You are on page 1of 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KANTOR KESEHATAN PELABUHAN


1. Permenkes RI Nomor: 356/ MENKES/ PER/IV/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan jo
Permenkes 2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan Permenkes RI
Nomor: 356/ MENKES/ PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kantor Kesehatan Pelabuhan yang
selanjutnya disebut KKP adalah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

2. Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan


KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya
penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia
dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara.

3. Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, KKP
menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi yaitu:
a) pelaksanaan kekarantinaan
b) pelaksanaan pelayanan kesehatan;
c) pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara;
d) pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit
baru, dan penyakit yang muncul kembali;
e) pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi,
dan kimia;
f) pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan
internasional;
g) pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang
kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan
haji dan perpindahan penduduk;
h) pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
i) pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika
dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan
mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;
j) pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
k) pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
l) pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
m) pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
n) pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan
surveilans kesehatan pelabuhan;
o) pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara;
p) pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP
4. Jenis Pelayanan
a) Penerbitan register in clearance dan Free Pratique (FP)
b) Penerbitan Port Health Quarantine Clearance (PHQC)
c) Penerbitan Buku Kesehatan Kapal (BKK)
d) Penerbitan Ship Sanitation Control Exemption Certificate (SSCEC)/
Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)
e) Penerbitan Sailing Permit
f) Penerbitan Sertifikat Pemeriksaan Air
g) Penerbitan Sertifikat Layak Jasa Boga
h) Penerbitan Sertifikat Tingkat Mutu Restoran
i) Penerbitan Sertifikat Desinseksi
j) Penerbitan International Certificate of Vaccination (ICV)
k) Penerbitan Sertifikat Kesehatan bagi masyarakat pelabuhan/bandara
l) Penerbitan Surat Keterangan Sehat bagi masyarakat pelabuhan/
bandara
m) Penerbitan Surat Keterangan Kesehatan Untuk Terbang
n) Penerbitan Surat Izin Pengangkutan Jenazah
o) Penerbitan Surat Ijin Pengangkutan Orang Sakit
p) Vaksinasi
5. Struktur Organisasi KKP Kelas I

Gambar III.1 Struktur Organisasi KKP

B. Air Bersih
1. Pengertian air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping. (Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990)
2. Persyaratan dalam penyediaan air bersih
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat
utama.Persyarakat tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan
kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.
a. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air
baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik,
persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis.
Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas
air bersih adalah sebagai berikut
1) Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan

suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi

perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC 3oC.

2) Syarat-syarat Kimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam
jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia
antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif,
kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga
(Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam
berat.
3) Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis.
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan
parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan
bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E.
coli atau Fecal coli dalam air.
4) Syarat-syarat Radiologis.
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak
boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

b. Persyaratan Kuantitatif (Debit)


Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan
kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang
dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.

c. Persyaratan Kontinuitas.
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim
kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan
bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat
diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal
tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia,
sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat
dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap
prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama
12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada
pukul 06.00 18.00 WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.
Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen
memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah
yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak
ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas
energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu
kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi
0,61,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang
diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi.
Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi
atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum
yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

3. Penyakit yang dapat ditularkan melalui air


Air merupakan sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
tetapi sebaliknya air dapat juga menjadi sumber pembawa penyakit bagi
masyarakat. Hal ini terjadi karena penyediaan air bersih yang memenuhi
syarat kuantitas dan kualitas semakin berkurang. Air yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan
manusia, yaitu sebagai media penularan penyakit. Penyakit yang dapat
ditularkan melalui air, dapat dikelompokan menjadi, beberapa jenis
berikut : (Sutrisno, T., & Suciastuti, E. 2010)
1. Water borne disease
Merupakan penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum,
dimana air minum tersebut bila mengandung kuman patogen
terminum oleh manusia maka dapat mengakibatkan sakit. Di antara
penyakit tersebut adalah: penyakit typus, kolera, dysentri, penyakit
hepatitis, penyakit gastroenteritis.
2. Water washed disease
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk
pemeliharaan hygiene perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan
oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu
dapat dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit ini
banyak terdapat di daerah tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi
oleh cara penularan dan dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Penyakit infeksi saluran pencernaan: Salah satu penyakit infeksi
saluran pencernaan adalah bersifat faecal-oral. Penyakit diare
dapat ditularkan melalui beberapa jalur, di antaranya jalur yang
melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur
yang dicuci dengan air (water washed). Contoh penyakit water
washed disease, yaitu: kolera, typhoid, hepatitis infektiosa dan
dysentri basiler. Berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kesediaan air untuk makan, minum dan memasak, serta
kebersihan alat-alat makan.
b. Penyakit infeksi kulit dan selaput lendir : Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan hygiene perseorangan yang buruk. Penyakit ini
dapat ditularkan sebagai akibat penyediaan air yang tidak cukup
bagi kebersihan perseorangan. Yang perlu diperhatikan adalah
kualitas air bersih, air tidak mengandung mikroba-mikroba yang
menimbulkan penyakit seperti: infeksi fungus pada kulit,
penyakit conjunctivitis (trachoma).

c. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan


selaput lendir: Penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya
air bersih untuk hygiene perseorangan yang ditujukan untuk
mencegah invasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta
parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit
bila kebersihan perseorangan dan kebersihan umum tidak
terjamin. Yang termasuk parasit ini adalah: lice, louse borne
relapsing fever.
3. Water based disease
Merupakan penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang
sebagian siklus hidupnya di air seperti schistosomiasis. Larva
schistosomiasis hidup di dalam keong air. Setelah waktunya larva
ini akan mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit
(kaki) manusia yang berada di dalam air tersebut. Air ini sering
sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari
seperti menangkap ikan, kegiatan pertanian lahan basah.
4. Water related insect vectors
Merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya
tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis,
yellow fever. Nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor
penyakit dengue berkembang biak dengan mudah bila dilingkungan
tersebut terdapat tempat - tempat genangan / penampungan air
bersih seperti gentong air, pot dan sebagainya.

C. Standar operasional prosedur pengawasan penyediaan air bersih


I. Persiapan
a. Sumber daya manusia
Syarat:
Fungsional sanitarian yang telah mendapat pelatihan penyehatan air
Penunjang:
Pengemudi/supir yang memiliki SIM A.
b. Sarana dan prasarana
1. Peralatan
Water test kit
Peralatan sampel bakteriologis:
(botol sampel, incubator, Bunsen, label dan cool box)
Peralatan pengambilan sampel kimiawi:
(jerigen dan label)
Peralatan pemeriksaan mikrobiologis portable
Comparator
Kendaraan operasional
Tas lapangan
Formulir
ATK (spidol)
Kertas label
Surat tugas
Formulir
Thermos sampel/cool box
2. Bahan
Reagen
Alcohol
c. Pemetaan
Membuat peta/denah situasi system penyediaan dan distribusi air di
pelabuhan, meliputi:
Lokasi dan luas dari system distribusi air di pelabuhan beserta
komponen-komponennya.
Lokasi dan tipe dan check valve atau alat pencegah aliran balik.
Lokasi dan tipe hidran, termasuk keterangan tentang perlindungan outlet
(kran) dan tangki bak penampung.
Daerah-daerah rawan dimana mudah terjadi pencemaran/kontaminasi.
Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
Faktor resiko perkembangbiakan vektor penyediaan air bersih
d. Jadwal kerja
Tentukan tempat dan waktu pengambilan contoh air untuk keperluan
pemeriksaan
Waktu pengawasan komponen-komponen system penyediaan dan
distribusi air secara keseluruhan
II. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Pengawasan penyediaan air bersih di pelabuhan/bandara
1. Pengamanan lapangan/inspeksi sanitasi
Dilakukan terhadap seluruh jenis sarana penyediaan air bersih mulai
dari sumber, distribusi hingga ke konsumen meliputi:
Kondisi
Pemeliharaan
Perbaikan (bila tidak memenuhi standart)
Pengawasan dan penyuluhan tentang cara-cara suplai air
minum yang hygienis dan sanitair
Hasil hasil inspeksi sanitasi dicatat dalam formulir isian

Pengawasan sarana penyediaan air bersih meliputi:


1) Storage tank
Tangki persediaan air minum dapat berupa bak di
bawah tanah atau menara air
Harus terlindung sehingga tidak kemasukan
kotoran, burung, serangga, sinar matahari langsung
dan lain sebagainya.
Tiap 6 bulan sekali tangki harus
dikuras/dibersihkan, kemudian seluruh dinding
bagian dilabur dengan larutan semen kental setelah
kering tangki didesinfeksi dengan chlorinasi.
Larutan kaporit 50 mg/lt selama 24 jam
Larutan kaporit 100mg/lt selama 1 jam
Setelah itu tangki dibilas dengan air bersih dan
dapat dipergunakan lagi.

