You are on page 1of 12

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.

1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

KARAKTER OSEANOGRAFI PERAIRAN MAKASSAR TERKAIT ZONA


POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL
PADA MUSIM TIMUR

Makassar Water Oceanography Character which connected with


Fishing Potential Area of Small Pelagic Fish on East Season

Abd. Rasyid J. 1), Nurjannah N. 1), A. Iqbal B. 1), dan Muh. Hatta1)

Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, Universitas Hasanuddin.

Diterima: 26 November 2013; Disetujui: 18 Maret 2014.

ABSTRACT

The availability of fish in the fishing area is influenced by oceanography condition. In Makassar coastal
waters, potential area of small pelagic fish is the main information for the fisherman. Purpose of this
research is to provide information of oceanographic characteristics which connected with fishing potential
area on east season. This research was conducted during May-December 2012, using field and secondary
data. Potential area determination was analyzed by using polynomial model. Distribution of
oceanographic factors was analyzed by SMS and surfer. Makassar has continent as well as island areas (12
islands). Oceanographic conditions indicate tidal current velocity of 0.08 m/s and ebb currents from 0.05
to 0.30 m/s. Sea surface temperatures in the spring waters east of Makassar were in the range of 26 -
31oC. The concentration of chlorophyll-a occurred between 0.0 and 1.0 mg/m3, oceanographic conditions
in July and August 2012 are relatively similar. Potential zone for small pelagic fish species in June, July, and
August are in the waters around the islands - northern part of the island of Makassar and from the island
to Lanyukkang Lumu-Lumu island.

Key words: Oceanography, small pelagic fish, east monsoon, potential zone

Contact person : Abd. Rasyid J.


Email : fayufi@yahoo.com

Rasyid dkk. 69
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

PENDAHULUAN meteorologi yang secara langsung akan


mempengaruhi keberadaan ikan pada suatu
Kegiatan penangkapan ikan wilayah untuk dimanfaatkan. Perubahan
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk kondisi oseanografi secara spasial dan
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan guna temporal ini terhadap pola penyebaran
memenuhi permintaan konsumen sebagai sumberdaya ikan pada perairan tropis
salah satu sumber makanan dengan dipengaruhi oleh adanya pola angin musim,
menggunakan berbagai jenis alat tangkap. yaitu angin musim timur dan barat, serta
Adanya permintaan menyebabkan terjadi peralihan antara kedua musim tersebut yang
siklus ekonomi dimana akan terjadi berlangsung secara terus menerus sepanjang
keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas tahun secara periodik.
penangkapan akan dilakukan dengan Pola penyebaran ikan pelagis kecil
meningkatkan produksi untuk meraih adalah salah satu informasi yang dibutuhkan
keuntungan yang sebesar-sebesarnya oleh untuk menunjang kebijakan pemanfaatan
pelaku usaha penangkapan ikan. Namun ikan pelagis kecil di perairan Kota Makassar.
untuk meningkatkan produksi dari kegiatan Mengingat distribusi ikan dipengaruhi
penangkapan ikan sangat bergantung pada perubahan kondisi oseanografi, maka
keadaan lokasi penangkapan, dimana lokasi penelitian ini analisis pola penyebaran ikan
penangkapan juga dipengaruhi oleh pelagis kecil dikaitkan dengan kondisi
berbagai faktor yang saling berinteraksi. oseanografi, yaitu suhu permukaan laut, dan
Ketersediaan ikan pada daerah klorofil-a.
penangkapan ikan secara spasial dan
temporal dipengaruhi oleh adanya pola
angin musim, yaitu angin musim timur dan
barat, serta peralihan antara kedua musim
tersebut yang berlangsung secara terus
menerus sepanjang tahun secara periodik.
Pola penyebaran ikan pelagis kecil
berdasarkan pola musim merupakan
informasi utama untuk menentukan lokasi
potensi penangkapan ikan pelagis kecil
kaitannya dengan perubahan kondisi
oseanografi di perairan Kota Makassar.
Kota Makassar adalah salah satu
kawasan dari gugusan kepulauan
Spermonde (Gambar 1), merupakan daerah
penangkapan ikan pelagis kecil yang sangat
potensial. Keberadaan daerah penangkapan
ikan bersifat dinamis, karena secara alamiah
ikan pelagis kecil selalu mencari habitat yang
sesuai dengan kebutuhan fisiologinya.
Ketersediaan ikan pada daerah penangkapan Gambar 1. Lokasi penelitian.
dipengaruhi oleh kondisi oseanografi dan

