snot DAS dan Pengelolaannya (2)| BebasBanji2015
BebasBanjir2015
DAS dan Pengelolaannya (2)
Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Naik Sinukaban
Ketua Umum Pengurus Pusat MKTI Periode 2004 - 2007 Jurusan ilmu Tanah, Institut Pertanian
Bogor
PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh _batas-batas topografi secara
alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir
melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Dalam Bahasa Inggris
pengertian DAS sering diidentikan dengan watershed, catchment area atau river basin.
Pengertian DAS tersebut menggambarkan bahwa DAS adalah suatu wilayah yang mengalirkan air
yang jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik yang sama_sepanjang suatu
aliran atau sungai. Dengan demikian DAS atau watershed dapat terbagi menjadi beberapa sub DAS
dan sub-sub DAS, schingga luas DAS pun akan bervariasi dari beberapa puluh meter persegi sampai
ratusan ribu hektar tergantung titik pengukuran ditempatkan.
Apabaila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di
bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara sembarangan di
bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim
hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau
jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun
menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak. Perubahan
penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.
Oleh karena itu, dari segi hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem
dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain dalam DAS
tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan DAS yang dapat mempengaruhi
hntps:foebasbanjr2025.wordpress.comi04-konsep-konsop-dasar/das-dan-pengelolaannya-2i +180anri2017 DAS dan Pengelolaannya (2) | BebasBanjir2015
kualitas dan kuantitas air, yang pada gilirannya kualitas seluruh lingkungan hidup, antara lain,
penebangan hutan, penambangan, permukiman, lingkungan pabrik, perubahan penggunaan lahan,
penerapan teknik konservasi tanah dan air, pengembangan pertanian lahan kering, termasuk
tanaman pangan, tanaman perkebunan, seperti tebu, karet, kelapa sawit, dan perubahan
agroteknologi.
DAMPAK KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Sumberdaya alam utama yang terdapat dalam suatu DAS yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan air. Sumberdaya tersebut peka terhadap
berbagai macam kerusakan (degradasi) seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity),
kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburan
tanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam (salinisasi), penggenangan (water logging), dan
akumulasi limbah industri atau limbah kota (pencemaran) (Rauschkolb, 1971; ElSwaify, et. al. 1993).
Menurunnya kualitas air yang disebabkan baik oleh sedimen yang bersumber dari erosi maupun
limbah industri (polusi) sudah sangat dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat.
Erosi di daerah tropika basah dengan berbagai fenomena yang bertalian erat dengannya seperti
penurunan produktivitas tanah, sedimentasi, banjir, kekeringan, termasuk jenis kerusakan DAS yang
memerlukan penanganan segera dengan menggunakan teknologi yang telah dikuasai maupun
teknologi baru, agar degradasi lingkungan tidak berlanjut mencapai tingkat yang gawat. Dampak
negatif erosi terjadi pada dua tempat yaitu pada tanah tempat erosi terjadi, dan pada tempat
sedimen diendapkan.
Kerusakan utama yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah kemunduran kualitas sifat-
sifat biologi, kimia, dan fisik tanah, Kemunduran kualitas tanah tersebut dapat berupa kehilangan
keanekaragaman hayati, unsur hara dan bahan organik yang terbawa oleh erosi, tersingkapnya
lapisan tanah yang miskin hara dan sifat-sifat fisik yang menghambat pertumbuhan tanaman,
menurunnya kapasitas infiltrasi dan kapasitas tanah menahan air, meningkatnya kepadatan tanah
dan ketahanan penetrasi serta berkurangnya kemantapan struktur tanah. Hal tersebut pada akhirnya
berakibat pada memburuknya pertumbuhan tanaman, menurunnya produktivitas tanah atau
meningkatnya pasokan yang dibutuhkan untuk mempertahankan produksi. Memburuknya sifat-
sifat biologi, kimia dan fisik tanah serta menurunnya produktivitas tanah sejalan dengan semakin
menebalnya lapisan tanah yang tererosi (Sudirman et al 1986).
Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh aliran permukaan diendapkan di bagian
tertentu atau masuk ke sungai serta diendapkan di dalam sungai, waduk, danau atau saluran-
saluran air. Disamping itu dengan berkurangnya kapasitas infiltrasi tanah yang mengalami erosi
akan menyebabkan aliran permukaan (run off) meningkat. Peningkatan aliran permukaan dan
mendangkalnya sungai mengakibatkan banjir semakin sering dengan tingkatan (derajat) yang
semakin berat pada setiap musim hujan. Terjadinya banjir sudah merupakan fenomena yang
berulang setiap tahun di banyak DAS di Indonesia,
Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di bagian hulu DAS menyebabkan
pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan
kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir dan kekeringan
merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa eropsi. Bersama dengan sedimen,
unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut terbawa masuk ke
dalam waduk atau sungai (Sinukaban 1981). Hal ini mengakibatkan terjadinya eutrofikasi berlebihan
dalam danau atau waduk sehingga memungkinkan perkembangan tananam air menjadi lebih cepat
hntps:foebasbanjr2025.wordpress.comi04-konsep-konsop-dasar/das-dan-pengelolaannya-2i 2180anri2017 DAS dan Pengelolaannya (2) | BebasBanjir2015
dan pada akhimya mempercepat pendangkalan dan kerusakan waduk atau danau tersebut.
Meningkatnya aktivitas pertambangan dan pembanguan pabrik yang tidak diikuti dengan teknik
konservasi dan penanganan limbah yang memadai, akan meningkatkan pencemaran yang luar biasa
di bagian hilir,
Dari gambaran tersebut telihat juga bahwa laju erosi suatu DAS dapat dijadikan salah satu indikator
kecepatan proses pengrusakan (degradasi) DAS. Untuk menilai laju erosi yang terjadi di suatu DAS,
petunjuk dasar yang mudah diperoleh adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan
(Sinukaban 1981). Berdasarkan konsentrasi sedimen dalam air sungai, laju erosi di beberapa DAS di
Indonesia pada 30 - 40 tahun yang lalu sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan (Badrudin
Mahbub, 1978) dan di banyak tempat sudah lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan
(Sinukaban 1994). Dari perkembangan pengamatan ternyata laju erosi saat ini sudah semakin
meningkat dan sudah jauh lebih gawat dari pada keadaan 30 - 40 tahun yang lalu, terutama pada
DAS kategori prioritas I.
Banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau adalah indikator utama kerusakan DAS
yang sangat jelas. Pada dasarnya banjir terjadi karena sebagian besar dari hujan yang jatuh ke bumi
tidak masuk kedalam tanah mengisi akuifer, tetapi mengalir di atas permukaan yang pada gilirannya
masuk ke sungai dan mengalir sebagai banjir ke bagian hilir. Hal ini terjadi karena kapasitas infiltrasi
tanah sudah menurun akibat rusaknya DAS, Faktor utama kerusakan DAS yang mengakibatkan
menurunnya infiltrasi adalah: (1) hilang / rusaknya penutupan vegetasi permanen / hutan di bagian
huilu, (2) pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, dan (3) penerapan teknologi
pengelolaan lahan / pengeloiaan DAS yang tidak memenuhi syarat yang diperlukan.
Penurunan infiltrasi akibat kerusakan DAS mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan (run off)
dan menurunnya pengisian air bawah tanah (groundwateri) mengakibatkan meningkatnya debit
aliran sungai pada musim hujan secara drastis dan menurunnya debit aliran pada musim kemarau.
Pada keadaan kerusakan yang ekstrim akan terjadi banjir besar di musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kehilanghan air dalam jumlah besar di
musim hujan yaitu mengalirnya air ke laut dan hilangnya mata air di kaki bukit akibat menurunnya
permukaan air bawah tanah. Dengan perkataan lain, pengelolaan DAS yang tidak memadai akan
mengakibatkan rusaknya sumberdaya air.