2) Hidran
Pemasangan hidran yang ideal ialah setinggi 45 cm
dari peralatan dermaga. Jika terpaksa harus dibuat
dalam lubang berukuran 1 X 1 X 1
2 2 2 m3 rata dengan
dermaga, lubang tersebut dilengkapi dengan lubang
pembuangan air (drainase) di dasarnya dan diberi
tutup yang kuat dari logam atau gawapend beton.
Keadaan hydran, lubang dan tutup harus selalu
bersih.
Usahakan agar tidak terjadi back-syphonage (air
dari kapal kembali masuk ke pipa saluran di
pelabuhan melalui hidran).
Usahakan agar tidak terjadi cross-connection, bila
terdapat dua system saluran air atau dual system
(misalnya air minum dan bukan air minum)
Pipa-pipa yang dipakai untuk menghubungkan
hidran dengan kapal, tongkang/perahu dan lain-lain
harus selalu bersih dan tidak bocor, terutama bagian
dalamnya.
Pipa-pipa demikian seharusnya disimpan secara
hygienis didalam lemari/tempat khusus tempat
hidran.
Cara membersihkan pipa penghubung hidran dengan
kapal meliputi:
Bersihkan/cuci bagian dalam pipa dengan air
bersih (potable water), lalu keringkan.
Tinggalkan kedua ujung pipa, masukkan larutan
kaporit 100 ppm hingga penuh dan biarkan
selama 1 jam.
Pipa dibilas dengan air bersih
Perlu diperhatikan kebiasaan jelek dari sebagian
karyawan pelabuhan yaitu mempergunakan lubang
tempat hidran sebagai tempat penampungan air untuk
mandi, mencuci dan lain-lain dengan cara menyumbat
drain dan membuka kran dengan paksa. Hal tersebut
harus dilarang dan juga meletakkan pipa-pipa air
secara sembarangan harus dihindarkan.
3) Tongkang air/mobil air, bak/tong air
Disini resiko polusi/kontaminasi lebih besar
karena air dari dermaga dimasukkan dulu ke
tongkang mobil air, bak/tong air dan setelah itu
baru diangkat/disalurkan kekapal.
Pengawasannya sama dengan pengawasan pada
storage maupun hidran.
Perhatikan cara penyaluran air tersebut harus
sanitair hygienis.
Perlu penyuluhan dan pengawasan tentang
sanitary water handling practices.
Dilarang mandi, mencuci dan lain-lain di atas
tangki dengan menimba air melalui manhole.
Pipa-pipa penghubung yang digunakan harus
bersih.
4) Mobil air, bak/tong air
Pengawasan sama dengan pengawasan pada
storage maupun hidran
b. Pengawasan kualitas air
Pelaksanaan :
1. Cara pengambilan contoh air untuk pemeriksaan bakteriologis
Karan dan hidran
Air dialirkan 2-3 menit (agar air yang ditampung betul-betul
berasal dari dalam distribusi) kemudian kran/hidran ditutup lagi.
Kran/hidran dihapus hamakan dengan nyala api (terutama mulut
kran/hidran) sampai keluar uap air.
Buka kran/hidran agar air panas keluar semuanya (kira-kira 2
menit)
Buka tutp botol sampel dan tamping air kedalamnya sebatas
leher botol (minimal 100cc), lalu mulut botol diflambir dan
ditutup lagi (botol sampel harus steril)
Selama pengisian harus dijaga agar tidak ada kontaminasi, mulut
botol serta tutupnya jangan sampai tersentuh tangan, kran/hidran.
Botol diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil)
Bila pemeriksaan air secara bakteriologis dengan system
membrane filter, tata cara pengambilan atau pemeriksaan
mengikuti petunjuk pada brosur alat tersebut.
Perahu/tong air dan mobil/tangki air
Pengambilan sampel dilakukan melalui lubang utama (main
hole) pada perahu/tongkang air dan mobil/tangki air
Botol, tutup botol, tali pemberat serta kertas pelindung semuanya
steril
Botol dipegang dengan tanagn kiri, buka kertas pembungkus dan
pegang ujung talinya
Tutup botol dibuka kemudian botol diflambir
Botol perlahan-lahan dimasukkan kedalam air pada tongkang air
mobil/tangki air sampai kedalaman kurang lebih 10 cm
Botol diangkat keatas dan isinya sebagian dikeluarkan/
dikuranagi sehingga tinggal 100 cc
Mulut dan tutup botol diflambir
Botol diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil)
Keterangan:
1) Cara pengambilan sampel untuk pemeriksaan bakteriologis
Botol sampel biasanya dibuat dari gelas pyrex dan harus
disterilkan (bila air yang telah mengalami pengolahan
dan diberi khlor maka botol sampel diberi Na-Thiosulfat
untuk mensterilkan klhor)
Untuk pemeriksaan bakteriologis sampel yang diambil
100-200 cc atau lebih
Untuk pengambilan contoh air dari tempat-tempat dalam
(tangki, sumur, sungai) digunakan botol yang ada
pemberatnya dan diberi tali logam
Seluruh botol (plus pemberat dan talinya) disterilisir
dalam keandaan terbungkus rapat

