You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh
tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem
penanggulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan tersebut memerlukan waktu
tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat menimpa
seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa sehingga
memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegahterjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka disusunlah Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat UPTD Puskesmas Brang Rea. Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat
meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra puskesmas maupun di dalam puskesmas
sesuai dengan standar yang ditentukan.

1.2.TUJUAN PEDOMAN
Tujuan dari tersusunnya buku Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat UPTD Puskesmas
Brang Rea ini adalah menata Unit Gawat Darurat UPTD Puskesmas Brang Rea agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat.

1.3.RUANG LINGKUP
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan
1.4.BATASAN OPERASIONAL
a. Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang pelayanan
yang tersedia di Unit Gawat Darurat.
b. Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita dalam situasi
sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan tindakan pertolongan
pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
c. Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik dan/atau
terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat. Untuk hal-hal lain dalam
keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga dapat termasuk dalam ketentuan rujukan
ini.
d. Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa (false emergency).
e. Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau permintaan
tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat/ diperiksa berdasarkan
keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
f. DOA (Death On Arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai di
UGD .
g. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman.
h. Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana puskesmas membuat kerja/
aktifitas karyawan lebih aman.

1.5 LANDASAN HUKUM


Unit Gawat Darurat di suatu puskesmas adalah merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek kedokteran
b. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 037 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
laboratorium Puskesmas
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
h. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor 63/KEP/M.PAN/2003,
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas
j. Kep Menkes RI Nomor : 828 Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kab/ Kota.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tabel 2.1.Kualifikasi SDM Unit Gawat Darurat UPTD Puskesmas Brang Rea
NAMA KUALIFIKASI PENGALAMAN PELATIHAN
JABATAN PENDIDIKAN KERJA
Koordinator UKP Min. Dokter umum Minimal 2 tahun BLS/PPGD/BTLS
/ATLS/ACLS
Koordinator UGD Min. D3 Keperawatan Minimal 2 tahun BLS/PPGD/BTLS
Perawat Pelaksana - BLS/PPGD/BTLS

Tabel 2.2 Pola Ketenagaan Unit Gawat Darurat UPTD Puskesmas Brang Rea
NO. JENIS PENDIDIKAN JUMLAH TENAGA
1. Dokter Umum 2 orang
2. S1 Keperawatan + Ners 4 orang
3. D3 Keperawatan 8 orang
Total 14 orang

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN


Distribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per bulan.
Kebutuhan tenaga di peroleh berdasarkan perhitungan standar tenaga perawat UPTD
Puskesmas Brang Rea yang telah dibuat.

2.3. PENGATURAN JAGA


1. Dokter Konsulen
a. Pengaturan jadwal dokter jaga UGD terbagi 3 shift, yaitu sebagai berikut :
Shift pagi : jam 08.00 WIB 14.00 WIB
Shift siang : jam 14.00 WIB 21.00 WIB
Shift malam : jam 21.00 WIB 08.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga UGD disusun setiap bulan oleh Kepala UGD dengan sepengetahuan
Koordinator UKP dan diperbanyak untuk didistribusikan pada minggu terakhir setiap
bulan kepada setiap dokter jaga UGD , Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit
Rawat Inap, dan Unit / bagian lain yang terkait.
c. Bila dokter jaga UGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan, maka
harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada
Kepala UGD .
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi UGD .
2. Perawat
a. Pengaturan jadwal jaga perawat UGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai berikut :
Shift pagi : jam 08.00 WITA 14.00 WITA
Shift siang : jam 14.00 WITA 20.00 WITA
Shift mlam : jam 20.00 WITA 08.00 WITA (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat UGD disusun setiap bulan oleh Koordinator UGD dengan
sepengetahuan Koordinator UKP dan Kepala Puskesmas.
c. Bila perawat UGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan, maka
harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada
Koordinator UGD .
d. Jadwal jaga perawat UGD terpasang di papan informasi UGD .

