You are on page 1of 11

PENERAPAN GOOD MANUFACTORING PRACTICES PADA INDUSTRI

RUMAH TANGGA KERUPUK TERIPANG DI SUKOLILO SURABAYA


The Implementation of Good Manufactoring Practices in The Sea Cucumbers Crackers
Home Industry at Sukolilo, Surabaya

Triesty Anggraini dan Ririh Yudhastuti


Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
estie.anggraini@gmail.com

Abstract: Good Manufacturing Practices describes the requirements that must be done by the domestic industry at the
whole production chain from raw materials to final product. Fishery products are contributor of food poisoning cause in
national. One of processed fishery products are crackers. Deni - Deva is one brand of processed crackers from marine
products in the Center of Marine Products of Small and Medium Businesses, Sukolilo, Surabaya. The study design
was observational descriptive. The purpose of this study was to identify the implementation of Good Manufacturing
Practices in the manufacture of the processed crackers from marine products under the brand Deni - Deva. Selected
crackers are sea cucumbers crackers. The process of making sea cucumbers crackers with brand Deni - Deva has
not been appropriately implementing 8 (eight) aspects of Good Manufacturing Practices, is evident from the results
of the assessment states that the implementation of Good Manufacturing Practices in the production process of sea
cucumber crackers categorized bad (53.02%). Aspects which get poor value category and needs to be fixed is the
aspect of design and production area facilities, maintenance of processing facilities and sanitation activities, as well as
administrative recording and recall.

Keywords: good manufacturing practices, sea cucumbers crackers

Abstrak: Good Manufacturing Practices (GMP) menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri rumah
tangga di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan baku sampai produk akhir. Produk perikanan menjadi
kontributor kasus keracunan nasional akibat makanan. Salah satu produk perikanan adalah kerupuk. Deni - Deva
merupakan salah satu merek kerupuk olahan hasil laut yang diproduksi di Usaha Kecil Menengah Sentra Olahan Hasil
Laut, Sukolilo, Surabaya. Desain penelitian ini adalah observasional deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi penerapan Good Manufacturing Practices pada pembuatan kerupuk olahan hasil laut dengan merek
Deni - Deva. Kerupuk yang dipilih adalah kerupuk teripang. Proses pembuatan kerupuk teripang merek Deni - Deva
belum menerapkan 8 aspek Good Manufacturing Practices secara tepat, terbukti dari hasil penilaian yang menyatakan
bahwa penerapan Good Manufacturing Practices pada pembuatan kerupuk teripang termasuk buruk (53,02%). Aspek
yang memperoleh kategori nilai kurang baik dan perlu diperbaiki adalah aspek desain dan fasilitas ruang produksi,
pemeliharaan sarana pengolahan dan kegiatan sanitasi, serta pencatatan administratif dan penarikan produk.

Kata kunci: good manufacturing practices, kerupuk teripang

PENDAHULUAN lingkungan. Selain makanan dan pencemar


lingkungan, masih ada penyebab lain yang
Pangan yang dapat membahayakan
dapat menimbulkan keracunan, yaitu antara
kesehatan masyarakat memerlukan perhatian
lain: minuman, produk suplemen, obat, napza,
dan pengawasan yang khusus, terutama jenis
pestisida, tumbuhan, binatang, kimia, dan
pangan yang sudah tersebar atau terdistribusi di
kosmetika secara informasi keracunan (BPOM,
masyarakat luas. Pangan yang membahayakan
2011). Kejadian keracunan makanan juga
kesehatan dapat menjadi penyebab kasus
terjadi pada tahun 2010 di Surabaya. Sebanyak
keracunan. Kasus keracunan nasional akibat
4 penduduk mengalami keracunan akibat
makanan dan pencemar lingkungan sampai
kandungan boraks pada mie basah. Data ini
pada tahun 2011 adalah 601 kasus dan 28
diperoleh dari Puskesmas Banyu Urip, Kecamatan
kasus. Sedangkan, untuk kasus keracunan baru
Sawahan.
yang terjadi pada tahun 2011 adalah 58 kasus
Produk perikanan juga menjadi kontributor
akibat makanan dan 4 kasus akibat pencemar
kasus keracunan nasional akibat makanan.