2) Cara pengambilan sampel dari tangki air melalui main hole


Digunakan botol yang bertali
Dengan hanya memegang pembungkus dan ujung tali,
tutup botol dibuka, dicelupkan ke dalam air di dalam
tangki
Setelah penuh ditutp kembali dengan diflambir terlebih
dahulu
Tali dan botol jangan sampai menyentuh tepi lubang
main hole atau dinding tangki untuk mencegah
kontaminasi
Botol berisi contoh air diberi label yang jelas tentang:
o Sampling poin (titik/lokasi pengambilan sampel)
o Waktu pengambilan sampel
o Nama pengambil sampel
o Nama sampel
Kemudian botol sampel secepatnya dikirimkan ke
laborratorium
Pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu kurang dari 24
jam. Bila belum dapat segera dikirimkan atau
laboratorium jauh tempatnya, dapat disimpan terlebuh
dahulu di lemari es/diangkut dalam termos es untuk
mencegah berkembangbiaknya kuman-kuman yang
mungkian ada
Hasil pemeriksaan bakteriologis dan tindakan-tindakan follow-up
Hasil pemeriksaan bakteriologis dinyatakan dalam satuan
jumlah kuman/100 ml air, dengan standar Escheria coli/100
ml air sampal harus 0 (nol)
Apabila sampel air diambil dari system distribusi maka
standar yang digunakan tidak hanya E.coli tetapi juga total
bakteri Coliform/100 ml air sampel, harus maksimum 10
(sepuluh) untuk pipa dan maksimum 50 (lima puluh) untuk
non pipa
Sampel air yang mengandung E.coli menunjukkan bahwa
air tersebut telah tercemar feaces
Bila hasil pemeriksaan air yang telah didesinfeksi
menujukkan adanya kuman coliform, berarti bahwa proses
purifikasi kurang baik, atau cara pengambilan contoh air
yang salah. Hendaknya pengambilan sampel diulang
Air dapat mengalami pencemaran dari luar karena adanya:
o Kebocoran
o Cross connection dengan system bukan air minum
o Back syphonage pada kran atau hidran
2. Cara pengambilan contoh air untuk pemeriksaan kimiawi
Kran/hidran
Jerigen sampel dibilas dengan air sampel sebanyak 3x
Air dialirkan kedalam jerigen sebanyak 5 liter
Jerigen diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil)
Perahu/tongkang air dan mobil/tangki air
Pengambilan sampel dilakukan melalui lubang utama (main
hole) pada perahu/tongkang air dan mobil/tangki air
Jerigen sampel dibilas dengan air sampel sebanyak 3 kali
Air dialirkan ke dalam jerigen sebanyak 5 liter
Jerigen diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil)
Bila pengiriman sampel melebihi 24 jam, sampel air diberi
pengawet natrium thiosulfat
Dalam keadaan tertentu pengambilan contoh air lebih sering, misalnya:
ada wabah water-borne diseases, polusi, kebocoran/perbaikan pada
system distribusi.

Jumlah Minimal Air Minum Pada Jaringan Distribusi


Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan
< 5000 jiwa 1 sampel
5000 s/d 100.000 jiwa 1 sampai per 5000 jiwa
> 100.000 jiwa 1 sampai per 100.000 jiwa,
ditambah 10 sampel tambahan

Pengawasan terhadap kadar chlor


Pengertian chlorinasi:
Chlor sering digunakan sebagai desinfektan. Sisa chlor
(residual chlor) dalam air yang didesinfeksi sedikit banyak
dapat melindungi air dalam pipa-pipa saluran terhadap
kontaminasi lebih lanjut.
Pemeriksaan kadar sisa khlor (bebas maupun terkait):
Dapat dilakukan dilapangan sebagai pendukung pemeriksaan
bakteriologis, dilaksanakan pada waktu pengambilan contoh air
di sampling point.
Pemeriksaan dilakukan dengan lomparator, melalui cara:
o OT (orthotolidin methot)
o OTA (acid orthotolidin method)
o DPD (diethyl-phenylene-diamine method)
Kadar sisa khlor pada system distribusi di pelabuhan tidak
boleh kurang daro 0,2 ppm (bila digunakan khlor sebagai
desinfektan)
Bila pemeriksaan ternyata kurang dari 0,2 ppm maka khorinasi
belum sempurna dari KKP harus member nasehat atau saran
untuk perbaikan