BABIII
STANDAR FASILITAS
3.1.DENAH LUAR
3.2.DENAH RUANG

3.3. STANDAR FASILITAS


3.3.1 Ruang Administrasi
Kebutuhan kelengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain:
a. Buku register UGD
b. Buku register pasien diluar jam kerja (non tindakan)
c. Buku laporan UGD
d. Formulir pemeriksaan penunjang medis
e. Formulir dokumen keperawatan
f. Meja komputer
g. Komputer
h. Kursi
i. Meja
Adapun kelengkapan alat kesehatan yang dperlukan, antara lain:
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Lampu senter
3.3.2 Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah minor, misalnya :
a. Jahit luka karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,dan sebagainya.
b. Pasien yang akan dilakukan tindakan insisi
c. Pasien yang akan dilakukan perawatan luka
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain:
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone
iodine cair, H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
Tromol gauze + gauze steril
Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
Plester + gunting plester
ABD, berbagai tampon
Sofratulle
Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
Pisau aesculap
Berbagai salep antibiotik
Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
Set pemasangan nasogastric tube
Set pemasangan foley catheter
Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
Spalk/bidai (berbagai ukuran)
Operating lamp
Tempat sampah
Sarung tangan
Korentang dan tempatnya
Scoop strecher
Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
Sprei lobang
Baskom kecil
Cath kawat
Alat buka jahit
Alat jahit wajah
Alat jahit isi 6, 7
Haemostat bengkok
Haemostat lurus
Tangkai pisau
Speculum hidung
T. Jarum biasa
T. Jarum besar
Ring forcep
Selang karet
Gunting mets
Catheter tray
Tabung enema
Baskom irigasi
Hak bergigi
Korentang klem
Alat vena sectie
Alat thoracentesis
Alat umbilikel
Alat THT
Selang dubur
Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
Tromol kasa
Bak instrumen
Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk
memberikan pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien
sesuai dengan tujuan utama UGD , yaitu :
Mencegah kematian dan cacat
Menerima rujukan pasien gawat darurat
Menanggulangi korban bencana
Menanggulangi false emergency sebagai tujuan
tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang triase, antara lain :
Tempat tidur
Lembar status emergency
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
g. Ruang pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital
Dilakukan pemeriksaan fisik
Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi)
Menunggu masuk ke ruang rawat inap
Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang
catheter), pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
Menunggu obat
Menunggu proses penyelesaian administrasi
Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang
diperlukan di ruang pemeriksaan kasus bedah maupun nonbedah,
antara lain:
Tempat tidur
Tempat sampah
O2 set (sentral)
Tensimeter dinding
Tongue spatel
Sarung tangan
Jelly
Masker
6. Ruang Tindakan Obstetriginekologi
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang tindakan obstetriginekologi, antara lain:
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinidng
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
7. Ruang Spool Hock
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat-alat keperawatan,
seperti pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang
spool hock, antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak
8. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta
perangkatnya. Kelengkapan sarana dan peralatan yang
diperlukan di gudang, antara lain :
Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
Etiket O2
9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di
UGD . Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di
gudang, antara lain :
Form Permintaan laborat
Persetujuan tindakan medik
Form cairan keluar masuk
Surat persetujuan perawatan
Data pasien
Peraturan opname pasien
Form pemeriksaan fisik
Catatan/ Pesan-pesan dokter
Plastik sampah
Rinso
Pipet
Envelope uk. 95 x 152 mm
Envelope uk. 110 x 230 mm
Karet gelang
Clear pembersih kaca
Pengharum ruangan
Tissue gulung
Clips
Batu baterai kecil
Batu baterai sedang
Batu baterai besar
Lem
Buku tulis biasa/quarto
Buku folio kecil panjang
Form permintaan pemeriksaan UGD
Resep
Surat rujukan
Surat keterangan dokter
Memo
Pemeriksaan radiologi
Form penolakan tindakan medis/opname
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
gudang medis, antara lain :
Inf. Cath 14 gr x 2
Inf. Cath 16 gr x 2
Inf. Cath 18 gr x 1
Inf. Cath 20 gr x 1
Inf. Cath 22 gr x 1
Inf. Cath 24 gr x
Spuit 1 cc
Spuit 3 cc
Spuit 5 cc
Spuit 10 cc
Spuit 20 cc
Spuit 50 cc
Infus set pediatrik
Infus set dewasa
Infus set darah
Jarum suntik 18
Jarum suntik 20
Jarum suntik 23
Jarum suntik 25
RL 500 cc
NaCl 3% 500cc
NaCl 500 cc
NaCl 1000cc
D5 500 cc
Asering
Kaen 3B
D 10% 500cc
Folleycath No. 8
Folleycath No. 14
Folleycath No. 16
Folleycath No. 18
Folleycath No. 20
Slang lambung No. 4
Slang lambung No. 16
Slang lambung No. 18
Jelly
Sofratul
Electroda
Hansaplast
Leukopon 2,5 cm x 9,2 m
Leukocrefe 7,5 cm x 4,5 m
Leukocrefe 10 cm x 4,5 m
Leukocrefe 15 cm x 5 m
Verband gulung 5 cm
Verband gulung 10 cm
Kondom cath
Urine bag
Endotracheal tube No. 6
Endotracheal tube No. 7
Endotracheal tube No. 7,5
Endotracheal tube No. 8
Meylon 84 25 cc
Dextrose 40% 25 cc
Spatel tongue
Catheter tip
Spinal needle No. 23
Sarung tangan No. 6
Sarung tangan No. 7
Sarung tangan No. 7
Alkohol
Savlon
Kapas
H2O2
Bethadine cair
EKG rol
Formalin 10%
10.Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung
11.Ruang Istirahat Petugas
Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat, antara
lain :
a. Tempat tidur
b. Telepon dalam
c. Televisi
d. Kursi
12.Ruang Tunggu pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda-tanda vital
Menunggu hasil (laboratorium dan radiologi)
Menunggu penyelesaian proses administrasi
Menunggu proses masuk ke Unit Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien,
antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah
c. Rak brosur

