Professional Documents
Culture Documents
Andesia Maliana.AS
Akbid Gemilang Husada
Email: andesia.maliana@yahoo.com
Abortus inkomplit merupakan salah satu sendiri). Untuk kasus abortus sendiri tahun 2013
perdarahan pada kehamilan muda yang tercatat 193 kasus dan tahun 2014 tercatat 143
merupakan salah satu penyebab kematian kasus. Pada tahun 2013-2014 Lampung Utara
Neonatal dan Maternal di Indonesia. Risiko menjadi kabupaten yang menyumbang AKI ke
terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan empat di Provinsi Lampung yaitu sebanyak 14
dengan peningkatan jumlah paritas, usia ibu. kasus. (Profil Dinkes Lampung Utara, 2013)
Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia Berdasarkan data prasurvey yang
kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% dilakukan di RSUD Ryacudu Lampung Utara
pada usia lebih dari 40 tahun. (Cunningham, didapatkan angka kejadian abortus inkomplit
2012) mencapai 150 kasus pada tahun 2012, pada tahun
Lima penyebab kematian ibu terbesar 2013 - 2014 yaitu sebesar 226 kasus.
adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, Berdasarkan data yang didapat menunjukkan
infeksi, partus macet, dan abortus. WHO bahwa kejadian abortus di RSUD Mayjend. HM.
melaporkan setiap tahun 42 juta wanita Ryacudu masih tinggi dibandingkan RSUD
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan lainnya berdasarkan catatan yang ada di dinas
unintended pregnancy yang menyebabkan Provinsi Lampung. Peneliti merasa pentingnya
abortus, terdiri dari 20 juta merupakan unsafe mengetahui penyebab yang memungkinkan
abortion, yang paling sering terjadi pada negara- terjadinya abortus inkomplit, sehingga peneliti
negara dimana abortus itu illegal. (Kemenkes RI, tertarik melakukan penelitian untuk melihat
2015) hubungan antara usia, paritas ibu, riwayat
Abortus dapat menyebabkan komplikasi abortus, penyakit ibu dan anemia terhadap
yang mengarah pada kematian ibu. Komplikasi kejadian abortus inkomplit di RSUD Mayjend
yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun
yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun 2013-2014.
terkadang dijumpai juga pada abortus spontan.
Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan
ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi METODE PENELITIAN
sepsis. (Sujiyatini dkk,2009)
Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,
Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan dengan pendekatan case control. Populasi
AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami
persalinan, dan nifas) di Indonesia sebesar 307 abortus inkomplit selama 2013-2014 sebanyak
kematian per 100.000 kelahiran hidup untuk 226 orang, dan populasi kontrol sebanyak 1.167
periode 1998-2002. Pada SDKI 2007 terjadi orang. Pengambilan sampel dengan random
penurunan yaitu 228/100.000 Kelahiran Hidup. sampling, sampel sejumlah 92 kasus dan 368
Tetapi berdasarkan hasil SDKI 2012, Angka kontrol. Pengumpulan data dengan menggunakan
Kematian Ibu meningkat kembali menjadi lembar observasi. Analisis yang digunakan untuk
359/100.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2012). Hal bivariat menggunakan chi square dan multivariat
ini jika dilihat pada target MDGs yaitu menggunakan regresi logistik ganda.
102/100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015,
Indonesia masih tertinggal jauh.
Berdasarkan hasil pra survey yang HASIL
didapatkan dari dinas kesehatan provinsi dari
beberapa RSUD di Provinsi Lampung kejadian Hasil Analisis Univariat
abortus Tahun 2013-2014 pada RSUD Kota
Agung sebanyak 98 kasus, RSUD Demang a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Sepulau Raya sebanyak 120 kasus, RSUD Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa yang
Menggala 134 kasus. memiliki usia <20 dan >35 tahun (berisiko)
Di Kabupaten Lampung Utara, AKI sebanyak 39 (42.4%) dari kelompok kasus dan
mengalami peningkatan dari 12 kasus tahun 103 (28%) dari kelompok kontrol. Sedang ibu
2010, 15 kasus pada tahun 2011, 12 kasus pada dengan paritas pertama dan >5 (berisiko),
tahun 2012, dan meningkat kembali menjadi 15 sebanyak 34 (37%) dari kelompok kasus dan 190
kasus pada tahun 2013 (2 kasus eklampsia, 1 (51.6%) dari kelompok kontrol.