c. Pemeriksaan kualitas air


Sampel yang diperiksa diberi kode sampel
Untuk sampel mikrobiologi, sampel diperlukan secara aseptis
Periksa sampel sesuai parameter yang akan diperiksa
Prosedur pemeriksaan sampel mengikuti petunjuk pemeriksaan
sesuai parameter yang akan diperiksa
Cara pemeriksaan untuk setiap parameter ikuti petunjuk pada
alat/bahan yang dipakai dan prosedur pemeriksaan yang baku di
laboratorium
Analisis hasil pemeriksaan dan berikan saran tindak lanjut
Sampaikan hasil pemeriksaan dan saran tindak lanjut ke pemilik/
pengelola
Bila di KKP tidak tersedia sumber daya untuk pemeriksaan kualitas
air, dapat merujuk ke BTKL-PPM atau laboratorium kesehatan
(labkes)
Pemeriksaan air bersih di kapal dan penerbitan sertifikat
Pemeriksaan kualitas air bersih di atas kapal dilakukan pada saat
pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC
dan atu pada saat pemeriksaan sanitasi kapal saat kedatangan kapal
dari luar negeri/daerah terjangkit.
Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan analisis secara fisik dan
kimia terhadap persediaan air bersih di kapal.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengambil sampel air
pada sumber air (misal: gelas), selanjutnya periksa apakah
berwarna, berbau dan berasa
Lakukan pemeriksaan secara kimiawi dengan water test kit untuk
melihat kadar: sisa khlor, pH, Fe, Mn, Cu, Nitrat, Nitrit
Analisis hasilnya, apabila ada ketidak sesuaian informasikan berikut
rekomendasinya kepada nahkoda secara tertulis
Terbitkan sertifikat air bersih dan tagihan PNBP
Apabila pemeriksaan dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC, tulis
hasil pemeriksaan pada form yang tersedia
Apabila pemeriksaan dilakukan dalam rangka pemeriksaan
kedatanagn kapal, buat laporan hasil pemeriksaan dan dilaporkan
kepada kabid/kasi PRL
III. Jejaring kerja
1. Kantor Kesehatan pelabuahan
2. Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara
3. Perusahaan Pelayanan
4. Perusahaan Tongkang Penyuplai Air ke Kapal
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
6. Balai Laboratorium/BBTKL-P2M
7. PDAM setempat
8. Pelindo/Pengusahaan Pelabuhan lainnya
IV. Pelaporan
Mekanisme pelaporan di KKP adalah sebagai berikut:
Data dari penanggung jawab kegiatan dilaporkan ke Kepala
Bidang/Kepala Seksi, sedangkan untuk wilker dilaporkan ke KKP induk
melalui koordinator pelaporan dimasing-masing seksi di KKP induk
Dari KKP induk dilaporkan ke Ditjen PP & PL melalui sitem informasi
manjemen kesehatan pelabuhan Cq. Ka.Sub.Dit. Karkes
Data yang sifatnya KLB dilaporkan 1X24 jam
Untuk mekanisme evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya wilayah
kerja dievaluasi oleh KKP induk sedangkan KKP induk disamping
melakukan evaluasi dimasing-masing bidang/seksi juga dievaluasi oleh
Ditjen PP & PL
Hasil pemeriksaan ditindak lanjuti dengan menginformasikan hasil
pengawasan kepada pengelola dan tembusan administrator
Pelabuhan/administrator bandara serta pemerintah Daerah/Ka.Dinkes
setempat
Bila hasil pemeriksaan tidak baik, surat pemberitahuan yang
disampaikan selain informasi juga langkah-langkah penanggulangan.
V. Alogaritma Pengawasan Air Bersih Di Kapal Dalam Rangka Sertifikasi Air
Bersih Alat Angkut

Persiapan:
Alat dan bahan

Pengambilan Dan Pemeriksaan Air


Bersih Secara Fisik Dan Kimia Terbatas

Analisis Hasil
Pemeriksaan

Hasil baik Hasil tidak baik

Sertifikat Air Bersih Saran Perbaikan Atau


Tindakan Penyehatan

Gambar II.1 Alogaritma Pengawasan Air Bersih Di Kapal Dalam Rangka


Sertifikasi Air Bersih Alat Angkut

You might also like