148
T Anggraini dan R Yudhastuti, Penerapan Good Manufactoring Practices pada Pembuatan Kerupuk Teripang 149

Produk perikanan dapat menjadi tidak aman besar dan bergerak di bidang makanan adalah
baik sewaktu masih berupa bahan baku, meningkatkan kepercayaan konsumen dengan
selama proses pengolahan, maupun selama menumbuhkan kesadaran produsen dan karyawan
penyimpanan dan distribusi. Ketidakamanan tentang pentingnya proses produksi pangan yang
dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara higienis dan responsible terhadap keselamatan
lain proses alamiah seperti terjadinya oksidasi konsumen. Pemerintah melalui Badan Pengawas
atau pembusukan; pencemaran, seperti logam Obat dan Makanan menetapkan suatu pedoman
berat, pestisida, atau bakteri pathogen maupun atau peraturan tentang Cara Produksi Pangan
pembusuk, yang berakibat pada timbulnya yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-
penyakit atau pembusukan; kesalahan proses, IRT) atau biasanya disebut Good Manufacturing
seperti kesalahan penanganan, under atau over Practices (GMP) agar kualitas produk makanan
process, pengolahan yang tidak mengikuti GMP yang dihasilkan tidak hanya mempunyai nilai gizi
(Good Manufacturing Process), dan lain-lain, lagi, tetapi juga aman dan layak dikonsumsi.
yang berakibat hilangnya nutrisi dan vitamin GMP merupakan pedoman cara berproduksi
atau timbulnya senyawa karsinogenik; dan pangan yang bertujuan supaya produsen pangan
karena faktor kesengajaan, misalnya kasus mal- memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
praktek penggunaan antibiotik, formalin, boraks, ditentukan untuk menghasilkan produk pangan
insektisida, pewarna tekstil, dan lain-lain (Prosiding yang bermutu dan aman dikonsumsi sesuai
Simposium Nasional Hasil Riset Kelautan dan dengan tuntutan konsumen. GMP wajib diterapkan
Perikanan, 2007). oleh industri yang menghasilkan produk pangan
Sejak 50 tahun yang lalu, kerupuk sudah sebagai upaya preventif agar pangan yang siap
diproduksi dengan kondisi yang sangat sederhana dikonsumsi tersebut bersifat aman, layak, dan
baik penampilan maupun cita rasanya. Kerupuk berkualitas.
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat Usaha Kecil Menengah (UKM) sentra olahan
dari anak-anak hingga orang tua baik sebagai hasil laut daerah Sukolilo, dekat dengan Pantai
makanan ringan (snack) maupun lauk. Bahan Kenjeran Surabaya merupakan industri rumah
makanan atau minuman termasuk produk kerupuk tangga yang sudah lama berdiri dan termasuk
berkaitan secara langsung dengan kesehatan usaha turun-temurun warga yang bertempat
masyarakat umum. Dengan demikian, dalam tinggal di sana. UKM di Sukolilo ini terkenal
pelaksanaan pengolahan dan pengawetannya dengan produksi kerupuknya. Berbagai macam
diperlukan pengaturan dan pengawasan. kerupuk yang diproduksi dan dijual oleh UKM
Berbagai peraturan pemerintah ditetapkan untuk sentra olahan hasil laut Sukolilo antara lain
melindungi konsumen sekaligus juga merupakan kerupuk teripang, kerupuk terung, kerupuk serat
informasi/petunjuk bagi pengusaha industri kecil (otot) teripang, kerupuk udang, kerupuk kentang
akan adanya bahan-bahan tambahan kimia yang udang, lorjuk dan kerupuk hasil laut lainnya.
berbahaya bagi kesehatan manusia (Suprapti, Masih banyak produsen kerupuk yang
2005). menjadi anggota UKM Sentra Olahan Hasil
Pemerintah Kota Surabaya mempunyai visi ke Laut Sukolilo belum bersedia untuk mengurus
depan untuk menjadikan Usaha Kecil Menengah perijinan terkait dengan pangan, misalnya P-IRT,
(UKM). Surabaya mampu bersaing dengan produk merek, maupun sertifikat halal, dengan alasan
impor. Berdasarkan data dari jumlah industri kecil karena pemasaran produk yang dihasilkan hanya
dan menengah di bidang agro/pangan yang pada sesama produsen, tidak langsung kepada
terdaftar adalah sebanyak 396 industri. Jumlah konsumen (pembeli). Terkadang, produsen
industri kecil dan menengah pada tahun 2008 seperti ini hanya menghasilkan produk semi jadi,
adalah 31 industri, sedangkan jumlah industri yaitu teripang kering atau teripang yang sudah
kecil dan menengah pada tahun 2012 adalah 131 digoreng pasir. Produk akhir/produk jadi lebih
industri. Berdasarkan data jumlah industri pada banyak dihasilkan oleh produsen kedua (yaitu
tahun 2008 dan 2012, maka terjadi peningkatan produsen yang membeli produk semi jadi dari
jumlah industri kecil dan menengah sebesar 100 produsen kerupuk yang lain). Sistem seperti
industri dari tahun 2008 sampai 2012. inilah yang dianut oleh semua produsen kerupuk
Salah satu cara agar UKM yang menjual yang menjadi anggota UKM Sentra Olahan Hasil
produk makanan di Surabaya mampu bersaing Laut Sukolilo, tidak ada produsen kerupuk yang
dengan industri rumah tangga yang lebih
150 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 148158

mengolah kerupuk teripang dari bahan baku hasil laut kurang terjamin. Secara umum, kondisi
awal sampai pada tahap penjualan langsung ke proses produksi ini sama dengan kondisi proses
konsumen. produksi kerupuk teripang yang dilakukan oleh
UD Deni-Deva merupakan salah satu industri industri rumah tangga yang lain di UKM Sentra
rumah tangga penjual kerupuk olahan hasil laut Olahan Hasil Laut, Sukolilo, Surabaya. Gambaran
yang menganut sistem seperti itu. UD Deni-Deva awal yang diperoleh peneliti saat meninjau
dengan pemilik Ibu STK (40 tahun) memproduksi kondisi proses produksi kerupuk teripang ini
kerupuk olahan hasil laut, seperti kerupuk menjadi alasan perlu dilakukan identifikasi lebih
teripang, terung, kentang udang, lorjuk, dan lain mendalam mengenai bagaimana penerapan Good
sebagainya. Ibu STK merupakan ketua dari UKM Manufacturing Practices pada pembuatan kerupuk
Sentra Olahan Hasil Laut di Sukolilo. Usaha Kecil teripang mulai dari bahan baku sampai dengan
Menengah Sentra Olahan Hasil Laut di Sukolilo produk jadi.
merupakan salah satu UKM binaan dari Dinas Pada penelitian ini, ruang lingkup GMP
Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya. dibagi ke dalam 8 (delapan) aspek, yaitu aspek
Kerupuk teripang dengan merek Deni - Deva pengadaan bahan baku, desain dan fasilitas
dijual ke Darmo Trade Center (DTC) Wonokromo. ruang produksi, kesehatan dan higiene karyawan,
Selain itu, pendistribusian kerupuk teripang ini pengendalian proses produksi, pemeliharaan
sampai ke daerah Bali. UD Deni-Deva sebagai sarana pengolahan dan kegiatan sanitasi,
usaha dagang produksi pangan yang berskala penyimpanan dan pengangkutan, kemasan dan
rumah tangga telah mempunyai ijin usaha dan pelabelan produk, serta pencatatan administratif
sertifikat terkait pangan, yaitu antara lain SIUP, dan penarikan produk.
P-IRT, dan sertifikat halal. Namun, untuk kerupuk
teripang, UD Deni-Deva tidak memproduksi
METODE PENELITIAN
kerupuk teripang dari awal, melainkan hanya
melakukan penggorengan teripang dengan Penelitian ini merupakan penelitian
minyak goreng, melakukan pengemasan, dan observasional deskriptif, karena penelitian ini
menjualnya langsung ke konsumen. bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan
Peneliti telah melakukan studi awal untuk Good Manufacturing Practices pada kerupuk
mengetahui penerapan salah satu prinsip Good teripang dengan merek Deni-Deva di Sukolilo,
Manufacturing Practices pada proses produksi Surabaya. Sedangkan, rancang bangun penelitian
kerupuk teripang merek Deni-Deva, yaitu ini menggunakan rancangan cross sectional.
tentang kondisi higiene dan sanitasi lingkungan. Sampel dari penelitian ini adalah kerupuk
Studi awal ini dilakukan di supplier atau pemasok teripang. Pemilihan jenis kerupuk ini ditentukan
teripang goreng pasir UD Deni-Deva. Berdasarkan dari jumlah penjualan dan distribusi terluas dan
studi awal yang telah dilakukan, peneliti terbanyak dalam sebulan dari tiap jenis kerupuk
memperoleh gambaran proses produksi kerupuk yang dijual oleh UD Deni-Deva. Kerupuk teripang
teripang yang belum sepenuhnya menerapkan merek Deni-Deva merupakan kerupuk yang
GMP (Good Manufacturing Practices). Dilihat dari terjual paling banyak dan telah didistribusikan
aspek lokasi dan lingkungan produksi, proses secara luas di berbagai daerah. Kerupuk teripang
produksi kerupuk teripang berlokasi di ruangan ini akan diobservasi proses pembuatannya dari
terbuka, tidak ada bangunan ruang produksi yang bahan baku awal sampai produk jadi dan siap
permanen digunakan untuk memproduksi kerupuk dikonsumsi berdasarkan 8 aspek ruang lingkup
olahan hasil laut, sehingga memungkinkan vector GMP. Selain jenis kerupuk tersebut, semua pekerja
dan rodent mengganggu proses pembuatan yang turut terlibat dalam proses produksi kerupuk
kerupuk teripang tersebut dengan mencemari teripang dengan merek Deni-Deva juga dijadikan
alat yang digunakan dalam pengolahan. Fasilitas sebagai sampel penelitian. Penelitian ini berlokasi
dan peralatan yang digunakan untuk membuat di dua tempat, yaitu UD Deni-Deva dan supplier
kerupuk jauh dari prinsip higiene yang layak atau teripang goreng pasir UD Deni-Deva, yaitu di
baik. Lingkungan yang kumuh dengan jarak antar industri rumah tangga Ibu ID (33 tahun).
rumah yang saling berdekatan di daerah Sukolilo Data dikumpulkan dengan cara observasi
membuat fasilitas dan kegiatan higiene dan dan wawancara. Observasi yang dilakukan
sanitasi dalam proses produksi kerupuk olahan bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan
T Anggraini dan R Yudhastuti, Penerapan Good Manufactoring Practices pada Pembuatan Kerupuk Teripang 151

