Professional Documents
Culture Documents
NIM : 121021073
ANEMIA
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh.
Akibat dari anemia adalah transportasi sel darah merah akan terganggu dan
jaringan tubuh si penderita anemia akan mengalami kekuranga oksigen guna
mengahasilkan energi. Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan
dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak. Serta ditandai
dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah dan kelopak mata.
Penyebab umum dari anemia antara lain; kekurangan zat besi, pendarahan usus,
pendarahan, genetik, kekurangan vitamin B12, kekuarangan asam folat,
gangangguan sunsum tulang.
Kadar hemoglobin normal dalam darah yakni 12 per desiliter, penderita anemia
memiliki hb di bawah angka tersebut. Pada orang usia produktif gejala anemia
tentu saja berpengaruh pada pekerjaan sehari-hari.
"Sedangkan pada bayi dan anak-anak berpengaruh pada pertumbuhan serta
kemampuan kognitif di masa mendatang," jelas Nadia dalam kegiatan media
briefing terkait anemia di Jakarta, Selasa (27/3).
Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama
menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa per hari.
Tiga hal penyebab umum anemia, yakni kehilangan banyak sel darah merah
karena pendarahan, umum diderita wanita yang kehilangan banyak dara saat
menstruasi atau setelah melahirkan, atau pada luka serius.
Kemudian, menurunnya produksi sel darah merah karena kekurangan zat besi
(Fe).
A. Pengertian Anemia
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah.
Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari
dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik
yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
B. Manifestasi Klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan
manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
2. Umur individu
3. Mekanisme kompensasinya
4. Tingkat aktivitasnya
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang
dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih),
seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan
hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu
beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme
kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik,
kecuali pada kerja jasmani berat
.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh
faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena
kelainan dalam sel darah merah disebabkan oleh faktor konstitutif
yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang
dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia sel darah merah
sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya
gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.
3. Karena perdarahan
4. Karena otoimun
D. Akibat Anemia
Anemia dapat menyebabkan pertumbuhan tinggi dan berat badan dibawah normal,
penurunan tingkat kecerdasan, dan gangguan pada system saraf serta otak.
Anemia sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Anak perempuan lebih
tinggi risikonya karena mengalami menstruasi. Ketika anak perempuan duduk di
bangku SMA, mereka masih terancam anemia karena pada usia itu mulai sadar
penampilan sehingga mulai menjalankan diet ketat. Hingga kini belum ada
program pemerintah untuk menanggulangi anemia pada pelajar. Program
pemerintah baru ditunjukkan pada ibu hamil agar tidak melahirkan anak yang
anemia.
Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh,
pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi
kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks
pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah
yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat.
Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner,
dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan
oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang
meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman
O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia
yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan
dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/03/27/3/141869/Prevalensi-
Anemia-di-Indonesia-Tinggi [akses 10 September 2013]
http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2013/05/gejala-anemia-penyebab-faktor-
risiko.html [akses 10 September 2013]