Professional Documents
Culture Documents
Dalam beberapa tahun terakhir ini angka kejadian beberapa penyakit non infeksi
makinmenonjol, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perbaikan tingkat sosial
ekonomi telah membawa perubahan pola penyakit. Penyakit infeksi dan defisiensi gizi makinlama makin
sedikit, sedangkan berbagai penyakit non-infeksi, termasuk penyakit kongenitalmakin dikenal.1
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui.Berbagai jenis obat,
penyakit ibu, pajanan terhadap sinar x telah diduga sebagai penyebab eksogen penyakit
jantung bawaan. Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilannya dapat
menyebabkan penyakit jantung bawaan pada bayinya, salah satunya Patent Ductus
Arteriosus. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab tersebut harus ada sebelum
akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu kedelapan pembentukan jantung
sudah selesai.1
Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu penyakit jantung
bawaan non-sianotik dan sianotik. Jumlah pasien penyakit jantung bawaan non -sianotik jauh
lebih besar dari pada sianotik, yakni berkisar antara 3 sampai 4 kali. Penyakit jantung bawaan
non-sianotik salah satunya adalah Patent Ductus Arteriosus ( PDA ) yang akan dibahas lebih
lanjut dalam referat ini.3
PEMBAHASAN
Definisi
Patent ductus arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah dimana aliran darah ini mengalir ke jantung. Kelainan ini merupakan 7%
dari seluruh penyakit jantung bawaan. PDA ini sering dijumpai pada bayi prematur,
insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.4
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri pulmonalis kiri
langsung dengan aorta desendens. Pada janin, duktus arteriosus dapat tetap terbuka karena
produksi dari prostaglandin E2 (PGE2). Pada bayi baru lahir, prostaglandin yang didapat dari
ibu (prostaglandin maternal) kadarnya menurun sehingga duktus arteriosus tertutup dan
berubah menjadi jaringan parut dan menjadi ligamentum arteriosum yang terdapat pada
jantung normal. Biasanya menutup sesaat setelah bayi lahir. Pada beberapa individu saluran
ini menutup dalam 48 jam setelah bayi lahir. Pada bayi prematur, saluran ini sering memakan
waktu lebih lama untuk menutup sendiri + 6 minggu setelah dilahirkan. Namun, dalam
beberapa individu tetap terbuka (paten) dalam 72 jam setelah kelahiran. Keadaan ini disebut
patent ductus arteriosus.2
Mekanisme penutupan ini tidak seluruhnya dimengerti, tetapi beberapa faktor diduga berperan adalah kadar oksigen arterial, kadar prostaglandin, genetic, dan
faktor lain yang belum diketahui. Faktor faktor tersebut menyebabkan nekrosis seluler pada dinding duktus arteriosus yang akan diikuti dengan konstriksi otot
dinding duktus pada tahap berikutnya. Konstriksi ini akan menutup lumen
Gambar - 1 : 5
Gambar A menunjukkan penampang dari jantung yang normal. Panah dalam lingkaran menunjukkan
arah aliran darah melalui jantung.
Gambar B menunjukkan hati dengan patent ductus arteriosus. Cacat menghubungkan aorta dan
arteri pulmonalis. Hal ini memungkinkan darah yang kaya oksigen dari aorta untuk mencampur darah
miskin oksigen dalam arteri pulmonalis.