Good Manufacturing Practices pada kerupuk ini dilakukan oleh UD Deni-Deva sendiri; dan
teripang dengan merek Deni-Deva di Sukolilo, kemudian siap untuk dijual dan dikonsumsi.
Surabaya menggunakan instrumen penilaian. Tahap pembuatan kerupuk teripang dengan
Untuk setiap aspek GMP yang dinilai pada proses merek Deni-Deva secara garis besar sudah
produksi kerupuk teripang, kriteria penilaiannya seperti tahapan pembuatan kerupuk teripang
adalah sebagai berikut: Baik > 75%, cukup baik menurut Martoyo (1996) dalam Purnamasari
50 75%, dan kurang baik < 50%. Untuk penilaian (2011), yaitu pada proses pembuatan kerupuk
penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) teripang, perebusan teripang segar menggunakan
secara keseluruhan pada proses produksi kerupuk air laut. Pada industri rumah tangga Ibu ID,
teripang, kriteria penilaiannya adalah sebagai perebusan teripang dilakukan sebanyak dua
berikut: Baik > 75%, cukup baik 6575%, kurang kali. Perebusan pertama dari teripang segar
baik 55< 65%, buruk < 55%. Kategori hasil tidak menggunakan tambahan air, melainkan
penilaian ini berdasarkan acuan menurut Arikunto dengan sisa air laut yang bercampur dengan
(2010) dan telah dimodifikasi oleh peneliti. lumpur pada teripang segar. Perebusan kedua
Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan setelah bagian dalam teripang
dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam dikeluarkan dan teripang dibersihkan. Perebusan
bentuk tabel dengan uraian dalam bentuk naratif. kedua ini menggunakan air PDAM. Perebusan
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari teripang yang dilakukan oleh Ibu ID lebih lengkap
komisi etik, terbukti dari Keterangan Lolos Kaji Etik jika dibandingkan dengan tahapan proses
No: 180-KEPK. pembuatan kerupuk teripang menurut Martoyo
(1996) dalam Purnamasari (2011). Selain proses
perebusan, tahapan yang berbeda adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
proses pembersihan yang dilakukan oleh IRT
Proses Pembuatan Kerupuk Teripang Ibu ID. Proses pembersihan teripang dilakukan
Proses pembuatan kerupuk teripang merek setelah bagian dalam teripang dikeluarkan.
Deni - Deva di IRT Ibu ID dan UD. Deni - Deva Proses pembersihan ini tidak dilakukan dengan
yaitu sebagai berikut: bagian perut teripang segar pencucian biasa, namun dilakukan juga dengan
digores dengan pisau; perebusan teripang yang menginjak-injak teripang yang sudah dikeluarkan
telah digores pada tumang tanpa menggunakan bagian dalamnya. Upaya penginjakan ini bertujuan
tambahan air; air yang digunakan adalah sisa supaya produk kerupuk teripang yang dihasilkan
air laut yang bercampur dengan lumpur di semakin bersih dan rapi.
teripang segar; setelah agak dingin, bagian dalam Tahap pengeringan dan penggorengan
teripang dikeluarkan; melakukan pembersihan teripang di IRT Ibu ID sama dengan tahapan
pada teripang yang bagian dalamnya sudah yang dijelaskan oleh Martoyo (1996) dalam
dikeluarkan; pembersihan ini dilakukan dengan Purnamasari (2011). Teripang dijemur di tempat
cara pencucian teripang dan penginjakan teripang penjemur yang terbuat dari kayu bambu (biasa
yang bagian dalamnya sudah dikeluarkan; disebut dengan cerebeng). Setelah teripang
melakukan perebusan kembali pada teripang menjadi sangat kering, teripang tersebut harus
yang bagian dalamnya sudah dikeluarkan digoreng dengan pasir sebelum melalui tahapan
menggunakan air PDAM; teripang tersebut penggorengan dengan minyak goreng. Pasir yang
dikeringkan sampai tekstur teripang tidak banyak digunakan untuk menggoreng teripang berasal
mengandung air. Tidak ada bahan tambahan dari pasir hitam laut yang mengalami pembersihan
pangan yang ditambahkan pada kerupuk beberapa kali.
teripang olahan warga Sukolilo, Surabaya ini; Pengeringan merupakan salah satu teknik
melakukan pemisahan bagian otot dan badan pengawetan yang sering dilakukan pada produk
teripang; pengeringan badan dan otot teripang perikanan. Teknik pengawetan adalah teknik
di bawah panas matahari, yang diolah menjadi penyimpanan yang mempunyai waktu yang
kerupuk teripang adalah badan teripang; setelah lebih lama dibandingkan penyimpanan dengan
kering, teripang yang sudah bersih dari bagian cara pembekuan (Ekawatiningsih, 2008). Ada
ototnya tersebut digoreng dengan menggunakan beberapa keuntungan yang diperoleh suatu
pasir; kemudian, melakukan penggorengan produk pangan yang digoreng menggunakan
dengan minyak; penggorengan dengan minyak pasir, yaitu mengurangi ketergantungan
152 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 148158

