You are on page 1of 12

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.

KAJIAN PEMBANGUNAN
SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN
DI KAWASAN PERUMAHAN

1
NURHAPNI, 2 HANI BURHANUDIN
1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116
2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRACT

Development will basically change the natural conditions, the establishment of residential land will
make a watertight result in disruption of the hydrological balance. Increased run off due to the closing
of the land by residential buildings should be designed so that the flow will not quickly disappear but
could still be converted into ground water reserves. Filosopfi Green Building build inpirasi how
housing can be designed environmentally friendly. Channeling rain water (drainage)
environmentally sound residential area enabled it pursued a number of run-off water (run off) the
dialirkannya. Pavement drains, yard, road construction and water seeped infiltration wells with RTH
is a reliable means to realize an environmentally friendly housing.
Hydrologic analysis is required as a basis for converting rainwater that falls in a residential area
into a run-off discharge is generated. By obtaining subsequent runoff discharge channel hydraulic
analysis was performed to evaluate the use of construction of water channels that qualify are eligible
to do. Hydrologic analysis is also needed to calculate the number of facilities required infiltration
wells. Meanwhile, to calculate RTH needs and building water passes used standards that can be
applied to the residential areas.

Keywords: systems, drainage, environment, housing

Pendahuluan di musim hujan dan krisis air di musim


Penyaluran air hujan bersistem merupakan kemarau merupakan sebuah gejala dari
salah satu bentuk upaya peningkatan kualitas ketidakseimbangan tersebut. Sejalan dengan
lingkungan seiring meningkatnya semangat semangat pembangunan perkotaan berbasis
pembangunan perkotaan. Alih fungsi lahan konservasi (green city), konsep penyaluran air
akan menghantarkan prilaku hidrologis hujan melalui pengaliran secepat mungkin ke
kawasan menuju ketidakseimbangan yang badan pembuang sudah mulai ditinggalkan.
biasanya diindikasikan oleh karena Pembangunan saluran drainase
meningkatnya run off. Pengembangan lahan berwawasan lingkungan (SDBL) merupakan
terbangun sebagai indikator meningkatnya koreksi terhadap pengelolaan limpasan hujan
kegiatan perkotaan merupakan bagian dari yang boros tanpa kendali sehingga kurang
proses perubahan lahan yang pada akhirnya mengindahkan tujuan konservasi air. Melalui
akan meningkatkan aliran permukaan (surface pembangunan SDBL limpasan air dari daerah
run off). Fenomena dimana ada kejadian banjir hulu dihambat sementara untuk memberikan
kesempatan sebesar mungkin air meresap ke

Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

dalam tanah. Sementara di bagian hilir Drainase Permukiman Berwawasan


diupayakan aliran secepat mungkin untuk Lingkungan
menghindari tumpukan air yang dapat Drainase permukiman merupakan sarana
berakibat banjir. Pembangunan sumur dan atau prasarana di permukiman untuk
kolam resapan, saluran tidak kedap, mengalirkan air hujan, dari suatu tempat ke
penanaman pohon, pemakaian material lolos tempat lain. Pengembangan permukiman di
air untuk halaman atau jalan merupakan perkotaan yang demikian pesatnya,
konsep yang dapat diterapkan untuk mengakibatkan makin berkurangnya daerah
menyukseskan pembangunan SDBL. resapan air hujan, karena meningkatnya luas
Meningkatnya jumlah penduduk beserta daerah yang ditutupi oleh perkerasan dan
kegiatan ekonominya akan berimbas pada mengakibatkan waktu berkumpulnya air (time
kebutuhan lahan terutama untuk pembangunan of concentration) jauh lebih pendek, sehingga
perumahan. Dengan berbagai spesifikasinya, akumulasi air hujan yang terkumpul
perumahan merupakan salah satu faktor yang melampaui kapasitas drainase yang ada. Hal
dapat memicu peningkatan run-off. Semakin ini sering ditunjukan dengan terjadinya air
besar angka koefisien daerah bangunan (KDB) yang meluap dari saluran drainase baik di
yang terjadi semakin besar pula volume run-
perkotaan, maupun di permukiman secara
off. Besarnya porsi pemanfaatan lahan untuk khusus, sehingga terjadi genangan air bahkan
perumahan menggiring perhatian pemerintah akan terjadi banjir yang mengganggu aktivitas
untuk semaksimal mungkin mengurangi
masyarakat.
dampak peningkatan run off tersebut. Sistem Sedangkan drainase berwawasan
drainase berikut kelengkapan penunjangnya lingkungan dapat diartikan sebagai upaya
perlu dirancang sedemikian rupa melibatkan
mengalirkan dan meresapkan sebagian air
berbagai perhitungan hidrologis dan aplikasi hujan yang mengalir melewati saluran-saluran
penggunaan materi lain yang berorientasi pada air hujan pada suatu kawasan atau lahan.
upaya konservasi. Selain fungsi lahan tersebut tidak terganggu
akibat banjir, air yang meresap dapat dijadikan
Drainase
cadangan sumber air. Sunjoto, (1987)
Pada dasarnya drainase berasal dari memberikan pengertian sistem drainase
bahasa Inggris yaitu drainage yang berwawasan lingkungan adalah usaha
mempunyai arti mengalirkan, menguras, menampung air yang jatuh di atap pada suatu
membuang atau mengalihkan air. Drainase reservoir tertutup di halaman masing-masing
secara umum didefinisikan sebagai ilmu atau secara kolektif untuk memberikan
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk kesempatan air meresap ke dalam tanah
mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu dengan harapan sebanyak mungkin air hujan
konteks pemanfaatan tertentu. Atau dalam diresap ke dalam tanah.
bidang teknik sipil, drainase adalah suatu Berdasarkan beberapa literatur dapat
tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan diketahui bahwa ciri-ciri drainase permukiman
air yang berasal dari air hujan, rembesan, dapat terlihat dari kontruksinya yang dapat
maupun kelebihan air irigasi dari suatu menyerapkan air (biasanya menggunakan
kawasan atau lahan, sehingga fungsi kawasan pasangan batu kali), dimensi yang sesuai
atau lahan tidak terganggu. Drainase juga (dapat menampung, mengalirkan dan
dapat diartikan sebagai suatu tindakan teknis menyerapkan air hujan), dilengkapi sumur
untuk mengurangi kelebihan air yang berasal resapan, pemasangan paving blok di halaman
dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air atau pekarangan rumah dan jalan-jalan
irigasi dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lingkungan dan adanya ruang terbuka hijau di
fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu. kawasan tersebut.
Bentuk bangunan peresap dapat berupa :
sumur peresap, parit, peresap, perkerasan lulus

Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

air, saluran drainase berlubang, situ retensi di


lapangan parkir dan sebagainya, dipilih Drainase Sumuran/Sumur Resapan Air Hujan
berdasarkan tujuan penerapan bangunan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH adalah
peresap, kondisi alam dan lingkungan pada prasarana untuk menampung dan meresapkan
daerah sekitar rencana alokasi, aspek air kedalam tanah. Air hujan yang ditampung
keamanan, estetika, dan biaya yang tersedia. dan diresapkan, berasal dari bidang tanah, atap
Bangunan peresap ini berfungsi untuk : bangunan dan permukaan tanah yang
Mengimbangi perubahan penggunaan lahan, dikedapkan untuk menjaga keseimbangan
mengurangi banjir dan genangan local, sistem tata air di lingkungan permukiman.
mengurangi beban dan mencegah kerusakan hanya menampung SRAH air hujan, bukan air
sarana drinase permukaan, menambah limbah. Manfaat yang dapat diperoleh dengan
cadangan cadangan air tanah sebagai usaha pembuatan sumur resapan air antara lain : (1)
konservasi air. mengurangi aliran permukaan dan mencegah
terjadinya genangan air, sehingga
Jenis Drainase Permukiman Berwawasan memperkecil kemungkinan terjadinya banjir
Lingkungan dan erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air
tanah dan menambah persediaan air tanah, (3)
Drainase Saluran
mengurangi atau menahan terjadinya intrusi
Fungsi saluran ini adalah untuk air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
mengalirkan limpasan air hujan ke badan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau
peresap. Dan tujuannya adalah untuk menjaga amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air
keseimbangan sistem tata air di lingkungan. tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi
Persyaratan umum drainase saluran adalah (1) konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut,
Air yang masuk adalah air hujan yang tidak 1995).
tercemar, bukan air limbah (2) mampu Sumur resapan air ini berfungsi untuk
mengalirkan serta meresapkan sebagian air menambah atau meninggikan air tanah,
hujan kedalam tanah dengan kecepatan mengurangi genangan air banjir, mencegah
tertentu (3) dipasang di atas tanah yang stabil intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan
Dalam drainase saluran ini terdapat tanah setempat dan melestarikan serta
kriteria yang mendukung terutama dalam hal menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka
konstruksi saluran sehingga dalam kecepatan panjang (Pasaribu, 1999). Penerapan sumur
pengalirannya masih mampu meresapkan air resapan pada areal maksimal 5 Ha dapat dilihat
hujan. Beberapa kriteria dalam penggunaan pada Tabel 2 berikut ini.
konstruksi saluran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2
Tabel 1 Penerapan Sumur Resapan Air Hujan
Kecepatan Aliran yang Dijinkan pada Pada Areal Maksimal 5 Ha
Bahan Dinding dan Dasar Saluran No Tipe Jumlah Luas Minimal
Jenis Bahan Kecepatan Aliran Rumah Rumah Bidang Sumur
Ijin (m/dt) dan (Unit) Tadah Yang
Pasir halus 0,045 Resapa Tiap Terpasa
Lempung kepasiran 0,050 n Luas Rumah, ng di
Lanau aluvial 0,060 Tanah minimal Areal
Kerikil halus 0,075 Tiap (M2) Peruma
Lempung keras/kokoh 0,075
rumah han,
Lempung padat 1,100
Kerikil kasar 1,200 80 m2
Batu-batu besar 1,500 1 T.21/60 150 18 1 buah
Beton-beton bertulang 1,500 2 T.36/75 120 27 1 buah
Sumber : Drainase Perkotaan, Ir. H. A. Halim Hasmar, 3 T.45/90 100 32 2 buah
MT, UII Press, 2002 4 T.70/110 28 47 3 buah
Keterangan : kecepatan saluran yang dianjurkan
adalah 0,6 m/det 3 m/det

Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

Sumber : Modul Drainase Permukiman, Puslibang estetika dari lingkungan (2) Pasir pengisi
Permukiman, 2006
celah-celah antar block harus memenuhi
persyaratan fisik sbb : kadar air maks. 5,0 %,
Dalam proses pembuatan sumur resapan
kadar lumpur maks. 10,0 %, pasir harus
air dapat dirancang dua pola penerapan yaitu:
berbutir tajam, lolos ayakan 2,4 mm (3) Pasir
a) pembuatan secara kolektif (berdasarkan
alas harus memenuhi persyaratan fisik sbb:
blok-blok rumah, atau untuk satu kawasan
kadar air maks. 10,0 %, kadar lumpur maks.
perumahan); dan b) pembuatan per-tipe rumah.
5,0 %, diameter butir maks.9,6 mm
Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam
suatu kawasan perumahan harus direncanakan
sejak dari awal oleh kontraktor atau developer. Ruang Terbuka Hijau
Pada siteplan sudah nampak jelas alokasi lahan Secara teoritis, yang dimaksud dengan
untuk pembangunan sumur resapan air pada ruang terbuka (Open Space) oleh Gallion yaitu
setiap blok (per-blok bisa terdiri dari 10 rumah ruang yang berfungsi antara sebagai tempat
atau lebih). bermain aktif untuk anak-anak, orang dewasa
dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau
Paving Block dan Grass Block (Gallion, 1959:282). Bentuk dan jenis ruang
Paving block adalah suatu elemen bahan terbuka yang ada di kota dapat berbeda,
bangunan yang dibuat dari campuran semen tergantung dari fungsi yang diembannya.
hidrolis atau sejenisnya, agregat dan air Penghijauan di perkotaan atau di suatu
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya wilayah dapat meningkatkan produksi oksigen,
yang tidak mengurangi mutu beton tersebut. mengurangi pencemaran udara, dan
Sedangkan Grass Block adalah suatu eleme meingkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan
bahan bangunan yang terbuat dari campuran yang turun diserap oleh tanah, kemudian
semen yang dibuat berlubang-lubang sehingga menguap kembali. Dengan demikian, tanaman
di bagian dalam lubang dapat dipadukan ikut berperan dalam mengelola air hujan dan
dengan rumput. Paving block dipergunakan berperan juga dalam upata kegiatan konservasi
untuk mengalirkan air hujan di permukaan air tanah. Pada tabel berikut ini dijelaskan
bumi ke lapisan pasir di bawahnya melalui mengenai hasil tumbuh-tumbuhan sebagai
celah-celah antar paving block, sedangkan peningkat kualitas lingkungan kota.
grass block dipergunakan untuk membantu
penyerapan air ke tanah melalui lubang-lubang Tabel 3
yang berumput. Hasil Tumbuh-Tumbuhan Sebagai
Fungsinya adalah untuk mengurangi Peningkat Kualitas Lingkungan
kecepatan erosi tanah, khususnya pada tanah 1 Pohon Tumbuh-
yang miring dan menghambat penguapan air berumur Tumbuhan*
tanah dibawahnya sehingga dapat menjaga 100 Seluas 1 Ha
kelembaban dan keseimbangan air tanah. Tahun
Produksi Oksigen 1,7 Kg/jam 600 kg/hari
Biasanya pada suatu permukiman paving Penerimaan 2.35 900 kg/hari
block ini dipasang di setiap halaman rumah- Karbon dioksida Kd/jam
rumah di permukiman tersebut. Persyaratan Zat arang yang 6 ton -
terikat
umum digunakannya paving block adalah air Penyaringan debu - Sampai 85%
yang meresap melalui celah paving block Penguapan air dan 500 Lt/hari
penyerapan air -
adalah air hujan yang tidak tercemar/limbah Penurunan suhu - Sampai 4oC
dan paving block tidak digunakan pada jalan Sumber : Arsitektur Ekologis, Heinz Frick dan Tri Hesti
yang dilalui oleh kendaraan berat. Sedangkan Mulyani, Kanisius, 2005
persyaratan teknis untuk menggunakan paving * Tumbuh-tumbuhan dalam hal ini berarti pohon
peneduh, perdu, semak belukar, dan tamana hias
block ini adalah sebagai berikut : (1) Bentuk berbunga dengan sedikit sekali rumput.
dan ukuran paving blok, bentuk dan ukuran
dari paving block ini berguna untuk aspek

Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

Vegetasi untuk RTH Permukiman Perumahan Luas Rencana


(menggunakan pohon-pohon tahunan, pohon- Wilayah Pembangunan
Tangkapan Lahan
pohon dipilih dari jenis tidak berduri, tidak
Air (Ha) Jenis Luas
bergetah, tidak beracun, kuat, dan jika Penggunaan (Ha)
memungkinkan berbunga), seperti : Teh-tehan, Rumah tipe 1,470
Sablo laut, Jahe merah, Krokot belanda, 36/70
Taman 0,119
Rumput paitan, Pepaya, Cemara Kasuarina,
Mesjid 0,038
Palem Kuning, Puring, Taiwan Beauty, Cemra
Sarana 0,020
Papua, Pangkas Kuning, Pangkas Hijau, Soka Olahraga
Kecil, Cemara Lilin, Cakar Kucing, Rumput Jalan 0,445
Hijau Putih, Pinus Raja, Pinus, Portulaka, Pasanggrahan 1,715 Rumah Tipe 0,512
Adam & Hawa, Sanseviera hijau, Spatodea, Endah 21/40
Rumah tipe 0,672
Mahoni, Ketapang, Cemara Kipas, Rumput 36/60
Manila. Rumah Tipe 0,360
45/90
Taman 0,030
Pembahasan
Mesjid 0,028
Kondisi Wilayah Kajian Sarana 0,009
Olahraga
Wilayah kajian meliputi 3 perumahan Pos Satpam 0,002
yang ada di Kecamatan Ujung Berung Kota Kantor 0,004
Bandung. Pengamatan di daerah ini karena Pemasaran
Jalan 0,098
memiliki keterikatan wilayah DAS hulu dari Restu Wisnu 3,902 Rumah Tipe 1,800
Sungai Cinambo yang saat ini sudah menjadi Nugraha 21/40
Rumah tipe 1,470
issue nasional karena sungai ini terletak di 36/70
lokasi yang merupakan asset nasional peti Taman 0,119
kemas Gedebage. Sungai Cinambo ini sudah Mesjid 0,038
Sarana 0,020
over capacity akibat tumpahan run off dari Olahraga
daerah hulunya yang semakin hari semakin Jalan 0,445
membesar. Peruntukan perumahan merupakan Sumber : Nurhapni, 2008
dominasi terbesar yang menutupi hamparan
DAS Cinambo bagian hulu ini termasuk Pembangunan Drainase Saluran
didalamnya adalah 3 perumahan yang Pembangunan drainase saluran sangat erat
dijadikan kajian. Adapun 3 perumahan kaitannya dengan kemampuan struktur saluran
dimaksud adalah Graha Winaya di Kelurahan dalam meresapkan air. Namun demikian,
Pasirwangi, Pasanggrahan Endah di Kelurahan penggunaan konstruksi saluran juga harus
Pasanggrahan dan Restu Wisnu Nugraha di disesuaikan dengan persyaratan hidrolis
Kelurahan Pasirjati. saluran terutama hubungannya dengan tingkat
Gambaran selengkapnya mengenai kecepatan pengaliran yang dihasilkan. Untuk
rencana pembangunan perumahan di 3 mendapatkan rancangan struktur saluran ini
perumahan ini dapat dilihat pada Tabel 4. diperoleh melalui serangkaian hitungan
hidrologis sebagai berikut.
Tabel 4
Rencana Penggunaan Lahan di Analisa Debit Limpasan
Perumahan Graha Winaya
Analisa hidrologi
Perumahan Luas Rencana
Wilayah Pembangunan Analisis hidrologi atau analisis curah hujan
Tangkapan Lahan dalam perencanaan sistem jaringan drainase ini
Air (Ha) Jenis Luas
Penggunaan (Ha)
bertujuan untuk mendapatkan nilai curah hujan
Graha Winaya 3,902 Rumah Tipe 1,800 maksimum yang terjadi selama 24 jam (R 24).
21/40 Untuk mendapatkan nilai curah hujan

Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

maksimum ini dilakukan melalui serangkaian Tabel 6


perhitungan dengan menggunakan Metode Harga Yt Sebagai Fungsi T
Gumbel seperti dijelaskan pada rumus berikut : T Yt T Yt
1,01 -1,53 20 2,97
1,58 0,00 50 3,90
= + 2,00 0,37 100 4,60
Dimana : 5,00 1,50 200 5,30
10,00 2,25
Xt : x yang terjadi dalam kala ulang t tahun,
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode
mm/hari atau mm/24 jam Perhitungan debit Banjir
X : rata-rata dari data curah hujan(mm)
k : konstansta (dapat dilihat pada Tabel 3.2) Tabel 7
Sx : standard deviasi Simpangan Baku Tereduksi (Sn)

(Xi X)2
Sx =
(n 1)
Dimana :
n : jumlah data
Xi : data maksimum setiap tahun
Sx : standard deviasi
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode
Untuk Yn dan Sn (besaran yang Perhitungan debit Banjir
merupakan fungsi dari jumlah pengamatan (n)
enggunakan rumus : Tabel 8
Rata-Rata Tereduksi (Yn)
1
k= dan = (ln( )

Yt merupakan reduksi sebagai fungsi dari


probababilitas dan t merupakan jumlah tahun
kala ulang. Untuk melihat nilai Yt, Sn dan Yn
dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7,
Tabel 8 dan Tabel 9 berikut ini.
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode
Tabel 5 Perhitungan debit Banjir
Faktor Frekuensi Untuk Nilai Ekstrim (k)
n Kala Ulang
Tabel 9
10 20 25 50 75 100 1000
15 1,703 2,410 2,632 3,321 3,721 4,005 6,265
Hubungan Antara Kala Ulang Dengan
20 1,625 2,302 2,517 3,179 3,563 3,836 6,6006 Faktor Reduksi (Yt)
25 1,575 2,235 2,444 3,088 3,463 3,729 5,843 Kala Ulang (Tahun) Faktor Reduksi
30 1,541 2,188 2,393 3,026 3,393 3,653 5,727
40 1,495 2,126 2,326 2,943 3,301 3,554 5,467
(Yt)
50 1,466 2,086 2,283 2,889 3,241 3,491 5,487 2 0,3665
60 1,466 2,059 2,253 2,852 3,200 3,446 5 1,4999
70 1,430 2,038 2,230 2,824 3,169 3,413 5,359 10 2,2502
75 1,423 2,029 2,220 2,812 3,155 3,400 25 3,1985
100 1,401 1,998 2,187 2,770 3,109 3,349 5,261 50 3,9019
100 4,6001
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode
Perhitungan debit Banjir Perhitungan debit Banjir

