You are on page 1of 12

Caring, Vol.2, No.

1, September 2015

EFFECTIVENESS MUSCLE PROGRESSIVE RELAXATION (PMR) TOWARD TO


BLOOD GLUCOSE LEVELS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 PATIENTS GROUP IN
THE MARTAPURA PUBLIC HEALTH CENTRE

Asni Hasaini1

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) became a serious health problem because of its
incidence continues to increase, the proportion on incident DM type 2 is 95% of the world
population. Treatment of hyperglycemia can be done nonpharmacologic but people with DM
type 2 but still showed mixed result so given the alternative, namely is progressive muscles
relaxation (PMR).

Objective: The purpose of this research is the effectiveness of progressive muscles


relaxation on blood glucose in a group of patients DM Type 2 in Puskesmas Martapura.

Methods: The methodology which is used is quasi experimental with the unthreated control
group design with pretest and posttest. There are 34 patients. Progressive muscles relaxation
is given 1 to 3 times a day for 15-20 menit.

Result: The result of this research is there is different significant blood glucose 1 day, 2 day,
and 3 day between the intervention group with control group (p value<0,05) with a mean 1
day at 35,18 mg/dl, 2 day at 26,41 mg/dl, 3 days at 21,24 mg/dl. Progressive muscles
relaxation can be used a independent nursing interventions for DM type 2. However, to be
able to implement PMR need sosialisation, training or workshop.

Key Words: Progressive Muscles Relaxations, Blood Glucose, DM Type 2.

1
Akper Intan Martapura

Efektifitas Progresive Muscles Relaxation (PMR) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok Penderita 16
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Martapura
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 17

EFEKTIFITAS PROGRESSIVE MUSCLES RELAXATION(PMR) TERHADAP


KADAR GLUKOSA DARAH PADA KELOMPOK PENDERITA DIABETES
1
MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS MARTAPURA

Asni Hasaini1

INTISARI

Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan yang serius karena
insidennya yang terus meningkat, proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia. Terapi hiperglikemia dapat dilakukan secara nonfarmakologis tetapi
penderita DM Tipe 2 tetapi masih menujukkan hasil yang bervariasi sehingga diberikan
alternative lain yaitu relaksasi relaksasi otot progresif (Progressive Muscle Relaxation
(PMR)

Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengukur efektifitas latihan relaksasi otot progresif
terhadap kadar glukosa darah pada kelompok penderita DM tipe 2 di Puskesmas Martapura.

Metode: Jenis penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan The Unthreatad Control
Group Design with Pretest and posttest. Sampel 34 responden yang terdiri dari kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Relaksasi otot progresif diberikan 1 kali dalam 3 hari
selama 15-20 menit.

Hasil: Hasil analisis uji beda mean ada perbedaan yang signifikan selisih mean KGD hari 1,
hari ke 2 dan hari ke 3 antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan (p value
<0,05) dengan selisih mean KGD hari 1 sebesar 35,18 mg/dl, KGD hari ke 2 sebesar 26,41
mg/dl dan KGD hari ke 3 sebesar 21,24 mg/dl dengan nilai efektifitas sebesar 67%.
Progressive Muscles Relaxations (PMR) dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan
mandiri bagi klien dengan DM Tipe 2. Namun untuk dapat melaksanakan latihan PMR,
perawat pelaksana harus dapat melaksanakannya dengan benar sehingga diperlukan
sosialisasi kemudian pelatihan atau seminar.

Kata Kunci: Progressive Muscles Relaxations, Kadar Glukosa Darah, DMT2.

1
Akper Intan Martapura
PENDAHULUAN

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 18

Peningkatan kesejahteraan masyarakat di diabetes (Diabetes Atlas 2000 dalam Suyono,