penggorengan dengan menggunakan minyak Isworo (2010), minyak goreng yang digunakan
goreng, pasir sebagai media penghantar panas untuk menggoreng secara berulang akan
yang mudah didapat dan murah, serta produk mempengaruhi rasa, aroma, dan warna bahan
pangan tidak mudah tengik, karena tidak pangan yang digoreng, misal tempe. Semakin
mengandung minyak goreng. Namun, perlu banyak pengulangan penggorengan, semakin
juga memperhatikan diameter dari pasir yang meningkat bilangan peroksida dari minyak goreng
digunakan untuk menggoreng, sebab hasil yang digunakan. Bilangan peroksida dapat
penelitian dari Siswantoro, (2011) menunjukkan mempercepat bau tengik dan flavor yang tidak
bahwa pasir dengan diameter < 0,50 mm kurang diinginkan. Bilangan peroksida merupakan nilai
baik digunakan untuk penggorengan kerupuk terpenting untuk menentukan derajat kerusakan
karena ada sebagian pasir yang masih menempel minyak. Minyak goreng yang digunakan akan
pada kerupuk yang digoreng. Pada pembuatan bersifat sangat beracun apabila jumlah bilangan
kerupuk teripang di Sukolilo, penggorengan peroksidanya lebih besar dari 100 (Ketaren,
dengan pasir dimaksudkan supaya teripang dapat 2005 dalam Ayu dan Hamzah, 2010). Bilangan
nampak lebih mekar dan renyah ketika digoreng peroksida minyak goreng bekas dapat mencapai
menggunakan minyak. 94,02 Meq/Kg (Trisnawati, 2010 dalam Ayu dan
Penggorengan dengan menggunakan Hamzah, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dari
minyak goreng perlu mendapat perhatian, karena Sartika (2009), asam lemak trans baru terbentuk
minyak goreng yang digunakan secara berulang setelah proses menggoreng (deep frying)
dapat mempengaruhi mutu produk pangan. pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat
Menurut Aminah (2009) dalam Aminah dan

Tabel 1.
Hasil Observasi Desain dan Fasilitas Ruang Produksi Kerupuk Teripang di Sukolilo Surabaya Tahun 2013

Aspek yang Dinilai Hasil Observasi Nilai


Perawatan lokasi Jarang dijaga kebersihannya 1
Ada/ tidaknya genangan air Ditemukan lebih dari 1 area yang tergenang air 1
Penggunaan ruang produksi Hanya digunakan untuk memproduksi kerupuk teripang 3
Kondisi lantai Ada lantai yang disemen, ada yang masih dalam bentuk tanah 2
Permukaan lantai agak rata 2
Semua bagian lantai tidak licin 3
Ditemukan kotoran 0
Perawatan lantai Jarang dijaga kebersihannya 1
Kondisi langit-langit Tidak ada yang bocor 3
Permukaannya tidak rata 2
Ditemukan sarang laba-laba 1
Perawatan langit-langit Jarang dibersihkan 1
Kondisi permukaan tempat kerja Lumayan bersih, layak, masih dapat dipergunakan dengan baik 2
Bahannya tidak menyerap air 3
Permukaan tempat kerja kemungkinan dapat mengontaminasi bahan 0
pangan (contoh: kondisi panci untuk merebus teripang segar)
Perawatan permukaan tempat Permukaan tempat kerja atau wadah yang digunakan selalu dibersihkan 3
kerja setelah digunakan
Penerangan Menggunakan cahaya matahari (proses produksi kerupuk teripang 3
banyak dilakukan pada waktu pagi sampai siang hari)
Tempat cuci tangan Tidak permanen, tidak dilengkapi sabun 1
Desain tempat penyimpanan Tidak ada ruangan khusus, tempat penyimpanan bahan pangan dan 2
produk jadi dipisahkan
Kondisi tempat penyimpanan Bebas dari serangga dan binatang pengerat (baik tempat penyimpanan 1
produk setengah jadi maupun produk jadi)
Tidak terdapat sirkulasi udara di tempat penyimpanan produk jadi, namun 1
untuk penyimpanan produk setengah jadi terdapat sirkulasi udara yang
cukup memadai
Total Nilai 36
T Anggraini dan R Yudhastuti, Penerapan Good Manufactoring Practices pada Pembuatan Kerupuk Teripang 153

