Professional Documents
Culture Documents
18 71 1 PB PDF
18 71 1 PB PDF
1, September 2015
Asni Hasaini1
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus (DM) became a serious health problem because of its
incidence continues to increase, the proportion on incident DM type 2 is 95% of the world
population. Treatment of hyperglycemia can be done nonpharmacologic but people with DM
type 2 but still showed mixed result so given the alternative, namely is progressive muscles
relaxation (PMR).
Methods: The methodology which is used is quasi experimental with the unthreated control
group design with pretest and posttest. There are 34 patients. Progressive muscles relaxation
is given 1 to 3 times a day for 15-20 menit.
Result: The result of this research is there is different significant blood glucose 1 day, 2 day,
and 3 day between the intervention group with control group (p value<0,05) with a mean 1
day at 35,18 mg/dl, 2 day at 26,41 mg/dl, 3 days at 21,24 mg/dl. Progressive muscles
relaxation can be used a independent nursing interventions for DM type 2. However, to be
able to implement PMR need sosialisation, training or workshop.
1
Akper Intan Martapura
Efektifitas Progresive Muscles Relaxation (PMR) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok Penderita 16
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Martapura
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 17
Asni Hasaini1
INTISARI
Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan yang serius karena
insidennya yang terus meningkat, proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia. Terapi hiperglikemia dapat dilakukan secara nonfarmakologis tetapi
penderita DM Tipe 2 tetapi masih menujukkan hasil yang bervariasi sehingga diberikan
alternative lain yaitu relaksasi relaksasi otot progresif (Progressive Muscle Relaxation
(PMR)
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengukur efektifitas latihan relaksasi otot progresif
terhadap kadar glukosa darah pada kelompok penderita DM tipe 2 di Puskesmas Martapura.
Metode: Jenis penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan The Unthreatad Control
Group Design with Pretest and posttest. Sampel 34 responden yang terdiri dari kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Relaksasi otot progresif diberikan 1 kali dalam 3 hari
selama 15-20 menit.
Hasil: Hasil analisis uji beda mean ada perbedaan yang signifikan selisih mean KGD hari 1,
hari ke 2 dan hari ke 3 antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan (p value
<0,05) dengan selisih mean KGD hari 1 sebesar 35,18 mg/dl, KGD hari ke 2 sebesar 26,41
mg/dl dan KGD hari ke 3 sebesar 21,24 mg/dl dengan nilai efektifitas sebesar 67%.
Progressive Muscles Relaxations (PMR) dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan
mandiri bagi klien dengan DM Tipe 2. Namun untuk dapat melaksanakan latihan PMR,
perawat pelaksana harus dapat melaksanakannya dengan benar sehingga diperlukan
sosialisasi kemudian pelatihan atau seminar.
1
Akper Intan Martapura
PENDAHULUAN
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 18
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 19
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 20
(75%) pada kelompok kontrol. Dan kelompok kontrol dan intervensi dapat dilihat
berdasarkan uji homogenitas didapatkan nilai p pada tabel di bawah ini
> 0,05 sehingga data dikatakan homogen.
Tabel 1
Rata-rata kadar glukosa darah (KGD) pada hari Perbedaan PMR terhadap rerata kadar glukosa
1 sebelum dilakukan PMR pada kelompok darah DM Tipe 2 sebelum dan setelah pada
intervensi adalah 158,47 mg/dl, dengan standar kelompok intervensi dan kontrol
deviasi 34,966 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa di Puskesmas Martapura, 2015
darah (KGD) setelah dilakukan PMR pada
kelompok intervensi adalah 123,29 mg/dl, Variabel Kelom Mean SE SD P 95%CI