PERANAN KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PELESTARIAN
PRODUKTIVITAS DAN SUMBERDAYA AIR
Untuk menjaga produktivitas lahan, maka penggunaan Jahan harus sesuai dengan kemampuan
Jahan serta penggunaan agroteknologi harus disertai dengan penerapan teknik konservasi tanah dan
air yang memadai. Tipe teknik konservasi tanah dan air yang banyak diterapkan di seluruh dunia
termasuk dalam pengelolaan DAS di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok
utama yaitu agronomi, vegetatif, struktur, dan manajemen (WASWC, 1998).
Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok agronomi antara lain
penanaman tanaman campuran (tumpang sari), penananam berurutan (rotasi), penggunaan mulsa,
pengolahan tanah minimum, penananam tanpa olah tanah, penanaman mengikuti kontur,
penananam di atas guludan mengikuti kontur, penggunaan pupuk hijau atau pupuk buatan, dan
penggunaan kompos.
hntps:foebasbanjr2025.wordpress.comi04-konsep-konsop-dasar/das-dan-pengelolaannya-2i 3180anri2017 DAS dan Pengelolaannya (2) | BebasBanjir2015
Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok vegetatif antara lain
penanaman tanaman pohon atau tanaman tahunan (seperti kopi, teh, tebu, pisang), penanaman
tanaman tahunan di batas lahan (tanaman pagar), penanaman strip rumput (vetiver, rumput
makanan ternak),
Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok struktur antara lain
saluran penangkap aliran permukaan, saluran pembuangan air, saluran teras, parit penahan air
(rorak), sengkedan, guludan, teras guludan, teras bangku, dam penahan air, dan embung pemanen
air hujan.
Teknik konservasi tanah_dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok manajemen antara lain
perubahan pengunaan lahan menjadi lebih sesuai, pemilihan usaha pertanian yang lebih cocok,
pemilihan peralatan dan masukan komersial yang lebih tepat, penataan pertanian termasuk
komposisi usaha pertanian, dan penentuan waktu persiapan lahan, penanaman, dan pemberian
input.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai di berbagai proyek pengembangan
pertanian dan penelitian telah membuktikan bahwa teknik konservasi tanah dan air mampu
menstabilkan produktivitas pertanian dan bahkan pada beberapa tempat mampu meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani (Shite dan Sinukaban, 2004).
Penanaman sayuran mengikuti kontur pada tanah Andosol yang mempunyai drainase yang baik di
Citere Jawa Barat mampu mempertahankan produktivitas Iahan dan sangat efektif menekan erosi.
Penggunaan rorak dan tananam penaung multistrata di pekebunan kopi rakyat mampu menekan
erosi dan meningkatkan pendapatan petani sampai lebih dari Rp. 6.000.000 di DAS Besai Lampung
barat.
Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air di suatu DAS, maka penutupan vegetasi permanen harus
tetap dijaga kelestariannya, penggunaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan dan teknologi
pengelolaan DAS harus memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Di DAS yang
didominasi oleh daerah pertanian, penerapan teknik konservasi yang memadai sangat diperlukan
untuk meningkatkan infiltrasi dan menurunkan aliran permukaan yang pada gilirannya dapat
melestarikan sumberdaya air.
Hasil penelitian tentang pengaruh teknik konservasi tanah dan air yang memadai dalam pengelolaan
DAS terhadap kelestarian sumber daya air di Jawa Barat dan Lampung sangat positif (Sinukaban et
al, 1998, Sihite dan Sinukaban 2004). Penelitian di Jawa Barat dan Lampung Barat tersebut
menunjukan bahwa teknik pengelolaan DAS yang memenuhi kaidah konservasi tanah dan air akan
menurunkan aliran permukaan (quick flow) dan menaikan aliran dasar (base flow) serta
memperpanjang masa aliran dasar secara substansial (Sinukaban et al, 198).
