You are on page 1of 8

PORTFOLIO

KASUS 2 Appendicitis Akut

Nama Peserta dr. Alyda Hanoum Aulia


Nama Wahana RSU Berkah Pandeglang
Topik Appenditis Akut
Tanggal (kasus) 10 April 2017
Nama Pasien Ny. T 20th No. RM : 4250**
Tanggal Presentasi Nama Pendamping : dr. Yeni purwati
Tempat Presentasi RSU Berkah Pandeglang
Obyektif presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja
Lansia Bumil
Deskripsi Ny. T 20 th, nyeri perut kanan bawah sejak 10 jam SMRS disertai demam,
mual dan muntah
Tujuan : Mengobati appendicitis akut, mencegah pengulangan penyakit kembali
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama : Ny. T Usia : 20 tahun No Registrasi :


Nama Klinik : RSU Berkah Pandeglang Telepon : Terdaftar Sejak :

Data Utama untuk bahan diskusi :


1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Ny. T 20 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak 12 jam SMRS. Nyeri
muncul secara tiba tiba ketika pasien beristirahat, dirasakan terus menerus, namun tidak menjalar ke
daerah lain. Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan diperparah dengan pergerakan. Keluhan tersebut
diikuti dengan rasa mual dan pasien muntah 1 x berisi air bercampur makanan. Pasien menolak untuk
makan sejak keluhan muncul karena rasa mual hebat yang ia rasakan. Demam dirasakan pasien beberapa
saat setelah nyeri perut muncul, 39 diukur menggunakan thermometer, namun tidak menggigil. Pasien
sudah mencoba minum obat warung untuk mengurangi keluhan tapi tidak ada perbaikan. Diakui pasien, 1
hari sebelum kejadian, pasien mengonsumsi soto pedas sepulangnya bekerja. BAK dan BAB pasien
normal tidak ada keluhan. Pasien selesai haid 4 hari lalu, riwayat haid pasien teratur setiap bulannya dan
pasien menyangkal adanya riwayat keputihan. Riwayat kuning pada kulit dan mata disangkal, riwayat
terbentur daerah perut juga disangkal pasien. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.

2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak mengonsumi obat apapun secara rutin
3. Riwayat Kesehatan :
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai keluhan serupa
5. Riwayat Pekerjaan :
Karyawan toko
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (Rumah, Lingkungan, Pekerjaan)
Belum menikah. Pasien tinggal bersama ibu dan 1 orang adik.
7. Lain-lain (Pemeriksaan fisik dan Penunjang)

Keadaan Umum : Sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Laju pernafasan : 28x/menit
Suhu : 38,5C

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek cahaya langsung
(+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+) pupil bulat dan isokor dengan diameter
3mm/3mm

THT : Tidak ada sekret yang keluar dari hidung dan telinga, septum nasal
terletak di tengah. Faring tenang, T1/T1

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
a) Inspeksi : bentuk dada baik, tidak ada lesi, pergerakan dada simetris, iktus
kordis (-)

b) Palpasi : gerakan nafas simetris, taktil fremitus kanan = kiri


c) Perkusi : lapang dada paru terdengar sonor, batas paru-jantung baik
d) Auskultasi :
d.1 Jantung : Bunyi S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
d.2 Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
a) Inspeksi : datar, tidak terdapat lesi, tidak terdapat perubahan
warna kulit

b) Auskultasi : bising usus (+)


c) Palpasi : supel, nyeri tekan regio iliaka kanan (+), nyeri lepas region iliaka kanan (+)
d) Perkusi : timpani, nyeri ketok region iliaka kanan (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Tambahan :
o McBurney sign (+)
o Psoas sign (+)
o Obturator sign (+)
o Bloomberg sign (-)