dengan standar deviasi 26,828 mg/dl. Rata-rata pok value
kadar glukosa darah (KGD) pada hari 2 Inter
sebelum dilakukan PMR pada kelompok vensi
intervensi adalah 153,29 mg/dl, dengan standar KGD Sebe- 158.4 8. 0.001 16.251
36.8
hari 1 lum 7 92 -
deviasi 38,363 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa 09
8 54.102
darah (KGD) setelah dilakukan PMR pada Setelah 123.2
kelompok intervensi adalah 126,88 mg/dl, 9
dengan standar deviasi 23,919 mg/dl. Rata-rata KGD Sebe- 153.2 8. 36.5 0.009 7.636-
kadar glukosa darah (KGD) pada hari 3 hari 2 lum 9 85 17 45.187
sebelum dilakukan PMR pada kelompok 7
intervensi adalah 147,06 mg/dl, dengan standar Setelah 126.8
deviasi 31,671 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa 8
darah (KGD) setelah dilakukan PMR pada KGD Sebe- 147.0 9. 39.7 0.043 0.804-
kelompok intervensi adalah 125,82 mg/dl, hari 3 lum 6 63 37 41.666
dengan standar deviasi 26.099 mg/dl. 8
Setelah 125.8
2
Rata-rata pengukuran kadar glukosa darah Kon-
(KGD) pada hari 1 sebelum pada kelompok trol
kontrol adalah 147,41 mg/dl, dengan standar KGD Sebe- 147.4 7. 29.8 0.258 -
deviasi 28,014 mg/dl. Rata-rata pengukuran hari 1 lum 1 24 62 6.824-
kadar glukosa darah (KGD) setelah pada 3 23.883
kelompok kontrol adalah 138,88 mg/dl, dengan Setelah 138.8
standar deviasi 22,605 mg/dl. Rata-rata 8
pengukuran kadar glukosa darah (KGD) pada KGD Sebe- 127.2 5. 21.8 0.844 -
hari 2 sebelum pada kelompok kontrol adalah hari 2 lum 4 28 07 10.153
127,24 mg/dl, dengan standar deviasi 21,329 9 -
12.271
mg/dl. Rata-rata pengukuran kadar glukosa
Setelah 126.1
darah (KGD) setelah pada kelompok kontrol 8
adalah 126,18 mg/dl, dengan standar deviasi KGD Sebe- 131.2 7. 29.3 0.015 -
14,209 mg/dl. Rata-rata pengukuran kadar hari 3 lum 4 12 68 34.453
glukosa darah (KGD) pada hari 3 sebelum 3 +4.253
pada kelompok kontrol adalah 131,12 mg/dl, Setelah 152.5
dengan standar deviasi 24,275 mg/dl. Rata-rata 9
pengukuran kadar glukosa darah (KGD)
setelah dilakukan pada kelompok kontrol Hasil analisis terhadap perbedaan KGD setelah
adalah 152.59 mg/dl, dengan standar deviasi intervensi pada kelompok intervensi dan
25,483 mg/dl. kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 21
Hasil Analisis Perbedaan Selisih Mean stres,IMT, aktivitas fisik dengan selisih kadar
Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok glukosa darah pada kelompok penderita DM
Kontrol pada Kelompok DM Tipe 2 tipe 2 dengan nilai p<0,05.
Di Puskesmas Martapura, 2015
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 22
A1C. hasilnya kelompok PMR dan kelompok Perbedaan penurunan KGD pada hari 1 sampai
terapi masase menunjukkan penurunan HbA1c dengan hari ke 3 ini, dipengaruhi oleh banyak
secara signifikan dibandingkan kelompok factor diantaranya diet. Pada responden yang
kontrol (p=0,026, p=0,036, p<0,05). dengan tidak mengalami penurunan setelah intervensi
menimbulkan kondisi rileks. PMR kemungkinan disebebkan oleh pengaruh
makanan karena dalam penelitian ini diet
Pernyataan di atas dan dari hasil penelitian ini kelompok penderita DM tidak dilakukan
jelas bahwa relaksasi otot progresif observasi secara ketat selama 24 jam. Selain
memunculkan kondisi yang rileks. Pada itu, kemungkinan disebabkan oleh adanya
kondisi yang rileks akan terjadi perubahan penyakit penyerta yang diderita yang menurut
impuls syaraf pada jalur aferen ke otak dimana asumsi peneliti dapat meningkatkan KGD
aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls melalui peningkatan metabolism.
saraf ini menyebabkan perasaan tenang, baik Kemungkinan lain adalah penggunaan terapi
secara fisik maupun secara mental dengan obat dari penderita DM tipe 2 yang dapat
menurunnya metabolism tubuh dalam hal ini mempengaruhi dalam KGD. Selain
mencegah peningkatan glukosa darah. kemungkinan tersebut adalah ketidakmampuan
Hipofisis anterior juga diinhibisi sehingga responden melaksanakan PMR dengan benar.