sejalan dengan pengulangan penggunaan kerupuk teripang, karena menurut Winarno dan
minyak. Konsumsi asam lemak trans dari minyak/ Surono (2004), debu dan tanah adalah sumber
lemak nabati yang dihidrogenasi (minyak goreng) penularan mikroba beserta sporanya.
mempunyai banyak pengaruh buruk terhadap
kesehatan seperti dapat menyebabkan terjadinya Kesehatan dan Higiene Karyawan
penyakit jantung, kanker, diabetes, imunitas, serta Beberapa karyawan akan ijin tidak bekerja
obesitas (Tuminah, 2009). Penggunaan minyak apabila sedang sakit. Biasanya jenis sakit yang
goreng pada proses penggorengan kerupuk menjadi alasan untuk tidak bekerja adalah capek
teripang kemungkinan juga dilakukan berulang, atau pegel-pegel. Namun, seringkali dipaksakan
sebab warna minyak yang digunakan adalah untuk tetap bekerja. Tidak ada aturan khusus dari
hitam seperti minyak yang telah digunakan secara pihak industri rumah tangga tentang absen ketika
berulang. Sehingga, kewaspadaan terhadap sakit. Sejauh ini, tidak ada karyawan yang memiliki
dampak yang ditimbulkan karena penggunaan luka di bagian tangan. Apabila ada luka, beberapa
minyak goreng berulang pada pembuatan kerupuk dari mereka cenderung memakai plester untuk
teripang perlu dilakukan. menutupi luka. Sejauh ini, tidak ada karyawan
yang memiliki luka di bagian tangan. Apabila ada
Pengadaan Bahan Baku
luka, beberapa dari mereka cenderung memakai
Teripang segar sebagai bahan baku kerupuk plester untuk menutupi luka. Semua karyawan
teripang mempunyai ciri organoleptik serat dalam tidak pernah mencuci tangan sebelum mengolah
utuh, kondisi teripang kotor, kulit luar rapih, bau teripang segar. Semua karyawan tidak merokok
spesifik teripang, dan mempunyai tekstur yang saat bekerja. Semua karyawan tidak meludah
padat dan elastis. Total nilai yang diperoleh saat bekerja. Semua karyawan tidak bersin dan
aspek bahan baku pada kerupuk teripang adalah batuk saat bekerja. Kurang dari 50% pekerja
sebesar 13 dari total maksimal 15. Berdasarkan menggunakan APD saat bekerja.
kategori penilaian, variabel pengadaan bahan Total nilai yang diperoleh pada variabel
baku pada proses produksi kerupuk teripang kesehatan dan higiene karyawan adalah sebesar
termasuk dalam kategori baik dengan persentase 10 dari total maksimal 18. Berdasarkan kategori
sebesar 86,67%. Teripang yang digunakan adalah penilaian, variabel kesehatan dan higiene
teripang jenis Paracaudina sp. Teripang yang karyawan yang mengolah kerupuk teripang
digunakan adalah yang berukuran kecil. Kondisi termasuk dalam kategori cukup baik dengan
teripang kotor sekali, karena bercampur dengan persentase sebesar 55,56%.
Lumpur, sehingga membuat warna teripang yang Respons atau perilaku para penjamah kerupuk
sebenarnya tidak kelihatan, yaitu berwarna merah teripang terhadap luka yang ada di bagian tubuh
muda kecokelat-cokelatan. adalah belum sepenuhnya baik dan benar. Menurut
Winarno dan Surono (2004), luka bakar atau luka
Desain dan Fasilitas Ruang Produksi teriris, meskipun kecil dapat menjadi sarang bakteri
Total nilai yang diperoleh hanya sebesar Staphylococcus. Oleh karena itu, sebaiknya luka
36 dari total maksimal 84. Berdasarkan kategori ini harus dirawat dengan baik dan dibalut dengan
penilaian, variabel desain dan fasilitas ruang plester luka yang tahan air. Alasan para penjamah
produksi kerupuk teripang termasuk dalam tidak pernah melakukan aktivitas mencuci tangan
kategori kurang baik dengan persentase sebesar sebelum mengolah teripang adalah karena teripang
42,9%. Sub aspek yang memperoleh nilai terendah segar yang harus diolah sudah dalam kondisi yang
pada variabel desain dan fasilitas ruang produksi kotor. Sehingga, mereka beranggapan bahwa
kerupuk teripang adalah sub aspek perawatan tidak perlu mencuci tangan sebelum mengolah
lokasi, adanya genangan air, kondisi dan teripang menjadi kerupuk teripang. Perilaku para
perawatan lantai, kondisi dan perawatan langit- penjamah kerupuk teripang dalam hal penggunaan
langit, dan kondisi permukaan tempat kerja. Hal alat pelindung diri termasuk dalam kategori
ini dikarenakan gambaran ruang produksi kerupuk buruk, meskipun terdapat satu penjamah yang
teripang yang tidak di ruangan tertutup, kotor, biasanya menggunakan masker saat merebus
memungkinkan serangan binatang pengerat, dan teripang. Tahapan proses pembuatan kerupuk
jauh dari kondisi higiene dan sanitasi yang baik. teripang yang memerlukan APD adalah pada
Kondisi lantai yang masih berbahan tanah dapat saat memisahkan bagian otot dan badan teripang
menjadi sumber kontaminasi untuk bahan baku menggunakan pisau dan merebus teripang di
154 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 148158

tumang. Seharusnya para penjamah menggunakan tepat, tidak mencatat tanggal produksi, namun
sarung tangan saat proses pemisahan bagian otot menentukan kode produksi.
dan badan teripang menggunakan pisau, karena Total nilai yang diperoleh pada variabel
pisau yang digunakan terkadang sudah berkarat, pengendalian proses produksi adalah sebesar
sehingga dikhawatirkan dapat mengalami penyakit 9 dari total maksimal 11. Berdasarkan kategori
tetanus. Tetanus adalah penyakit akut dan fatal penilaian, variabel pengendalian proses produksi
yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan kerupuk teripang termasuk dalam kategori baik
oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri tetanus dengan persentase sebesar 81,82%.
banyak ditemukan di tanah, debu, pupuk, kotoran Cara produksi kerupuk teripang pada
manusia, kotoran hewan, dan sampah. Kuman umumnya masih mengikuti cara penduduk
dapat masuk melalui luka pada tubuh, misalnya Sukolilo terdahulu, karena pada dasarnya industri
luka tusuk atau luka iris yang dalam dan kotor, rumah tangga produk kerupuk olahan hasil laut
luka tusukan akibat duri atau paku yang berkarat, merupakan usaha keluarga yang turun-temurun.
luka karena peluru, pisau, atau tindik yang dibuat Perubahannya hanya pada metode pembersihan
dengan jarum yang kotor (Yulianto, 2007 dalam yang ditambah dengan proses penginjakan
Rosidin, 2010). Untuk proses perebusan teripang, teripang, supaya kerupuk teripang yang dihasilkan
penjamah kurang menggunakan kacamata untuk lebih bersih. Namun, proses produksi kerupuk
melindungi mata dari keperihan terkena abu (sisa teripang ini masih jauh dari higiene dan sanitasi
dari pembakaran). yang baik dan memungkinkan kontaminasi
Sebanyak 6 dari 8 penjamah kerupuk teripang mikroba dan zat kimia pada kerupuk teripang ini.
berpendidikan terakhir hanya sampai tingkat SD.
Sehingga, dapat dikatakan lebih dari 50% jumlah Pemeliharaan Sarana Pengolahan dan Kegiatan
penjamah kerupuk teripang merek Deni - Deva Sanitasi
berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan rendah Total nilai yang diperoleh adalah sebesar
ini berhubungan dengan perilaku higiene para 28 dari total maksimal 52. Berdasarkan kategori
penjamah kerupuk. Hal serupa dikemukakan penilaian, variabel pemeliharaan sarana
oleh Agustina (2006) bahwa ada hubungan pengolahan dan kegiatan sanitasi pada proses
antara pendidikan dengan praktek higiene dan produksi kerupuk teripang termasuk dalam
sanitasi. Hartono (2005) pun menyatakan bahwa kategori kurang baik dengan persentase sebesar
penjamah makanan yang tepat dan professional 53,85%.
akan bertanggung jawab atas proses pengolahan Para penjamah kerupuk wajib menjaga lantai
makanan yang aman bagi konsumen. Oleh ruang produksi, peralatan produksi agar tetap
karena itu, pendidikan bagi penjamah makanan bersih dan bila perlu didesinfeksi, paling tidak
merupakan unsur yang sangat penting dalam menggunakan detergen yang sederhana atau
usaha menjadikan penjamah makanan yang tepat menggunakan sanitizer seperti air panas atau
dan professional tersebut. senyawa desinfektan (seperti klorin, iodophor),
karena tanah dan debu merupakan sumber
Pengendalian Proses Produksi
penularan mikroba beserta sporanya (Winarno dan
Proses produksi kerupuk teripang tidak Surono, 2004). Selain itu, kegiatan pengendalian
menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) hama tidak boleh dilupakan, karena hama
apa pun. Proses produksinya menggunakan merupakan binatang pengerat, serangga, unggas,
komposisi yang baku di setiap tahapan dan lain sebagainya yang membawa cemaran
proses produksi (seperti yang dicontohkan biologis yang dapat menurunkan mutu dan
oleh keturunan/keluarga terdahulu) dan telah keamanan pangan. Kegiatan pengendalian hama
menentukan kondisi baku dari setiap tahap ini dapat dilakukan dengan penggunaan jenis
proses produksi, seperti kondisi teripang setelah insektisida dan rodentisida atau menggunakan
direbus, dikeringkan, dan siap untuk digoreng. alat perangkat tikus, insect killer, pagar pembatas
Bahan kemasan kerupuk teripang berupa plastik besi, dan jenis pengendalian hama lainnya yang
untuk wadah teripang kering/produk teripang dapat mengurangi masuknya hama ke ruangan
jadi yang sesuai untuk pangan. Kondisi kemasan produksi tanpa mengontaminasi pangan yang
tersebut baru (tidak bekas). Perihal keterangan dihasilkan (Winarno dan Surono, 2004).
lengkap produk kerupuk teripang, UD Deni-Deva Pemilik IRT seharusnya menyediakan
tidak menentukan tanggal kadaluwarsa secara jamban sehat kepada karyawannya. Konstruksi
T Anggraini dan R Yudhastuti, Penerapan Good Manufactoring Practices pada Pembuatan Kerupuk Teripang 155