kasus partus lama, 2 kasus infeksi, 1 kasus TB Pada variabel abortus diketahui bahwa ibu
Paru, 1 kasus plasenta previa, 1 kasus mola yang pernah mengalami abortus inkomplit
hidatidosa, 7 kasus perdarahan yang menjadi sebanyak 25 (27.2%) dari kelompok kasus dan 55
kemungkinan akibat komplikasi dari abortus itu (14.9%) dari kelompok kontrol. Variabel
Maliana, Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus Inkomplit 19
penyakit Ibu, diketahui bahwa ibu yang ada HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun
penyakit yang menyertai sebanyak 21 (22.8%) 2013-2014. Diperoleh juga nilai OR=1.893
dari kelompok kasus dan 66 (17.9%) dari (1.181-3.035) yang berarti ibu yang berumur <20
kelompok kontrol. Selanjutnya pada variabel dan >35 tahun mempunyai risiko mengalami
anemia, diketahui bahawa ibu yang mengalami abortus inkomplit sebesar 1.9 kali dibandingkan
anemia sebanyak 54 (58.7%) dari kelompok ibu yang berumur 20-35 tahun (tidak berisiko).
kasus dan 100 (27.2%) dari kelompok kontrol. Hubungan paritas dengan abortus
inkomplit diketahui bahwa dari 224 ibu yang
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden paritas <1 dan 5 terdapat sebanyak 34 (37%)
Kejadian Abortus Inkomplit yang mengalami abortus inkomplit dan 190
Kasus Kontrol (51.6%) tidak mengalami abortus inkomplit.
n % n % Adapun 236 ibu yang paritas 2-4 terdapat
Umur sebanyak 58 (63.0%) mengalami abortus
Berisiko (<20 atau 39 42.4 103 28.0 inkomplit dan 178 (48.4%) tidak mengalami
>35 Tahun) abortus inkomplit.
Tidak berisiko 53 57.6 265 72.0 Hubungan riwayat abortus dengan abortus
(20-35 Tahun)
inkomplit dengan menggunakan chi square
Jumlah 92 100 368 100
diperoleh nilai p value= 0,005 yang menunjukkan
Paritas
Berisiko 34 37 190 51.6 bahwa ada hubungan riwayat abortus dengan
(Primipara dan kejadian abortus inkomplit di RSUD Mayjend
Grandemultipara) HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun
Tidak berisiko 58 63 178 48.4 2013-2014. Diperoleh juga nilai OR= 2.298
(Multipara) (1.320-3.999) yang berarti ibu yang pernah
Jumlah 92 100 368 100.0 mengalami abortus mempunyai risiko mengalami
Riwayat Abortus abortus inkomplit sebesar 2.3 kali dibandingkan
Pernah 25 27.2 55 14.9 ibu yang tidak pernah mengalami abortus.
Tidak pernah 67 72.8 313 85.1 Hubungan penyakit ibu dengan abortus
Jumlah 92 100 368 100 inkomplit dengan menggunakan chi square
Penyakit Ibu diperoleh nilai p value= 0,356 yang menunjukkan
Ada 21 22.8 66 17.9 bahwa tidak ada hubungan penyakit ibu dengan
Tidak ada 71 77.2 302 82.1 kejadian abortus inkomplit di RSUD Mayjend
Jumlah 92 100.0 368 100.0
HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun
Anemia
2013-2014.
Ya 54 58.7 100 27.2
Tidak 38 41.3 268 72.8
Hubungan anemia dengan abortus
Jumlah 92 100 368 100 inkomplit menggunakan chi square diperoleh
nilai p value= 0,012 yang menunjukkan bahwa
Hasil Analisis Bivariat ada hubungan anemia dengan kejadian abortus
inkomplit di RSUD Mayjend HM Ryacudu
Hasil analisis bivariat tercantum pada tabel Kotabumi Lampung Utara Tahun 2013-2014.
1 yang meliputi: Diperoleh juga nilai OR= 1.886 (1.174-3.031)
Hubungan Umur dengan Abortus yang berarti ibu yang mengalami anemia
Inkomplit. Uji statistik hubungan umur dengan mempunyai risiko mengalami abortus inkomplit
abortus inkomplit dengan menggunakan chi sebesar 1.9 kali dibandingkan ibu yang tidak
square diperoleh nilai p value= 0,011 yang anemia.
menunjukkan bahwa ada hubungan umur dengan
kejadian abortus inkomplit di RSUD Mayjend
20 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016, hlm 17-25
Berdasarkan penjelasan tersebut maka baik selama kehamilan, kehamilan akan dapat
penulis berpendapat bahwa ibu yang berisiko berlangsung hingga aterm. Sedangkan paritas
terjadinya abortus adalah ibu dengan umur <20 resiko tinggi lebih dari 4 kali dapat disebabkan
dan >35 tahun. Untuk menghindari terjadinya oleh menurunnya fungsi alat reproduksi dalam
abortus atau keguguran pada ibu, yang ingin menerima buah kehamilan dan dapat dikurangi
merencanakan kehamilannya baiknya untuk atau dicegah dengan mengikuti program
dapat hamil pada rentang umur 20 hingga 35 berencana.
