You are on page 1of 8

Nama : Regina Putri

NIM : 121021073

ANEMIA

Prevalensi Anemia di Indonesia

Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh.

Akibat dari anemia adalah transportasi sel darah merah akan terganggu dan
jaringan tubuh si penderita anemia akan mengalami kekuranga oksigen guna
mengahasilkan energi. Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan
dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak. Serta ditandai
dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah dan kelopak mata.
Penyebab umum dari anemia antara lain; kekurangan zat besi, pendarahan usus,
pendarahan, genetik, kekurangan vitamin B12, kekuarangan asam folat,
gangangguan sunsum tulang.

Dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia (FKUI) Nadia Ayu Mulansari menyatakan orang yang berpotensi
terkena penyakit ini tidak selalu sadar bahwa dirinya anemia.
Gejala anemia umumnya ditandai kelelahan walaupun baru bangun tidur seperti
lemah, letih, dan lesu, pusing, napas sesak, serta susah berkonsentrasi.

Kadar hemoglobin normal dalam darah yakni 12 per desiliter, penderita anemia
memiliki hb di bawah angka tersebut. Pada orang usia produktif gejala anemia
tentu saja berpengaruh pada pekerjaan sehari-hari.
"Sedangkan pada bayi dan anak-anak berpengaruh pada pertumbuhan serta
kemampuan kognitif di masa mendatang," jelas Nadia dalam kegiatan media
briefing terkait anemia di Jakarta, Selasa (27/3).

Di Indonesia prevalensi orang terkena anemia menurut Nadia terhitung cukup


tinggi.

"Sebuah survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran di beberapa Universitas di


Indonesia pada 2012 menemukan 50-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu
40% wanita usia subur turut mengalami anemia," jelas Nadia.

Tidak hanya survei tersebut yang memaparkan ancaman anemia di Indonesia.


Asian Development Bank (ADB) mencatat pada 2012 sebanyak 22 juta anak
Indonesia menderita anemia sehingga menyebabkan penurunan IQ.

Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama
menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa per hari.

Lalu Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementerian


Kesehatan pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita bekerja di Indonesia berisiko
anemia.

Beberapa penyebab anemia menurut Nadia jika dikenali masyarakat mampu


menekan tingkat risiko anemia.

Tiga hal penyebab umum anemia, yakni kehilangan banyak sel darah merah
karena pendarahan, umum diderita wanita yang kehilangan banyak dara saat
menstruasi atau setelah melahirkan, atau pada luka serius.

Kemudian, menurunnya produksi sel darah merah karena kekurangan zat besi
(Fe).
A. Pengertian Anemia

Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah.
Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari
dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik
yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan laboratorium.

B. Manifestasi Klinik

Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan
manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:

1. Kecepatan timbulnya anemia

2. Umur individu

3. Mekanisme kompensasinya

4. Tingkat aktivitasnya

5. Keadaan penyakit yang mendasari, dan

6. Parahnya anemia tersebut.

Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang
dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih),
seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan
hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu
beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme
kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik,
kecuali pada kerja jasmani berat

.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:

1. Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman


O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah

2. Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin

3. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela


jaringan, dan

4. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).

C. Penyebab Timbulnya Anemia

1. Karena cacat sel darah merah

Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali.


Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan
menimbulkan masalah bagi sel darah merah sendiri, sehingga sel ini
tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami
penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami
sel darah merah menyangkut senyawa-senyawa protein yang
menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein,
sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.

2. Karena kekurangan zat gizi

Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh
faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena
kelainan dalam sel darah merah disebabkan oleh faktor konstitutif
yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang
dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia sel darah merah
sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya
gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.
3. Karena perdarahan

Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan


kurangnya jumlah sel darah merah dalam darah, sehingga terjadi
anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini
secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena
kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari.
Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan
dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula,
misalnya dengan tranfusi.

4. Karena otoimun

Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan


menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak
dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam
jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap sel darah merah, umur
sel darah merah akan memendek karena dengan cepat dihancurkan
oleh sistem imun.