Rasyid dkk. 70
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Tujuan penelitian ini adalah skala 1 : 50.000, dan peta administrasi Kota
tersedianya informasi tentang perubahan Makassar.
kondisi oseanografi terkait dengan zona
potensial penangkapan ikan pelagis kecil Metode Pengambilan Data
pada musim timur di perairan Kota Makassar
dengan menggunakan alat tangkap purse Kondisi fisik oseanografi dibutuhkan
seine dan handline. untuk menggambarkan keadaan massa air
laut di perairan Kota Makassar yang
DATA DAN METODE merupakan bagian dari Selat Makassar. Data
SPL dari satelit AQUA MODIS (Moderate
Penelitian dilakukan pada bulan Mei- Resolution Imaging Spectroradiometer) yang
Desember 2012. Lokasi pengambilan data digunakan merupakan data mingguan pada
oseanografi dan kegiatan penangkapan Oktober 2011-Oktober 2012. Data citra SPL
dilakukan pada daerah-daerah yang digunakan untuk mengamati dinamika
merupakan daerah penangkapan (fishing oseanografi dalam jangkauan yang luas pada
ground) ikan pelagis kecil di perairan Kota perairan pantai barat Sulawesi Selatan.
Makassar, khususnya pada alat tangkap Pola arus dibutuhkan untuk
purse seine dan handline. Penelitian ini juga mengetahui aliran massa air yang
menggunakan data citra satelit untuk kurun mempengaruhi distribusi parameter
waktu tahun 2011-2012. oseanografi lainnya, sehingga dinamika
oseanografi yang terjadi di perairan Kota
Metode Pelaksanaan Makassar pada setiap musim dapat
dipetakan.
Alat dan Bahan Pengukuran kecapatan arus secara
langsung di lapangan dengan menggunakan
Pengambilan data lapangan current meter dan layang-layang arus yang
menggunakan peralatan pendukung selanjutnya diolah dengan menggunakan
demikian juga pengolahan data analisis Surface Modelling System (SMS).
sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Bahan Klorofil-a merupakan parameter yang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menunjukkan kesuburan perairan atau
data primer dan data sekunder. Data primer produktivitas perairan pada setiap musim.
meliputi data citra satelit dan data Data citra klorofil-a rekaman satelit AQUA
pengukuran secara langsung. Data citra MODIS diperoleh dari NASA Goddard Space
satelit yang digunakan adalah citra suhu Flight Cente berupa data mingguan Oktober
permukaan laut (SPL) dan klorofil-a. Selain 2011 - Oktober 2012. Data citra yang akan
data citra satelit juga dilakukan pengukuran diamati adalah yang dapat mewakili musim
langsung di lapangan. Data pengukuran timur.
langsung adalah SPL, konsentrasi klorofil-a,
arah dan kecepatan arus, dan kedalaman
perairan. Data sekunder meliputi data
statistik perikanan tangkap tahun 2010-2012,
Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI), Skala
1 : 50.000 , Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)

Rasyid dkk. 71
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian.


