Professional Documents
Culture Documents
Abortus
Abortus
Mrs. Y, 37 years old, from middle income family come to doctor (public health centre)
with chief complain vaginal bleeding. The mother also complains abdominal cramping. She also
missed her period for about 8 weeks. The mother also feels nauseous, sometimes vomiting and
breast tenderness. Since 1 year ago she complain about vaginal discharge with smelly odor and
sometime accompanied by vulvar itchy. She already have 2 children before and the youngest
child is 6 years old. Her husband is a truck driver.
Height = 155 cm, Weight= 50 kg, BP= 120/80 mmHg, Pulse= 80x/mnt, RR= 20x/mnt
External examination: abdomen flat and souffle, symetric, uterine fundal not palpable, there is
no mass, nop pain tenderness, no flee fluid sign.
Internal examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with the blood come out from external
os, there is no cervical erotion, laceration, or polyp
Bimanual examination: cervix is soft, the external os open, no cervical motion tenderness,
uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium WNL.
Laboratory examination :
Blood :
Hb : 11 g/dl, WBC : 16.000/mm3, ESR : 15mm/hr, peripheral blood image : WNL
Urine
Pregnancy test : beta-HCG positive
A. KlarifikasiIstilah
1. Vaginal Bleeding: Pendarahan dari vagina selain menstruasi normal
2. Abdominal Cramping: Kontraksi muscular spasmodic yang nyeri pada abdomen
3. Vaginal Discharge: Cairan keluar dari vagina diluar masa menstruasi
4. Breast Tenderness: Keadaan sensitivitas yang tidak biasa oleh sentuhan atau tekanan
pada payudara
5. Vulvar Itchy: Kelainan kulit yang disertai oleh gatal di daerah vulva
6. Payudara Hiperpegmentasi: Hiperpigmentasi pada payudara
7. Souffle: Suara auskultasi bertiup yang lembut dan merupakan salah satu cirri
kehamilan
8. Portio Livide: Warna keunguan yang tampak pada Orificium Uterus Externus
9. Cervical Erotion: Ulserasi superficial pada cervix
10. Laceration: Luka yang disebabkan oleh robekan bukan bentuk yang teratur seperti
sayatan benda
11. B-HCG: Hormon yang dihasilkan oleh plasenta sebagai pertanda kehamilan
12. Parametrium: Perluasan selubung subserosa bagian supra cervical uterus ke lateral
diantara lapisan ligamentum cardinale
B. IdentifikasiMasalah
1. Mrs Y, 37 tahun, berasal dari keluarga ekonomi menengah, mengeluhkan pendarahan
pada vagina
2. Keluhan Lain :
a. Abdominal Cramp
b. Tidak menstruasi sejak 8 minggu yang lalu
c. Nausea dan terkadang Vomit
d. Breast Tenderness
3. Sejak 1 tahun yang lalu ibu juga mengeluhkan keputihan dengan bau yang khas dan
disertai rasa gatal pada vulva
4. Ibu memiliki 2 anak dengan si bungsu berumur 6 tahun. Suaminya adalah seorang
supir truk.
5. Pada pemeriksaan:
a. Fisik Umum: Hiperpigmentasi Payudara
b. External Exam: Souffle
c. Spekulum: PortioLivide, pada darah yang keluar dari orificium externa,
d. Bimanula: Eksternal os open
e. Hb, WBC, ESR, BHCG
C. AnalisisMasalah
1. Bagaimana anatomi yang terkait pada kasus?
Anatomi Uterus
Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang terfertilisasi dan
sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan. Uterus
terletak anterior terhadap rectum dan posterior terhadap urinary bladder. Berbentuk
seperti pear terbalik. Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda tergantung usia
dan pernah melahirkan atau belum. Ukuran uterus pada wanita yang belum pernah
hamil (nullipara) adalah panjang 7,5 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. Pada wanita
yang sudah pernah hamil, ukuran uterus lebih besar, sedangkan pada wanita yang
sudah menopause, ukuran uterus lebih kecil karena pengaruh hormon seks yang
menurun.