negara berkembang, diiringi meningkatnya 2009).
juga penyakit degenaratif yaitu Diabetes
Mellitus (DM). Meningkatnya prevalensi Pedoman pengelolaan DM sudah ada dan
kejadian DM semakin menarik perhatian disepakati oleh para ahli Diabetes di Indonesia
terutama kalangan kesehatan di negara yang dituangkan dalam suatu konsensus
berkembang. DM dikenal dengan penyakit pengelolaan DMT2 yang mulai disebarluaskan
metabolik akibat tingginya kadar glukosa sejak tahun 1994 dan beberapa kali mengalami
dalam darah. Kadar glukosa perlu revisi, yang terakhir tahun 2006 (Soegondo,
dipertahankan dalam batas normal (tidak 2006). Berdasarkan konsensus tersebut
terjadi hiperglikemia) karena glukosa dapat disepakati ada 5 pilar pengelolaan DM, yaitu
berpengaruh terhadap tekanan osmotik cairan perencanaan makan (diit), latihan jasmani, obat
ekstra seluler (Robbin, et al, 2007; Ignatavicius hipoglikemi, edukasi, dan pemantauan kadar
& Walkman, 2006). Saat ini DM menjadi gula glukosa darah secara mandiri (home
masalah global dan menjadi salah satu monitoring). (Subekti, 2009; Batubara, 2009).
penyakit degeneratif kronis penyebab Salah satu intervensi wajib yang bisa dilakukan
kematian, kecacatan, dan kesakitan tertinggi penderita DM Tipe 2 adalah Latihan jasmani
baik akibat tertinggi, baik akibat perjalanan yaitu yang dianjurkan seperti jalan kaki,
penyakitnya sendiri maupun akibat komplikasi jogging, naik turun tangga, bersepeda
yang ditimbulkannya. (WHO, 2006). merupakan alternatif pilihan yang dianjukan
bagi penderita DM Tipe 2 tetapi masih
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 menujukkan hasil yang bervariasi sehingga
jumlah penderita Diabetes di atas 20 tahun diberikan alternative lain yaitu relaksasi.
berjumlah 150 juta orang, dan pada tahun 2025
akan terus meningkat menjadi 300 juta orang Sebuah penelitian oleh Rooijen, et al (2004)
(Suroyo dalam Soegondo et al, 2009). WHO yang meneliti Efek latihan dibandingkan
memprediksi bahwa negara berkembang akan relaksasi terhadap Hb A1C pada wanita hitam
menanggung beban epidemik penyakit ini di penderita DM Tipe 2 di Afrika Selatan.
abad 21 (Show, 2010). Angka prevalensi oleh Didapatkan hasil relaksasi lebih efektif 97%
International Diabetes Federation (IDF) tahun dengan CI 95% -1,38-0,55 dibanding latihan
2006 dimana angka prevalensi Amerika yang hanya 39% dengan CI 95% -0,80-0,02.
Serikat 8,3% dan China 3,9%. Sedangkan di
Indonesia menurut Litbang Depkes tahun 2008 Berbagai penelitian dan evidence menunjukkan
adalah 5,7%, meningkat 1,1% dari 4,6% pada beberapa terapi sudah diterapkan, namun
tahun 2000. Sehingga di Indonesia Diabetes hasilnya masih sangat bervariasi (Game,
Mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan 2011). Penelitian tentang relaksasi di Indonesia
yang serius dikarenakan insidennya yang terus sudah banyak dilakukan relaksasi salah
meningkat (Suroyo dalam Soegondo et al, satunya PMR telah terbukti efektif mengurangi
2009). ketegangan dan kecemasan. Yildirim &
Fadiloglu (2006) dari hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa PMR menurunkan
Prevalensi angka kejadian diabetes mellitus kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup
pada tahun 2012 berjumlah 371 juta jiwa dari pasien yang menjalani dialysis. Penelitian oleh
populasi dunia (IDF, 2013), dimana proporsi Mashudi (2012) dengan tujuan ingin
kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% mengetahui pengaruh Progressive Muscle
dari populasi dunia yang menderita diabetes Relaxation (PMR) terhadap penurunan kadar
mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe
menderita diabetes mellitus tipe 1 (CDC, 2 (DMT2). Didapatkan hasil adanya pengaruh
2014). Berdasarkan pola pertambahan PMR secara signifikan dalam menurunkan
penduduk seperti ini, diperkirakan pada tahun KGD pasien DMT2. Berdasarkan penelitian
2020 akan ada 178 juta penduduk beusia di Istiarini (2009) menilai pengaruh terapi
atas 20 tahun, dan dengan asumsi prevalensi refleksologi terhadap kadar glukosa darah pada
DM sebesar 4,6% dari 8,2 juta penderita pasien diabetes di Yogyakarta. Serta penelitian
menurut Kuswandi (2008) menyatakan bahwa

