You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-
satunya makanan yang terbaik untuk bayi karena memiliki komposisi gizi
yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti,
2011).
Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan
bahwa tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak
asasi anak. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak
bayi dalam kandungan dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI)
(Prawirohardjo, 2014).
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
Menurut WHO/UNICEF, standar emas pemberian makan pada bayi
dan anak adalah 1) mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir 2)
menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, dan
3) mulai umur 6 bulan bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan 4)
meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan atau lebih (Pedoman
Pekan ASI Sedunia, 2016).
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam
jumlah yang tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi
risiko kematian pada bayi (Kemenkes RI, 2015).
ASI eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh
kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yag diberi ASI Eksklusif akan
tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit (Lancet,
2016).
ASI eksklusif masih menjadi masalah di dunia. Di Benua Eropa,
cakupan ASI eksklusif hanya sebesar 20%. Di Benua Asia, cakupan ASI
eksklusif belum mencapai 50% dengan cakupan terbanyak di Asia Selatan
sebesar 44% dan disusul dengan Asia Pasifik sebesar 43% (UNICEF, 2009).
Pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang berusia <6 bulan secara
global dilaporkan kurang dari 40%. Sedangkan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia berfluktuatif. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan cakupan
ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukkan kenaikan
yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012. Sementara itu, berdasarkan
dinas kesehatan provinsi tahun 2013, sebaran cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3%. Provinsi Kepulauan Riau
menempati urutan ke-23 dari 34 provinsi dengan cakupan sebesar 52,6%
(Info Datin 2014).
Mengacu pada target renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka
secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari
enam bulan sebesar 55,7% telah mencapai target. Menurut provinsi, kisaran
cakupan ASI Eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan antara 26,3% (Sulawesi
Utara) sampai 86,9% (Nusa Tenggara Barat). Provinsi Kepulauan Riau
menempati urutan ke-21 dari 33 provinsi dengan cakupan sebesar 56,8%
(Kemenkes RI, 2016).
Rendahnya cakupan ASI eksklusif tentu dilatar belakangi oleh
berbagai faktor. Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan promosi susu
formula berperan dalam cakupan ASI eksklusif (Ihsani, 2011). Studi
kualitatif yang dilakukan Fikawati dan Syafiq (2010) juga menemukan
bahwa salah satu predisposisi kegagalan ASI adalah karena pengetahuan
dan pengalaman ibu yang kurang.
Survey awal yang penulis lakukan melalui tinjauan langsung dan
wawancara dari beberapa ibu di posyandu wilayah kerja Puskesmas
Botania, terdapat beberapa hal yang menyebabkan Ibu tidak memberikan
ASI Eksklusif karena masih kurangnya pengetahuan Ibu tentang ASI
Eksklusif. Ibu mengatakan setelah melahirkan ASI tidak langsung keluar,
Ibu lain mengatakan ASI hanya sedikit sehingga Ibu lebih memilih
memberikan susu formula.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Botania Kota
Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah
Wilayah Kerja Puskesmas Botania merupakan daerah yang tergolong
perkotaan. Menurut Riskesdas 2010, daerah perkotaan memiliki cakupan
ASI eksklusif yang lebih rendah dibandingkan pedesaan.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah distribusi umur pada ibu di wilayah kerja Puskesmas
Botania Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017 ?
2. Bagaimanakah distribusi pekerjaan pada ibu di wilayah kerja Puskesmas
Botania Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017 ?
3. Bagaimanakah distribusi pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada ibu
di wilayah kerja Puskesmas Botania Kota Batam Bulan Juni - Agustus
Tahun 2017 ?
4. Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Botania
Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017 ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Botania
Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi umur pada ibu di wilayah kerja
Puskesmas Botania Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017
b. Untuk mengetahui distribusi pekerjaan pada ibu di wilayah kerja
Puskesmas Botania Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun 2017
c. Untuk mengetahui distribusi tingkat pendidikan pada ibu di wilayah
kerja Puskesmas Botania Kota Batam Bulan Juni - Agustus Tahun
2017
d. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan tentang ASI Eksklusif
pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Botania Kota Batam Bulan
Juni Agustus Tahun 2017

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Botania
Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk penentuan kebijakan dan
perencanaan program ASI eksklusif di Puskesmas Botania sehingga
dapat meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dalam mensukseskan
program ASI eksklusif.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber data bagi Dinas
Kesehatan Kota Batam untuk mengetahui cakupan ASI Eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Botania agar dapat menemukan solusi yang
lebih baik untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
lebih lanjut tentang faktor yang berhubungan pemberian ASI Eksklusif
dengan variabel yang berbeda.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat memahami tentang pentingnya ASI Eksklusif.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
dengan Pemberian ASI Eksklusif . Penelitan ini dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Botania meliputi 32 Posyandu pada Juni - Agustus 2017.
Penelitian ini menggunakan Metode penelitian kuantitatif dengan desain
cross sectional study mengambil sampel ibu yang berkunjung ke Posyandu
di wilayah kerja Puskesmas Botania. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner terstruktur. Selanjutnya dilihat hubungan antara
pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Botania Kota Batam Bulan Juni Agustus Tahun
2017.

You might also like