Professional Documents
Culture Documents
Dahulu dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dianggap tahu segalanya oleh
pasien. Sehingga melahirkan hubungan paternalistic antara dokter dengan pasien sebagai
penerima jasa pelayanan kesehatan. Pola hubungan paternalistic ini identik dengan pola
hubungan vertical dimana kedudukan atau posisi antara pemberi jasa pelayanan kesehatan dan
Dengan berkembang pesatnya sarana informasi melalui media massa dan media
elektronik, kerahasiaan profesi dokter mulai terbuka, sementara itu ketidaktahuan pasien
terhadap kesehatan mengalami perubahan kearah masyarakat yang terdidik dalam bidang
jawab atas kesehatannya sendiri, mengakibatkan pergeseran paradigma yang berlaku dari
kepercayaan yang semula tertuju kepada kemampuan sang dokter secara pribadi sekarang
tergeser kearah kemampuan ilmu dari sang pengobat. Dari sinilah timbul kesadaran masyarakat
untuk menuntut adanya hubungan seimbang antara dokter sebagai pemberi jasa pelayanan
kesehatan dengan pasien sebagai pihak penerima jasa pelayanan kesehatan, dimana pasien tidak
Perkembangan hubungan antara dokter dan pasien oleh Dassen digambarkan sebagai
berikut :
1) Pasien pergi kedokter karena ada merasa sesuatu yang membahayakan kesehatannya,
karena kemampuan mengobati yang dimilikinya. Dari sudut pandang pasien yang
menyerahan nasibnya kepada dokter, dokter dianggap mempunyai peranan yang lebih
2) Pasien pergi ke dokter karena mengetahui dirinya sakit dan dokter mampu
dokter, tetapi pasien tetap menyadari bahwa peranan dokter lebih penting dari dirinya.
3) Pasien pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang intensif dan mengobati
Leenen, yang dikutip oleh Lamintang (1991: 63-65) mengemukakan sejumlah gejala
yang telah berperan sehingga terjadi perubahan mengenai hubungan antara dokter dengan pasien,
antara lain:
1) Posisi tidak bebas dari seorang pasien yang karena terpaksa harus mencari pertolongan yang
meningkatnya pasien rumah sakit, karena adanya perubahan lingkungan hidup, dan silat serta
lamanya proses penyakit pada penyakit kronis, sehingga pasien jauh dari dokter.
2) Sifat profesional para dokter terhadap pasiennya. Sifat profesional itu didasarkan pada
pengetahuannya, cara berfikirnya dan dengan metodenya sendiri. Dalam rangka pemberian
pertolongan, para dokter menterjemahkan problema dan seorang pasien ke dalam bahasa
profesional ini, karena tindakan yang sifatnya tidak profesional tidak boleh dilakukannya.
Kerugiannya adalah proses pemberian bantuan itu telah tidak diketahui oleh pasien. Dengan
demikian, sifat sebagai profesional dalam hal tertentu telah menjauhkan hubungan antara
bahwa permintaan untuk mendapatkan pertolongan itu telah datang secara besar-besaran
sehingga dikerahkan aparat pemberi pertolongan. Dengan aparat seperti itu, hubungan
menjadi tidak teratur dan telah menjauhkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Baik
pasien maupun para pemberi pertolongan menjadi tidak senang dengan proses semacam itu.
Birokrasi itu mempunyai pengaruh yang merenggangkan hubungan antara dokter dengan
pasien.
5) Pelayanan kesehatan dari hari ke hari telah diatur sesuai dengan keahlian. Kepentingan
pribadi telah memberikan tempat bagi suatu lembaga pemberi pertolongan disusun secara
rasional dan obyektif. Oleh karena pengkhususan seperti itu maka pelayanan kesehatan
memperoleh sifat sebagai suatu industri, sehingga meniadakan hubungan pribadi antara
6) Petumbuhan sistem registrasi, antara lain dibuat secara otomatis di dalam bank data.
Registrasi itu seringkali mempunyai pengaruh terhadap pemberian pertolongan, antara lain
karena pemberi pertolongan itu sendiri telah menentukan syarat, norma dan menggariskan
prosedur. Perilaku yang bersifat pribadi itu adalah tidak sesuai di dalam suatu sistem
registrasi. Registrasi itu juga dapat memberikan gambaran yang salah mengenai seorang
pasien dan dapat menimbulkan pengaruh negatif pada hubungan antara dokter dengan pasien.
7) Hubungan antara dokter dengan pasien telah tidak bersifat pribadi lagi. karena pengkhususan
bagian yang kecil, demikian juga hubungannya dengan para pemberi pertolongan. Problema
yang dihadapi pasien hanya dilihat sebagian saja, sehingga tidak bisa diselesaikan seluruhnya
Para pemberi pertolongan jumlahnya semakin sedemikian besar, sehingga mempengaruhi
yakni untuk membuat pertimbangan antara kepentingan pasien dengan kepentingan lainnya,
bahkan antara para dokter sendiri dapat. berhadapan dengan suatu konflik antar kepentingan