ACTH yang menyebakan sekresi kortisol Meskipun sebelumnya diberikan latihan
menurun sehingga proses glukoneogenesis, sehingga seluruh kelompok intervensi dapat
katabolisme protein dan lemak yang berperan dinilai benar dan tepat dalam melakukan
dalam penurunan KGD (Sudoyo, et al, 2006). semua prosedur dan langkah PMR, tetapi jika
Jacobs (2001) menyatakan jika pada organ responden tidak mampu memusatkan pikiran
pankreas ada kerusakan pasokan aliran darah, dalam melaksanakan PMR juga kurang
maka produksi pankreas akan menurun memberikan hasil yang maksimal, karena PMR
berakibat pada ketidakstabilan gula darah. merupakan suatu bentuk mind-body therapy.
Maka dengan relaksasi otot progresif cara
untuk mengatasi hal tersebut sehingga Setiap orang memiliki sifat yang multidimensi,
pankreas bisa berfungsi dengan baik dan respon setiap orang dalam mengatasi
mampu menghasilkan insulin secara normal permasalahannya berbeda-beda. Tampak pada
sehingga kadar gula darah stabil dalam tubuh penelitian ini dengan perlakuan yang sama
dan dapat mengurangi dosis insulin. yaitu latihan Progressive Muscles Relaxations
(PMR) dimana rentang penurunan KGD hari 1
Berdasarkan hasil penelitian tabel 1, mean sampai hari ke 3 setiap responden berbeda-
KGD selama 3 hari mengalami penurunan baik beda. Responden dalam penelitian ini
sebelum maupun setelah dilakukan intervensi. melaporkan bahwa pada saat melakukan PMR
Asumsi peneliti latihan PMR merupakan salah terdapat dua sensasi yang berbeda yaitu
satu bagian dari latihan jasmani dimana dengan merasakan ketegangan otot ketika bagian otot-
adanya latihan atau aktivitas dapat otot tubuhnya ditegangkan dan merasakan
meningkatkan transfort glukosa ke dalam rileks, otot-otot menjadi kendur pada otot yang
membrane sel. Dengan meningkatnya sebelumnya ditegangkan. Beberapa responden
intensitas dan durasi latihan akan lebih banyak menyatakan kurang bisa membedakan kedua
menggunakan pemecahan karbohidrat sensasi tersebut dikarenakan kurang bisa
sehingga KGD akan mendekati normal atau konsentrasi dalam melakukan PMR, meskipun
stabil. Hal tersebut sejalan dengan Greenberg responden tersebut benar dan tepat melakukan
(2002) bahwa relaksasi akan memberikan hasil langkah atau prosedur PMR. Hal ini sesuai
setelah dilakukan sebanyak 3 kali latihan. Hal dengan Richmond (2007), bahwa PMR
tersebut berbeda pada kelompok kontrol, pada merupakan salah satu bentuk mind-body
hari ke-3 KGD mengalami peningkatan 19.35 therapy, oleh karena itu saat melaksanakan
mg/dl, asumsi peneliti kemungkinan banyak PMR perhatian diarahkan untuk membedakan
faktor yang mempengaruhi peningkatan KGD perasaan yang dialami saat kelompok otot
salah satunya pada kelompok kontrol terdapat dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot
10 responden (58,8%). dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi
tegang.
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 23
PMR telah menunjukkan manfaat dalam dilakukan PMR pada kelompok penderita DM
mengurangi ansietas atau kecemasan dan Tipe 2 sehingga PMR dapat menuunkan KGD
berkurangnya kecemasan ini mempengaruhi melalui mekanisme reduksi aktivasi hormone-
berbagai gejala psikologis dan kondisi medis. hormon stres.
Yildirium & Fadiloglu (2006) dari hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa PMR Relaksasi PMR merupakan relaksasi yang
menurunkan kecemasan dan meningkatkan mudah untuk diajarkan kepada pasien dalam
kualitas hidup pasien yang menjalani dialisis. rangka meningkatkan kemandirian pasien
Penelitian Sheu, et al (2003) memperlihatkan dalam mengatasi masalah kesehatannya. Peran
bahwa PMR menurunkan rata-rata tekanan perawat dalam memfasilitasi kemandirian
darah sistolik sebesar 5,4 mmHg dan rata-rata pasien, hal ini sesuai dengan konsep self care
tekanan darah diastolic sebesar 3,48 mmHg Orem. Menurut teori self care Orem, pasien
pada pasien hipertensi di Taiwan. Gazavi, et al dipandang sebagai individu yang memiliki
(2007) menyebutkan bahwa PMR dan massase potensi untuk merawat dirinya sendiri dalam
menurunkan tingkat HbA1C pada pasien memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
Diabetes Mellitus tipe 1 (DM pada anak-anak). kesehatan, dan mencapai kesejahteraan.