Ukuran panjang uterus normalnya pada
Anak-anak : 2-3 cm
Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan) : 6-8 cm
Premultipara (wanita yang pernah melahirkan 1 kali) : 7 cm
Multipara (wanita yang pernah melahirkan lebih dari 1) : 8-9 cm
Uterus terbagi dalam 2 bagian besar, yaitu :
Body (corpus), adalah bagian uterus (2/3 superior uterus) yang melebar,
terletak di antara kedua lembar ligmentum latum, tidak dapat digerakkan,
terdiri atas:
o Fundus, adalah bagian uterus yang berbentuk seperti kubah berada di
bagian superior dan tempat dimana terletaknya superior uterine tube
orifice.
o uterine cavity
o Isthmus, adalah bagian yang agk mengkerut/mengecil, letaknya
sedikit agak di cervix
Cervix adalah bagian uterus (1/3 inferioruterus) yang lebih sempit berbentuk
seperti tabung yang dekat dengan vagina yang berisi cervical canal, cervical
canal yang menghadap ke luar disebut internal os (pars supravaginalis
cervicis), sedangkan cervical canal yang menghadap ke luar disebut dengan
external os (portio vaginalis cervicis).
Topografi
Superior : colon sigmoid, ileum
Inferior : vesica urinary, vagina
Posterior : rectum
Lateral : ureter, tuba uterine, ovarium
Dextra : ceacum, appendix
Vaskularisasi dan Venous drainage:
Uterina artery (cabang dari internal iliac artery) Arcuate artery Radial artery
Straight arterioles (supply stratum basalis) dan Spiral arteriola (supply stratum
functionalis) uterine veins internal iliac veins
Innervasi:
Terutama diinnervasi oleh sympathetic nerve splanchnic nerve
Visceral afferent nerve dari uterus dan ovarium bersama sympathetic fiber ke
T12, L1 dan L2
Innervasi Parasimpathetic: S2, S3, S4 pelvic splanchnic nerve uterus
dan vagina
Afferent (rasa sakit dari vagina dan uterus) pudendal nerve
Lymphatic drainage:
Lymph dari cervix nodus hypogastricus
Lymph dri corpus uterus nodus iliaca internal dan nodus limfticus peraorta
Sedangkan tuba uterina divaskularisasi oleh tubal branches yang merupakan cabang
dari ovarian artery dan uterine artery. Pada vagina divaskularisasi oleh vaginal artery
yang merupakan cabang dari uterine artery selain itu juga vagina divaskularisasi oleh
internal pudendal artery. Untuk uterus sendiri divaskularisasi oleh uterine artery.
Uterine artery sendiri berasal dari nternal iliac artery yang merupakan percabangan
dari common iliac artery. Common iliac artery sendiri adalah percabangan langsung
dari abdominal aorta. Pada uterus, uterine artery bercabang menjadi dua, yaitu arcuate
artery yang memvaskularisasi otot polos sirkular myometrium dan radial artery yang
memvaskularisasi bagian myometrium yang lebih dalam. Sebelum masuk ke
endometrium, radial artery bercabang menjadi dua, yaitu straight arteriols yang
memvaskularisasi ke bagian stratum basalis dan spiral arteriols yang
memvaskularisasi ke bagian stratum fungsionalis.
Sebagai drainasenya terdapat plexus vagina dari vagina, pampiniform plexus dari
ovarium dan plexus uterine dari uterus. Yang nantinya akan menyatu menjadi vagina
vein, pampiniform vein dan bersatu menjadi uterine vein.