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1.PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN
Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat
pendaftaran pasien sebelum jam 08.00 WIB 14.00 WIB di loket rawat
jalan, sedangkan jam 14.00 WIB 08.00 WIB pendaftaran pasien di
UGD . Pasien ditolong terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan
penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa
kemungkinan dari setiap pasien :
Pasien boleh langsung pulang
Pasien dirujuk/dikirim ke Rumah Sakit
Pasien harus dirawat
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar
untuk dirawat dapat langsung dibawa ke ruangan perawatan
sambil menungu tempat tidur kosong dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat di wawancarai, petugas
pendaftaran mendatangi pasien/keluarga untuk mendapatkan
identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas ke bagian rekam
medis untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat
ke puskesmas .
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya
segera dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap
memakai nomor yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke puskesmas maka
diberikan nomor rekam medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang
perawatan sementara mengenai situasi tempat tidur di ruang
perawatan.
4.2.SISTEM KOMUNIKASI
Komunikasi sangat penting dalam penanggulangan penerita
gawat darurat time saving is life limb saving. Selain itu kondisi
kegawat daruratan yang mungkin terjadi sehari-hari atau bencana
tertentu dapat menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsistem penunjang penanggulangan
penderita gawat darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan
kecepatan. Komunikasi Unit Gawat Darurat Puskesmas siap 24 jam
menggunakan sarana komunikasi intern dan extern.
Intern dengan ext .
Extern dengan hotline
4.3.PELAYANAN TRIASE
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan
korban dalam menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan
kecepatan penanganan serta pemindahan. Pasien diseleksi
berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan kategori :
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cidera (fisik, mental, sosial).
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat
kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa/ rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat serta pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di UGD diberlakukan kategori
kasus emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang
termasuk pasien emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu
pasien gawat darurat, Prioritas 2 (P2) yaitu pasien gawat tidak
darurat dan/ atau pasien darurat tidak gawat. Sedangkan yang
termasuk pasien false mergency adalh kasus Prioritas 3 (P3)
yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus prioritas 0 (P0)
yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah meninggal
dunia (death on arrival).
Kartu kode warna triase dapat dgunakan sebagai cara
pengklasifikasian dalam triase setelah diperoleh informasi akurat
tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH
Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal masif
Gangguan jantung yang mengancam
Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING
Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan
dapat ditunda sementara, misalnya :
Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
Fraktur multiple
Fraktur femur/pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran/ trauma kepala
Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan
bedah.
3. HIJAU
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :
Fraktur minor
Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM
Korban yang telah meninggal dunia disalurkan ke kamar
jenazah.
4.4.TRANSPORTASI PASIEN
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam
pelayanan gawat darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu
penanganan penderita gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan
transportasi kepada penderita gawat darurat, perlu diperhatikan
beberapa petunjuk di bawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda
c. Brankard
d. Alat-alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
b. Ke Puskesmas lain :
Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar
petugas dan membawa surat rujukan.
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang
perawat dengan membawa surat rujukan dan memakai
ambulans.
4.5.PELAYANAN FALSE EMERGENCY
Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami
sakit lama, tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkahlangkah
dalam memberikan pelayanan false emergency adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang
mengalami penyakit akut dan gawat True Emergency bukan
berdasarkan urutan kedatangan pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat False
Emergency akan mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat
darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (08.00-14.00) setiap hari Senin Jumat, kasuskasus
false emergency akan dialihkan ke rawat jallan, atau
4. Dokter rawat jalan dimintakan bantuannya untuk melayani
pasien false emergency di UGD bila Dokter UGD sedang
menangani pasien true emergency.
4.6.PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh
dokter atau permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa
yang dilihat/ diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.
Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan visum et
repertum adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak
yang berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Rt
Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara obyektif
berdasarkan pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam
Medik jika kejadiannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta
atau melihatnya.
4.7.PELAYANAN DOA (Death On Arrival)
DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat
pasien sampai di UGD . Pasien yang datang dalam keadaan DOA
langsung disalurkan/ ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah
kepada petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambil Jenazah
kepada petugas.
4.8.SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA PUSKESMAS
UGD Puskesmas Bangetayu Kota Semarang diklasifikasikan