Maryani (2008) menyebutkan PMR Kesejahteraan atau kesehatan yang optimal
mengurangi kecemasan yang berimplikasi pada dapat dicapai pasien apabila dia mengetahui
penurunan mual dan muntah pada pasien yang dan dapat melakukan perawatan yang tepat
menjalani kemoterapi. Selanjutnya relaksasi sesuai dengna kondisi dirinya sendiri. Perawat
otot progresif efektif menurunkan tekanan menurut teori self-care berperan sebagai
darah pada pasien hipertensi primer di Kota pendukung atau pendidik bagi pasien (Tomey
Malang (Hamamo, 2010). & Alligood, 2006).
Pada pankreas mengalami kerusakan pasokan Menurut Orem dalam Tomey & Alligood
aliran darah, maka produksi hormone pankreas (2006) perawatan merupakan suatu kebutuhan
akan menurun yang berakibat pada universal untuk menjaga dan meningkatkan
ketidakstabilan KGD. Dengan PMR adalah eksistensi diri, kesehatan, dan kesejahteraan
upaya untuk mengatasi hal tersebut diharapkan hidup. Pasien DM Tipe 2 yang menjalani
terjadi sehingga pankreas berfungsi dengan perawatan di rumah sakit sering mengalami
baik dan mampu menghasilkan insulin secara stress fisik maupun psikologis akibat
normal. Lewis et al (2003) mengemukakan penyakitnya. Stress fisik maupun psikologis ini
perlunya terapi komplementer dalam setting dapat memicu meningkatnya kadar glukosa
Rumah Sakit. darah. Oleh karena itu selain memberikan
Menurut Dunning (2003) bahwa terapi terapi kolaboratif, perawat juga dapat
komplementer memberikan manfaat pada membantu pasien mencapai kemampuan dalam
pasien diabetes diantaranya meningkatkan mengontrol kadar glukosa darahnya melalui
penerimaan kondisi DM saat ini, menurunkan latihan relaksasi otot progresif (PMR).
stres, kecemasan, dan depresi,
mengembangkan strategi untuk mencegah stres Aspek VIA (Validity Important Applications)
berkelanjutan, meningkatkan keterlibatan dalam penelitian ini, Validity yang dilakukan
pasien dalam proses penyembuhan. dalam penelitian ini adalah 1) memprediksi
Keuntungan terapi komplementer secara akan munculnya variabel pengganggu, dan
spesifik bagi pasien diabetes juga mengontrol variabel tersebut dimana kelompok
dikemukakan oleh Riyadi&Sukarmin (2008) intervensi yang diatur secara intensif agar
yaitu menurunkan KGD, meningkatkan kontrol karakteristik keduanya mendekati sama, 2)
metabolik, mencegah neuropati perifer, memanipulasi variabel bebas yang artinya
menurunkan katekolamin dan aktivitas intervensi yang diberikan atas dasar
otonom. pertimbangan ilmiah, intervensi yang diberikan
bisa dipertanggung jawabkan, 3) responden,
Kesimpulan akhir bahwa ada perbedaan KGD setting tempat dan waktu dikonsentrasikan
sebelum dan setelah PMR. Hal ini sama agar memperoleh satu kelompok modal
membuktikan hipotesis peneliti yang populasi. 4) menggunakan target populasi yang
menyatakan ada perbedaan KGD setelah
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 24
spesifik (individu, setting, waktu) untuk Media Farmasi Vol II No.2 September
memenuhi target yang ingin dicapai. 2014 Hal:208-220
Aspek Important dalam penelitian ini adalah CDC, (2014). National Diabetes Statistic
karena desain penelitian ini eksperimen Report2014. http://www.cdc.gov/
sehingga setelah terbukti hipotesis penelitian diabetes (Acsessed Januari 20, 2015)
dimana latihan PMR memiliki efektifitas 67%
dapat menurunkan kadar glukosa darah, maka Charlesworth, E.A., & Nathan, R.G. (1996).
hasil penelitian bisa digunakan sebagai Manajemen stres dengan tehnik
alternatif terapi komplementer dalam relaksasi, dalam Haryati (2009).