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 19

relaksasi dapat menurunkan kadar glukosa


darah. Jenis penelitian kuasi eksperimen dengan
rancangan The Unthreatad Control Group
Penelitian lain oleh Ekowati, dkk (2006), Design with Pretest and posttest. Sampel 34
Nursiswati, dkk (2008) disimpulkan tidak ada responden yang masing-masing 17 kelompok
perbedaan yang signifikan antara kadar gula intervensi dan kelompok control dengan
darah pengukuran pertama dan kedua pada menggunakan consecutive sampling. Relaksasi
kelompok intervensi begitu juga pada otot progresif diberikan 1 kali dalam 3 hari
kelompok kontrol. selama 15-20 menit. pengumpulan data
dimulai pada bulain mei sampai bulan agustus
Berdasarkan data di Puskesmas Martapura 2015 di Puskesmas Martapura. Data dianalisis
jumlah anggota Program Prolanis sebanyak secara univariat dan bivariat.
154 orang dengan jumlah penderita DM tipe 2
sebanyak 60 orang. Berdasarkan hasil
rekapitulasi pelayanan pemeriksaan penunjang HASIL
(glukosa darah puasa) bulan Februari 2015
didapatkan dari 17 penderita DM tipe 2 Umur responden kelompok intervensi dan
didapatkan 6 penderita (35%) mengalami kelompok kontrol hampir sama. Rata-rata
hiperglikemia, pada Maret 2015 didapatkan umur responden kelompok intervensi adalah
dari 21 penderita DM tipe 2 didapatkan 12 55,00 tahun dengan standar deviasi 6,423
penderita (57%) mengalami hiperglikemia. tahun. Sedangkan rata-rata umur responden
dari data tersebut didapatkan bahwa KGD kelompok kontrol adalah 58,35 tahun dengan
masih ada yang mengalami peningkatan standar deviasi 5,098 tahun. Jenis kelamin
padahal latihan jasmani seperti senam diabetes perempuan lebih banyak, yaitu sebanyak 9
rutin dilaksanakan setiap kamis. Dan orang (52,9%) untuk kelompok intervensi dan
berdasarkan keterangan pengurus program kelompok kontrol. Paling banyak lama
belum ada intervensi progressive muscle responden menderita DM Tipe 2 kurang atau
relaxations (PMR), hanya senam diabetes sama dengan 10 tahun, yaitu sebanyak 16
setiap minggu serta edukasi tentang DM yang orang (94,1%) untuk kelompok intervensi dan
diberikan. kelompok kontrol. Paling banyak responden
menderita DM Tipe 2 disertai dengan penyakit
Mengacu pada hasil penelitian yang telah penyerta, yaitu sebanyak 10 orang (58,8%)
dilakukan menunjukkan peran terapi non untuk kelompok intervensi dan kelompok
farmakologis adalah sangat penting, tetapi kontrol. Paling banyak responden
latihan relaksasi otot progresif merupakan menggunakan terapi obat, yaitu sebanyak 10
terapi komplementer dalam keperawatan orang (58,8%) untuk kelompok intervensi dan
sehingga keberadaan perawat profesional kelompok kontrol. Dan paling banyak
memiliki posisi kunci yang dapat memberikan responden mengalami tingkat stres ringan
kegiatan perawatan utama. Penelitian yang sebanyak 14 orang (82,4%) pada kelompok
berfokus pada latihan relaksasi otot progresif intervensi, serta paling banyak IMT responden
dan efeknya terhadap kadar gula darah sampai tergolong normal sebanyak 8 orang (47,1%)
sekarang ini di Indonesia masih belum banyak pada kelompok intervensi.
dipublikasikan dan masih ada perbedaan pada
hasil penelitian. Dengan demikian, masalah Responden dengan ada penyakit penyerta lebih
penelitian ini adalah diketahuinya masih banyak, yaitu sebanyak 10 orang (58,8%)
sedikit bukti efektifitas latihan relaksasi otot untuk kelompok intervensi dan kelompok
progresif terhadap kadar glukosa darah dengan kontrol. Dengan jenis penyakit hipertensi
penderita DM tipe 2. paling banyak sebesar 5 orang (50%) pada
kelompok intervensi dan 7 orang (70%) pada
kelompok control. Paling banyak responden
menderita DM Tipe 2 ada melakukan aktivitas
fisik, yaitu sebanyak 12 orang (64,7%) dengan
jenis senam diabetes sebanyak 10 orang
METODE PENELITIAN (83,3%) pada kelompok intervensi dan 9 orang

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 20

(75%) pada kelompok kontrol. Dan kelompok kontrol dan intervensi dapat dilihat
berdasarkan uji homogenitas didapatkan nilai p pada tabel di bawah ini
> 0,05 sehingga data dikatakan homogen.
Tabel 1
Rata-rata kadar glukosa darah (KGD) pada hari Perbedaan PMR terhadap rerata kadar glukosa
1 sebelum dilakukan PMR pada kelompok darah DM Tipe 2 sebelum dan setelah pada
intervensi adalah 158,47 mg/dl, dengan standar kelompok intervensi dan kontrol
deviasi 34,966 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa di Puskesmas Martapura, 2015
darah (KGD) setelah dilakukan PMR pada
kelompok intervensi adalah 123,29 mg/dl, Variabel Kelom Mean SE SD P 95%CI
dengan standar deviasi 26,828 mg/dl. Rata-rata pok value
kadar glukosa darah (KGD) pada hari 2 Inter
sebelum dilakukan PMR pada kelompok vensi
intervensi adalah 153,29 mg/dl, dengan standar KGD Sebe- 158.4 8. 0.001 16.251
36.8
hari 1 lum 7 92 -
deviasi 38,363 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa 09
8 54.102
darah (KGD) setelah dilakukan PMR pada Setelah 123.2
kelompok intervensi adalah 126,88 mg/dl, 9
dengan standar deviasi 23,919 mg/dl. Rata-rata KGD Sebe- 153.2 8. 36.5 0.009 7.636-
kadar glukosa darah (KGD) pada hari 3 hari 2 lum 9 85 17 45.187
sebelum dilakukan PMR pada kelompok 7
intervensi adalah 147,06 mg/dl, dengan standar Setelah 126.8
deviasi 31,671 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa 8
darah (KGD) setelah dilakukan PMR pada KGD Sebe- 147.0 9. 39.7 0.043 0.804-
kelompok intervensi adalah 125,82 mg/dl, hari 3 lum 6 63 37 41.666
dengan standar deviasi 26.099 mg/dl. 8
Setelah 125.8
2
Rata-rata pengukuran kadar glukosa darah Kon-
(KGD) pada hari 1 sebelum pada kelompok trol
kontrol adalah 147,41 mg/dl, dengan standar KGD Sebe- 147.4 7. 29.8 0.258 -
deviasi 28,014 mg/dl. Rata-rata pengukuran hari 1 lum 1 24 62 6.824-
kadar glukosa darah (KGD) setelah pada 3 23.883
kelompok kontrol adalah 138,88 mg/dl, dengan Setelah 138.8
standar deviasi 22,605 mg/dl. Rata-rata 8
pengukuran kadar glukosa darah (KGD) pada KGD Sebe- 127.2 5. 21.8 0.844 -
hari 2 sebelum pada kelompok kontrol adalah hari 2 lum 4 28 07 10.153
127,24 mg/dl, dengan standar deviasi 21,329 9 -
12.271
mg/dl. Rata-rata pengukuran kadar glukosa
Setelah 126.1
darah (KGD) setelah pada kelompok kontrol 8
adalah 126,18 mg/dl, dengan standar deviasi KGD Sebe- 131.2 7. 29.3 0.015 -
14,209 mg/dl. Rata-rata pengukuran kadar hari 3 lum 4 12 68 34.453
glukosa darah (KGD) pada hari 3 sebelum 3 +4.253
pada kelompok kontrol adalah 131,12 mg/dl, Setelah 152.5
dengan standar deviasi 24,275 mg/dl. Rata-rata 9
pengukuran kadar glukosa darah (KGD)
setelah dilakukan pada kelompok kontrol Hasil analisis terhadap perbedaan KGD setelah
adalah 152.59 mg/dl, dengan standar deviasi intervensi pada kelompok intervensi dan
25,483 mg/dl. kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Setelah itu dilakukan uji normalitas data