No. Peralatan Kegunaan

1. Perahu motor Transportasi laut


2. GPS Garmin 12 XL Penentuan posisi
3. Current meter Pengukuran kecepatan arus
4. Layang-layang arus Indikator arah arus
5. Stopwatch Penghitungan waktu
6. Kompas Pengukuran arah
7. Fishfinder Garmin 120 Pengukuran kedalaman
8. Van Dorn Water Sampler Pengambilan sampel air
9. purse seine dan hand line Alat tangkap ikan pelagis
10. Water Quality Checker Pengukuran kualitas air
11. Hand anemometer Pengukuran kecepatan angin
12. Bendera Penentuan arah angin
13. Tool box Tempat peralatan
14. Peta lokasi Penentuan titik sampling
15. Kamera Pengambilan gambar
16. Komputer Pengolahan data dan penulisan
17. Printer Print out
18. Perangkat lunak (software) Pengolahan citra dan hasil penelitian

Data penangkapan ikan dibutuhkan Prediksi pola pergerakan massa air


untuk mengetahui pola produksi alat menggunakan program Surface Modelling
tangkap yang juga merupakan indikasi dari System versi 8.1.
distribusi ikan pelagis kecil di perairan Kota
Makassar. Data yang dibutuhkan dari Pemodelan Hidrodinamika dengan Modul
kegiatan penangkapan ikan, adalah : 1) RMA-2
jumlah trip penangkapan; dan 2) posisi
geografi lokasi penangkapan. Tujuan simulasi hidrodinamika ini
adalah untuk mendapatkan besaran
kecepatan dan arah arus. Pemodelan arus
Analisis Data
menggunakan model numerik RMA2. RMA2
Parameter oseanografi adalah sebuah modul dari SMS berupa
model numerik elemen hingga (finite
Sebaran parameter arus, SPL, klorofil-a, dan element) yang diintegralkan dalam arah
kedalaman yang merupakan data dari citra vertikal (kedalaman perairan dapat dianggap
satelit dan lapangan digambarkan secara konstan relatif terhadap dimensi
mendatar, dengan menggunakan alat bantu horisontalnya), sehingga dapat dianggap
perangkat lunak Surfer versi 10.0. sebagai masalah dua dimensi (2-D).

Rasyid dkk. 72
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Keutamaan dari modul RMA2 adalah SPL, salinitas, kecepatan arus, kedalaman,
mampu menghitung perubahan elevasi perairan dan konsentrasi klorofil-a signifikan
permukaan (fluktuasi pasut) perairan dan dalam penentuan daerah penangkapan ikan
komponen kecepatan arus horisontal untuk yang potensial.
aliran permukaan bebas sub-kritis dalam Pengaruh faktor oseanografi terhadap
medan aliran 2-dimensi. Pada dasarnya distribusi ikan pelagis kecil merupakan
RMA2 menyelesaikan masalah aliran indikasi kondisi lingkungan yang sesuai
turbulen persamaan Reynolds yang dengan aktivitas pelagis kecil, sehingga
diturunkan dari persamaan Navier-Stokes. faktor oseanografi dapat menjadi acuan
Pengaruh kekasaran diperhitungkan dengan untuk menentukan lokasi potensial
koefisien Manning atau Chezy, sebagai penangkapan ikan pelagis kecil. Apabila
persamaan pengatur. RMA2 menggunakan memperhitungkan faktor-faktor lainnya,
persamaan konservasi massa dan seperti waktu pemijahan, pola migrasi,
momentum yang diintegrasikan terhadap pencemaran, faktor teknis yang
kedalaman. berhubungan alat tangkap yang tidak
menjadi bagian penelitian ini memungkinkan
HASIL DAN PEMBAHASAN prediksi hasil tangkapan lebih teliti dan
waktu penangkapan yang dapat dilakukan
Gambaran Umum Lokasi sehingga memberikan informasi yang lebih
Kota Makassar selain memiliki wilayah konprehensif berkaitan dengan distribusi
daratan, juga memiliki wilayah kepulauan ikan.
yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Keberadaan ikan pada suatu perairan
Kota Makassar. Pulau-pulau ini merupakan daerah tropis berhubungan dengan variasi
gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 musim dari lingkungan laut. Pengaruh
pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau variasi musim, panjang siang hari dan SPL
Sangkarang, atau disebut juga pulau-pulau daerah tropis relatif tidak berpengaruh
Pabbiring, atau lebih dikenal dengan nama dibandingkan daerah temperate. Pada
kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut daerah tropis variasi musim angin dan curah
adalah pulau Lanjukang (terjauh), pulau hujan yang lebih berpengaruh terhadap
Langkai, pulau Lumu-Lumu, pulau ekosistim laut, dimana variasi musim akan
Bonetambung, pulau Kodingareng Lompo, mempengaruhi ketersediaan jumlah dan
pulau Barrang Lompo, pulau Barrang Caddi, jenis makanan yang berdampak langsung
pulau Kodingareng Keke, pulau Samalona, terhadap keberadaan ikan di ekosistem laut
pulau Lae-Lae, pulau Lae-Lae kecil (gusung) tropis. Respon sumberdaya ikan terhadap
dan pulau Kayangan (terdekat). perubahan lingkungan terjadi karena setiap
spesies memiliki kebutuhan minimum
Karakter Oseanografi terhadap berbagai unsur lingkungan.
Apabila terdapat unsur lingkungan yang
Kondisi oseanografi memiliki peran berkurang, misalnya suhu di bawah
penting dalam analisis distribusi dan kebutuhan spesies, maka spesies akan
kelimpahan sumberdaya ikan. Hasil melakukan migrasi (Nybakken, 1992).
penelitian sebelumnya (Zainuddin dkk., Respon yang berbeda terhadap
2008), menunjukkan parameter oseanografi perubahan kondisi oseanografi