Walaupun hanya sepertiga dari luas DAS yang menerapkan teknik konservasi yang memadai, teknik
konservasi tersebut sudah mampu menekan koefisien aliran permukaan dari 0,72 menjadi 0,49 pada
tahun berikutnya dan menjadi 0,39 dua tahun setelah penerapan teknik konservasi. Disamping itu
koefisien aliran dasar (base flow) meningkat dari 0,28 menjadi 0,51 pada tahun berikutnya dan
menjadi 0,61 dua tahun setelah peneapan teknik konservasi (Tabel 1). Disamping adanya
peningkatan debit aliran dasar, penerapan teknik konservasi tanah dan air juga memperpanjang
lamanya aliran dasar dari hanya sampai bulan Juni pada saat belum diterapkannya teknik konservasi
menjadi sampai bulan Juli setelah setahun penerapannya dan menjadi sampai bulan Agustus setelah
dua tahun (Gambar 1 dan 2). Bila dikombinasikan dengan peningkatan penutupan vegetasi
permanen dan menempatkan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuannya maka
kelestarian sumberdaya air di DAS akan terjaga secara lestari.
hntps:foebasbanjr2025.wordpress.comi04-konsep-konsop-dasar/das-dan-pengelolaannya-2i 4180snot DAS dan Pengelolaannya (2) | BebasBanjr2015
Tabel 1. Pengaruh teknik konservasi tanah dan air pada aliran air tahunan
di Daerah Tangkapan Citere.
Tanpa Dengan Teknik
Karakteristik teknik Konservasi
‘Aliran Air Konservasi
1992/1993 | 1993/1994 | 1994/1995
Jamlah hujan (mm) [2173 2018 1901
Total aliran tahunan | (mm)| — 766,9 657,5 467
Koefisien aliran (%) 35,3 32.6 23,9
permukaan
Aliran cepat (quick | (@mm)| 550 323,7 181
flow)
Persen tot alaliran | (9%) 1,7 49,2 38,8
permukaan
Aliran lambat ( base | (mm) | 216,9 33,8 286
flow)
Persen total aliran (%) 28,3 50,8 61,2
permukaan
“th
UyAEE
Gambar 1. Jumlah, rata-rata dan minimum aliran permukaandan hujan dari Oktober 1992 -
September 1995 di daerah tangkapan Citere Jawa Barat
A. Maximum (Peak) Flow
am meme (1902/4003)
—mames (3998/1004)
~ (1984/1005)
al es S
hitps:feebasbanjr2025.wordpress.comi0é-konsep-Konsop-dasaridas-dan-pengelolaannya-2i
5150snot
DAS dan Pengelolaannya (2)| BebasGanji2015
B. Average Flow
te
| 9802/1983)
° i —-——= (1983/1984)
am. coesanney
z+
Zz,
.
a.
=
=.
:
Cc. Minimum Flow (Base Flow)
wees (1092/1 009)
ho == Govsrcess
= Hi (90471998)
3.
=
2
3
2?
s
=
§
= ,
=
Gambar 2. Perbandingan antara aliran maksimum, rata-rata dan minimum dari tiga musim hujan di
KONSEPSI PENGEMBANGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Daerah Tangkapan Citere Jawa Barat
hitps:feebasbanjr2025.wordpress.comi0é-konsop-konsop-dasaridas-dan-pengelolaannya-2i
6150anri2017 DAS dan Pengelolaannya (2) | BebasBanjir2015
Pengembangan / pengelolaan DAS adalah rangkaian upaya yang dilakukan oleh manusia untuk
memanfaatkan sumberdaya alam DAS secara rasional guna memenuhi kebutuhan hidup dan
meningkatkan taraf hidup, seraya membina hubungan yang harmonis antara sumberdaya alam dan
manusia serta keserasian ekosistem secara lestari, Untuk itu maka setiap kegiatan dalam DAS harus
juga memenubhi tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Suatu kegiatan
pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan apabila pembangunan itu dapat mewujudkan paling
sedikit tiga indikator utama secara simultan yaitu pendaatan yang cukup tinggi, teknologi yang
digunakan tidak mengakibatkan degradasi lingkungan dan teknologi tersebut dapat diterima
(acceptable) dan dapat dikembangkan oleh masyarakat (replicable) dengan sumberdaya lokal yang
dimiliki.