terhadap KDG hari 1, hari ke 2 dan hari ke 3
baik pada kelompok intervensi maupun
kelompok kontrol adalah berditribusi normal
(p>0,05). Hasil analisis terhadap perbedaan
KGD sebelum dan setelah intervensi pada Tabel 1

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 21

Hasil Analisis Perbedaan Selisih Mean stres,IMT, aktivitas fisik dengan selisih kadar
Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok glukosa darah pada kelompok penderita DM
Kontrol pada Kelompok DM Tipe 2 tipe 2 dengan nilai p<0,05.
Di Puskesmas Martapura, 2015

Kelompok Mean SD P 95%CI PEMBAHASAN


value
KGD hari 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
Intervensi 35.18 36.809 0.027 7.686- kelompok penderita DMT2 yang sebelumnya
52.666 selama 1 bulan 4x pertemuan latihan PMR
Kontrol 8.53 29.862
pada kelompok intervensi sebelum penelitian,
KGD hari 2
Intervensi 26.41 36.517 0.020 4.340-
dan selama tiga hari dengan frekuensi latihan
46.366 satu kali sehari dan durasi 15-20 menit
Kontrol 1.06 31.807 adalah adanya perbedaan rata-rata KGD baik
KGD hari 3 KGD hari 1, hari 2 dan hari 3 sebelum dan
Intervensi 21.24 39.737 0.002 18.989- setelah latihan PMR, yaitu mengalami
66.423 penurunan kadar glukosa darah. Dengan nilai
Kontrol -19.35 29.368 efektifitas rerata selama 3 hari adalah 67%
dalam penelitian ini dengan beberapa alasan,
Hasil Analisis Analisis Efektifitas Latihan diantaranya penelitian ini menggunakan desain
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar quasi eksperiman dengan pre and post with
Glukosa Darah Selama 3 Hari dapat dilihat control group, variabel karakteristik responden
pada tabel di bawah ini homogen antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol, dan variabel rata-rata kadar
Tabel 3 glukosa darah pada kelompok intervensi dan
Hasil Analisis Analisis Efektifitas Latihan kelompok kontrol.
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar
Glukosa Darah pada Kelompok Penderita DM Mekanisme PMR dalam menurunkan KGD
Tipe 2 Di Puskesmas Martapura, 2015 pada pasien DM Tipe 2 erat kaitannya dengan
stres yang dialami penderita baik fisik maupun
Penderita Kadar Glukosa Darah Total psikologis. Selama stress, hormon-hormon
DM Tipe 2 Hari 2 yang mengarah pada peningkatan kadar
Menurun Meningkat glukosa darah seperti epinefrin, kortisol,
Diberikan 13 4 17 glukagon, ACT, kortikosteroid, dan tiroid akan
latihan PMR meningkat. Selain itu selama stress emosional,
Tidak 5 12 17 pasien DM tipe 2 juga dikaitkan dengan
diberikan perawatan diri yang buruk seperti pola makan,
latihan PMR latihan, dan penggunaan obat-oabatan
Total 18 16 34 (Smeltzer & Bare , 2008; Price & Wilson,
2006). Stres fisik maupun emosional
mengaktifkan system neuroendokrin dan
Dapat disimpulkan efektifitas pemberian system saraf simpatis melalui hipotalamus-
latihan relaksasi otot progresif dalam pituitari-adrenal (Price&Wilson, 2006;
menurunkan kadar glukosa darah pada Smeltzer, 2008; Di Nardo, 2009).
kelompok penderita DM Tipe 2 selama 3 hari
adalah 67% dan sebaliknya risiko peningkatan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kadar glukosa darah adalah 33% pada dilakukan oleh Ghazavi, et al (2007) bahwa
kelompok penderita DM Tipe 2 yang tidak latihan PMR yang diberikan kepada penderita
mendapatkan latihan PMR. Dan dari analisis DM dapat menurunkan kadar Hb A1C.
hubungan dengan variabel pengganggu perbedaannya dengan penelitian ini adalah
didapatkan tidak terdapat hubungan antara penelitian tersebut membandingkan dengan
jenis kelamin,lama menderita, penyakit terapi komplementer lain yaitu masase dan
penyerta, terapi obat, usia dengan selisish sampel pada anak-anak dengan DM Tipe 1
KGD (p>0,05) dan terdapat hubungan tidak untuk mengukur KGD melainkan Hb