sebagai Unit Pelayanan Gawat Darurat kelas Dasar.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan farmasi.
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas UGD
melayani pasien
Gawat darurat via telp :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas UGD menjemput pasien yang meminta
ambulans, petugas UGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat
itu. Adapun informasi pelayanan pra puskesmas diberikan dengan tata
laksana sebagai berikur :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil
ambulans tidak menginformasikan apapun kepada petugas UGD
di puskesmas .
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada dimobil
ambulans menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada
petugas UGD di puskesmas dengan menggunakan sarana
telekomunikasi handphone.
4.9.SISTEM RUJUKAN
Rujukan pasien dari Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
hanya dapat dilakukan oleh dokter atau petugas paramedic yang
sudah mendapatkan delegasi wewenang. Adapun bentuk rujukan
yaitu :
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
Permintaan pasien
Pelayanan medis tidak dapat dilakukan di puskesmas
2. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak
dapat dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
3. Spesimen
Darah
Urin
Jaringan
Mukus/sekret
BAB V
LOGISTIK
Pengelolaan obat dan alat kesehatan/alkes meliputi pemesanan,
pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat/alkes untuk pasienpasien
UGD . Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di UGD
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar/masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas/pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai
untuk disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk
disimpan pada tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung
jawab dinas pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko
pemesanan alkes yang ditandatangani Kepala Perawat/Kepala UGD
dengan jumlah yang sesuai pengeluaran/kebutuhan, kecuali bila
jatuh pada hari libur, pemesanan dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas UGD membuat permintaan ke bagian Gudang,
dengan mengisi Formulir Pengambilan Barang yang
ditandatangani oleh atau Ka. UGD/Ka. perawat UGD .
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat-alat kesehatan
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang
dengan mengisi formulir permintaan barang.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Farmasi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1.PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem
dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan anlisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
6.2.TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas .
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas .
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
6.3.TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN
1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam
pelayanan UGD .
2. Terdapat petugas UGD yang memahami mengenai keselamatan
pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis
maupun keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus
yang tidak diharapkan (KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui UGD harus mendapat
penilaian langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi
kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di UGD .
Konsultasi spesialistik dilakukan di UGD , kecuali bila penyakit
pasien dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa
status maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau
kamar operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan
diketahui oleh kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana da prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien
antara lain sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong,
privacy, dan lain-lain.
9. Terdapat evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana.
10.Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
Insidens pasien jatuh.
Insidens kejadian infus blong.
Insidens kesalahan pemberian obat.
Insidens kesalahan cara pemberian obat.
Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11.Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan
pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana puskesmas
membuat kerja/aktifitas keryawan lebih aman. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan pribadi ataupun puskesmas .
7.2. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
7.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN
a. Setiap petugas medis maupun non media menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
Mengganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata,
sepatu boot/alas kaki tertutup, celemek, masker, dll)
terutama bila terdapat kontak dengan spesimen pasien
yaitu urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun
pasien, sesuai prosedur yang ada, misalnya memasang
kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dan
lain-lain.
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan
sesudah menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas, yaitu :
Dekontaminasi dengan larutan klorin.
Pencucian dengan sabun
Pengeringan.
d. Menggunakan baju kerja bersih.
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani
kasus :
HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
Flu burung
Kewaspadaan standar keryawan/petugas UGD dalam
menghadapi penderita dengan flu burung, adalah :
Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama 5 menit, yaitu
dengan menyikat seluruh telapak tangan maupun
punggung tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
pasien.
Memakai masker N95 atau minimal masker badan.
Menggunakan pelindung wajah/ kacamata goggle
(bila diperlukan.
Menggunakan apron/ gaun pelindung.
Menggunakan sarung tangan.
Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).
Hepatitis B/C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
BAB VIII
PENUTUP
Demikian buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun.
Kami mengajak semua pihak yang bekerja di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah untuk dapat bersama-sama
membina dan mengembangkan sistem pelayanan di UGD . Semua
petugas baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat
hendaknya selalu menaati ketentuan yang telah digariskan di dalam
buku pedoman ini.

You might also like