Rasyid dkk. 73
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

mengindikasikan bahwa ikan pelagis kecil Pola arus permukaan saat air surut
memiliki toleransi yang berbeda terhadap terjadi pola arus yang sebaliknya yakni dari
berbagai parameter oseanografi. Perbedaan utara ke selatan dengan kecepatan berkisar
tersebut dapat disebabkan oleh berbagai 0,05 - 0,30 m/det. Dengan karakteristik arus
kebutuhan dalam beraktivitas, misalnya lemah di perairan bagian dalam Kota
mencari makanan, karena ikan pelagis kecil Makassar pada kecepatan <0,10 m/detik.
dalam setiap aktivitas membutuhkan kondisi Sebaran SPL pada setiap bulan selama
oseanografi yang berbeda, baik berdasarkan musim timur menunjukkan perubahan yang
jenis ikan maupun ukuran ikan. Perairan Kota signifikan dan semakin menurun hingga
Makassar dengan karakter perairan yang pada bulan Agustus, hal ini dapat dilihat
dangkal dan dekat daratan menyebabkan pada Gambar 3.
lingkungan perairan cenderung berfluktuatif, SPL perairan Kota Makassar pada
dimana keadaan ini berdampak terhadap musim timur terjadi perbedaan. Pada Bulan
distribusi ikan pelagis kecil. Respon ikan Juni, berkisar antara 29 - 31oC.
terhadap perubahan lingkungan untuk Kecendrungan SPL lebih rendah di perairan
menyesuaikan peran fungsional dalam suatu laut pulau-pulau Kota Makassar, dan
ekosistem, jika tidak sesuai atau dapat meningkat ke arah perairan terbuka di
menyesuaikan, maka ikan akan mencari bagian barat laut. Pada bulan Juli, kisaran
habitat yang sesuai dengan kebutuhan atau SPL berada pada 26 - 31oC. Kecendrungan
peran fungsionalnya (Laevastu dan Hayes, SPL di perairan laut pulau-pulau Kota
1981). Makassar berkisar 29 - 30oC, sedangkan di
Musim timur yang berlangsung dari perairan pesisir Kota Makassar cenderung
bulan Juni hingga Agustus ditandai dengan berfluktuasi pada kisaran 26 - 31oC.
curah hujan rendah dan kecepatan angin Pada bulan Agustus SPL berkisar antara
yang tinggi dari timur laut dan timur dengan 28 - 31oC. Kecendrungan suhu di perairan
kecepatan angin berkisar 0 17 knot. laut pulau-pulau Kota Makassar berkisar 28 -
Kuatnya angin bertiup mempengaruhi pola 29oC, sedangkan di perairan pesisir Kota
arus permukaan yang disebabkan pasang Makassar cenderung berfluktuasi pada
surut. kisaran 29 - 31oC.
Pola arus permukaan saat air pasang di Kondisi suhu selama musim timur
laut lepas dari selatan dengan kecepatan menunjukkan variasi dengan kecenderungan
mencapai 0,08 m/det di dekat pesisir dengan berfluktuasi di setiap bulan, namun secara
kondisi kecepatan meningkat ke arah laut umum SPL cenderung lebih rendah
lepas hingga di bagian selatan Pulau Langkai, dibandingkan dua musim sebelumnya.
dengan kondisi ke arah utara terjadi arus Adanya penurunan suhu di musim timur
kuat di sebelah barat perairan pulau-pulau meskipun kondisi cuaca umumnya cerah, hal
terluar Kota Makassar (laut lepas) dengan ini terkait dengan posisi matahari terhadap
kecepatan 0,20 0,50 m/det. Sementara pola garis ekuator bumi. Pada musim barat,
arus di perairan antara pulau umumnya posisi matahari berada di belahan bumi
terjadi arus ke utara dan timur laut searah selatan dan saat musim timur berada di
garis pantai dengan kecepatan di bawah 0,2 belahan bumi utara. Wyrtki (1961)
m/det. (Gambar 2). menjelaskan bahwa Proses penyinaran dan
pemanasan matahari pada musim barat lebih