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 22

A1C. hasilnya kelompok PMR dan kelompok Perbedaan penurunan KGD pada hari 1 sampai
terapi masase menunjukkan penurunan HbA1c dengan hari ke 3 ini, dipengaruhi oleh banyak
secara signifikan dibandingkan kelompok factor diantaranya diet. Pada responden yang
kontrol (p=0,026, p=0,036, p<0,05). dengan tidak mengalami penurunan setelah intervensi
menimbulkan kondisi rileks. PMR kemungkinan disebebkan oleh pengaruh
makanan karena dalam penelitian ini diet
Pernyataan di atas dan dari hasil penelitian ini kelompok penderita DM tidak dilakukan
jelas bahwa relaksasi otot progresif observasi secara ketat selama 24 jam. Selain
memunculkan kondisi yang rileks. Pada itu, kemungkinan disebabkan oleh adanya
kondisi yang rileks akan terjadi perubahan penyakit penyerta yang diderita yang menurut
impuls syaraf pada jalur aferen ke otak dimana asumsi peneliti dapat meningkatkan KGD
aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls melalui peningkatan metabolism.
saraf ini menyebabkan perasaan tenang, baik Kemungkinan lain adalah penggunaan terapi
secara fisik maupun secara mental dengan obat dari penderita DM tipe 2 yang dapat
menurunnya metabolism tubuh dalam hal ini mempengaruhi dalam KGD. Selain
mencegah peningkatan glukosa darah. kemungkinan tersebut adalah ketidakmampuan
Hipofisis anterior juga diinhibisi sehingga responden melaksanakan PMR dengan benar.
ACTH yang menyebakan sekresi kortisol Meskipun sebelumnya diberikan latihan
menurun sehingga proses glukoneogenesis, sehingga seluruh kelompok intervensi dapat
katabolisme protein dan lemak yang berperan dinilai benar dan tepat dalam melakukan
dalam penurunan KGD (Sudoyo, et al, 2006). semua prosedur dan langkah PMR, tetapi jika
Jacobs (2001) menyatakan jika pada organ responden tidak mampu memusatkan pikiran
pankreas ada kerusakan pasokan aliran darah, dalam melaksanakan PMR juga kurang
maka produksi pankreas akan menurun memberikan hasil yang maksimal, karena PMR
berakibat pada ketidakstabilan gula darah. merupakan suatu bentuk mind-body therapy.
Maka dengan relaksasi otot progresif cara
untuk mengatasi hal tersebut sehingga Setiap orang memiliki sifat yang multidimensi,
pankreas bisa berfungsi dengan baik dan respon setiap orang dalam mengatasi
mampu menghasilkan insulin secara normal permasalahannya berbeda-beda. Tampak pada
sehingga kadar gula darah stabil dalam tubuh penelitian ini dengan perlakuan yang sama
dan dapat mengurangi dosis insulin. yaitu latihan Progressive Muscles Relaxations
(PMR) dimana rentang penurunan KGD hari 1
Berdasarkan hasil penelitian tabel 1, mean sampai hari ke 3 setiap responden berbeda-
KGD selama 3 hari mengalami penurunan baik beda. Responden dalam penelitian ini
sebelum maupun setelah dilakukan intervensi. melaporkan bahwa pada saat melakukan PMR
Asumsi peneliti latihan PMR merupakan salah terdapat dua sensasi yang berbeda yaitu
satu bagian dari latihan jasmani dimana dengan merasakan ketegangan otot ketika bagian otot-
adanya latihan atau aktivitas dapat otot tubuhnya ditegangkan dan merasakan
meningkatkan transfort glukosa ke dalam rileks, otot-otot menjadi kendur pada otot yang
membrane sel. Dengan meningkatnya sebelumnya ditegangkan. Beberapa responden
intensitas dan durasi latihan akan lebih banyak menyatakan kurang bisa membedakan kedua
menggunakan pemecahan karbohidrat sensasi tersebut dikarenakan kurang bisa
sehingga KGD akan mendekati normal atau konsentrasi dalam melakukan PMR, meskipun
stabil. Hal tersebut sejalan dengan Greenberg responden tersebut benar dan tepat melakukan
(2002) bahwa relaksasi akan memberikan hasil langkah atau prosedur PMR. Hal ini sesuai
setelah dilakukan sebanyak 3 kali latihan. Hal dengan Richmond (2007), bahwa PMR
tersebut berbeda pada kelompok kontrol, pada merupakan salah satu bentuk mind-body
hari ke-3 KGD mengalami peningkatan 19.35 therapy, oleh karena itu saat melaksanakan
mg/dl, asumsi peneliti kemungkinan banyak PMR perhatian diarahkan untuk membedakan
faktor yang mempengaruhi peningkatan KGD perasaan yang dialami saat kelompok otot
salah satunya pada kelompok kontrol terdapat dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot
10 responden (58,8%). dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi
tegang.