penatalaksanaan DM Tipe 2. Penderita Pengaruh latihan PMR terhadap status
Diabetes Mellitus Tipe 2 yang mengalami fungsional dalam konteks asuhan
hiperglikemi bisa melaksanakan terapi PMR keperawatan pasien kanker dengan
tanpa penggunaan terapi obat-obatan. kemoterapi di RS. Dr. Wahidin
Aspek Applications dalam penelitian ini adalah Sudirohusodo Makasar, (tesis).
latihan PMR pada kelompok DM Tipe 2, Perpustakaan FIK-UI
efektif dilakukan sebanyak 3 kali, dilaksanakan
dalam keadaan duduk, selalu latihan ditempat Cohen, S. (1994). Perceived Stress Scale. USA
yang tenang, sendirian, tanpa atau : Mind Garden, Inc
menggunakan audio untuk membantu
konsentrasi pada kelompok otot. Copstead, L.C., & Banasik, J.L. (2000).
Pathophysiology, (2th ed). Philadelphia
: W.B. saunders company.
KESIMPULAN
Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk
Relaksasi Progressive Muscles Relaxations kedokteran dan kesehatan, deskriptif,
(PMR) merupakan terapi komplementer yang bivariat, dan multivariat dilengkapi
melalui dua proses yaitu menegangkan dan aplikasi dengan menggunakan SPSS.
merilekkan otot tubuh. Dan telah dibuktikan Seri evidence based medicine (seri 1),
manfaatnya melalui penelitian ini yang Jakarta : Sagung Seto.
membuktikan bahwa adanya perbedaan
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok Departemen Kesehatan RI. (2003). Petunjuk
intervensi dan kelompok kontrol secara Teknis Pemantauan Status Gizi Orang
signifikan sehingga diketahui efektifitas latihan Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh
PMR dapat menurunkan kadar glukosa darah (IMT). Jakarta. http://www.
sebesar 67% selama tiga hari dengan frekuensi depkes.go.id/index.php. vw=2&id=A-
latihan satu kali sehari dan durasi 15-20 137. Di unduh tanggal 13 Maret 2015
menit melalui mekanisme reduksi aktivasi
hormon-hormon stres. Penelitian ini Di Nardo, M.M. (2009). Mind-bodies therapy
berlangsung di Puskesmas Martapura pada 34 in diabetes management. Diabetes
kelompok penderita DM Tipe 2 yang terbagi spectrum,. http://proquet.umi.com/
masing-masing 17 responden kelompok pqdweb?Index=8&dib=1662109331&
intervensi dan 17 responden kelompok kontrol. Srchmode=2&side=14&Fmt.
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa (Acsessed Februari 17, 2015)
darah pada penelitian ini adalah stres, aktivitas
fisik dan IMT. Dochterman, J.M., dan Bulechek,G.M (2004).
Nursing interventions classification,
DAFTAR RUJUKAN (4theed). St. Louis, Missouri : Mosby.
Adikusuma, dkk (2014). Evaluasi Kepatuhan Dunning, T. (2003). Care of people with
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di diabetes: a manual nursing practice.
Rumah Sakit Umum PKU Melbourne: Blackwell Puslishing.
Muhammadiyah Bantul Jogyakarta.
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 25
Drew & Hardman. (2007). Ethical Issues In Juliano, J. (1998). When diabetes complicates
Conducting Research. http://www. your life : controlling diabetes and
sagepub.com/upm-data/260943.pdf related complication. New York : John
(Acessed Februari 27, 2015). Wiley & Sons.
Ekowati, dkk, (2006). Pengaruh Terapi Moyad, M., dan Hawks, J.H. (2009).
Relaksasi Terhadap Control Glikemik Complementary and alternative
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di therapies, dalam Black, J.M., &
Purwokerto. Jurnal Keperawatan dan Hawks. Medical surgical nursing;
kesehatan Universitas jenderal clinical management for positive
Soedirman. Di unduh tanggal 20 outcomes (8th ed). Elsevier Saunders.
Januari 2015.
Notoatmodjo, (2005). Metodologi Kesehatan.