Keadaan DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pembangunannya pun, DAS harus
diperlakukan sebagai suatu sistem (Gill, 1979). Dengan memperlakukan DAS sebagai suatu sistem
dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka
sasaran pengembangan DAS akan menciptakan ciri-ciri yang baik sebagai berikut:
1.Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan
produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidpan yang layak bagi petani
yang mengusahakannya. Produktivitas yang tinggi dapat diperoleh apabila lahan tersebut
digunakan sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu harus dipilih komoditas pertanian yang
cocok dengan faktor biofisik setempat dan dikelola dengan agroteknologi yang memenuhi
persyaratan, sehingga produktivitas tetap tinggi dan kualitas lahan terjaga secara lestari.
2.Mampu mewujudkan pemerataan produktivitas di seluruh DAS. Perencana pengelolaan DAS
harus memberikan perhatian serius pada hal ini agar seluruh stakeholders di dalam DAS
memperoleh pendapatan yang dapat mendukung kehidupan yang layak. Apabila keadaan seperti
ini terwujud maka DAS tersebut akan bersifat lentur, sehingga walaupn ada kegagalan produksi
di salah satu bagian DAS akibat bencana alam, maka bagian lain DAS akan dapat membantu
bagian yang terkena bencana
3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. Salah satu faktor penting yang harus diwujudkan
dalam setiap sistem pengelolaan DAS adalah menjaga fungsi DAS sebagai pengatur tata air yang
baik. Oleh sebab itu fungsi hidrologis DAS harus dapat terjaga secara lestari yang dicirikan oleh
ketersediaan sumberdaya air yang meliputi kuantitas, kualitas dan distribusi yang baik sepanjang
tahun di seluruh DAS.
Suatu daerah aliran sungai terdiri dari bagian hulu, tengah dan Berbagai kegiatan dapat
dijumpai dalam pengembangan satu DAS, antara lain, kegiatan konstruksi seperti: pembangunan
jalan, perluasan kota / daerah permukiman, industri, pengembangan tenaga listrik, dam atau waduk
untuk irigasi atau hidrolistrik, kegiatan pengerukan, pembangunan kanal, transportasi / navigasi,
pertambangan, pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan serta kegiatan lainnya.
Setiap kegiatan bertujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat. Dari sisi lain kegiatan tersebut
mempunyai kemungkinan menghasilkan dampak negatif terhadap kegiatan lainnya. Oleh karena itu
semakin banyak kegiatan dalam pengembangan suatu DAS apabila tidak dilandasi oleh suatu
perencanaan yang menyeluruh dan terintegrasi, akan semakin besar terjadinya persaingan atau
konflik atau benturan di antara berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Sebagai contoh kemungkinan terjadinya benturan berbagai kegiatan adalah pekerjaan penggalian /
pembongkaran tanah selama kegiatan konstruksi dam, waduk atau jalan raya dapat mengakibatkan
terjadinya sedimentasi perairan di sebelah hilir. Pengembangan pertanian di daerah berlereng,
apabila tidak disertai usaha konservasi yang memadai, akan menyebabkan terjadinya erosi dan
sedimentasi pada dam / waduk. Demikian pula dengan dampak negatif terhadap kualitas
lingkungan yang dapat diakibatkan oleh pembangunan di bidang industri atau pertambangan.
hntps:foebasbanjr2025.wordpress.comi04-konsep-konsop-dasar/das-dan-pengelolaannya-2i 780