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 23

PMR telah menunjukkan manfaat dalam dilakukan PMR pada kelompok penderita DM
mengurangi ansietas atau kecemasan dan Tipe 2 sehingga PMR dapat menuunkan KGD
berkurangnya kecemasan ini mempengaruhi melalui mekanisme reduksi aktivasi hormone-
berbagai gejala psikologis dan kondisi medis. hormon stres.
Yildirium & Fadiloglu (2006) dari hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa PMR Relaksasi PMR merupakan relaksasi yang
menurunkan kecemasan dan meningkatkan mudah untuk diajarkan kepada pasien dalam
kualitas hidup pasien yang menjalani dialisis. rangka meningkatkan kemandirian pasien
Penelitian Sheu, et al (2003) memperlihatkan dalam mengatasi masalah kesehatannya. Peran
bahwa PMR menurunkan rata-rata tekanan perawat dalam memfasilitasi kemandirian
darah sistolik sebesar 5,4 mmHg dan rata-rata pasien, hal ini sesuai dengan konsep self care
tekanan darah diastolic sebesar 3,48 mmHg Orem. Menurut teori self care Orem, pasien
pada pasien hipertensi di Taiwan. Gazavi, et al dipandang sebagai individu yang memiliki
(2007) menyebutkan bahwa PMR dan massase potensi untuk merawat dirinya sendiri dalam
menurunkan tingkat HbA1C pada pasien memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
Diabetes Mellitus tipe 1 (DM pada anak-anak). kesehatan, dan mencapai kesejahteraan.
Maryani (2008) menyebutkan PMR Kesejahteraan atau kesehatan yang optimal
mengurangi kecemasan yang berimplikasi pada dapat dicapai pasien apabila dia mengetahui
penurunan mual dan muntah pada pasien yang dan dapat melakukan perawatan yang tepat
menjalani kemoterapi. Selanjutnya relaksasi sesuai dengna kondisi dirinya sendiri. Perawat
otot progresif efektif menurunkan tekanan menurut teori self-care berperan sebagai
darah pada pasien hipertensi primer di Kota pendukung atau pendidik bagi pasien (Tomey
Malang (Hamamo, 2010). & Alligood, 2006).

Pada pankreas mengalami kerusakan pasokan Menurut Orem dalam Tomey & Alligood
aliran darah, maka produksi hormone pankreas (2006) perawatan merupakan suatu kebutuhan
akan menurun yang berakibat pada universal untuk menjaga dan meningkatkan
ketidakstabilan KGD. Dengan PMR adalah eksistensi diri, kesehatan, dan kesejahteraan
upaya untuk mengatasi hal tersebut diharapkan hidup. Pasien DM Tipe 2 yang menjalani
terjadi sehingga pankreas berfungsi dengan perawatan di rumah sakit sering mengalami
baik dan mampu menghasilkan insulin secara stress fisik maupun psikologis akibat
normal. Lewis et al (2003) mengemukakan penyakitnya. Stress fisik maupun psikologis ini
perlunya terapi komplementer dalam setting dapat memicu meningkatnya kadar glukosa
Rumah Sakit. darah. Oleh karena itu selain memberikan
Menurut Dunning (2003) bahwa terapi terapi kolaboratif, perawat juga dapat
komplementer memberikan manfaat pada membantu pasien mencapai kemampuan dalam
pasien diabetes diantaranya meningkatkan mengontrol kadar glukosa darahnya melalui
penerimaan kondisi DM saat ini, menurunkan latihan relaksasi otot progresif (PMR).
stres, kecemasan, dan depresi,
mengembangkan strategi untuk mencegah stres Aspek VIA (Validity Important Applications)
berkelanjutan, meningkatkan keterlibatan dalam penelitian ini, Validity yang dilakukan
pasien dalam proses penyembuhan. dalam penelitian ini adalah 1) memprediksi
Keuntungan terapi komplementer secara akan munculnya variabel pengganggu, dan
spesifik bagi pasien diabetes juga mengontrol variabel tersebut dimana kelompok
dikemukakan oleh Riyadi&Sukarmin (2008) intervensi yang diatur secara intensif agar
yaitu menurunkan KGD, meningkatkan kontrol karakteristik keduanya mendekati sama, 2)
metabolik, mencegah neuropati perifer, memanipulasi variabel bebas yang artinya
menurunkan katekolamin dan aktivitas intervensi yang diberikan atas dasar
otonom. pertimbangan ilmiah, intervensi yang diberikan
bisa dipertanggung jawabkan, 3) responden,
Kesimpulan akhir bahwa ada perbedaan KGD setting tempat dan waktu dikonsentrasikan
sebelum dan setelah PMR. Hal ini sama agar memperoleh satu kelompok modal
membuktikan hipotesis peneliti yang populasi. 4) menggunakan target populasi yang
menyatakan ada perbedaan KGD setelah

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 24

spesifik (individu, setting, waktu) untuk Media Farmasi Vol II No.2 September
memenuhi target yang ingin dicapai. 2014 Hal:208-220