Tabel 2.
Hasil Observasi Pemeliharaan Sarana Pengolahan dan Kegiatan Sanitasi pada Proses Produksi Kerupuk Teripang
di Sukolilo Surabaya Tahun 2013

Aspek yang Dinilai Hasil Observasi Nilai


Bahan peralatan produksi Ada peralatan produksi yang mengelupas, yaitu panci untuk 2
merebus teripang
Ada peralatan produksi yang berkarat (pisau untuk memisahkan 2
bagian otot dan badan teripang)
Semuanya tidak menyerap air 3
Perawatan peralatan produksi Selalu dibersihkan setelah digunakan 3
Perlakuan terhadap peralatan Setelah digunakan, peralatan produksi diletakkan/ ditata rapi 3
produksi
Tetap menggunakan peralatan produksi yang sedikit rusak, karena 2
masih bisa digunakan
Perawatan peralatan produksi yang Tidak pernah melakukan pembersihan pada peralatan produksi 1
terbuat dari kayu yang terbuat dari kayu, yaitu tempat penjemur kerupuk
Kondisi sarana pembersihan Tidak ada sarana yang khusus (sarana pembersihannya menjadi 1
satu dengan tempat cuci tangan dan tidak terawat dengan baik)
Cara pembersihan peralatan produksi Menggunakan air bersih 1
Tidak pernah menggunakan air panas untuk membersihkan 1
peralatan produksi, karena hampir semua peralatan produksi terbuat
dari bahan plastik
Jamban sehat Pemilik usaha menyediakan jamban sehat untuk karyawan yang 3
sedang bekerja
Penanganan pembuangan limbah Limbah yang dihasilkan (air sisa pencucian kerupuk) langsung 1
dibuang ke laut
Penanganan pembuangan sampah Sampah yang dihasilkan langsung dibuang ke laut 1
Kondisi tempat sampah Tidak tersedia tempat sampah 0
Kualitas air bersih Jernih, tidak berbau, dan tidak berasa 3
Desinfeksi Tidak pernah dilakukan kegiatan desinfeksi di area produksi 0
Kegiatan pengendalian hama Tidak pernah dilakukan kegiatan pengendalian hama di sekitar 0
lokasi proses produksi kerupuk teripang
Keberadaan hewan peliharaan Ditemukan hewan peliharaan seperti tikus di sekitar lokasi proses 0
produksi
Desain penyimpanan pangan Pangan yang disimpan tidak langsung bersentuhan dengan lantai, 1
dinding, atau langit-langit
Total Nilai 28

jamban sebaiknya bertipe leher angsa. Jamban menggunakan fasilitas jamban sehat milik Ibu ID,
seharusnya dilengkapi dengan sarana cuci kemungkinan karena rumah pekerja tersebut tidak
tangan (air mengalir, sabun, alat pengering). Alat begitu jauh dari rumah Ibu ID. Namun, terdapat
pengering bisa berupa serbet atau kertas tissue. dua pekerja yang masih melakukan aktivitas
Limbah dan sampah harus dibuang di tempat atau buang air besar di laut. Semua pekerja lepas
saluran yang benar. Limbah cair yang merupakan dan pemilik IRT membuang sampah di laut. Hal
buangan dari proses pembuatan kerupuk dialirkan ini membuktikan bahwa telah terjadi fenomena
melalui selokan, diolah terlebih dahulu agar lingkungan tanpa sanitasi yang memadai, yaitu
tidak mencemari lingkungan air sungai atau air banyak sampah, kotoran manusia, maupun
laut. Sampah padat yang dihasilkan juga harus kotoran hewan di lingkungan laut. Seperti yang
dibuang di tempat sampah yang tertutup dan dikemukakan oleh Mukhtasor (2010), lingkungan
kemudian dibuang ke tempat penampungan tanpa sanitasi yang memadai merupakan
sampah sementara. (Winarno dan Surono, 2004) lingkungan hidup bagi berbagai jenis bakteri
Hasil wawancara dengan pekerja lepas di pathogen. Bakteri pathogen adalah bakteri yang
Industri Rumah Tangga (IRT) Ibu ID menunjukkan menyebabkan penyakit.
bahwa semua pekerja lepas tidak sering
156 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 148158