Pada bayi baru lahir, setelah beberapa kali pernapasan pertama, resistensi vaskular paru
menurun dengan tajam. Dengan ini maka duktus akan berfungsi sebaliknya, bila semula
mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke aorta, sekarang ia mengalirkan darah dari aorta
ke arteri pulmonalis. Dalam keadaan normal duktus mulai menutup, dan dalam beberapa jam
secara fungsional sudah tidak terdapat lagi arus darah dari aorta ke arteri pulmonalis. Apabila
duktus tetap terbuka, maka terjadi keseimbangan antara aorta dan arteri pulmonalis, apabila
resistensi vaskular paru terus menurun maka pirau dari aorta ke arah arteri pulmonalis makin
meningkat. Pada auskultasi pirau yang bermakna akan memberikan bising sistolik setelah
bayi berusia beberapa hari, sedang bising kontinu yang khas biasanya terdengar setelah bayi
berusia 2 minggu.4
Dengan tetap terbukanya duktus, maka darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh
akan kembali memenuhi pembuluh paru-paru. Besar-kecilnya bukaan pada duktus
mempengaruhi jumlah darah yang mengalir balik ke paru-paru.4
PDA umumnya ditemui pada bayi-bayi yang lahir prematur, juga pada bayi normal dengan
perbandingan 1 kasus dari 2500 - 5000 kelahiran setiap tahunnya.4
Ketika seorang bayi aterm menderita PDA, dinding dari duktus arteriosus kekurangan lapisan
Bayi yang lahir prematu, makin muda usia kehamilan, makin besar pula presentase PDA oleh
karena duktus dipertahankan tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih tinggi,
karena memang belum waktunya bayi lahir. Karena itu PDA pada bayi prematur dianggap
sebagai developmental patent ductus arteriosus, bukan structural patent ductus arteriosus
Pada bayi prematur dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat napas akibat
kekurangan surfaktan, yakni zat yang mempertahankan agar paru tidak kolaps), PDA sering
bermanifestasi setelah sindrom gawat napasnya membaik. Bayi yang semula sesaknya sudah
berkurang menjadi sesak kembali disertai takhipnoe dan takikardi.4
Bila oksigenisasi darah arteri pascalahir tidak memadai, maka penutupan duktus arteriosus
tertunda atau tidak tejadi. Angka kejadian PDA pada anak yang lahir di dataran tinggi, lebih
besar daripada di dataran rendah. Pada beberapa jenis kelainan jantung bawaan, bayi hanya
dapat hidup apabila duktus arteriosus tetap terbuka. Termasuk di dalam golongan lesi yang
bergantung pada duktus ini (duct dependent lesions) adalah atresia pulmonal, stenosis
pulmonal berat, atresia aorta, koartaksio aorta berat atau interrupted aortic arch, dan sebagian
pasien transposisi arteri besar.9,13
Pada janin, darah dengan oksigen relatif cukup (pO 2 30 mmHg) mengalir dari plasenta
melalui vena umbilikalis. Separuh jumlah darah ini mengalir melalui hati, sedang sisanya
memintas hati melalui duktus venosus ke vena kava inferior, yang juga menerima darah dari
hati (melalui vena hepatika) serta tubuh bagian bawah.4
Sebagian besar darah dari vena kava inferior mengalir ke dalam atrium kiri melalui foramen
ovale, selanjutnya ke ventrikel kiri, aorta asendens, dan sirkulasi koroner. Dengan demikian
sirkulasi otak dan koroner mendapat darah dengan tekanan oksigen yang cukup. Sebagian
kecil darah dari vena kava inferior memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspid. Darah
yang kembali dari leher dan kepala janin (pO2 10 mmHg) memasuki atrium kanan melalui
vena kava superior, dan bergabung dengan darah dari sinus koronarius menuju ventrikel
kanan, selanjutnya ke arteri pulmonalis. Pada janin hanya 15% darah dari ventrikel kanan
yang memasuki paru, selebihnya melewati duktus arteriosus menuju ke aorta desendens,
bercampur dengan darah dari aorta asendens. Darah dengan kandungan oksigen yang rendah
ini akan mengalir ke organ-organ tubuh sesuai dengan tahanan vaskular masing-masing dan
juga ke plasenta melalui arteri umbilikalis yang keluar dari arteri iliaka interna.9
Pada janin normal, ventrikel kanan memompakan 60% seluruh curah jantung, sisanya
dipompa oleh ventrikel kiri. Curah jantung janin didistribusikan sebagai berikut :
40% menuju aorta asendens
4% ke sirkulasi koroner
20% ke arteri leher dan kepala
16% tersisa melewati istmus aorta menuju aorta desendens
60% dipompakan ke arteri pulmonalis
8% menuju paru
52% melewati duktus arteriosus menuju aorta desendens