tahun saja. Dan bagi ibu hamil yang sudah hamil
pada umur <20 atau >35 tahun untuk dapat c. Hubungan Riwayat Abortus dengan
melakukan antenatal care (pemeriksaan Abortus Inkomplit
kehamilan) secara teratur. Karena semakin muda Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
atau semakin tua umur ibu saat hamil akan 460 responden terdapat 28 responden (33.7%)
semakin berisiko terjadinya abortus. pernah ada riwayat abortus dan 64 responden
(17.0%) tidak pernah ada riwayat abortus yang
b. Hubungan Paritas dengan Abortus mengalami abortus inkomplit. Dan terdapat 55
Inkomplit responden (66.3%) pernah ada riwayat abortus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dan 313 (83.0%) responden tidak pernah ada
460 responden terdapat 34 responden (15.2%) riwayat abortus yang tidak mengalami abortus
yang berisiko (paritas 1 atau >5) dan 58 inkomplit. Hasil uji Chi Square dilaporkan
responden (24.6%) tidak berisiko (paritas 2-4) bahwa nilai p value 0.001, artinya lebih kecil
mengalami abortus inkomplit. Dan terdapat 190 dibandingkan dengan nilai alpha (= 0,05).
responden (84.8%) yang berisiko (paritas 1 atau Dengan demikian dapat disimpulkan secara
>5) dan 178 responden (75.4%) tidak berisiko statistik dengan derajat kepercayaan 95%,
(20-35 tahun) tidak mengalami abortus terdapat hubungan antara riwayat abortus dengan
inkomplit. Hasil uji Chi Square dilaporkan bahwa abortus inkomplit.
nilai p value 0.016, artinya lebih kecil Hal ini sesuai dengan teori menurut Hebert
dibandingkan dengan nilai alpha (= 0,05). Hutabarat dalam (Manuaba, 2010), faktor
Dengan demikian dapat disimpulkan secara kehamilan dengan resiko tinggi berdasarkan
statistik dengan derajat kepercayaan 95%, komplikasi obstetri adalah usia kurang dari 19
terdapat hubungan antara paritas dengan abortus tahun atau lebih 35 tahun, paritas (primigravida
inkomplit. tua primer atau sekunder, grandemultipara,
Menurut Winkjosastro (2005) paritas riwayat abortus, riwayat kematian janin dalam
adalah jumlah anak yang telah dilahirkan ibu baik rahim, riwayat pre eklampsia, riwayat kehamilan
dalam keadaan hidup atau meninggal. Paritas 2-4 molahidatidosa, riwayat persalinan dengan
merupakan paritas paling aman ditinjau dari tindakan, perdarahan antepartum, kehamilan
sudut kematian maternal. Paritas 1 atau lebih dari ganda, hamil dengan kelinan letak. Dan
4 mempunyai angka kematian maternal lebih berdasarkan komplikasi medis adalah kehamilan
tinggi. yang disertai dengan anemia, hipertensi, penyakit
Hal ini sejalan dengan penelitian Putri jantung, hamil dengan diabetes melitus, hamil
Rochmawati (2013) yang berjudul Faktor- dengan obesitas, hamil dengan penyakit hati,
Faktor yang Mempengaruhi Abortus di Rumah hamil disertai dengan penyakit paru.
Sakit Umum Pusat DR. Soeradji Tirtonegoro Hasil penelitian ini sejalan dengan
Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian Wiwian Wulandari (2011) yang
terdapat pengaruh paritas terhadap abortus dan berjudul Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan
ibu hamil dengan paritas > 3 mempunyai peluang di Rumah Sakit Ibu dan Anak pertiwi Makassar,
0,214 kali mengalami abortus dibandingkan ibu hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
hamil dengan paritas 1-3 (OR= 0,214, P= 0,011). yang signifikan antara riwayat abortus dengan
Berdasarkan penjelasan tersebut maka kejadian abortus dengan p value 0,023.
penulis berpendapat bahwa responden paritas Berdasarkan penjelasan tersebut maka
tidak berisiko karena pada dasarnya setiap ibu penulis berpendapat bahwa riwayat abortus
hamil mempunyai resiko untuk terjadi abortus merupakan keadaan pengeluaran hasil konsepsi
inkomplit, bila tidak ditangani dan dicegah sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan
dengan asuhan kebidanan yang lebih baik. sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari
Sedangkan responden dengan resiko tinggi 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
primipara dapat disebabkan oleh kurangnya yang pernah dialami oleh ibu pada kehamilan
asuhan obstetrik yang baik selama kehamilan. sebelumnya atau memiliki keluarga yang sering
Tetapi jika dilakukan asuhan obstetrik yang lebih mengalami abortus setiap menjalani kehamilan.