Ibu ID tidak pernah melakukan kegiatan siap dikonsumsi. Wadah dan pengemas disimpan
pengendalian hama, terbukti dari masih secara rapi dan berada di tempat yang bersih.
banyaknya hewan peliharaan (seperti kucing Lokasi penyimpanan peralatan produksi tidak
dan ayam) dan binatang pengerat (seperti tikus) berada di tempat yang bersih. Permukaan
yang terlihat berkeliaran di sekitar ruang produksi. peralatan produksi yang disimpan tidak
Berdasarkan penelitian tentang kajian penerapan menghadap ke bawah. Keadaan sarana distribusi
Good Manufacturing Practices oleh Ristyanadi pangan layak dan pada saat didistribusikan
dan Darimiyya (2012), banyaknya hama/ kerupuk teripang dikemas dalam wadah rangkap
binatang pengganggu di area produksi harus plastik. Sebelum diangkut dengan sepeda
menjadi perhatian, karena dikhawatirkan dapat motor, teripang goreng pasir maupun kerupuk
menimbulkan kontaminasi dari kotoran hewan teripang dikemas di dalam kemasan plastik besar,
atau penyakit-penyakit yang biasanya menyerang kemudian ditutup dengan terpal, dan diletakkan di
hewan dan juga dapat menular pada manusia dan wadah yang berada di kedua sisi sepeda motor.
dapat berbahaya bagi kualitas hasil produk. Wadah di tiap sisi sepeda motor mampu memuat
Kegiatan desinfeksi baik untuk peralatan 150 kg kerupuk/sisi.
produksi, ruang produksi, alat transportasi Kerupuk dapat berfungsi sebagai media
kerupuk tidak pernah dilakukan, meskipun simpan dan media saji pangan dan sekaligus
terdapat peralatan-peralatan yang terbuat dari merupakan produk budaya pangan masyarakat
bahan kayu di mana dapat mengontaminasi Indonesia. Sebagai media simpan, potensi
pangan, yaitu cerebeng. Peralatan dari kayu kerupuk sangatlah besar karena produk kerupuk
tidak mudah bereaksi dengan makanan. Namun, adalah produk yang memiliki daya awet tinggi
sifat kayu yang lain adalah cepat atau mudah (Rohimah, 1997 dalam Siregar dan Siahutar, 2011).
menyerap cairan dan bau. Peralatan dari kayu Menurut Wirakartakusumah dalam Merdiyanti
seharusnya diberi desinfektan atau dicuci dengan (2008), beberapa keuntungan dari proses
air sabun, serbuk atau abu gosok, sabut atau pengeringan antara lain umur simpan produk lebih
sikat, dibilas dan dikeringkan supaya tidak lama, produk menjadi lebih ringan karena volume
berjamur (Ekawatiningsih, 2008). bahan menjadi lebih kecil sehingga memudahkan
dalam hal pengangkutan dan pengemasan, serta
Penyimpanan dan Pengangkutan biaya pengangkutan menjadi lebih kecil. Namun,
Total nilai yang diperoleh adalah sebesar ada pula kerugian dari proses pengeringan, yaitu
7 dari total maksimal 10. Berdasarkan perubahan sifat asal dari produk (seperti bentuk
kategori penilaian, variabel penyimpanan dan dan penampakan), serta penurunan mutu produk
pengangkutan produk kerupuk teripang termasuk karena perubahan sifat fisik dan kimianya.
dalam kategori cukup baik dengan persentase Pengemasan saat pengangkutan kerupuk
sebesar 70,00%. Penyimpanan produk sudah teripang telah dilakukan untuk mencegah
memberlakukan sistem First In First Out (FIFO), terjadinya oksidasi. Terjadinya oksidasi dapat
karena jarang menimbun teripang pasir dan membuat kerupuk menjadi berflavor tengik dan
jarang menimbun kerupuk teripang yang sudah kehilangan kerenyahannya (Nurhayati, 2007).

Tabel 3.
Hasil Observasi Kemasan dan Pelabelan Produk Kerupuk Teripang di Sukolilo Surabaya Tahun 2013

Aspek yang Dinilai Hasil Observasi Nilai


Label pangan Hanya tercantum di beberapa wadah kemasan 1
Hal-hal yang tercantum dalam label pangan Nama produk 1
Daftar komposisi yang digunakan 1
Berat bersih 0
Nama dan alamat IRT-P (Industri Rumah Tangga Pangan) 1
Tanggal, bulan, dan tahun kedaluarsa 0
Kode produksi 1
Nomor P-IRT 1
Total Nilai 6
T Anggraini dan R Yudhastuti, Penerapan Good Manufactoring Practices pada Pembuatan Kerupuk Teripang 157

Pengemasan dan pengangkutan kerupuk teripang 27 Maret 2013. Oleh karena itu, UD Deni-Deva
tidaklah sulit dan membutuhkan alat transportasi harus segera membuat label pangan yang
seperti mobil, karena selain bentuk kerupuk baru dengan nomor PIRT yang benar, supaya
teripang yang kecil dan lebih ringan, pesanan dari konsumen tidak merasa dirugikan. Selain
produk teripang ini disesuaikan dengan kapasitas itu, terdapat kesalahan penulisan pada keterangan
muat sepeda motor. nomor sertifikat halal pada label kemasan kerupuk
teripang. Keterangan yang bertuliskan BP
Kemasan dan Pelabelan Produk POM: 07220009881210 seharusnya diganti
Total nilai yang diperoleh variabel kemasan dengan LP POM: 07220009881210, karena
dan pelabelan produk adalah sebesar 6 dari total yang mengeluarkan sertifikat Halal tersebut adalah
maksimal 9. Berdasarkan kategori penilaian, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan
variabel kemasan dan pelabelan produk kerupuk Kosmetika (LP POM) Majelis Ulama Indonesia,
teripang termasuk dalam kategori cukup baik bukan BPOM Republik Indonesia.
dengan persentase sebesar 66,67%.
Pencatatan Administratif dan Penarikan
Kerupuk teripang merek Deni-Deva
Produk
dikemas dalam kemasan plastik. Penggunaan
plastik sebagai pengemas pangan banyak dipilih Tujuan dari pencatatan administratif
IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) karena dan dokumentasi yang baik bertujuan untuk
keunggulannya, yaitu fleksibel (mudah mengikuti memudahkan penelusuran masalah yang
bentuk pangan yang dikemas), berbobot ringan, berkaitan dengan proses produksi dan distribusi
tidak mudah pecah, bersifat transparan, mudah dan meningkatkan sistem pengawasan pangan
diberi label, dapat diproduksi secara massal, (salah satunya menarik produk pangan sebelum
dan harga relatif murah. Plastik yang digunakan mencapai batas kadaluwarsa).
untuk kemasan kerupuk teripang adalah jenis Total nilai yang diperoleh variabel pencatatan
polypropylene (PP). Polypropylene merupakan administratif dan penarikan produk adalah sebesar
pilihan bahan plastik yang baik untuk kemasan 5 dari total maksimal 20. Berdasarkan kategori
pangan. Secara umum, desain label pangan penilaian, variabel pencatatan administratif dan
untuk kerupuk teripang sudah baik, namun untuk penarikan produk kerupuk teripang termasuk
strategi pemasaran, posisi logo dan tulisan merek dalam kategori kurang baik dengan persentase
Deni - Deva seharusnya didesain berukuran sebesar 25,00%. Dalam hal pencatatan
lebih besar daripada tulisan nama produk (nama administratif dan dokumentasi, tidak ada nilai
produk adalah KRUPUK TRIPANG, KRUPUK yang diperoleh, karena sesungguhnya tidak ada
TERUNG, dan KENTANG UDANG), supaya catatan sedikit pun mengenai penerimaan bahan
merek Deni-Deva lebih dikenal oleh konsumen. baku dan distribusi produk akhir, pembersihan
Selain itu, keterangan paling penting yang dan sanitasi, pengendalian hama, pelatihan, dan
tidak tercantum dalam label kemasan kerupuk penarikan produk. Catatan pendukung mengenai
teripang merek Deni-Deva adalah keterangan pembersihan dan sanitasi, pengendalian hama,
tentang tanggal kadaluwarsa. Keterangan ini pelatihan, dan penarikan produk tetap mendapat
merupakan keterangan yang sangat penting dari nilai 1 apabila tidak ada catatannya.
segi kesehatan masyarakat yang menonjolkan
sifat preventifnya, sebab sesuai dengan fungsinya
KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai bentuk jaminan keamanan, melalui
keterangan kadaluwarsa inilah konsumen dapat Penerapan Good Manufacturing Practices
mengetahui bilamana produk pangan tersebut secara keseluruhan pada pembuatan kerupuk
boleh dikonsumsi atau tidak. teripang merek Deni-Deva termasuk dalam
Terdapat kesalahan penulisan nomor P-IRT kategori buruk. Terdapat 3 (tiga) variabel yang
untuk kerupuk teripang pada label kemasan termasuk dalam kategori kurang baik, yaitu variabel
kerupuk teripang. Nomor P-IRT untuk produk desain dan fasilitas ruang produksi, variabel
kerupuk teripang yang seharusnya adalah pemeliharaan sarana pengolahan dan kegiatan
2023578020381-18. Nomor P-IRT ini sesuai sanitasi, dan variabel pencatatan administratif
dengan Sertifikat Produksi Pangan Industri dan penarikan produk. Hanya terdapat 2 (dua)
Rumah Tangga (SPP-IRT) yang dikeluarkan variabel yang termasuk dalam kategori baik, yaitu
oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya tanggal pengadaan bahan baku dan pengendalian proses
158 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 148158