Aspek Important dalam penelitian ini adalah CDC, (2014). National Diabetes Statistic
karena desain penelitian ini eksperimen Report2014. http://www.cdc.gov/
sehingga setelah terbukti hipotesis penelitian diabetes (Acsessed Januari 20, 2015)
dimana latihan PMR memiliki efektifitas 67%
dapat menurunkan kadar glukosa darah, maka Charlesworth, E.A., & Nathan, R.G. (1996).
hasil penelitian bisa digunakan sebagai Manajemen stres dengan tehnik
alternatif terapi komplementer dalam relaksasi, dalam Haryati (2009).
penatalaksanaan DM Tipe 2. Penderita Pengaruh latihan PMR terhadap status
Diabetes Mellitus Tipe 2 yang mengalami fungsional dalam konteks asuhan
hiperglikemi bisa melaksanakan terapi PMR keperawatan pasien kanker dengan
tanpa penggunaan terapi obat-obatan. kemoterapi di RS. Dr. Wahidin
Aspek Applications dalam penelitian ini adalah Sudirohusodo Makasar, (tesis).
latihan PMR pada kelompok DM Tipe 2, Perpustakaan FIK-UI
efektif dilakukan sebanyak 3 kali, dilaksanakan
dalam keadaan duduk, selalu latihan ditempat Cohen, S. (1994). Perceived Stress Scale. USA
yang tenang, sendirian, tanpa atau : Mind Garden, Inc
menggunakan audio untuk membantu
konsentrasi pada kelompok otot. Copstead, L.C., & Banasik, J.L. (2000).
Pathophysiology, (2th ed). Philadelphia
: W.B. saunders company.
KESIMPULAN
Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk
Relaksasi Progressive Muscles Relaxations kedokteran dan kesehatan, deskriptif,
(PMR) merupakan terapi komplementer yang bivariat, dan multivariat dilengkapi
melalui dua proses yaitu menegangkan dan aplikasi dengan menggunakan SPSS.
merilekkan otot tubuh. Dan telah dibuktikan Seri evidence based medicine (seri 1),
manfaatnya melalui penelitian ini yang Jakarta : Sagung Seto.
membuktikan bahwa adanya perbedaan
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok Departemen Kesehatan RI. (2003). Petunjuk
intervensi dan kelompok kontrol secara Teknis Pemantauan Status Gizi Orang
signifikan sehingga diketahui efektifitas latihan Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh
PMR dapat menurunkan kadar glukosa darah (IMT). Jakarta. http://www.
sebesar 67% selama tiga hari dengan frekuensi depkes.go.id/index.php. vw=2&id=A-
latihan satu kali sehari dan durasi 15-20 137. Di unduh tanggal 13 Maret 2015
menit melalui mekanisme reduksi aktivasi
hormon-hormon stres. Penelitian ini Di Nardo, M.M. (2009). Mind-bodies therapy
berlangsung di Puskesmas Martapura pada 34 in diabetes management. Diabetes
kelompok penderita DM Tipe 2 yang terbagi spectrum,. http://proquet.umi.com/
masing-masing 17 responden kelompok pqdweb?Index=8&dib=1662109331&
intervensi dan 17 responden kelompok kontrol. Srchmode=2&side=14&Fmt.
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa (Acsessed Februari 17, 2015)
darah pada penelitian ini adalah stres, aktivitas
fisik dan IMT. Dochterman, J.M., dan Bulechek,G.M (2004).
Nursing interventions classification,
DAFTAR RUJUKAN (4theed). St. Louis, Missouri : Mosby.

Adikusuma, dkk (2014). Evaluasi Kepatuhan Dunning, T. (2003). Care of people with
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di diabetes: a manual nursing practice.
Rumah Sakit Umum PKU Melbourne: Blackwell Puslishing.
Muhammadiyah Bantul Jogyakarta.

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 25

Drew & Hardman. (2007). Ethical Issues In Juliano, J. (1998). When diabetes complicates
Conducting Research. http://www. your life : controlling diabetes and
sagepub.com/upm-data/260943.pdf related complication. New York : John
(Acessed Februari 27, 2015). Wiley & Sons.

Ekowati, dkk, (2006). Pengaruh Terapi Moyad, M., dan Hawks, J.H. (2009).
Relaksasi Terhadap Control Glikemik Complementary and alternative
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di therapies, dalam Black, J.M., &
Purwokerto. Jurnal Keperawatan dan Hawks. Medical surgical nursing;
kesehatan Universitas jenderal clinical management for positive
Soedirman. Di unduh tanggal 20 outcomes (8th ed). Elsevier Saunders.
Januari 2015.
Notoatmodjo, (2005). Metodologi Kesehatan.
Greenberg, S.S. (2002). Comprehensive stress Jakarta : Rineka Cipta
management, (7th ed). New York : The
McGraw-Hill Companies. Nofal, Z. (2013) A New Bivariate Class of Life
Distributions. Applied mathematic
Ghazavi, Z., Talakood, S., Abdeyazdan, Z, science. September Vol. 7.No.2.p 49-
Attari, A., dan Joazi, M. (2007). 60
Effects of Massage Therapy and
Muscle Relaxation on Glycosylated Nursalam, (2013). Metode Penelitian Ilmu
Hemoglobin in Diabetic Children. Keperawatan : Pendekatan Praktis
http://dennyhendrata.wordpress.com/2 Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
007/07/30/stres-dan-sistem-imun-
tubuh-suatu-pendekatan-psiko Nursiswati, Anna, Kosasih, (2008). Perbedaan
neuroimunologi-2/. (Acsessed Januari, Kadar Gula Darah Sebelum dan
20 2015). Sesudah Terapi Relaksasi pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah
Holt, Richard, I.G, et al, (2010). Textbook of Sakit Umum Cianjur. Vol 10 No.
diabetes. Fourth Edition. Uk : A John XVIII Maret-September 2008 Hal
Wiley & Sons, Ltd. UK 89. Di unduh pada tanggal 20 Januari
International Diabetes Federation 2015
(IDF), (2013). http://idf.org. Diunduh
tanggal 23 Februari 2015 Pandey, et al, (2011). Alternative therapies
useful in the management of diabetes :
Ignatavicius, D., & Wolkman, M.L (2006). A systematic review. Journal of
Medical surgical nursing, critical Pharmacy & BioAllied Sciences.
thingking for collaborative care, (5th (Acsessed 23 Februari, 2015)
ed). St. Louis : Missouri.
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental
Ilyas, E.I. (2009). Olahraga bagi diabetes, Keperawatan : Konsep, Proses &
dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Praktek Edisi 4. Vol 1. Alih Bahasa :
Subekti, I, Ed. Penatalaksanaan Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC
diabetes mellitus terpadu (hlm 69-
110). Jakarta : FKUI. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Istiarini, C.H. (2009). Pengaruh terapi Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
refleksologi terhadap kadar glukosa
darah pada klien diabetes mellitus tipe Rekam Medis Puskesmas Martapura (2015)
dalam konteks asuhan keperawatan di
Sleman Yogyakarta, (tesis). Rekam Medis Puskesmas Martapura (2014)
Perpustakaan FIK-UI.
Sigal, J.R, Kenny, G.P., Wasserman, D.H, and
Castaneda, S.C (2004). Physical

