dengan Etanol 96% dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus
42

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Atingul Marifah

TTL : Banyumas, 9 April 1991

Alamat : Orimalang-Sibrama, Rt 02 Rw 07, Kemranjen, Banyumas, Jawa


Tengah

Email : ari_marifah@yahoo.com

Riwayat pendidikan:

1995-1997 : TK Masyithoh 17 Orimalang, Kemranjen, Banyumas

1997-2003 : SD Negeri Sibrama 3, Kemranjen, Banyumas

2003-2006 : MTs Nahdlotut Thullab PP Al Ihya Ulumaddin,


Kesugihan, Cilacap

2006-2009 : MA Nahdlotut Thullab PP Al Ihya Ulumaddin,


Kesugihan, Cilacap

2009-sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta

You might also like