Berdasarkan serangkaian proses


perhitungan dengan menggunakan rumus-
rumus di atas, maka dari 29 tahun pengamatan

Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

curah hujan dari Badan Meteorologi dan I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
Geofisilka Stasiun Cibiru Kelas I, diperoleh R24 : curah hujan maksimum yang terjadi
curah hujan (R24) kala ulang 2-100 tahun selama 24 jam
seperti dijelaskan pada Tabel 10 Tc : waktu konsentrasi (jam)

Tabel 10 = 0,0195 0,77 0,385


Curah Hujan Harian Maksimum di
Kawasan Studi Dimana :
Kala ulang (tahun) R24 (mm/jam) L : Panjang saluran dari titik yang terjauh
2 99,4230
5 128,3237
sampai dengan titik yang ditinjau (m)
10 147,4552 S : Kemiringan dasar saluran
25 171,6354
50 189,5693
100 207,3714 Analisis Perhitungan Debit Limpasan (Q)
Sumber : Nurhapni, 2008
Air Limpasan/larian (run off) adalah
Nilai R24 yang dipergunakan dalam bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
kebutuhan analisis sistem drainase permukaan tanah menuju ke sungai, danau,
permukiman menurut Petunjuk Teknis dan lautan. Air hujan yang tidak sempat masuk
Penyediaan Prasarana Drainase Kawasan ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di
Perumahan dari Departemen Perukiman dan atas permukaan tanah ke tempat yang lebih
Prasarana Wilayah adalah nilai R24 pada rendah. Air larian berlangsung ketika jumlah
periode ulang hujan (PUH) 2 tahun. Oleh curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke
karena itu nilai R 24yang dipergunakan adalah dalam tanah. Analisis ini dilakukan untuk
99,4230 mm/24 jam. Nilai PUH ini mendapatkan debit limpasan (run off) sebagai
dipergunakan untuk ketiga perumahan studi masukan untuk arahan sistem drainase
untuk sebagai salah satu langkah untuk permukiman yang berwawasan lingkungan di
menghitung intensitas hujan. wilayah studi. Perhitungan debit rencana untuk
saluran drainase di daerah perkotaan dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus
Analisa intensitas Hujan rasional. Secara kuantitaif besarnya limpasan
Intensitas hujan adalah tinggi hujan atau air permukaan dapat dihitung dengan
volume hujan tiap satuan waktu. Tujuan menggunakan Metoda rasional, Mulvaney
analisis ini adalah untuk mengetahui nilai (1850) sebagai berikut :
intensitas hujan yang akan diterima oleh
saluran-saluran drainase di wilayah studi. Q = 0,00278 . C. I. A
Perhitungan intensitas curah hujan di wilayah
studi dilakukan dengan menggunakan rumus Dengan :
Mononobe. Besar intensitas curah hujan sangat Q = debit puncak (m3/detik)
tergantung pada besarnya waktu konsentrasi C = koefisien pengaliran rata-rata di Daerah
(Tc) dari aliran limpasan di wilayah tersebut. Tangkapan Air
Waktu konsentrasi hujan adalah waktu yang I = Intensitas hujan (mm/jam)
diperlukan untuk mengalirnya air dari titik A = Luas daerah tangkapan air (ha)
terjauh menuju suatu titik tertentu yang I = intensitas hujan (mm/jam)
ditinjau pada daerah pengaliran. Perhitungan
intensitas hujan dapat dihitung menggunakan Untuk mengetahui besar koefisien
rumus berikut ini. pengaliran rata-rata (c) terlebih dahulu harus
diketahui koefisien pengaliran (c) untuk setiap
24 jenis guna lahan di wilayah studi. Besar
I= . ( 24/)2/3
24 koefisien pengaliran ini didapat dari hasil studi
empiris yang diambil dari U.S Forest Service,
Dimana :

Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

1980 dan William M. Marsh, 1991. Melalui serangkaian perhitungan di


Selanjutnya dihitung besar koefisien atas, maka besarnya debit limpasan di tiap blok
pengaliran rata-rata (c) dengan rumus sebagai perumahan dapat diperlihatkan seperti pada
berikut : tabel berikut :
Tabel 12
. + . +. Debit Run Off di Kawasan Perumahan
Cr = yang Diteliti
+ +

Dengan
C : koefisien pengaliran rata-rata wilayah
studi
Ci : koefisien pengaliran hasil studi empiris
untuk guna lahan i
Ai : luas jenis guna lahan i
A : luas total daerah tangkapan air