Diameter duktus arteriosus pada janin sama dengan diameter aorta, dan tekanan arteri
pulmonalis juga sama dengan tekanan aorta. Tahanan vaskular paru masih tinggi oleh karena
konstriksi otot arteri pulmonalis.4
Penurunan tahanan paru terjadi akibat ekspansi mekanik paru-paru, peningkatan saturasi
oksigen arteri pulmonalis dan PO2 alveolar. Dengan penurunan tahanan arteri pulmonalis,
aliran darah pulmonal meningkat. Lapisan medial arteri pulmonalis perifer berangsur-angsur
menipis, dan pada usia 10-14 hari tahanan arteri pulmonalis sudah seperti kondisi orang
dewasa. Penurunan tahanan arteri pulmonalis ini terhambat bila terdapat aliran darah paru
yang meningkat, seperti pada defek septum ventrikel atau duktus arteriosus yang besar. Pada
keadaan hipoksemia, seperti pada bayi yang lahir di dataran tinggi, penurunan tekanan arteri
pulmonalis terjadi lebih lambat.4
Tekanan darah sistemik tidak segera meningkat dengan pernapasan pertama, biasanya terjadi
secara berangsur-angsur, bahkan mungkin tekanan darah turun lebih dulu dalam 24 jam
pertama. Pengaruh hipoksia fisiologis yang terjadi dalam menit-menit pertama pascalahir
terhadap tekanan darah sistemik agaknya tidak bermakna, namun asfiksia berat yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan tekanan sistemik, termasuk renjatan
kardiogenik yang sulit diatasi. Karena itu pada bayi asfiksia resusitasi yang adekuat harus
dilakukan dengan cepat. Setelah tahanan sistemik meningkat, oleh karena duktus arteriosus
masih terbuka, maka terjadi pirau dari aorta ke arteri pulmonalis, akibatnya maka aliran balik
vena pulmonalis bertambah hingga aliran ke atrium serta ventrikel meningkat.4
Epidemiologi
Prevalensi dan Insidensi1,6
PDA adalah cacat jantung congenital kelima yang paling sering ditemukan atau 8-
10% dari seluruh kasus cacat jantung congenital. Di Amerika Serikat, diperkirakan
bahwa lebih dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1 kasus PDA. Perbandingan pada
anak perempuan dan laki laki adalah 2 : 1 dan kasusu cenderung meningkat pada
saudara pasien. Sekitar 75 % kasus terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan <
1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit congenital lain. PDA ditemukan
pada 10% pasien dengan kelainan jantung congenital lain dan sering memiliki
peranan penting dalam menyediakan aliran darah pulmonal ketika aliran darah dari
ventrikel kanan bersifat stenotik atau atretik. Selain itu, PDA juga dapat menyediakan
aliran darah sistemik pada koarktasio aorta(misalnya).
a. Fator resiko4,5
1) Dilahirkan terlalu cepat (prematur). Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi lebih
sering pada bayi yang lahir terlalu dini daripada bayi yang lahir cukup bulan.
2) Riwayat keluarga dan kondisi genetik lainnya. Riwayat keluarga cacat jantung,
lebih memungkinan anak memiliki paten ductus arteriosus. Kondisi genetik
lainnya, seperti sindrom Down, juga telah dikaitkan dengan peningkatan
kesempatan memiliki PDA.
6) Dilahirkan di dataran tinggi. Bayi yang lahir di atas 10.000 kaki (3.048 meter)
memiliki resiko lebih besar dari sebuah PDA daripada bayi yamg lahir di dataran
rendah.
Etiology1
Prematuritas dianggap sebagai penyebab terbesar timbulnya PDA. Pada bayi premature,
gejala cenderung timbul dangan awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress
pernafasan. PDA juga lebih sering terdapat pada anak yang lahir di daerah pegunungan. Hal
ini terjadi karena adanya hipoksia yang menyebabkan duktus gagal menutup.
Penyakit campak jerman (rubella) yang terjadi pada trimester I kehamilan juga dihubungkan
dengan terjadinya PDA walaupun mekanismenya belum diketahui. Diduga infeksi rubella
mempunyai pengaruh langsung terhadap jaringan duktus.
Klasifikasi1
Klasifikasi PDA ditentukan berdasarkan perubahan anatomi jantung bagian kiri , tahanan arteri
pulmonal, saturasi oksigen, dan perbandingan perbandingan sirkulasi pulmonal dan sistemik.
Tekanan Arteri
Tingkat Hipertrofi Ventrikel dan Atrium Kiri Saturasi Oksigen
Pulmonal
Tingkat II : pasien sering menderitainfeksi saluran nafas , tetapi pertumbuhan fisik masih
sesuai dengan murmur. Peningkatan aliran darah ke sirkulasi pulmonal PDAat
terjadi sehingga timbul hipertensi pulmonal ringan. Umumnya pada pasien
yang tidak tertangani dengan baik pada tingkat ini PDA akan berkembang
menjadi tahap III atau IV.