Greenberg, S.S. (2002). Comprehensive stress Jakarta : Rineka Cipta
management, (7th ed). New York : The
McGraw-Hill Companies. Nofal, Z. (2013) A New Bivariate Class of Life
Distributions. Applied mathematic
Ghazavi, Z., Talakood, S., Abdeyazdan, Z, science. September Vol. 7.No.2.p 49-
Attari, A., dan Joazi, M. (2007). 60
Effects of Massage Therapy and
Muscle Relaxation on Glycosylated Nursalam, (2013). Metode Penelitian Ilmu
Hemoglobin in Diabetic Children. Keperawatan : Pendekatan Praktis
http://dennyhendrata.wordpress.com/2 Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
007/07/30/stres-dan-sistem-imun-
tubuh-suatu-pendekatan-psiko Nursiswati, Anna, Kosasih, (2008). Perbedaan
neuroimunologi-2/. (Acsessed Januari, Kadar Gula Darah Sebelum dan
20 2015). Sesudah Terapi Relaksasi pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah
Holt, Richard, I.G, et al, (2010). Textbook of Sakit Umum Cianjur. Vol 10 No.
diabetes. Fourth Edition. Uk : A John XVIII Maret-September 2008 Hal
Wiley & Sons, Ltd. UK 89. Di unduh pada tanggal 20 Januari
International Diabetes Federation 2015
(IDF), (2013). http://idf.org. Diunduh
tanggal 23 Februari 2015 Pandey, et al, (2011). Alternative therapies
useful in the management of diabetes :
Ignatavicius, D., & Wolkman, M.L (2006). A systematic review. Journal of
Medical surgical nursing, critical Pharmacy & BioAllied Sciences.
thingking for collaborative care, (5th (Acsessed 23 Februari, 2015)
ed). St. Louis : Missouri.
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental
Ilyas, E.I. (2009). Olahraga bagi diabetes, Keperawatan : Konsep, Proses &
dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Praktek Edisi 4. Vol 1. Alih Bahasa :
Subekti, I, Ed. Penatalaksanaan Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC
diabetes mellitus terpadu (hlm 69-
110). Jakarta : FKUI. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Istiarini, C.H. (2009). Pengaruh terapi Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
refleksologi terhadap kadar glukosa
darah pada klien diabetes mellitus tipe Rekam Medis Puskesmas Martapura (2015)
dalam konteks asuhan keperawatan di
Sleman Yogyakarta, (tesis). Rekam Medis Puskesmas Martapura (2014)
Perpustakaan FIK-UI.
Sigal, J.R, Kenny, G.P., Wasserman, D.H, and
Castaneda, S.C (2004). Physical
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 26
Snyder, M. dan Linquist, R. (2002). Tarigan, T.J.E. (2009). Rumor tentang insulin,
Complementary/ alternative therapies mana yang benar, mana yang salah ?
in nursing, (4th ed). New York : dalam Soegondo, S., Soewondo, P., &
Springer Publishing Company. Subekti. I. Ed. Penatalaksanan kendali
diabetes mellitus terpadu. Jakarta :
Soewondo, P. (2009). Pemantauan kendali FKUI.
diabetes mellitus, dalam Soegondo, S.
Soewondo, P dan Subekti, I. Ed Tomey, AM., dan Alligood, MR., (2006).
Penatalaksanaan diabetes mellitus Nursing theorist and their work, (6 th
terpadu. Jakarta : FKUI ed). Elsevier Mosby.
Subekti, I. (2009). Apa itu diabetes : Umpierre et al, 2011. Phisical Activity Adviced
patofisiologi, gejala dan tanda dalam Only or Structures Exercise Training
Soegondo, S., Soewondo, P., & and Associations with HbA1c levels in
Subekti. I. Ed. Penatalaksanan kendali Type 2 Diabetes. American Medical
diabetes mellitus terpadu. Jakarta : Association. 35-107
FKUI.
Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus:
Sukardji, K. (2009). Bagaimanakah mekanisme dasar dan pengelolaannya
perencanaan makan pada penyandang yang rasional, dalam Soegondo, S.,
diabetes, dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti. I. Ed.
Soewondo, P., & Subekti. I. Ed. Penatalaksanan kendali diabetes
Penatalaksanan kendali diabetes mellitus terpadu. Jakarta : FKUI.
mellitus terpadu. Jakarta : FKUI.
WHO, (2006). Definition and diagnosis of
Sumadji, D.W. (2006). Hipoglikemia diabetes mellitus and intermediate
iatrogenic, dalam Sudoyo, A.W. dalam hyperglycemia Geneva, Switzerland :
Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., WHO Document Production Services
Simadibrata, M., dan Setiati, S. Buku
ajar ilmu penyakit dalam (4th Ed) (hlm Wolever, M.T. (2003). Carbohydrate and the
regulation of blood glucose and
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015
Caring, Vol.2, No.1, September 2015 27
Hubungan Antara Karakteristik dan Kinerja Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial dan
Spiritual Klien di Ruang ICU dan IGD RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2015