5. Apa makna klinis Vaginal Discharge dengan bau dan gatal pada vulva?
a. Secara fisiologis vaginal discharge secara berlebihan dapat dijumpai pada waktu
ovulasi, waktu menjelang haid dan setelah haid, rangsangan seksual dan dalam
kehamilan.
b. Vaginal discharge disertai rasa gatal keadaan patologis yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, virus. Paling sering disebabkan karena trikomoniasis dan
kandidiasis.
c. Infeksi vagina akibat trikomonas disebabkan oleh parasit yang berflagela yaitu
trikhomonas. Keputihan yang ditimbulkan sangat banyak, purulen, berbau busuk
dan disertai rasa gatal.
6. Apa hubungan riwayat ibu dalam anamnesis (umur, suami, riwayat partus) dengan
kasus sekarang?
pengaruh usia terhadap kehamilan yang dialaminya
Wanita usia >35 tahun yang hamil memiliki risiko yang tinggi, antara lain :
- Abortus
Usia 35 sampai 39 resikonya 20 sampai 25 persen
Usia 40 sampai 42 resikonya 35 persen
Usia diatas 42 resikonya 50 persen
- Diabetes gestational dan hipertensi dalam kehamilan
- OUE lambat membuka
- Malposisi janin dan plasenta
- Abnormalitas kromosom janin
- Mioma uteri
- Perdarahan
- Kelahiran premature
Semakin tua usia wanita, maka hanya sel telur yang berusia tua saja yang
masih tertinggal di ovarium, sehingga makin sulit untuk ovulasi. Sel-sel yang
sudah tua itu mengalami penurunan kemampuan untuk dibuahi dan
kehilangan kemampuan untuk menghasilkan hormone, terutama estrogen dan
progesterone. Selain jumlah sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas
35 tahun) juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima
bakal janin atau embrio. Dalam hal ini, kemampuan rahim untuk menerima
janin menurun. Faktor penuaan, membuat embrio yang dihasilkan oleh wanita
di atas 35 tahun terkadang mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan
lendir rahim atau endometrium. Ini dapat meningkatkan kejadian keguguran.
Jarak kehamilan yang lama ini merupakan infertilitas sekunder yang diduga
disebabkan oleh ibu memakai kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi merupakan
salah satu factor risiko terjadinya abortus.
Adapun rata-rata pemakaian kontrasepsi pada golongan ekonomi menengah
adalah kontrasepsi hormonal (pil dan suntik). Sedangkan dari kontrasepsi
hormonal, antara lain :
o Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu dan
abortus terjadi
o Menghambat pergerakan tuba
o Kelebihan progesterone bisa meningkatkan infeksi terhadap kandida
albicans, sehingga ditemukan fluor albus
Sedangkan efek samping serius dari AKDR bisa terjadi infeksi pelvic dan
endometritis. Gejala dini endometritis dengan AKDR ini ialah keputihan yang
berbau, disparenia, metroragia, menoragia. Selain itu, sifat-sifat dan isi cairan
uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakai AKDR, yang
menyebabkan blastokista tidak hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya
terjadi nidasi. Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, 50 % pasien akan
mengalami abortus.
hubungan antara pekerjaan suaminya dengan infeksinya satu tahun lalu:
Adapun pekerjaan suami Mrs. Y sebagai sopir truk bisa diduga sebagai factor
risiko timbulnya infeksi menular seksual pada Mrs. Y. Hal ini disebabkan oleh
gaya hidup seorang sopir di Indonesia biasanya memilki gaya hidup seks
bebas. Hal ini akan mempermudah transmisi bakteri, jamur, atau pun virus
penyebab infeksi pada Mrs. Y.
Perempuan yang menunggu terlalu lama untuk kehamilan berikutnya memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami preeklampsia atau eklampsia. Jarak yang
terlalu lama antara kehamilan bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari
kehamilan sebelumnya, seperti rahim yang sudah membesar dan meningkatnya
aliran darah ke rahim. Sedangkan jika jaraknya terlalu pendek akan membuat
ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan, kerusakan sistem reproduksi atau
masalah postpartum lainnya. Selain itu, terlalu lama menunda kehamilan juga
dapat membuat ibu melewati usia fertilitas. Hal ini dapat menyebabkan ibu
masuk ke kategori resiko ekstrim (>35 tahun).