Tingkat III : infeksi saluran nafas makin sering terjadi. Pertumbuhan anak biasanya
terlambat. Pada pemeriksaan anak tampak kecil tidak sesuai umur dengan
gejala gejala gagal jantung. Nadi memiliki amplitude yang lebar. Jika
melakukan aktivitas, pasien akan mengalami sesak nafas yang disertai dengan
sianosis ringan. Pada pasien dengan duktus berukuran besar, gagal jantung
dapat terjadi pada minggu pertama kehidupan. Pada foto polos dada dan EKG
ditemukan hifertrofi ventrikel kiri danatrium kiri serta hipertrofi ventrikel
kanan ringan. Suara bising jantung dapat didengar diantara sela iga 3 dan 4.
Tingkat IV : keluhan sesak nafas dan sianosis semakin nyata. Tahanan sirkulasi paru lebih
tinggi daripada thanan sistemik sehingga aliran darah di duktus berbalik dari
kanan ke kiri. Foto polos dada dan EKG menunjukan hipertrifi ventrikel kiri,
atrium kiri dan ventrikel kanan. Kondisi pasien ini disebut Sindrom
Eisenmenger.
Terdapat klasifikasi laen yang tak jauh berbeda dari klasifikasi diatas .
PDA kecil 4
Biasanya asimptomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi normal. Jantung
tidak membesar. Kadang terasa getaran bising disela iga ke-2 sternum. Terdapat bising
kontinu (continous murmur, machinery murmur ) yang khas untuk PDA di daerah subklavia kiri.
Pada pemeriksaan fisik frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding anak normal. Bilanadi
radialis diraba dan bila diukur tekanan darahnya, akan dijumpai pulsus seler, tekanan nadi
lebih dari 40 mmHg. Teraba getaran bising didaerah sela iga 1-2 parasternal kiri dan bising
kontinu di sela iga 2-3 dari parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya. Bising middiastolik di apeks
sering dapat didengar akibat bertambahnya pengisian cepat ventrikelkiri (stenosis mitral
relatif).
Pada foto toraks jantung membesar (terutama ventrikel kiri), vaskularisasi paru
yangmeningkat, dan pembuluh darah hilus membesar. EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kiridengan atau
tanpa dilatasi atrium kiri.
PDA besar 4
Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien tidak nafsumakan
sehingga berat badan tidak bertambah. Tampak dispnoe dan takhipnoe dan banyak berkeringat
bila minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan padaauskultasi terdengar bising
kontinu atau bising sistolik. Bising middiastolik terdengar di apex karena aliran darah berlebihan
melalui katup mitral (stenosis mitral relatif). Bunyi jantung ke-2 tunggal dan keras. Gagal jantung mungkin
terjadi dan biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian bawah. Semua penderita PDA besar
yang tidak dilakukan operasi biasanya menderita hipertensi pulmonal.
Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri, di samping pembesaranarteri
pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak hipertrofi biventrikular
dengandominasi aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.
Patogenesis7,8
a) Patofisiologi
Oleh karena tekanan aorta yang lebih tinggi, maka ada pirau dari kiri ke kanan
melaluiduktus arteriosus, yaitu dari aorta ke arteri pulmonal. Luasnya pirau tersebut
tergantung dariukuran PDA dan rasio dari resistensi pembuluh darah paru-paru dan
sistemik. Pada kasus yang ekstrim, 70% darah yang dipompa ventrikel kiri akan
mengalir melalui PDA kesirkulasi pulmonal. Jika ukuran PDA kecil, tekanan antara
arteri pulmonal, ventrikel kanan, dan atriumkanan normal. Jika PDA besar, tekanan arteri
pulmonal dapat meningkat baik pada waktusistol dan diastol. Pasien dengan PDA yang besar
mempunyai resiko tinggi terjadinya berbagai komplikasi. Tekanan nadi yang tinggi
disebabkan karena lolosnya darah ke arteri pulmonal ketika fase diastole.
b) Patoantomi
Aliran(pirau / shunt) dari kiri ke kanan
besar
DilatasiLA,LV,AOdanPA
Hipertensi pulmonal
-tahanan vaskuler paru tinggi
-penyakit vaskuler paru
-Pirau dari kanan ke kiri ---sianosis
sindroma Eisenmenger
Patent ductus arteriosus gejala bervariasi dengan ukuran cacat dan usia kehamilan bayi saat
lahir.