Selain menggunakan rumus diatas untuk


memperoleh koefisien limpasan atau
koefisien aliran (C) dapat digunakan Tabel 11

Tabel 11
Koefisien Run Off (C) Berdasarkan Jenis
Penggunaan Lahan
Guna Lahan C C
Minimum Maksimu
m
Gedung/bangunan 0,75
beratap
Kebun (Tanah datar 0- 0,3 (landai 0,4
5%) 5-10%)
Perumahan tidak begitu 0,25 0,40
rapat (20 rumah/ha) Sumber : Nurhapni, 2008
Perumahan kerapatan 0,40 0,70
sedang (21-60
rumah/ha) Penggunaan Bahan Saluran Lolos Air
Perumahan rapat (61- 0,70 0,80
160 rumah/ha) Penggunaan bahan saluran yang mampu
Rumput 0,10 0,16 meloloskan air hujan pada dasarnya harus tetap
Sawah irigasi 0,40 0,40
Sawah tadah hujan 0,30 0,30 mengacu kepada persyaratan teknis hidrolis
Tanah ladang (Tanah datar (landai 5- saluran terutama dilihat dari indikator
0-5%) 0,3 10%) 0,4
Belukar/semak 0,40 0,40
kecepatan pengaliran dengan batas minimum
Hutan (Tanah datar (landai 5- 0,6 meter/detik sampai dengan batas
0-5%) 0,1 10%) 0,25 maksimum 3,0 meter/detik. Dengan bahan
Rekreasi 0,20 0,30
Fasilitas umum 0,50 0,75 saluran menggunakan pasangan batu kali
Taman 0,10 0,25 diperoleh kecepatan seperti dijelaskan pada
Perdagangan/komersial/ 0,70 0,95
bisnis dan perkantoran
Tabel berikut :
Daerah stasiun Kereta 0,20 0,40
Api
Industri 0,50 0,90
Perkerasan aspal 0,80 0,90
Sumber : US Forest Service, 1980, William M. Marsh,
1991, SNI 03-3423-1994, Halim Hasmar

Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

Tabel 13
Kondisi Hidrolis Saluran Kontruksi
Berbahan Pasangan Batu Kali
Peruma Kondisi Hidrolis Minimum
han Debit Kecep Dimensi
(m3/de atan Saluran
t) (m/de (m)
t) Lebar Tingg
i
Blok A
Jaringan -1 0,0418 1,2 0,26 0,13
Jaringan -2 0,0313 0,6 0,32 0,16
Jaringan -3 0,0291 0,7 0,28 0,14
Jaringan -4 0,0251 0,7 0,28 0,14
Blok B
Jaringan -1 0,0617 1,4 0,3 0,15 Gambar 1 Urutan Langkah Dalam
Jaringan -2 0,0527 1,4 0,26 0,13 Perencanaan SRAH
Jaringan -3 0,0862 1,7 0,32 0,16
Jaringan -4 0,0632 0,6 0,2 0,10
Jaringan -5 0,0146 0,6 0,22 0,11 Perhitungan Volume Andil Banjir
Jaringan -6 0,0321 0,7 0,30 0,15
Blok C Untuk menghitung volume andil banjir
Jaringan -1 0,0706 1,4 0,36 0,18 digunakan rumus berikut :
Jaringan -2 0,0540 1,1 0,32 0,16
Jaringan -3 0,0522 1,1 0,20 0,10 = 0,855. . .
Peruma Kondisi Hidrolis Maksimum Dimana :
han Debit Kecep Dimensi
Vab = volume andil banjir yang akan
(m3/ atan Saluran
det) (m/de (m) ditampung sumur resapan (m3)
t) Le Tin Ctadah = koefisien limpasan dari bidang tadah
ba ggi (tanpa satuan)
r Atadah = luas bidang tadah (m2)
Blok A
R = tinggi hujan harian rata-rata (L/m2/hari)
Jaringan -1
Jaringan -2 0,5348 1,7 0,78 0,39 Volume Air Hujan Yang Meresap
Jaringan -3 0,2198 2,7 0,4 0,2
Jaringan -4 0,5546 2,9 0,72 0,36 Untuk menghitung volume air hujan yang
Blok B meresap digunakan rumus berikut :
Jaringan -1
Jaringan -2
Jaringan -3

Vrsp = + .
Jaringan -4 0,528 2,7 0,64 0,32 24
Jaringan -5 0,4326 2,9 0,36 0,18
Jaringan -6 0,4594 3 0,64 0,32 Dimana :
Blok C Vrsp = volume air hujan yang meresap (m3)
Jaringan -1 0,3703 2,1 0,58 0,29
te = durasi hujan efektif (jam)
Jaringan -2
= 0,9. R0,92 / 60 (jam)
Jaringan -3 0,4097 3 0,58 0,29
R = tinggi hujan harian rata-rata (L/m2/hari)
Sumber : Nurhapni, 2007
Atotal = luas dinding sumur + luas alas sumur
Penggunaaan Sumur Resapan (m2)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/hari)
Secara garis besar langkah perlu tidaknya (untuk dinding yang kedap , nilai Kv =
pembangunan sampah berikut kriteria Kh, untuk dinding tidak kedap diambil
penempatannya dapat dijelaskan pada bagan nilai Krata-rata).
alir berikut :
. + .
K ratarata =

Page | 9
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

Tabel 14
Dimana : Kebutuhan Sumur Resapan Pada Kawasan
Krata-rata = koefisien permeabilitas tanah Perumahan Kecamatan Ujungberung
Blok Cura Vab Vr Vsto Jum
rata-rata (m/hari) perum h (m3) sp rasi lah
Kv = koefisien permeabilitas tanah pada ahan Huja (m (m3 SR
dinding sumur (m/hari) = 2Kh n 3) )
Kh = koefisien permeabilitas tanah pada alas (mm
sumur (m/hari) /tah
un)
Ah = luas alas sumur dengan penampang Blok A 11,79 11,78 8
lingkaran = 4 ( ) luas alas sumur dengan 103,72
0 0,0 9
penampang segi empat = P.L (m2) Blok B 5,182 01 5,181 4
Blok C 6,934 6,933 5
Av = luas dinding sumur dengan penampang Sumber : Nurhapni, 2008
lingkaran = D.H (m2) Luas dinding sumur
dengan penampang segi empat = 2.P.L Pemasangan Paving Block
(m2)
Tujuan dilakukannya analisis ini adalah
Volume Penampungan (Storasi) Air Hujan untuk mengetahui luasan tutupan lahan
menggunakan paving blok sebagai salah satu
Untuk menghitung volume storasi sarana penunjang upaya konservasi air tanah.
digunakan rumus berikut : Penerapan lokasi paving blok adalah di
= perkerasan halaman dengan kemiringan daerah
0 - 30 %, Perkerasan jalan setapak untuk
Penentuan Jumlah Sumur Resapan berbagai kondisi kemiringan daerah, dan
Penentuan jumlah sumur resapan, terlebih Perkerasan jalan lalu lintas (menerima beban
dahulu menghitung HTotal sebagai kendaraan). Analisis yang akan dipergunakan
berikut : untuk menentukan penempatan dan bentuk
paving block adalah analisis kualitatif dengan

Htotal = n= melihat kriteria-kriteria pada tabel berikut .

Paving block ini merupakan salah satu
alternatif sebagai upaya pencegah banjir untuk
Dimana : masing-masing rumah. Penerapan lokasi
n = jumlah sumur resapan air hujan (buah) paving blok adalah di perkerasan halaman
HTotal = kedalaman total sumur resapan air dengan kemiringan daerah 0 - 25 %,
hujan (m) Perkerasan jalan setapak untuk berbagai
HRencana = kedalaman yang direncanakan < kondisi kemiringan daerah, dan Perkerasan
kedalaman air tanah (m) jalan lalu lintas (menerima beban kendaraan).
Analisis yang akan dipergunakan untuk
Berdasarkan analisis-analisis sebelumnya mengetahui luasan penempatan dan bentuk
diketahui di Blok A, B dan C memiliki nilai paving block adalah analisis kualitatif dengan
koefisien limpasan (C) adalah 0,6. Diameter melihat kriteria-kriteria pada tabel berikut.
bidang alas tadah (D) yang direkomendasikan
Tabel IV.16 untuk area perumahan adalah 1 M, Tabel 15
nilai luas perumahan blok A adalah 3,902 Ha Penerapan Paving Block Sesuai Tipe
atau 39020 m2, luas perumahan Blok B adalah Rumah
1,715 Ha atau 17150 m2, dan luas perumahan No Tipe Luas Areal
Blok C adalah 2,295 Ha atau 22950 m. Tinggi Rumah Tanah Tiap Paving
hujan rata-rata (R) adalah 103,72 mm/tahun dan Sisa Lahan Block
dengan jumlah rata-rata hari hujan pertahun Resapan Terbuka yang
(m2) dipasang
adalah 176 hari maka nilai R menjadi atau
(m2)
0,589 mm/hari. 1 T.21/60 39 10

Page | 10
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

No Tipe Luas Areal Pengadaan Ruang Terbuka Hijau


Rumah Tanah Tiap Paving
dan Sisa Lahan Block Untuk menghitung kebutuhan ruang
Resapan Terbuka yang terbuka hijau dipergunakan standar dari
(m2) dipasang Inmendagri No. 14 tahun 1988 dimana
(m2) kebutuhan RTH/orang adalah 2,3 m2/orang.
2 T.36/75 39 12
3 T.45/90 45 15 Dan kebutuhan RTH yang didapat dihitung
4 T.70/110 50 20 berdasarkan model perhitungan kebutuhan
Sumber : Modul Drainase Permukiman, Puslibang
Permukiman, 2006
taman lingkungan berikut ini :
Pt
Tabel 16 Kebutuhan RTH = 1 2

Kebutuhan Pavling Blok di Wilayah Studi
Guna Areal Bentu Kapa Luas Juml Dimana :
Lahan yang k sitas Areal ah
dipas Pavin per Pema Pavi Pt adalah jumlah penduduk yang dilayani
ang g m2 sanga ng St adalah Standar Kebutuhan Ruang
Pavi Blok n Bloc Tabel 17
ng Pavin k Kebutuhan RTH di Kawasan Perumahan
Blok g (bua Studi
blok h)
Blok Jumlah Kebutuhan
(m2)
Perumahan Graha Winaya (Blok A)
perumahan penghuni RTH (Ha)
Rumah 10 Segi 25 4.500 112.5 (jiwa)
Tipe enam 00 Blok A 3300 0,144
21/40 Blok B 1400 0,074
Rumah 12 Segi 25 2.250 63.00 Blok C 1260 0,055
Tipe enam 0 Sumber : Nurhapni, 2008
36/60