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang masih dibutuhkan dalam kasus ini?
a. Imaging:Ultrasonografi jika kehamilan lebih dari 6 minggu untuk menyingkirkan
kehamilan ektopik
b. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
c. Bloods: hCG untuk menentukan kehamilan ektopik jika hCG meningkat
(lebih dari 5 IU/L) .
d. Other: swab serviks untuk melihat organism yg menginfeksi
1. Keadaan Umum
2. Infus oksitosin
Dilakukan dengan oksitosin dosis tinggi yang diberikan dalam cairan intravena
volume kecil. Regimen: menambahkan 10 ampul oksitosin 1 mL (10 IU/mL) ke
dalam 1 L larutan Ringer Laktat. Infus intravena dimulai pada dosis 0,5
mL/menit. Kecepatan infus ditingkatkan setiap 15-30 menit sampai kecepatan
maksimum 2 mL/menit.
Bertujuan untuk memicu kontraksi uterus dan aborsi (komplet/inkomplet).
3. Jika aborsi inkomplet, dilakukan kuretase dengan pengamatan digital.
14. Apa saja etiologi dan factor resiko pada kasus ini?
1. Faktor janin :
Perkembangan zigot abnormal
Aneuploidi
Euploid
Trisomi autosom
Monosomi X
Kelainan struktural kromosom
2. Faktor ibu :
Usia
Infeksi : TORCH, chlamidia trachomatis
Penyakit kronis : TBC, karsinoma
Kelainan endokrinologi : DM, defisiensi progesterone
Malnutrisi
Radiasi
Merokok, kafein
Trauma
Laparotomi
Kelainan struktur uterus
Penyakit autoimun : SLE ( systemic Lupus Eritematosus ), ACA ( antibody
anticardiolipin )
Respon imunne abnormal
Toksin lingkungan
3. Faktor ayah
Kelainan kromosom
Infeksi Sperma
1. Perdarahan.
2. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
3. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan
segera.
4. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
5. Efek anesthesia.
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus, paracervical blok sering
digunakan sebagai metode anestesia. Sering suntikan intravaskular yang tidak
disengaja pada paraservikal blok akan mengakibatkan kolplikasi fatal seperti
konvulsi, cardiopulmonary arrest dan kematian.
D. Hipotesis
Mrs. Y, 37 year old, mengalami keluhan et causa Abortus Insipien
E. Kerangka Konsep
plasenta
Penyebaran
bakteri ke
organa genitalia
amnion ibu
endometrium
Gangguan
perkembangan janin
abortus
Perdarahan
F. Sintesis
3.
Organ genitalia eksterna
Organ genitalia eksterna biasa disebut vulva, meliputi sebua organ yang tampak dari luar
dan terdapat di antara os pubis dan perineum. Vulva terdiri atas:
2. Labia mayora
Merupakan jaringan lemak yang menonjol dari mons pubis ke bawah
belakang, dimana bagian kanan dan kiri labia mayora bertemu membentuk
komissura posterior.
3. Labia minora
Merupakan lipatan pipih yang terletak di sebelah medial labia mayora. Ke
depan kedua labia minora bertemu di atas klitoris membentuk preputium klitoridis
dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum. Ke belakang kedua labia ini
juga bersatu dan membentuk fossa naviculare, yang tampak utuh pada perempuan
yang belum melahirkan dan tampak tebal dan tidak rata pada perempuan yang
pernah melahirkan,
4. Klitoris
Tertutup oleh preputium klitoridis yang terdiri atas glans klitoridis, korpus
klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris
terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf sehingga
sangat sensitif
6. Vestibulum
Vestibulum merupakan suatu daerah di antara kedua labia minora kanan
kiri dan meluas dari klitoris sampai frenulum labiorum pudenda. Kurang lebih 1-
1,5cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum.