Rasyid dkk. 74
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

banyak berada di belahan bumi selatan Hal ini disebabkan pola arus musim timur,
sehingga suhu berkisar antara 29-30C dan memperlihatkan gerakan massa air dari Laut
di bagian utara khatulistiwa suhu berkisar Flores dengan SPL yang lebih rendah
antara 27-28C. Pada musim timur, SPL di berbelok ke utara barat laut memasuki
perairan Indonesia bagian utara akan naik perairan Spermonde. Sedangkan suhu
menjadi 28-30C dan di perairan sebelah yang lebih tinggi dominan di utara
selatan akan turun menjadi 27-28C. perairan Spermonde cenderung berasal dari
Berdasarkan sebaran SPL, kondisi suhu massa air Samudera Pasifik melewati Selat
lebih rendah, secara umum dimulai dari Makassar.
selatan perairan Spermonde ke utara.

Gambar 2. Pola arus pasang dan surut di Musim Timur.

Gambar 3. Peta Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Juni, Juli, dan Agustus.

Rasyid dkk. 75
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Sebaran klorofil-a pada bulan Juni Berdasarkan variasi sebaran klorofil-a


berada pada kisaran 0,0 1,0 mg/m3 dan selama musim timur, memperlihatkan
didominasi pada kisaran dibawah 0,2 mg/m3. klorofil-a dominan pada kisaran dibawah 0,5
Konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi mg/m3 dengan pola sebaran yang bervariasi,
berada dalam area perairan yang sempit dan sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi
terakumulasi di perairan dekat pulau dan berada dalam area spot kecil di sekitar
pantai yakni pada kisaran 0,2 0,5 mg/m3. pulau-pulau dan dangkalan terumbu, serta di
Konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi yakni perairan pesisir.
1 mg/m3 berada di perairan bagian utara Perubahan konsentrasi klorofil-a
Kota Makassar. berkaitan dengan ketersediaan zat hara yang
Memasuki bulan Juli, konsentrasi dibutuhkan oleh fitoplankton. Kandungan
klorofil-a 0,1 mg/m3 semakin menyebar di zat hara di perairan laut dangkal, diawali
perairan pulau-pulau Kota Makassar dan dengan proses perombakan di dasar
konsentrasi 0,2 0,3 mg/m3 lebih menyebar perairan yang berlangsung terus menerus
di sekitar pesisir dan di dangkalan terumbu dan akan terangkat kepermukaan melalui
dan pulau. proses percampuran atau pengadukan
Kondisi di bulan Agustus, relatif sama (turbulensi) secara menegak (Birowo, 1982).
dengan kondisi di bulan Juli yakni perairan Proses tersebut yang menyebabkan
didominasi pada konsentrasi klorofil-a <0,1 konsentrasi klorofil-a di perairan kepulauan
mg/m3. Konsentrasi yang lebih tinggi pada Spermonde relatif tidak berfluktuatif, kecuali
kisaran 0,2 0,3 mg/m3 lebih terakumulasi di pada perairan yang dekat pantai, namun
perairan sekitar pesisir, dangkalan terumbu konsentrasi klorofil-a sebagaimana
dan pulau (Gambar 4). umumnya perairan tropik relatif rendah.