Jalan Seluru Segi 50 4.450 222.5


Kesimpulan
h jalan empat 00
Luas Total Areal Pemasangan Paving 11.470
Tujuan utama pembangunan drainase
Blok yang berwawasan lingkungan di kawasan
Perumahan Pasanggrahan Endah (Blok B) perumahan adalah agar sarana yang dibangun
Rumah 10 Segi 50 1.280 64.00
Tipe empat 0 tersebut mampu menyerapkan air hujan. Untuk
21/40 mewujudkannya perlu didukung oleh
Rumah 12 Segi 50 1.344 67.20
Tipe empat 0
kemampuan kawasan tersebut memenuhi
36/60 sejumlah persyaratan yang diperlukan.
Rumah 5 Segi 50 600 30.00 Permeabilitas tanah yang tinggi adalah syarat
Tipe empat 0
45/90 utama berfungsinya pembangunan sarana yang
Jalan Seluru Segi 50 980 49.00 lolos air. Berdasarkan data yang diperoleh,
h jalan empat 0
Luas Total Areal Pemasangan Paving 4.204 210.2 jenis tanah di daerah studi memiliki
Blok 00 kemampuan meresapkan air ke dalam tanah.
Perumahan Wisnu Restu Nugraha (Blok C)
Rumah 12 Segi 25 1.716 42.90
Dengan demikian, pembangunan drainase
Tipe enam 0 berwawasan lingkungan di kawasan
36/70 perumahan yang diteliti dapat diwujudkan.
Rumah 15 Segi 25 1.635 40.87
Tipe enam 5 Jika melihat besarnya kontribusi sarana
45/90 drainase berwawasan lingkungan yang
Jalan Seluru Segi 50 880 44.00
h jalan empat 0
diberikan, maka pembangunan sumur resapan
Luas Total Areal Pemasangan Paving 4.231 merupakan sarana yang paling efektif untuk
Blok dilakukan. Hasil perhitungan menunjukkan
Sumber : Nurhapni, 2008
bahwa di daerah studi hanya menghasilkan
beberapa unit sumur resapan yang dibutuhkan.
Hal ini mengindikasikan jika jenis tanah
mendukung pelolosan air ke dalam tanah maka

Page | 11
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.11 No.1

tidak harus selalu sumur resapan dibangun Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota
pada setiap rumah, artinya bisa dibangun Bandung. 1989. Rencana
secara kolektif. Adapun RTH tetap harus Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
dikembangkan untuk kepentingan lebih jauh Kota Bandung. Bandung.
seperti nilai estetika, sumber oksigen dan Dinas Pengairan Kota Bandung. 2006. Lokasi
kenyaman lingkungan. dan Debit Rata-Rata Sungai yang
Melintas di Kecamatan Ujungberung.
Daftar Pustaka
Bandung.
Hani Burhanudin, Ir. MT. 2005. Catatan
A. Minarni. 2007. Banjir Gedebage. Harian Perkuliahan Perencanan Prasarana
Pikiran Rakyat 12 Januari 2007. Bandung. Wilayah dan Kota. Program Studi
Anwar Menachem Rajagukguk P. 2000. Perencanaan Wilayah dan Kota. Unisba.
Perencanaan dan Perancangan Bandung.
Jaringan Jalan dan Drainase Kawasan Heinz, Frick dan Tri Hesti Mulyani. 2005.
Industri Panbil Pulau Batam Riau. Arsitektur Ekologis.
Laporan Kerja Praktek. Departemen Kanisius.Yogyakarta.
Planologi. ITB. Bandung. Kantor Pemasaran Perumahan Graha Winaya.
Badan Meteorologi dan Geofisika. 2006. 2007. Site Plan dan Rencana
Curah Hujan Tahunan Rata-Rata Pembangunan. Bandung.
Tahun 1978-2006. Stasiun Pengamatan Kantor Pemasaran Perumahan Pasanggrahan
Cibiru. Bandung. Endah. 2007. Site Plan dan Rencana
Balai Pustaka. 1991. Kamus Besar Bahasa Pembangunan. Bandung.
Indonesia. Jakarta. Kantor Pemasaran Perumahan Wisnu Restu
BAPPEDA (Badan Perencanaan dan Nugraha. 2007. Site Plan dan Rencana
Pembangunan Daerah) Kota Bandung. Pembangunan. Bandung.
2003. Rencana Tata Ruang Wilayah Kantor Kecamatan Ujungberung. 2006.
Tahun 2003-2013. Departemen Monografi Kecamatan Tahun 2006.
Pekerjaan Umum. Bandung. Bandung.
Chay Asdak. 2001. Hidrologi dan Mardi Suranto. 2005. Penurunan Muka Air
Pengelolaan Daerah Aliran Tanah Semakin Signifikan. Harian
Sungai.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kompas 22 April 2005. Jakarta.
Kota Lingkungan Institut Teknologi U.S. Forrest Service. 1980. Coefficient Run
Bandung. Bandung. Off For Drainage Planning by Marsh,
Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Tata M. William. New York. USA.
Cara Perencaan Umum Drainase Water Resources Information. 2002. Deep
Perkotaan. Jakarta. Water and Ground Water.
Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Standar http://www.UN.go.id
SK SNI T-07-1990-F Metoda
Perhitungan Debit Banjir. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Modul
Drainase Permukiman. Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah. 2000. Tata Cara Penerapan
Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan. Jakarta.
Deputi Keterpaduan Prasarana Kawasan.
2006. Petunjuk Teknis Penyediaan
Prasarana Drainase Kawasan
Perumahan. Jakarta.

Page | 12

You might also like