PDA kecil dapat menyebabkan tidak ada gejala yang mungkin tidak terdeteksi untuk
beberapa waktu, bahkan sampai dewasa.
Beberapa bayi yang mengalami PDA besar dapat menyebabkan volume overload pada
jantung dan aliran darah berlebih di paru-paru atau menyebabkan gagal jantung segera
setelah lahir sehingga akan tampak gejala sebagai berikut :
1. Sulit atau susah makan, pertumbuhan yang buruk.
1. Takhipnoe
2. Takikardi
3. Banyak berkeringat
4. Sianosis
Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler disebut water hammer pulse. Hal ini
terjadi akibat kebocoran darah dari aorta pada waktu sistol maupun diastol, sehingga didapat
Palpasi :
Thrill sistolik yang paling jelas teraba pada ICS II kiri yang dapat menyebar ke
sekitarnya
Auskultasi :
Machinery murmur yang punctum maksimumnya pada ICS II linea sternalis kiri.
Bising pada waktu sistol bersifat kresendo dengan puncak pada bunyi jantung
respirasi.
Pasien dengan pirau yang besar, dapat terdengar murmur mid-diastolik pada presentasi katup
mitral yang terdengar pada daerah apeks sebagai hasil dari peningkatan volume aliran darah
yang melewati katup mitral.8,9
Pemeriksaan Penunjang
1. Ekokardiografi : dapat mengukur besar duktus, dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Makin besar pirau, makin besar dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri.5,10
2. Elektrokardiografi: pada PDA kecil dan sedang, EKG dapat normal atau menunjukkan
tanda hipertrofi ventrikel kiri (left ventricle hypertrophy = LVH), sedangkan pada PDA
besar dapat menunjukkan tanda LVH atau hipertrofi kedua ventrikel kiri dan kanan
Rontgen foto thorax: pada PDA kecil, foto Rontgen toraks masih normal, sedangkan pada
PDA sedang sampai besar akan tampak kardiomegali, pembesaran atrium kiri, ventrikel kiri
dan aorta asendens, serta gambaran peningkatan vaskular paru (plethora).10
Diagnosis
Diagnosis kelainan jantung pada anak seringkali sukar ditegakkan, karena kelainan anatomis
ini banyak variabelnya, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Diagnosis awal
sudah bisa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan fisik yang teliti, elektrokardiografi dan
analisa foto thorax. Sebagian besar kelainan jantung anak atau paling tidak suatu diagnosis
banding yang lebih mengarah sudah dapat ditegakkan hanya dengan ketiga sistem klinis itu.
Dan hanya sebagian kecil saja kelainan kongenital yang lebih kompleks yang memerlukan
pemeriksaan tambahan khusus berupa ekokardiografi dan katerisasi.11
PDA biasanya dipikirkan bila pada bayi atau anak teraba nadi yang kuat dan terdengar bising
kontinu. Hal ini harus dibedakan dengan penyakit jantung non sianotik lain yang memberikan
tanda yang sama termasuk AP-Window dan fistula artrio-vena. Pada bayi yang sangat muda
mungkin baru terdengar bising sistolik sehingga harus dibedakan dengan pasien defek septum
ventrikel. Umumnya echocardiografi diperlukan untuk memastikan diagnosis. Kateterisasi
jantung jarang diperlukan untuk diagnosis, dan hanya dilakukan bila dikhawatirkan ada
hipertensi pulmonal, atau direncanakan penutupan duktus dengan alat kateter khusus. Bila
dilakukan, kateterisasi jantung pasien PDA tanpa komplikasi akan menunjukkan hasil adanya
peningkatan saturasi oksigen di arteri pulmonalis akibat pirau dari aorta yang tekanannya
tinggi ke arteri pulmonalis yang tekanannya
Diagnosis Banding
5. Pulmonal Stenosis(PS)
Status gizi penderita dengan PS umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang
memuaskan. Bayi dan anak dengan PS ringan umumnya asimptomatik dan tidak
sianosis sedangkan neonatus dengan PS berat atau kritis akan terlihat takipnu dan
sianosis. Penemuan pada auskultasi jantung dapat menentukan derajat beratnya
obstruksi. Pada PS valvular terdengar bunyi jantung satu normal yang diikuti dengan
klik ejeksi saat katup pulmonal yang abnormal membuka. Klik akan terdengar lebih
awal bila derajat obstruksinya berat atau mungkin tidak terdengar bila katup kaku dan
stenosis sangat berat. Bising sistolik ejeksi yang kasar dan keras terdengar di area
pulmonal. Bunyi jantung dua yang tunggal dan bising sistolik ejeksi yang halus akan
ditemukan pada stenosis yang berat.