Gambar 4. Peta sebaran klorofil-a pada bulan Juni, Juli, dan Agustus.

Rasyid dkk. 76
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Zona Potensial Penangkapan Ikan Pelagis Sementara di laut lepas bagian barat hingga
Kecil selatan pulau Langkai dan pulau
Kodingareng berpotensi penangkapan ikan
Prediksi penangkapan ikan pelagis
dapat mencapai hasil maksimal yakni 180 kg
kecil pada bulan Juni cenderung tinggi
(Gambar 5).
sebesar 121 kg. Prediksi distribusi ikan
pelagis kecil merata di perairan pulau
pulau Kota Makassar dengan pencapaian
hasil tangkapan diprediksi mencapai 150 kg.

Gambar 5. Zona potensial penangkapan pada bulan Juni.

Gambar 6. Zona potensial penangkapan pada bulan Juli.

Rasyid dkk. 77
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Gambar 7. Zona potensial penangkapan pada bulan Agustus.

Kawasan potensial penangkapan ikan, KESIMPULAN


bergeser ke utara di perairan sekitar pulau
pulau bagian utara Kota Makassar dari pulau 1. Pola arus permukaan saat air pasang dari
selatan dengan kecepatan mencapai 0,08
Lumu Lumu hingga pulau Lanyukkang
met/det di dekat pesisir. Pola arus
dengan prediksi penangkapan mencapai
permukaan saat air surut terjadi pola arus
180 kg. Sementara di laut lepas, cenderung yang sebaliknya yakni dari utara ke
kurang potensial di sebelah barat daya pulau selatan dengan kecepatan hingga 0,05 -
Langkai hingga sebelah selatan pulau 0,30 m/det. Kecepatan arus rendah di
Kodingareng (Gambar 6). perairan bagian dalam Kota Makassar
Lokasi penangkapan potensial pada dengan kecepatan <0,10 m/detik.

bulan Agustus cenderung tidak jauh berbeda 2. SPL perairan Kota Makassar pada musim
dengan bulan Juli yakni di perairan pulau timur menunjukkan ada perbedaan. Pada
Bulan Juni, SPL berkisar antara 29 - 31oC,
Lanyukkang hingga pulau Lumu Lumu.
pada bulan Juli berkisar pada 26 - 31oC,
Prediksi penangkapan berkisar 121 180 kg.
dan bulan Agustus berkisar antara 28 -
Sementara di perairan sekitar pulau pulau 31oC.
dari Barrang lompo, hingga pulau
3. Konsentrasi klorofil-a pada bulan Juni
Kodingareng, dan pulau Lae Lae kurang
berada pada kisaran 0,0 1,0 mg/m3 dan
berpotensi untuk operasi penangkapan ikan didominasi pada kisaran dibawah 0,2
pelagis kecil (Gambar 7). mg/m3. Memasuki bulan Juli, konsentrasi
klorofil-a 0,1 mg/m3 semakin menyebar di
perairan pulau-pulau Kota Makassar dan
konsentrasi 0,2 0,3 mg/m3 lebih
menyebar di sekitar pesisir dan di

Rasyid dkk. 78
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

dangkalan terumbu dan pulau. Jurnal Penelitian Perikan Indonesia 12 (3):