produksi. Untuk ketiga variabel yang lain, yaitu Pertanian Bogor: bogor. Diakses dari http://repository.
variabel kesehatan dan higiene karyawan, variabel ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11927/
F08ame.pdf
penyimpanan dan pengangkutan, dan variabel
Mukhtasor. 2010. Ekonomi dan Teknologi Pencemaran
kemasan dan pelabelan produk termasuk dalam Laut. Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Guru Besar
kategori cukup baik. dalam Bidang Ilmu Pencemaran Laut, Fakultas
Saran yang dianjurkan antara lain adalah Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh
memperbaiki label kemasan pangan tentang November.
Nurhayati, A. 2007. Sifat Kimia Kerupuk Goreng yang
keterangan nomor P-IRT, waktu kadaluwarsa, LP
Diberi Penambahan Tepung Daging Sapi dan
POM, dan komposisi bahan yang digunakan. Perubahan Bilangan TBA Selama Penyimpanan.
Para penjamah kerupuk teripang sebaiknya Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
mengubah perilaku tidak higiene selama ini Bogor: Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.
menjadi lebih higiene, seperti perilaku mencuci ac.id/bitstream/handle/123456789/50089/D08anu.
pdf?...1
tangan sebelum mengolah bahan baku kerupuk
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
teripang (meskipun kondisi awal bahan yang Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.23.04.12.2206
kotor), membuang sampah di tempat sampah Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik
bukan di laut, dan melakukan aktivitas buang air untuk Industri Rumah Tangga.
besar di jamban sehat bukan di laut. Pembersihan Prosiding Simposium Nasional Hasil Riset Kelautan
dan Perikanan Tahun 2007, Badan Riset Kelautan
tempat penjemur kerupuk olahan hasil laut
dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan
(cerebeng) penting untuk dilakukan secara rutin, Perikanan (DKP) Republik Indonesia.
agar tidak mengkontaminasi produk kerupuk yang Purnamasari, I. 2011. Pengelolaan Pasca Panen. http://
dihasilkan. inthanpunya.blogspot.com/2011/02/iv-pengelolaan-
Diperlukan peningkatan pengawasan mutu pasca-panen.html (Sitasi 10 Juli 2013)
Ristyanadi, B. dan Darimiyya H. 2012. Kajian Penerapan
produk olahan hasil laut, terutama kerupuk melalui Good Manufacturing Practices (GMP) di Industri
kegiatan pencatatan dan dokumentasi rutin Rajungan PT. Kelola Mina Laut Madura. Agrointek
tentang penerimaan bahan baku sampai proses Volume 6, No. 1.
distribusi produk. Rosidin. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi
Kognitif Siswa Kelas X A MA Wahid Hasyim
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 pada
Pokok Bahasan Bakteri. Skripsi. Fakultas Sains dan
Agustina, E. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga:
dengan Praktik Higiene Sanitasi Tenaga Penjamah Yogyakarta. Diakses dari http://digilib.uin-suka.
Makanan di Instalasi Gizi RSUD Unit Swadana Kudus. ac.id/5189/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas pdf
Diponegoro. Diakses dari http://www.fkm.undip. Sartika, R.A.D 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses
ac.id/data/index.php?action=4&idx=3010 Menggoreng (Deep Frying) terhadap Pembentukan
Aminah, S. dan J. T. Isworo. 2010. Praktek Penggorengan Asam Lemak Trans. Makara, Sains, Vol. 13, No. 1:
dan Mutu Minyak Goreng Sisa pada Rumah Tangga 2328.
di RT V RW III Kedungmundu Tembalang Semarang. Sentra Informasi Keracunan BPOM RI. 2011. Data
Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010. Keracunan. http://ik.pom.go.id/data-kasus-
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan keracunan (Sitasi 23 Juli 2013)
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Siregar, R.R. dan Siahutar, H.Y. 2011. Pengolahan Ikan
Ayu, D.F. dan F.H. Hamzah. 2010. Evaluasi Sifat Lele. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kelautan dan
Fisika-Kimia Minyak Goreng yang Digunakan oleh Perikanan
Pedagang Makanan Jajanan di Kecamatan Tampan Siswantoro. 2011. Pemodelan Matematika Perubahan
Kota Pekanbaru. SAGU, Vol. 9 No. 1: 414. Parameter Mutu Kerupuk Selama Penggorengan
Ekawatiningsih. 2008. Restoran. Jakarta: Direktorat dengan Pasir. J. Teknol. dan Industri Pangan.
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Vol. XXII No. 1.
Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Suprapti, L. 2005. Kerupuk Udang Sidoarjo. Yogyakarta:
Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional. Kanisius.
Hartono, A. 2005. Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta: Tuminah, S. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam
EGC. Lemak Tak Jenuh Trans terhadap Kesehatan.
Merdiyanti, A. 2008. Paket Teknologi Pembuatan Mie Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kering dengan Memanfaatkan Bahan Baku Tepung Volume XIX, Suplemen II
Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Winarno, F.G. dan Surono. 2004. GMP Cara Pengolahan
Pangan yang Baik. Bogor: M-BRIO Press.

You might also like