D. Akibat Anemia

Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin


berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ
dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang
dipasok berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun,
sedangkan kelancaran proses tertentu akan terganggu.
Otak adalah jaringan yang memerlukan energi dalam jumlah besar setiap saat.
Keperluan akan energi dalam jumlah yang besar ini hanya dapat dipenuhi oleh
metabolisme yang berlangsung dalam keadaan aerob. Ini berarti, jaringan otak
mutlak memerlukan oksigen supaya tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Memang keadaan anoksida (ketiadaan oksigen) yang berlangsung beberapa menit
saja akan mengakibatkan kerusakan menetap yang tidak dapat diperbaiki lagi pada
jaringan dan sel-sel otak. Salah satu yang ditakuti dari peredaran darah besar yang
terjadi dalam waktu singkat dan tidak segera diatasi dengan homeostasis
(pengentian pendarahan) dan transfuse ialah kerusakan fungsi susunan saraf pusat,
dengan bentuk terberat koma (kehilangan kesadaran) yang menetap. Dalam
keadaan anemia, yang biasanya terjadi dan berkembang dalam jangka waktu yang
panjang, berbagai organ tubuh menyesuaikan diri dengan menyesuaikan fungsi
dengan keadaan yang tidak optimum tersebut, termasuk otak. Akibatnya, kinerja
otak akan berkurang dengan jumlah oksigen yang diperolehnya.
Akibat anemia bisa berbeda-beda pada setiap tahap kehidupan. Pada anak, anemia
bisa menghambat pertumbuhan fisik dan mentalnya. Pada masa remaja atau
dewasa, anemia bisa menurunkan kemampuan dan konsentrasi serta gairah untuk
beraktivitas. Sementara pada wanita hamil, anemia menyebabkan risiko
pendarahan sebelum atau saat melahirkan, risiko bayi lahir dengan berat badan
rendah atau prematur, cacat bawaan, dan cadangan zat besi bayi yang rendah.
Anemia yang terjadi pada anak-anak dapat menggangu proses tumbuh
kembangnya. Bahkan perkembangan berpikir juga bisa terganggu dan mudah
terserang penyakit. Anemia yang terjadi pada seseorang bisa muncul karena
bawaan (kongenital), akut atau kronik, tidak berbahaya atau berbahaya
menyangkut kehidupan, dan berat atau ganas. Menurunnya jumlah sel darah
merah dalam tubuh juga bisa terjadi karena zat gizi besi digunakan untuk
kepentingan lain (di luar untuk pembuatan sel darah merah). Hal ini terjadi,
misalnya, akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum tulang,
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-
sel darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya.
Anemia bisa berakibat pada gangguan tumbuh kembang, gangguan kognitif
(belajar) serta penurunan fungsi otot, aktivitas fisik dan daya tahan tubuh. Jika
daya tahan tubuh menurun, maka risiko infeksi pun akan meningkat. Anemia bisa
terjadi saat masih bayi. Bila ini terjadi, tentunya bisa berdampak pada prestasi
mereka saat usia prasekolah dan sekolah. Akibatnya, bisa terjadi gangguan
konsentrasi, daya ingat rendah, kapasitas pemecahan masalah dan kecerdasan
intelektual (IQ) yang rendah, serta gangguan perilaku. Anemia membuat transfer
oksigen yang memperlancar metabolisme sel-sel otak terhambat, metabolisme
lemak mielin yang mempercepat hantar impuls saraf, perilaku, serta konsentrasi
terganggu. Jika terkena anemia defisiensi gizi saat bayi, maka ketika memasuki
prasekolah dan usia sekolah akan terganggu konsentrasi, daya ingat rendah,
kapasitas pemecahan masalah rendah, tingkat kecerdasan lebih rendah dan
gangguan perilaku.

Anemia dapat menyebabkan pertumbuhan tinggi dan berat badan dibawah normal,
penurunan tingkat kecerdasan, dan gangguan pada system saraf serta otak.
Anemia sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Anak perempuan lebih
tinggi risikonya karena mengalami menstruasi. Ketika anak perempuan duduk di
bangku SMA, mereka masih terancam anemia karena pada usia itu mulai sadar
penampilan sehingga mulai menjalankan diet ketat. Hingga kini belum ada
program pemerintah untuk menanggulangi anemia pada pelajar. Program
pemerintah baru ditunjukkan pada ibu hamil agar tidak melahirkan anak yang
anemia.

E. Gejala atau Tanda-tanda Anemia

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:

1) Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah

2) Sakit kepala, dan mudah marah

3) Tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi

Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh,
pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi
kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks
pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa
mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah
yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat.
Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner,
dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan
oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang
meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman
O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia
yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan
dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/03/27/3/141869/Prevalensi-
Anemia-di-Indonesia-Tinggi [akses 10 September 2013]

http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2013/05/gejala-anemia-penyebab-faktor-
risiko.html [akses 10 September 2013]

http://nurad1k.blogspot.com/2010/03/anemia.html [akses 10 September 2013]

You might also like