Sedangkan pada bulan Agustus, relatif 183-193.
sama dengan kondisi di bulan Juli yakni Jennings, S.K. 2001. Marine Fisheries Ecology.
perairan didominasi pada konsentrasi Oxford. Blackwell Science. 417 p.
klorofill-a <0,1 mg/m3. Konsentrasi yang
Laevastu, T and M.I. Hayes. 1981. Fisheries
lebih tinggi pada kisaran 0,2 0,3 mg/m3 Oceanography and Ecology. Fishing
lebih terakumulasi di perairan sekitar News Books Ltd. London. 238 p.
pesisir, dangkalan terumbu, dan pulau.
Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1972.
Penginderaan Jauh dan Interpretasi
UCAPAN TERIMA KASIH Citra. Jogjakarta. Gadjah Mada University
Press. 725 hal.
Pada kesempatan ini penulis Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit
menyampaikan ucapan terima kasih dan Djambatan, Jakarta. 367 hal.
penghargaan kepada semua pihak yang Nontji. A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu
telah membantu dalam pelaksanaan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press.
penelitian ini, khususnya kepada pemerintah Jakarta. 331 hal.

Kota Makassar yang telah membantu dalam Nybakken, James., 1992. Biologi Laut. Suatu
penyediaan data sekunder dan perizinan. Pendekatan Ekologis. Terjemahan. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 549 hal.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Rasyid, A. 2011. Dinamika Massa Air Terkait
Masyarakat (LP2M) Unhas, Pimpinan
Dengan Lokasi Penangkapan Ikan
Universitas Hasanuddin, dan Dikti yang telah Pelagis kecil di Perairan Spermonde.
mengalokasikan dana BOPTN, sehingga Program Pascasarjana. Universitas
penelitian ini dapat dilaksanakan pada tahun Hasanuddin. Makassar.

2012.
Rounsefel, G. A. 1975. Ecology Utilization and
Management of Marine Fisheries. The
DAFTAR PUSTAKA Mosby Company Saint Louis. 516 p.
Santoso, S. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah
Burhanuddin, S. 2004. Wisata Bahari di Statistik dengan SPSS. PT. Elex Media
Kepulauan Spermonde Makassar. Badan Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
Riset Kelautan dan Perikanan Departemen 591 Hal.
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Soegiarto, A, dan S. Birowo. 1975. Atlas
Amri, K. 2008. Analisis Hubungan Kondisi
Oseanografi Perairan Indonesia dan
Oseanografi dengan Fluktuasi Hasil
Sekitarnya. Nomor 1.LON-LIPI. Jakarta.
Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Sunda.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 14
Sprintall, J., A.L. Gordon, R. Murtugudde, and R.D.
(1): 51-61.
Susanto.2000. A semiannual Indian
Ocean forced Kelvin wave observed in
Amri. K., Suwarso, Awaludin. 2006. Kondisi
Hidrologis dan Kaitannya Dengan Hasil the Indonesian seas in May 1997. Journal
Tangkapan Ikan Malalugis (Decapterus of Geophysical Research: 105 (C7): 17217-
macarellus) di Perairan Teluk Tomini. 17230.

Rasyid dkk. 79
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 69 - 80 ISSN: 2355-729X

Sprintall, J., S. Wijffels, A. L. Gordon, A. Ffield, R.


Molcard, R. Dwi Susanto, I. Soesilo, J.
Sopaheluwakan, Y. Surachman and H. Van
Aken. 2004. INSTANT: A new
international array to measure the
Indonesian Throughflow. EOS, 85 (39).
369 p.
Sudirman dan A. Mallawa. 2004. Teknik
Penangkapan Ikan. Penerbit Rieka Cipta.
Jakarta. 168 hal.
Susanto, R.D. and A. L. Gordon. 2005. Velocity
and transport of the Makassar
StraitThroughflow. Journal of
Geophysical Research.
Zainuddin, M., Safruddin dan J. Tresnati. 2008.
Penentuan Daerah Penangkapan di
Kabupaten Pangkep. Laporan Akhir. CV.
Pratama Consultants. 121 hal.

Rasyid dkk. 80

You might also like