Penatalaksanaan
Ada beberapa metode pangobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk mengatasi
gangguan fungsi jantung pada PDA, dan sangat bergantung dari ukuran bukaan pada duktus
dan yang utama usia pasien. Tidak diperlukan pembatasan aktivitas jika tidak terdapat
hipertensi pulmonal.1
Pada bayi prematur, duktus arteriosus sering menutup sendiri pada minggu pertama setelah
lahir. Pada bayi aterm, duktus arteriosus akan menutup dalam beberapa hari pertama setelah
lahir. Jika duktus tidak menutup dan menimbulkan masalah, obat-obatan dan tindakan bedah
ibuprofen atau indometasin, untuk membantu penutupan duktus arteriosus pada bayi
prematur sebelum usia 10 hari. AINS memblok prostaglandin yang mempertahankan duktus
arteriosus tetap terbuka. Pada bayi prematur dengan PDA dapat diupayakan terapi
farmakologis dengan memberikan indometasin intravena atau peroral dosis 0,2 mg/kgBB
dengan selang waktu 12 jam diberikan 3 kali. Terapi tersebut hanya efektif pada bayi
prematur dengan usia kurang dari satu minggu, yang dapat menutup duktus pada kurang lebih
70% kasus, meski sebagian akan membuka kembali. Pada bayi prematur yang berusia lebih
dari satu minggu indometasin memberikan respon yang lebih rendah. Pada bayi aterm terapi
Bila usaha penutupan dengan medikamentosa ini gagal dan gagal jantung kongestif menetap,
bedah ligasi PDA perlu segera dilakukan. Bila tidak ada tanda-tanda gagal jantung kongestif,
bedah ligasi PDA dapat ditunda akan tetapi sebaiknya tidak melampaui usia 1 tahun.
Prinsipnya semua PDA yang ditemukan pada usia 12 minggu, harus dilakukan intervensi
Tindakan bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua, diperlukan tindakan bedah untuk mengikat atau
memotong duktus. Untuk menutup duktus juga dokter dapat menggunakan tindakan dengan
kateter.8
Pada PDA dengan pirau kiri ke kanan sedang atau besar dengan gagal jantung diberikan
terapi medikamentosa (digoksin, furosemid) yang bila berhasil akan menunda operasi 3-6
bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Tindakan bedah setelah dibuat
Pemotongan lebih diutamakan dari pada pengikatan yaitu untuk menghindari kemungkinan
rekanalisasi kemudian. Pada duktus yang sangat pendek, pemotongan biasanya tidak
1. PDA pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
Hal yang perlu diperhatikan bagi penderita PDA yang usianya lebih dewasa, adalah
mengkonsultasikan kepada dokter ahli jantung yang merawat bila akan menjalankan operasi
minor lain (contoh: operasi amadel) ataupun perawatan gigi, untuk menghindari
Selain dengan medikamentosa dan intervensi bedah ada beberapa cara penatalaksanaan PDA
Amplatzer duct occluder (ADO) merupakan alat yang saat ini secara luas digunakan untuk
menutup PDA dan sudah mendapat rekomendasi dari Food and Drugs Administration (FDA)
Amerika Serikat. ADO (AGA Medical Corporation, Golden Valley, MN) terbuat dari
anyaman kawat nitinol dengan diameter 0,0004-0,0005 inci, berbentuk seperti jamur. ADO
terdiri dari lempeng berbentuk cakram yang datar dan badan utama yang berbentuk silinder
2. Gianturco coil
Terbuat dari stainlessteel dan mengandung dakron. Alat ini disimpan dalam casing. Jika alat
ini keluar dari casing, akan membentuk spiral yang terdiri dari 2 sampai 5 loop. Gianturco
coil, digunakan untuk menutup PDA kecil, yaitu ukurannya kurang dari 3 mm. Untuk
menutup PDA, kadang-kadang diperlukan lebih dari satu coil. Ada 2 ukuran coil yang sering
mm (casing biru). Harga coil relatif murah. Kekurangannya adalah tidak bisa dikontrol atau
ditarik kembali setelah lepas dari casing dan mudah mengalami embolisasi (terlepas ke dalam
3. Detachable coil
Coil ini terbuat dari bahan yang sama dengan Gianturco coil. Perbedaannya, pada detachable
coil, alat terhubung dengan tangkai pendorong dengan sistem mur. Alat ini dapat dikontrol
4. Nit-occluder
Terbuat dari stainlessteel, membentuk lingkaran kontinu dari besar ke kecil, seperti bentuk
obat anti-nyamuk bakar. Alat ini tidak megandung dakron. Nit-occluder dapat digunakan
untuk menutup PDA kecil-sedang (kurang dari 3,5 sampai 4 mm). Karena tidak mengandung
dakron, pembentukan trombus lebih lambat dibandingkan dengan ADO dan Gianturco coil.