Pemeriksaan Penunjang
1 Hematologi

Parameter Nilai Nilai Normal

Hemoglobin 12.1 11.7 16.2 g/dL

Hematokrit 40% 35 - 47%

Eritrosit 4.1 4.2 5.4 juta/uL

Leukosit 15650 /uL 4500 - 11300uL

Trombosit 290.000/uL 150.000-450.000/uL

2 Hitung Jenis

Basofil 0 01%

Eusinofil 1 13%

Batang 4 26%

Segmen 68 50 70 %

Limfosit 22 20 40 %

Monosit 6 28%
3. Tes Kehamilan : Negatif

Daftar Pustaka:
1. Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy III (revisi). Surakarta: Keluarga Besar Asisten Anatomi
FKUNS.
2. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. Jakarta: Dian Rakyat.
3. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC.
4. Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Cetakan ke-6. Jakarta: Dian Rakyat.
5. Sidharta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Cetakan ke-6. Jakarta: Dian Rakyat.
6. Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
7. Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed : 5. Jakarta: EGC.
Williams B A, Schizas A M P, Management of Complex Appendicitis. Elsevier. 2010. Surgery
28:11. p544048.
2. Andersson N, Griffiths H, Murphy J, et al. Is appendicitis familial? Br Med J 1979 Sep
22; 2: 697e8.
3. Heaton KW. In: Br Med J, Res Clin, eds. Aetiology of acute appendicitis 1987 Jun 27;
294:1632e3.
4. Bewes P. Appendicitis. [Internet] April 2003. [cited April 2011] E-Talc Issue 3. Available
from: http://web.squ.edu.om/med-Lib/MED_CD/E_CDs/health
%2520development/html/clients/beweshtml/bewes_01.htm
5. Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. 2nd Ed. New York: Springer. 2008.
6. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartzs Principles of Surgery. 9 th Ed.
USA: McGrawHill Companies. 2010.
7. Appendicitis [Internet] [updated September 2010; cited April 2011]. Available from:
http://en.wikipedia.org/wiki/Appendicitis
8. Puylaert JB, Rutgers PH, Lalisang RI, et al. A prospective study ofultrasonography in
the diagnosis of appendicitis. N Engl J Med 1987 Sep 10; 317: 666e9.
9. Temple CL, Huchcroft SA, Temple WJ. The natural history of appendicitis in adults. A
prospective study. Ann Surg 1995 Mar; 221: 278-81.
10. Birnbaum BA, Wilson SR. Appendicitis at the millennium. Radiology 2000 May; 215:
337e48.
11. Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis Surgical Anatomy.
USA: McGrawHill. 2004.
12. Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Editors. Bailey and Loves Short Practice of
Surgery. 24th Ed. London: Arnold. 2004.
13. Patnalk VG, Singla RK, Bansal VK. Surgical Incisions-Their Anatomical Basis. J Anat. Soc.
India 50(2) 170-178 (2001)
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosa Appendisitis Akut
2. Waspadai Appendisitis Akut
3. Mekanisme terjadinya Appendisitis Akut
4. Edukasi pada pasien mengenai pencegahan serangan berulang
5. Langkah-Langkah penatalaksanaan Appendisitis Akut
6. Motivasi kepatuhan untuk minum obat, tirah baring, diet sesuai saran
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

Subyektif:
Pasien Ny. T 20 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak 12 jam SMRS. Nyeri
muncul secara tiba tiba ketika pasien beristirahat, dirasakan terus menerus, namun tidak menjalar ke
daerah lain. Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan diperparah dengan pergerakan. Keluhan tersebut
diikuti dengan rasa mual dan pasien muntah 1 x berisi air bercampur makanan. Pasien menolak untuk
makan sejak keluhan muncul karena rasa mual hebat yang ia rasakan. Demam dirasakan pasien beberapa
saat setelah nyeri perut muncul, 39 diukur menggunakan thermometer, namun tidak menggigil. Pasien
sudah mencoba minum obat warung untuk mengurangi keluhan tapi tidak ada perbaikan. Diakui pasien, 1
hari sebelum kejadian, pasien mengonsumsi soto pedas sepulangnya bekerja. BAK dan BAB pasien
normal tidak ada keluhan. Pasien selesai haid 4 hari lalu, riwayat haid pasien teratur setiap bulannya dan
pasien menyangkal adanya riwayat keputihan. Riwayat kuning pada kulit dan mata disangkal, riwayat
terbentur daerah perut juga disangkal pasien. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, dapat diperkirakan pasien mengalami appendicitis akut,
dimana terjadi peradangan akut pada organ appendiks yang terletak di region kanan bawah. Nyeri yang
timbul seperti ditusuk tusuk dan terlokalisasi pada 1 regio. Keluhan tersebut disertai dengan demam,
mual dan muntah yang merupakan gejala klinis dari suatu proses peradangan. Sebelum keluhan muncul,
pasien mengonsumi makanan pedas dimana merupakan salah satu faktor pencetus munculnya
appendicitis.
Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik tampak keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis,
dengan GCS 15. Pemeriksaan tanda tanda vital, didapatkan adanya peningkatan nadi dan laju nafas
dimana dapat menandakan pasien sangat kesakakitan. Suhu pasien meningkat, menandakan adanya suatu
proses peradangan atau infeksi. Pemeriksaan kepala sampai dengan dada didapatkan hasil dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen, pada palpasi ditemukan adanya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
region iliaka kanan dan pada perkusi ditemukan nyeri ketuk juga pada regio tersebut. Selain itu, dilakukan
juga pemeriksaan tambahan yang mengarah ke diagnosis appendicitis akut, didapatkan McBurney sign
positif, Psoas sign positif, dan Obturator sign positif.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kenaikan dari leukosit yang menandakan adanya infeksi
bakteri. Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, dapat ditegakkan diagnosis : appendicitis akut.
Assessment :
Pasien didiagnosis menderita appendicitis akut berdasarkan gejala yang dialami pasien yaitu nyeri
kuadran kanan bawah, diikuti dengan mual, muntah, demam dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan
fisik yang dilakukan pada pasien, sangat sesuai dengan appendicitis akut dimana adanya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada region iliaka kanan. McBurney sign, psoas sign dan obturator sign pasien positif. Hasil
laboratorium pasien menunjukan adanya leukositosis, dimana menunjukan adanya suatu proses infeksi
dan peradangan pada appendiks.