7. Kelenjar Bartholin
Di kiri dan kanan dekat fossa navikulare terdapat kelenjar Bartholin.
Kelenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot
konstriktor kunni. Pada waktu rangsangan seksual, kelenjar ini mengeluarkan
lendir.
8. Bulbus vestibule
Merupakan kumpulan vena yang terletak di bawah selaput lender
vestibulum, dekat ramus os pubis. Bulubus vestibule sebagian tertutup oleh
muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. Secara embriologik,
bulbus vestibule homolog dengan korpus kavernosus. Pada waktu persalinan
biasanya kedua bulbus tertarik ke atas sampai di bawah arkus pubis, kadang-
kadang bulbi vestibule dapat luka dan robek sehingga menimbulkan pendarahan
banyak dan hematoma vulvae.
1. Vagina
Vagina merupakan saluran muskulomembranosa yang menghubungkan
vulva dan uterus dan terletak di antara vesika urinaria dan rectum. Di puncak
vagina dipisahkan oleh serviks, terbentuk forniks anterior, posterior dan lateralis
kiri dan kanan. Forniks mempunyai arti klinik karena organ internal pelvis dapat
dipalpasi melalui dinding forniks yang tipis. Selain itu, forniks posterior dapat
digunakan sebagai akses masuk ke dalam rongga peritoneum.
Bentuk dalam vagina berlipat-lipat disebut ruggae. Di vagina tidak
didapatkan kelenjar-kelenjar bersekresi. Epitel vagina terdiri atas epitel gepeng
tidak bertanduk, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak
pembuluh darah
Vaskularisasi vagina:
Limfatisasi vagina:
Getah bening yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina akan melalui
kelenjar getah bening di daerah vasa iliaka, sedangkan getah bening yang berasal
dari 1/3 bagian bawah akan melalui kelenjar getah bening di region inguinalis.
2. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad yang sedikit gepeng kea rah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5cm, lebar di atas
5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25cm. letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, serviks uteri. Corpus uteri
merupakan bagian uterus yang terletak di bawah tuba uterine. Bagian bawah
korpus menyempit yang akan berlanjut sebagai serviks uteri. Serviks menembus
dinding anterior vagina dan terbagi atas portio supravaginalis dan portio vaginalis
cervicis uteri. Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis yang
dilapisi oleh kelenjar-kelenjar torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum
seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan
pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh
peritoneum viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di
daerah plika vesikouterina.
Histologi uterus
2. Ligamentum sakro-uterina
Merupakan ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak. Berjalan dari serviks bagian kiri dan kanan ke arah os sacrum.
3. Ligamentum rotundum
Merupakan ligamentun yang menahan uterus dalam antefleksi.
Berjalan dari fundus uteri kiri-kanan ke daerah inguinal
4. Ligamentum latum
Yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari uterus kea rah
lateral. Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.
5. Ligamentum infundibulo-pelvikum
Yakni ligamentum yang menahan tuba falloppii. Berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis.
Vaskularisasi uterus
Uterus diperdarahi oleh arteria uterine yang berasal dari arteria iliaka interna
(disebut juga arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke dalam
uterus di daerah serviks kira-kira 1,5cm di atas forniks lateralis vagina.
Pembuluh darah lain yang member vaskularisasi ke uterus adalah arteria Ovarika
kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis melalui ligamentum
infundibulo-pelvikum mengikuti tuba falloppii. Bersama-sama kembali melalui pleksus
vena hipogastrika.
Aliran limfe
Pembuluh limfe dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan
mengalirkan limfe ke nodi para aortic setinggi vertebra L1. Pembuluh limfe dari corpus
uteri dan serviks uteri bermuada ke nodi iliaci interni dan nodi iliaci eksterni. Beberapa
pembuluh limfe mengikuti ligamentum teres uteri di dalam canalis inguinalis dan
mengalirkan cairan limfe ke nodi inguinalis superficiales.