Gambar 8. Tempat insisi pada pemasangan initial kateter pada Amplatzer Duct Occluder 10
Prognosis
Pasien dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada gejala.
Pengobatan termasuk pembedahan pada PDA yang besar umumnya berhasil dan tanpa
Pencegahan
Etiologi PDA hingga saat ini masih belum dapat diketahuik dengan pasti. Namun beberapa
faktor dianggap sebagai penyebab terbesar timbulnya PDA , sperti prematuritas, genetic dan
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah vaksinasi MMR untuk para calon ibu.
PENUTUP
PDA adalah sebuah kondisi dimana duktus arteriosus yang seharusnya menutup dalam
rentang waktu normal, tetap dalam keadaan terbuka hingga otomatis mengganggu fungsi
normal jantung. Kelainan Jantung Bawaan PDA umumnya ditemui pada bayi-bayi yang lahir
prematur, juga pada bayi normal dengan perbandingan 1 kasus dari 2500 - 5000 kelahiran
setiap tahunnya.
Gejala dan tanda-tanda yang muncul pada pasien dengan PDA tergantung dari seberapa besar
bukaan yang terjadi pada PDA. Semakin besar bukaan yang terjadi semakin berat gejalanya
Ada beberapa metode pengobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk mengatasi
gangguan fungsi jantung pada PDA, dan sangat bergantung dari ukuran bukaan pada duktus
dan yang utama usia pasien. Pemberian obat-obatan secara oral bisa dilakukan untuk
membuat duktus mengkerut dengan sendirinya. Apabila berhasil maka bisa proses
pembedahanpun bisa dihindari. Tetapi bila tidak berhasil dengan pemberian obat-obatan
secara oral, dan kondisi PDA memperburuk kesehatan pasien secara umum, maka akan
dilakukan operasi.
Pasien dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada gejala.
Pengobatan termasuk pembedahan pada PDA yang besar umumnya berhasil dan tanpa
DAFTAR PUSTAKA
1. Silalahi C, Wahab AS. Duktus arteriosus Paten. Dalam : Wahab AS. Kardiologi Anak:
PenyakitJantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2006: 69-76.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi i, Simadribrata K M, Setiati S. Ilmu PenyakitDalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi IV. Jakarta: 2007: 1641-46.
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25847/4/Chapter%20II.pdf.
4. Mayo Clinic staff. Patent Ductus Arteriosus. Avaiable from:
http://www.mayoclinic.com/health/patent-ductus-arteriosus/DS00631. Last Update
on: Dec. 22, 2011.
5. Patent Ductus Arteriosus. Avaiable from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
topics/topics/pda/. Last Update on: September 26, 2011.
6. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of pediatrics.
18thed. Philadelphia: saunders Elsevier; 2007.
7. Desantis ERH, Clyman RI. Patent Ductus Arteriosus: Pathophysiology
and Management Patent Ductus Arteriosus. Journal of Perinatology. 2006 : 14-18.
8. Schneider DJ, moore JW. Patent Ductus Arteriosus. University of Illinois College of
Medicine at Peoria and Cardiac Catheterization Laboratory,Children's Hospital
of Illinois, Peoria, Ill (DJS); 2006. 114.
9. Guyton AC. Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007. 353-56.
12. Ontoseno T. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Yang Kritis Pada
Neonatus. Divisi Kardiologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair - RSU Dr.
13. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. 108,141.