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 26

activity/ exercise and type 2 diabetes. 1937-1939). Jakarta : Pusat Penerbit


ADA statements. Diabetes Care. Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Volume 27 Number 10 p 2518-253
Suyono, S. (2009). Kecenderungan
Schwickert, J. Lanhorst, A, Paul., A. peningkatan jumlah penyandang
Michalsen, JG, Dobis, (2006). Stres diabetes, dalam Soegondo, S.,
managemen dalam Pengobatan Soewondo, P., & Subekti. I. Ed.
Hipertensi Arteri Esensial. Penatalaksanan kendali diabetes
http://www.jpnoguida.net diakses mellitus terpadu. Jakarta : FKUI.
tanggal 22 Februari 2015
Suyono, S. (2009). Patofisiologi diabetes
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G (2002). Buku mellitus, dalam Soegondo, S.,
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Soewondo, P., & Subekti. I. Ed.
Brunner&Suddart (edisi 8). Jakarta : Penatalaksanan kendali diabetes
EGC mellitus terpadu. Jakarta : FKUI.

Snyder, M. dan Linquist, R. (2002). Tarigan, T.J.E. (2009). Rumor tentang insulin,
Complementary/ alternative therapies mana yang benar, mana yang salah ?
in nursing, (4th ed). New York : dalam Soegondo, S., Soewondo, P., &
Springer Publishing Company. Subekti. I. Ed. Penatalaksanan kendali
diabetes mellitus terpadu. Jakarta :
Soewondo, P. (2009). Pemantauan kendali FKUI.
diabetes mellitus, dalam Soegondo, S.
Soewondo, P dan Subekti, I. Ed Tomey, AM., dan Alligood, MR., (2006).
Penatalaksanaan diabetes mellitus Nursing theorist and their work, (6 th
terpadu. Jakarta : FKUI ed). Elsevier Mosby.

Soegondo, S. (2009). Prinsip penanganan Tripplitt, et al (2005). Diabetes Mellitus dalam


diabetes, insulin dan obat oral Dipiro, JT, Talbert RI, Yee, GC,
hipoglikemik, dalam Soegondo, S., Matze GR, Pharmacotheraphy : A
Soewondo, P., & Subekti. I. Ed. Pathophysiologic Approach, 6th ed,
Penatalaksanan kendali diabetes Aplleton & Lang, New York, pp.
mellitus terpadu. Jakarta : FKUI. 1333-1364

Subekti, I. (2009). Apa itu diabetes : Umpierre et al, 2011. Phisical Activity Adviced
patofisiologi, gejala dan tanda dalam Only or Structures Exercise Training
Soegondo, S., Soewondo, P., & and Associations with HbA1c levels in
Subekti. I. Ed. Penatalaksanan kendali Type 2 Diabetes. American Medical
diabetes mellitus terpadu. Jakarta : Association. 35-107
FKUI.
Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus:
Sukardji, K. (2009). Bagaimanakah mekanisme dasar dan pengelolaannya
perencanaan makan pada penyandang yang rasional, dalam Soegondo, S.,
diabetes, dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti. I. Ed.
Soewondo, P., & Subekti. I. Ed. Penatalaksanan kendali diabetes
Penatalaksanan kendali diabetes mellitus terpadu. Jakarta : FKUI.
mellitus terpadu. Jakarta : FKUI.
WHO, (2006). Definition and diagnosis of
Sumadji, D.W. (2006). Hipoglikemia diabetes mellitus and intermediate
iatrogenic, dalam Sudoyo, A.W. dalam hyperglycemia Geneva, Switzerland :
Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., WHO Document Production Services
Simadibrata, M., dan Setiati, S. Buku
ajar ilmu penyakit dalam (4th Ed) (hlm Wolever, M.T. (2003). Carbohydrate and the
regulation of blood glucose and

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 27

metabolism. International Life


Sciences Institute.

Yildirim, Y.K., dan Fadiloglu, T (2006). The


effect of progressive muscle relaxation
training on anxiety levels and quality
of lufe in dialysis patients.
EDNA/ERCA Journal. (Acsessed
Januari 20, 2015)

Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015

You might also like