Inervasi
Vaskularisasi ovarium
Persarafan ovarium berasal dari pleksus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria
ovarica.
ABORTUS
Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin
< 500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Insiden 15% dari semua kehamilan
yang diketahui.
Etiologi Abortus
Faktor ovofetal :
Faktor maternal :
1. Faktor genetik.
Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus disebabkan oleh
kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik
pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35
tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia
35 tahun. Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2
kromosom yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua,
faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
bila didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya
juga berisiko abortus.
3. Penyebab Infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak
1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus
berulang pada perempuan yang ternyata terpapar brucellosis. Berbagai teori diajukan
untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus, diantaraya sebagai
berikut.
Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak
langsung pada janin atau unit fetoplasenta.
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin
sulit bertahan hidup.
Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bias berlanjut kematian
janin.
Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah yang bias
mengganggu proses implantasi.
Amnionitis (oleh kuman gram positif dan gram negatif, Listeria monositogenes)
Memacu perubahan genetik dan antomik embrio, umumnya oleh karena virus
selama kehamilan awal (misal: rubela, parvovirus, B19, sitomegalovirus, koksakie
virus B, varisela-zoster, kronik sitomegalovirus CMV, HSV)
4. Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan adanya
mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum
terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-
kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering
terdapat peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4
6 minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8 11 minggu.
Hiperhomosisteinemi, bisa congenital ataupun akuisita juga berhubungan dengan
thrombosis dan penyakit vascular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21% abortus
berulang.
5. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1 10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap
buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan
unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan
pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan
pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus.
6. Faktor Hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang
baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung
terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
konsepsi terutama kadar progesterone. Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c
tinggi pada trimester pertama , risiko abortus meningkat signifikan. Diabetes jenis
insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2 3 kali lipat
mengalami abortus. Pada tahun 1929, allen dan Corner mempublikasikan tentang
proses fisiologi korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang
rendah berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan pada penelitian terhadap
perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali, didapatkan
17% kejadian defek fase luteal. Dan, 50% perempuan dengan histologi defek fase
luteal punya gambaran progesterone yang normal. Selain penyebab-penyebab diatas
kategori penyebab abortus inkompletus antara lain :
a) Kelainan dari ovum , menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari fetus
sering menyebabkan abortus spontan, termasuk abortus inkompletus. Menurut
penyelidikan mereka dari 1000 abortus inkompletus:
- 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis.
- 3,2% disebabkan kelainan letak embrio.
- 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Abortus inkompletus yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan waktu terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum (50 80 %).
b) Kelainan genitalia ibu
Kongenital anomaly (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).
Kelainan letak dari uterus seperti retrofelsi uteri fiksata.
Tidak sempurnanya persiapan uterus untuk nidasi daripada ovum yang sudah
dibuahi seperti kurangnya progesterone/oestrogen, endometritis, mioma
submukus.
Uterus terlalu cepat renggang (kehamilan ganda, mola).
Distorsio dari uterus : oleh karena didorong oleh tumor pelvis.
c) Gangguan sirkulasi plasenta, kita jumpai pada penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia-gravidarum,dan anomaly plasenta
d) Penyakit-penyakit ibu, penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi :
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Berdasarkan faktor
ibu yang paling sering menyebabkan abortus adalah infeksi. Sesuai dengan keluhan
yang biasa ibu alami kemungkinan penyebab terjadinya abortus adalah infeksi pada
alat genital. Tapi bisa saja juga dipengaruhi oleh faktor- faktor yang lain. Infeksi
vagina pada kehamilan sangat berhubungan dengan terjadinya abortus atau partus
sebelum waktunya (Mochtar, 1998).
Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat
proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas
juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada
kehamilan minggu ke 14 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal
dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas.