You are on page 1of 10

J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal.

57 - 66 Jakarta, Agustus 2008 ISSN 1907-1043

FLUKTUASI GENANGAN AIR LAHAN RAWA LEBAK


DAN MANFAATNYA BAGI BIDANG PERTANIAN
DI OGAN KOMERING ILIR
Waluyo1), Suparwoto1) dan Sudaryanto2)
1)
Peneliti Bidang Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
2)
Peneliti Bidang Pertanian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - BPPT

Abstract

Research on Lebak (fresh water) convered 100 hectars that has been conducted at
Tanjung Alai, Ogan Komering Ilir district South Sumatera. This research consist of
land characteristics, type and properties of Lebak, particularly zonification of Lebak
type, length and hight of flooding which determined Lebak zone, fluctuation of
flooding, crop scheduling of rice and soybean. Main problem of Lebak were hight
flooding in the wet season and drought in the dry season on the long flooding condition
it do not able to be planted cash crops. Result showed that research site can be
divided into 3 type of Lebak; first, shallow Lebak has average hight flooding 97 cm
to 55 cm, length flooding period 5 months and time schedule of planting since
January up to May and June until Oktober; second, medium Lebak has average
hight flooding 50 cm to 100 cm, 9 months flooding period, and time schedule of
planting since February up to June and Juli until November; third, deep Lebak has
average hight flooding 32 cm up to 140 cm, 10 months flooding period and time
schedule of planting since Januari up to June and Juli until November.
Key words: Lebak (fresh water), flooding, Agriculture

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Lahan rawa lebak merupakan rawa seluas 79.200 ha di antaranya terdapat


yang terdapat di kiri dan kanan sungai di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
besar dan anak-anaknya, dengan topografi yang baru diusahakan oleh petani, Dinas
datar, tergenang air pada musim Pertanian Tanaman Pangan2).
penghujan, dan kering pada musim Berdasarkan kedalaman genangan air
kemarau. Pada keadaan air macak-macak maksimumnya lahan rawa lebak
sampai dengan ketinggian air lebih kurang diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu
30 cm, lahan tersebut ditanami padi lahan rawa lebak dangkal dengan
sedangkan pada kondisi kering tanaman kedalaman genangan air maksimum 50
pangan lainnya dapat ditanam. cm, rawa tengahan 50 - 100 cm, dan rawa
Potensi lahan rawa lebak di Sumatera lebak dalam lebih dari 100 cm3).
Selatan mempunyai luasan cukup luas Hidrologi lahan rawa lebak cocok
sekitar 2,0 juta ha, Badan Penelitian dan untuk tanaman padi, oleh sebab itu padi
Pengembangan Pertanian1), yang mana merupakan salah satu komponen utama

Fluktuasi Genangan....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 57 - 66


57
dalam sistem usaha tani masyarakat m3/detik dan 221 m3/detik, sedangkan
lahan rawa lebak. Berdasarkan hasil luas catchment area daerah Ogan
penelitian dengan menggunakan varietas Komering Ilir sebesar 770.836 ha.
unggul, padi di lahan lebak dapat Penelitian berlangsung pada bulan
mencapai 5,0 7,0 ton gabah kering Agustus 1999 sampai Juli 2000.
panen per hektar, sehingga prospeknya Alat dan bahan yang digunakan antara
sangat baik dalam meningkatkan produksi lain: theodolite, kompas, meteran pita,
serta pendapatan petani melalui tambang plastik, penangkar hujan, papan
pengembangan sistem usahatani terpadu skala, pengaris busur, millimeter blok,
(Waluyo dan Supartha4). Tanaman pangan peta lokasi skala 1:5000, dan alat
lain yang diusahakan pada lahan tersebut penunjang lainnya.
adalah kedelai, jagung, kacang tanah.
Waluyo dan Ismail5) menyatakan bahwa 2.2. Metode Penelitian
kedelai yang ditanam di daerah lebak
Penentuan genangan dan tinggi
mempunyai prospek yang cukup baik dan
permukaan air tanah serta pola tanam
bisa menghasilkan produksi sebesar 1,2
secara spesifik pada lahan rawa lebak,
- 1,9 ton/ha. Oleh karena itu, bahwa dalam
dilakukan pengamatan yang rinci, antara
penggalian dan pemanfaatan sumber-
lain:
sumber alam serta dalam pembinaan
lingkungan hidup perlu digunakan - Dengan bantuan data curah hujan
teknologi yang sesuai dan pengelolaan pada beberapa lokasi yang termasuk
yang tepat sehingga mutu dan kelestarian dalam catchment area di wilayah bagian
sumber alam dan lingkungan hidup dapat hulu, hilir dan pada lokasi penelitian.
dipertahankan. - Dalam pengukuran langsung, untuk
penentuan pola genangan ini diperlukan
1.2. Tujuan Penelitian beberapa data pendukung antara lain yaitu
data curah hujan selama waktu penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dari beberapa stasiun pengamatan cuaca
penentuan fluktuasi pola kondisi air rawa
yang terletak di daerah catchment area
lebak yang kemudian diperoleh data
di daerah penelitian dan data curah hujan
kedalaman genangan, pola genangan,
tahunan selama minimal 10 tahun.
kedalaman permukaan air tanah pada saat
kering dan pola tanam secara spesifik - Penetapan fluktuasi gengan air di
yang bermanfaat bagi pertanian. rawa lebak akan sangan bermanfaat untuk
penentuan tempat, waktu, masa tanam
2. BAHAN DAN METODE tanaman pangan. Untuk itu maka
2.1. Tempat dan waktu diperlukan pengukuran kedalaman
genangan secara periodik setiap 3 hari
Penelitian dilaksanakan di wilayah sekali selama 1 tahun di berbagai tipologi
penelitian pengembangan pertanian rawa lebak.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Kayu Agung, 2.3. Penentuan Fluktuasi dan
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Karakteristik Genangan
Penelitian dilakukan dengan hamparan Setelah mengetahui batas-batas lahan
luas 100 ha, ketinggian 10 m dari yang menjadi lokasi penelitian, maka
permukaan laut. Daerah penelitian diapit ditentukan penempatan mistar skala untuk
oleh dua sungai yaitu Sungai Ogan dan mengukur keadaan tinggi rendahnya
Sungai Komering dengan debit air rata- genangan dari waktu ke waktu atau dari
rata tahunan masing-masing sebesar 538 musim ke musim dengan cara

58 Waluyo, dkk. 2008


pemasangan patok pengamatan 2.5. Hubungan Antara Curah Hujan
sebanyak 9 buah untuk seluruh areal dengan Tinggi Genangan
penelitian dengan luasan 100 ha, masing-
Dalam prosesnya diduga bahwa
masing lebak dangkal 3 buah, lebak
genangan yang terjadi di lahan rawa lebak
tengahan 3 buah, lebak dalam 3 buah.
di lokasi penelitian akan dipengaruhi oleh
Fluktuasi tinggi genangan diukur atau
besar kecilnya jumlah curah hujan pada
diamati 3 hari sekali (2 kali dalam
periode yang sama. Bila tidak terjadi hujan
seminggu), selama satu tahun, mulai
maka tidak akan terjadi genangan.
bulan Agustus 1999 sampai Juli 2000.
Kemudian terjadi hujan pada periode yang
Karakteristik genangan adalah tingkah sama tidak akan langsung terjadi
laku genangan air rawa dari waktu ke genangan, melainkan hujan akan
waktu atau dari musim ke musim yang terakumulasi dulu sampai pada jumlah
dapat menyebabkan terjadinya awal tertentu sehingga menaikkan air pada
penggenangan, genangan tertinggi, dan saluran (sungai ) di lokasi, sehingga
akhir penggenangan. Ini dapat diketahui barulah akan mulai terjadi genangan.
dari lamanya genangan tiap periode
Karena dipandang perlu untuk
tersebut, dalamnya permukaan air tanah,
mengetahui, jumlah akumulasi curah hujan
dan persen kadar air pada zone perakaran
yang berpotensi untuk melahirkan
terjadi dalam setahun atau beberapa
genangan di lokasi penelitian, maka
tahun.
dilakukan analisis untuk melihat hubungan
2.4. Analisis Pemanfaatan Rawa antara curah hujan dengan kejadian
Lebak untuk Pertanian genangan pada titik tertinggi lahan
penelitian, untuk melihat berapa jumlah
Pemanfaatan rawa lebak di lokasi akumulasi curah hujan minimal yang
penelitian adalah untuk kegiatan usaha dapat menimbulkan genangan di lahan
pertanian, khususnya bercocok tanam penelitian.
padi. Agar penentuan saat bertanam dapat
Hubungan yang dicari adalah sebagai
tepat maka harus diketahui periode-
berikut:
periode tertentu yang mana air genangan
dapat memenuhi kebutuhan untuk Y = a + bx .
pertumbuhan tanaman padi mulai tanam dimana:
sampai panen. Untuk maksud tersebut, Y = tinggi genangan,
penelitian dibagi ke dalam 4 periode
a = curah hujan kumulatif yang terpenuhi
berdasarkan fluktuasi tingginya genangan,
pada saat awal terjadi genangan,
yaitu pola penggenangan, puncak
penggenangan, akhir penggenangan dan b = gradien peningkatan genangan
kekeringan. akibat adanya peningkatan curah
hujan,
Prediksi waktu tanam berdasarkan
curah hujan dilakukan pada bulan Februari x = curah hujan pada periode terjadinya
sampai bulan April pada saat persemaian, genangan.
dan bulan Maret sampai Mei dilakukan
penanaman di lapangan. Hal ini 2.6. Pengumpulan Data
disebabkan rata-rata bulan curah hujan Data yang dikumpulkan meliputi:
terendah adalah pada bulan Juni, Juli, 1) Tinggi genangan pada masing-masing
Agustus dan Sepetember, yaitu sekitar tipologi lahan,
100 mm.
2) kedalaman permukaan air tanah pada
masing-masing tipologi lahan,

Fluktuasi Genangan....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 57 - 66


59
Gambar 1. Grafik Hubungan Tinggi Genangan Rawa Lebak, Curah Hujan dan Tinggi
Permukaan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3) curah hujan harian, meliputi pada
3.1. Zonasi Lahan Rawa Lebak
daerah hulu dan hilir catchment area,
dan pada lokasi penelitian selama Genangan rawa lebak di lokasi
penelitian berlangsung, serta data penelitian tahap awal dimulai kegiatan
sekunder curah hujan minimal 10 tahun yaitu pada bulan Agustus 1999, 50 cm
dari stasium meteorology, sampai + 40 cm dari posisi lebak
4) Peta topografi daerah penelitian dangkal sampai lebak dalam.
dengan skala 1: 5000. Selanjutnya dari 90 titik pengamatan
5) data informasi secara langsung dari pada daerah genangan dibedakan menjadi
petani melalui wawancara mengenai 4 lokasi genangan :
potensi, peluang, kendala, serta 1). areal lahan kering dengan
sumber daya lahan yang ada pada kedalaman permukaan air tanah
lahan rawa lebak ini. > - 125 cm,
2). areal dengan kedalaman permukaan
2.7. Analisis Data air tanah 50 cm,
3). areal dengan kedalaman permukaan
Proses analisis data terdiri atas:(1)
air tanah -20 cm sampai 30 cm,
analisis karakteristik fisik lahan untuk
4). areal dengan genangan 0 sampai 40
mengetahui kualitas fisik lahan dan
cm.
menentukan alternatif tipe lahan rawa
Dari perbedaan tinggi genangan
yang sesuai secara fisik, (2) data curah
tersebut maka luas lahan rawa lebak di
hujan dan genangan digunakan untuk
lokasi penelitian seluas 100 ha,
menentukan pola tanam dan fluktuasi
berdasarkan jenis lahan lebak, adalah
genangan air rawa lebak, dan (3) analisis
1). lahan kering dengan luas 30 ha,
sosial budaya dari pemuka masyarakat,
2). lahan lebak dangkal dengan luas
kelompok tani dan petani, guna untuk
15 ha,
mengetahui persepsi, ide atau gagasan
3). lahan lebak tengahan dengan luas
perubahan yang diinginkan serta peluang
30 ha, dan
terhadap sumber daya lahan yang ada
4) lahan rawa lebak dalam dengan luas
pada lahan rawa lebak.
25 ha.

60 Waluyo, dkk. 2008


500
450
400
350
C urah
300
h u ja n
(m m ) 250
200
150
100
50
0
A gt S ep O kt N ov D es Jan P eb M ar A pr M ei Jun Jul

Gambar 2. Grafik Curah Hujan Selama Penelitian di Desa Tanjung Alai Kecamatan
SP. Padang Kabupaten Ogan

3.2. Fluktuasi Genangan


Keadaan fluktuasi tinggi genangan maksimum terjadi pada tanggal 18
rata-rata 3 harian pada masing-masing Januari 2000, yaitu dengan lamanya
jenis lebak yang diamati selama satu periode tergenang 9 bulan (bulan
tahun, dapat dijelaskan sebagai berikut: November 1999 sampai dengan bulan Juli
1. Lebak dangkal mengalami rata-rata 2000) dan periode kering 3 bulan (bulan
tinggi genangan 3 harian berkisar 0 cm Agustus 1999 sampai dengan bulan
(terendah) dan kedalaman permukaan air Oktober 1999).
tanah maksimum -97 cm sampai dengan 3. Lebak dalam mengalami genangan
genangan maksimum 55 cm. Genangan berkisar antara 2 cm terendah sampai
terendah mulai terjadi pada pada saat dengan 140 cm maksimum. Genangan
dimulai penelitian yaitu pada tanggal 20 terendah mulai terjadi pada tanggal 12
Agustus 1999 sampai akhir Oktober 1999. Oktober 1999, sedangkan kedalaman
Genangan maksimum terjadi pada tanggal permukaan air tanah maksimum 32 cm
18 Januari 2000, dengan lama periode pada tanggal 20 September 1999.
tergenang 5 bulan ( bulan November 1999 Genangan maksimum terjadi pada tanggal
sampai bulan Februari 2000 dan pada 18 Januari 2000, dengan lamanya periode
bulan Mei 2000), sedangkan periode tergenang 10 bulan (bulan Oktober 1999
kering selama 7 bulan ( Agustus 1999 sampai dengan bulan Juli 2000) dan
sampai Oktober 1999 dan bulan Maret lamanya periode kering selama 2 bulan
2000 sampai dengan Juli 2000 kecuali (bulan Agustus 1999 sampai dengan bulan
bulan Mei 2000). September 2000.
2.Lebak tengahan mengalami Sumber air di lokasi penelitian adalah
genangan berkisar antara 0 cm terendah curah hujan dan limpasan air sungai. Pada
sampai 100 cm maksimum. Genangan musim penghujan, curah hujan tinggi dan
terendah terjadi pada tanggal 4 April 2000, limpasan air hujan mengakibatkan
sedangkan kedalaman permukaan air genangan air di lokasi penelitian. Air
tanah maksimum -50 cm terjadi pada berasal dari sungai Komering yang
tanggal 27 Agustus 1999. Genangan terletak di sebelah timur dan sungai Ogan

Fluktuasi Genangan....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 57 - 66


61
yang terletak di sebelah barat areal genangan pada periode awal minggu
penelitian, dapat dilihat pada Gambar 1. ketiga Oktober 1999 sampai dengan Juli
Pada Gambar tersebut, menunjukkan 2000. Tidak ada genangan di lokasi
bahwa tinggi genangan rawa lebak penelitian mencerminkan kondisi yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara kering di permukaan lahan, karena pada
lain curah hujan dan tinggi muka air periode tersebut merupakan periode
sungai. kering di kawasan sekitar lokasi
Pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian. Curah hujan yang ada belum
dimulai kegiatan, yaitu bulan Agustus, mampu meningkatkan kandungan air
masih terjadi beberapa hari hujan. tanah hingga jenuh atau belum menaikkan
Intensitas curah hujan tertinggi selama tinggi permukaan air sungai sehingga
awal pengamatan adalah 25 mm per belum dapat melimpasi ke lahan rawa di
periode. Sesudah bulan Agustus 1999, lokasi penelitian.
setiap periode selalu memiliki kejadian Penggenangan mulai terjadi secara
hujan. Curah hujan pada awalnya masih merata pada rawa lebak dangkal dengan
dengan intensitas yang rendah, tinggi genangan 4 cm; 16 cm pada lahan
selanjutnya intensitas hujan makin tinggi. rawa lebak tengahan terjadi keduanya
Intensitas curah hujan tertinggi yang pada tanggal 2 November 1999 dan 2 cm
tercapai adalah 453 mm dan 327 mm/ pada lahan rawa lebak dalam terjadi pada
bulan pada periode bulan November dan tanggal 12 Oktober 1999. Selanjutnya
Desember 1999 (Gambar 2). pada lahan rawa lebak dangkal dari
Pada lahan rawa lebak dalam tidak tanggal 20 Agustus sampai akhir bulan 29
terjadi genangan pada periode Agustus Oktober 1999 dan kemudian pada tanggal
1999 sampai dengan minggu kedua bulan 22 Februari 2000 sampai dengan akhir Juli
Oktober 1999, sedangkan mulai terjadi 2000, genangan mulai terjadi tanggal 2

200

150

100
Tinggi genangan (cm)

50

0
Feb

Jun
Okt

Apr
Agt

Des

-50

-100

-150
Bulan

Rawa dangkal (cm) Rawa Tengahan (cm)


Rawa Dalam (cm) Curah Hujan

Gambar 3. Grafik Hubungan Curah Hujan dengan Tinggi Genangan Rawa Lebak

62 Waluyo, dkk. 2008


November 1999 sampai dengan tanggal tengahan maupun rawa dangkal,
18 Februari 2000 dan tanggal 21 April sedangkan titik puncak genangan
sampai dengan 19 Mei 2000. Pada lahan maksimum terjadi pada pertengahan
rawa lebak tengahan tidak terjadi Januari 2000, dan pada bulan selanjutnya
genangan pada tanggal 20 Agustus 1999 bulan Februari genangan rawa lebak mulai
sampai dengan akhir bulan Oktober 1999, menurun sehingga banyak dimanfaatkan
sedangkan mulai terjadi genangan pada oleh petani untuk menanam padi,
tanggal 2 November 1999 sampai dengan terutama di lahan lebak dangkal,
akhir bulan Juli 2000, kecuali pada sedangkan lahan lebak lainnya belum
tanggal 24 sampai dengan 30 Maret 2000, dapat ditanam hingga air mulai menyurut.
disajikan pada Gambar 3. Hal ini terjadi Pada awal bulan Maret 2000 petani
karena curah hujan sudah cukup memanfaatkan untuk menanam padi pada
mengakumulasi air tanah hingga mencapai lahan rawa lebak tengahan dan
jenuh . Karena intensitas hujan cukup selanjutnya pada lahan rawa lebak dalam.
tinggi mulai terjadi pada bulan November Keadaan air untuk rawa dalam dari bulan
sampai dengan bulan Januari maka terjadi Maret sampai bulan Mei masih cukup
kelebihan air dan dibarengi dengan tinggi tinggi, sehingga petani setempat belum
air sungai sehingga akan terjadi limpasan bisa memanfaatkan lahannya untuk
dan genangan pada daerah penelitian. menanam padi. Selanjutnya pada akhir
Genangan maksimum terjadi pada periode Mei genangan mulai turun dengan drastis
Januari 2000, pada rawa lebak dangkal lebih kurang sampai 30 cm, sehingga
maksimum 55 cm, rawa lebak tengahan petani baru bisa mulai menanam padi di
dengan genangan maksimum sebesar lahan rawa lebak dalam.
100 cm, dan pada rawa lebak dalam
Pola pertanian sawah lebak di daerah
sebesar 140 cm.
Kayu Agung Sumatera Selatan, terlihat
bahwa musim pertanian padi di wilayah
3.3. Pemanfaatan Genangan Air ini berbeda-beda sesuai dengan tinggi
untuk Pertanian genangan pada masing-masing lahan rawa
Air merupakan kebutuhan pokok bagi lebak, karena pertanian pada lahan rawa
setiap mahluk hidup dan keberadaannya lebak berhubungan erat dengan keadaan
sangat diharapkan. Air dalam jumlah besar iklim, maka untuk mencapai produksi
akan mendatangkan banjir dan dalam yang tinggi sangat dibatasi oleh berbagai
jumlah sedikit akan menimbulkan faktor.
kekeringan, oleh karena itu diperlukan Adapun faktor-faktor yang mem-
keseimbangan dalam pengelolaannya. pengaruhinya adalah:
Daerah rawa lebak merupakan wilayah 1. Keadaan hidrotopografi daerah lebak
yang kaya air di musim hujan dan miskin berbeda-beda, tidak memungkinkan
air di musim kemarau. Daerah rawa penanaman padi sawah lebak secara
diusahakan untuk pertanian membutuhkan serempak.
pengelolaan air yang baik karena tanaman
dalam pertumbuhan dan perkem- 2. Perlunya untuk menentukan waktu
bangannya sangat membutuhkan air tanam yang tepat.
dalam jumlah yang optimum. 3. Penggunaan bibit lokal yang
Berdasarkan hasil pengamatan pada berproduksi rendah dan penggunaan
awal bulan November 1999, air rawa sudah bibit berumur tua.
mulai masuk secara merata pada areal 4. Perubahan cuaca yang sulit diramal,
pertanian pada rawa lebak dalam, dapat merusak tanaman dalam

Fluktuasi Genangan....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 57 - 66


63
pertumbuhan, maupun sewaktu Berdasarkan data yang ada, maka
akan dipanen yang dapat dilakukan analisis regresi sederhana yang
menimbulkan kerusakan secara menghubungkan antara jumlah curah
total. hujan kumulatif sejak terjadinya hujan
dengan data kejadian genangan. Analisis
regresi sederhana antara nilai kumulatif
3.4. Hubungan Curah Hujan dengan
curah hujan (CH) minguan dengan tinggi
Tinggi Genangan
genangan (Y) pada rawa lebak dangkal di
Genangan air yang terjadi di lokasi beberapa wilayah menunjukkan hasil
penelitian berhubungan erat dengan sebagai berikut:
kejadian hujan di lokasi dan beberapa 1. Tulung Selapan
wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir . Y = -39,78 + 0,07.CH;
Pada dasarnya air genangan sebagian r = 0,87; CH >568 mm.
berasal dari limpasan air sungai, namun 2. Tanjung Batu
keduanya baik genangan maupun Y = -30,42 + 0,06. CH;
limpasan air sungai sangat tergantung r = 0,67; CH >507 mm.
pada jumlah curah hujan yang 3. Tanjung Raja
terakumulasi. Y = -35,44 + 0,07.CH;
Pada Tabel 1, genangan mulai terjadi r = 0,63; CH >482 mm.
setelah beberapa hari terjadi hujan. Hal 4. Tanjung Alai
ini dapat dijelaskan bahwa genangan Y = -35,44 + 0,11. CH ;
terjadi setelah beberapa hari hujan r = 0,85 CH >322 mm.
terakumulasi dimana jumlah hujan yang
5. SP. Padang
terakumulasi ini akan menaikkan
Y = -28,65 + 0,06. CH;
permukaan air sampai pada ketinggian
r = 0,68;CH>604 mm.
tertentu. Disamping itu hujan yang terjadi
dalam beberapa hari akan masuk ke dalam
tanah, dan akan membasahi tanah hingga
mencapai titik jenuh, barulah akan terjadi
genangan.

Tabel 1. Dugaan Tinggi Air Sungai dan Tinggi Genangan Rawa Lebak Periode 17 Tahun
Desa Tanjung Alai, Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan

64 Waluyo, dkk. 2008


Dari hasil analisis statistik tanaman pangan, yaitu padi, jagung,
menunjukkan bahwa hubungan antara kedele, dan lainnya. Budidaya
curah hujan dengan tinggi genangan pada tanaman padi dapat dilakukan di
setiap wilayah memiliki persamaan linear lahan rawa lebak dangkal pada bulan
penduga bervariasi. Namun secara umum Januari, di rawa lebak tengahan
menunjukkan hubungan yang relatif sama dapat dilakukan pada bulan Febuari
yaitu bersifat linear positif. Hubungan ini dan di lahan rawa lebak dalam dapat
memberikan gambaran bahwa setiap dilakukan pada bulan Mei.
terjadi peningkatan curah hujan kumulatif, Sedangkan untuk tanaman kedelai,
maka akan diikuti pula oleh kenaikan budidaya hanya dapat dilakukan di
tinggi genangan tersebut secara lahan rawa lebak dangkal yaitu pada
proporsional. bulan Juni sampai dengan bulan
Berdasarkan masing-masing Oktober.
persamaan tersebut dapat ditentukan 3. Pada saat awal penelitian yaitu bulan
bahwa terjadinya curah hujan yang dapat Agustus 1999 curah hujan kecil
menyebabkan awal terjadinya genangan sekali (25 mm), genangan baru
(Y=0 mm) pada rawa lebak dangkal di terjadi secara merata yaitu pada
wilayah Tulung Selapan yaitu dengan bulan November kecuali pada lahan
curah hujan minimal 568 mm, sedangkan rawa lebak dalam pada bulan
pada wilayah Tanjung Batu, Tanjung Raja, Oktober. Keterlambatan antara
Tanjung Alai dan SP. Padang berturut turut kejadian hujan dengan timbulnya
dengan curah hujan minimal sebesar 507 genangan, hujan yang terakumulasi
mm, 482 mm, 322 mm dan 604 mm. digunakan untuk menjenuhi tanah.
Artinya akumulasi curah hujan tersebut
yang sudah tercapai dalam beberapa hari
di lokasi penelitian lahan rawa lebak baru DAFTAR PUSTAKA
dapat memenuhi kondisi jenuh untuk
menciptakan ketersediaan air berlebih di 1. Badan Penelitian dan
atas permukaan tanah. Pengembangan Pertanian. 1990.
Sistem usahatani lahan pasang surut
KESIMPULAN dan rawa. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Proyek
1. Tinggi genangan air (Y) pada rawa Penelitian Lahan Pasang Surut dan
lebak di lokasi penelitian nyata Rawa Swamps II. Palembang.
dipengaruhi oleh curah hujan (X1) dan 2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
tinggi muka air sungai (X2). Pada 1996. Laporan tahunan, Kabupaten
rawa lebak dangkal diperoleh Ogan Komering Ilir (OKI). Sumatera
persamaan penduga Y = -75,45 Selatan.
0,21X1 + 0,28 X2, pada lahan rawa
lebak tengahan diperoleh Y = -51,70 3. Susanto,S. 1978. Pemikiran kearah
0,91X1+ 0,31 X2, dan rawa lebak konsepsi pengembangan pengairan
dalam diperoleh Y = -29,20 1,12X1+ dalam rangka pengembangan lebak.
0,34 X2. Makalah pada Simposium
Pemanfaatan Potensi daerah Lebak.
2. Tinggi dan rendahnya genangan air
Palembang, 26 28 September 1978.
rawa lebak sangat berpengaruh
p: 44-66.
terhadap penentuan jenis tanaman
yang akan ditanam khususnya untuk

Fluktuasi Genangan....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 57 - 66


65
4. Waluyo dan I.W. Supartha. 1994. 5. Waluyo dan I.G. Ismail. 1995.
Verifikasi penelitian sistem usahatani Prospek pengembangan tanaman
di lahan rawa lebak. Laporan tahunan pangan di lahan rawa lebak Sumatera
hasil penelitian Proyek ISDP Kayu Selatan. Makalah pada Seminar
Agung Departemen Pertanian. 1994. Nasional Pemanfaatan Lahan Rawa,
di Kalimantan selatan. Banjarbaru 14-
15 Februari1995.

66 Waluyo, dkk. 2008

You might also like