Gejala klinis dari appendisitis dapat bervariasi, namun umumnya diawali dengan riwayat nyeri perut
kanan bawah. Pada beberapa kasus diawali dengan nyeri ulu hati yang berpindah ke region kanan bawah.
Biasanya keluhan tersebut diikuti dengan mual, muntah dan demam. Titik maksimal nyeri adalah pada
sepertiga dari umblikus ke fossa ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam, seperti
ditusuk tusuk, dan diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc
Burney juga dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa disebut tanda Rovsing. Posisi pasien
dipengaruhi oleh posisi dari apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara
sekum dan otot psoas) nyeri tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang.
Jika apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa. Bila apendiks dekat dengan otot
psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada
lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks terletak retrosekal maka bisa menyebabkan iritasi pada
ureter sehingga darah dan protein dapat ditemukan dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka
gejala klinis minimal, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal, dimana akan ditemukan nyeri pada
arah jam 11 atau 12. Jika apendiks terletak di dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang
meningkatkan nyeri pada pasien (tanda obturator).
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado. Sistem skor dibuat
untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis. Pada pasien didapati total skor Alvarado 8 sehingga
dapat dipastikan diagnosa kerja appendicitis akut.

Penyebab pasti dari appendisitis belum diketahui pasti. Belakangan diketahui itu disebabkan oleh
kesamaan kebiasaan makan, resistensi genetik dari flora bakteri. Kebiasaan makan rendah serat, tinggi
gula dan lemak juga merupakan predisposisi terjadinya appendicitis dimana terjadi peningkatan tekanan
di dalam lumen usus. Pada kasus ini sebelum keluhan muncul pasien mengonsumsi makanan pedas 1 hari
sebelumnya.

Pasien menyangkal adanya nyeri yang menjalar ke pinggang dan adanya gangguan BAK, diikuti dengan
hasil pemeriksaan laboratorium urin lengkap sehingga ISK dapat disingkirkan. Pasien mengaku baru
selesai haid 4 hari yang lalu, haid pasien teratur setiap bulannya dan menyangkal adanya keputihan, serta
dibuktikan dengan tes kehamilan yang negatif, sehingga Kehamilan Ektopik dapat disingkirkan.

4. Plan :
Medikamentosa

IVFD RL 20 tpm

Injeksi OMZ 2 x 40 mg
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg

Injeksi Ondansetron 3 x 4 mg

Injeksi Ceftriaxone 1 x 2 gr

PCT infus 3 x 1 gr

Konsul dr. Rendy, Sp.B : Saran rujuk RSUD Ajidarmo untuk dilakukan Appendektomi

Pengobatan awal pada pasien diberikan injeksi ketorolac secara parenteral sebagai agen anti-inflamasi
non steroidal untuk mengurangi proses peradangan dan mengurangi nyeri pasien. Injeksi Ceftriaxone
diberikan sebagai antibiotik untuk mengendalikan proses infeksi bakteri. Injeksi Omeprazole dan
Ondansetron, diberikan sebagai simptomatik, dimana Omeprazole merupakan PPI inhibitor, digunakan
untuk menekan produksi asam dengan cara menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar
dari sel parietal lambung, mencegah nyeri perut bertambah akibat asam. Sedangkan Ondansetron
digunakan untuk mengurangi muladan muntah, dimana Ondansetron merupakan Antagonis serotonin 5-
HT3, yang bekerja dengan menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) berikatan
pada reseptornya yang ada di CTZ (chemoreseceptor trigger zone) dan di saluran cerna. PCT infus
diberikan untuk mengatasi demam pada pasien.
Pasien segera dikonsulkan ke dokter spesialis bedah, untuk dilakukan appendektomi segera.

Non Medikamentosa

Edukasi :

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit pasien, gejala yang ditimbulkan,
kemungkinan terjadi berulang serta perkembangan penyakit yang dapat terjadi

Memberi tahu pasien dan keluarganya tentang faktor resiko terjadinya appendisitis dan apa saja yang
harus dilakukan untuk mencegahnya

Memberi edukasi kepada pasien untuk rutin dalam menjalani proses pengobatan

Memberi edukasi pasien untuk kontrol ke poli pedah dan penyakit dalam

Memberi edukasi pasien untuk menjaga pola makan dan hidup sehat

You might also like