Maliana, Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus Inkomplit 23
Melihat kondisi yang menunjukkan bahwa masih bertambah parah yang dapat berisiko terjadinya
banyak ibu yang mengalami riwayat abortus. keguguran (abortus).
Oleh sebab itu ibu perlu mewasapadai kondisi
riwayat abortus yang dialaminya dengan e. Hubungan Anemia dengan Abortus
melakukan kunjungan rutin untuk melakukan Inkomplit
pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
460 responden terdapat 38 responden (27.5%)
d. Hubungan Penyakit Ibu dengan Abortus dengan anemia dan 54 responden (16.8%) dengan
Inkomplit tidak anemia yang mengalami abortus inkomplit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari Dan terdapat 100 responden (72.5%) dengan
460 responden terdapat 21 responden (24.1%) anemia dan 268 (83.2%) responden dengan tidak
ada penyakit yang menyertai dan 71 responden anemia yang mengalami abortus inkomplit. Hasil
(19.0%) tidak ada penyakit yang menyertai, uji Chi Square dilaporkan bahwa nilai p value
mengalami abortus inkomplit. Dan terdapat 66 0.012, artinya lebih kecil dibandingkan dengan
responden (71.9%) ada penyakit yang menyertai nilai alpha (= 0,05). Dengan demikian dapat
dan 302 (81.0%) responden tidak ada penyakit disimpulkan secara statistik dengan derajat
yang menyertai, tidak mengalami abortus kepercayaan 95%, terdapat hubungan antara
inkomplit. Hasil uji Chi Square dilaporkan anemia dengan abortus inkomplit. Sedangkan
bahwa nilai p value 0.356, artinya lebih besar nilai OR 1.886 ( CI 95% 1.174-3.031) artinya
dibandingkan dengan nilai alpha (=0,05). responden dengan anemia berpeluang untuk
Dengan demikian dapat disimpulkan secara mengalami abortus inkomplit sebesar 1.886 kali
statistik dengan derajat kepercayaan 95%, tidak dibandingkan dengan responden yang tidak
terdapat hubungan antara penyakit ibu dengan dengan anemia.
abortus inkomplit. Hal ini sesuai dengan teori Menurut
Hal ini tidak sesuai dengan teori (Manuaba, 2005) Pengaruh anemia selama
Liewellyn, beberapa wanita, biasanya berusia kehamilan, dapat terjadi abortus, persalinan
lebih dari 30 tahun, menderita hipertensi ketika prematur, hambatan tumbuh kembang janin
hamil. Tetapi kebanyakan mengembangkannya dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
pada paruh kedua kehamilan. Jika ini terjadi, dekompensasi kordis (Hb< 6gr%),
penyakit itu disebut hipertensi kehamilan molahidatidosa, hiperemesis gravidarum,
(Liewellyn, 2005). perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan (KPD).
penelitian Mustika (2011) yang berjudul Faktor- Hasil Penelitian inipun didukung oleh
faktor yang berhubungan dengan kejadian penelitian yang dilakukan Mariani (2012), yang
abortus spontan di RSUD Abdul Moeloek berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan
Provinasi Lampung Tahun 2011. Hasil penelitian kejadian abortus inkomplit diruang kebidanan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
antara penyakit ibu dengan abortus dengan p banda Aceh Tahun 2012. Hasil penelitian
value 0.012 dan OR 3.864 (1.438-10.381). menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
Berdasarkan penjelasan diatas maka antara anemia dengan kejadian abortus dengan p
penulis berpendapat bahwa faktor penyakit ibu value 0.024.
tidak ada hubungan dengan kejadian abortus Berdasarkan penjelasan diatas maka
inkomplit, karena ada faktor lain yang lebih penulis berpendapat bahwa ibu hamil yang
berpengaruh terhadap terjadinya abortus mengalami anemia dapat berisiko terjadinya
inkomplit. Meskipun begitu tetapi teori abortus. Oleh sebab itu diharapkan ibu hamil
menyebutkan lain. Oleh sebab itu ibu hamil untuk dapat melakukan pemeriksaan antenatal
dengan penyakit yang menyertai agar dapat care (ANC) secara teratur untuk menghindari
melakukan kunjungan antenatal care (ANC) terjadinya abortus, dan dapat melakukan
secara rutin agar petugas kesehatan dapat pemeriksaan kadar hemoglobin pada kehamilan
membantu melakukan pengawasan terhadap trimester 1 dan trimester ke 3 serta memiliki
penyakit yang menyertai ibu hamil, baik itu pengetahuan yang cukup mengenai makanan
hipertensi, diabetes melitus, asma, jantung, yang perlu dikonsumsi bagi ibu hamil yang
kolesterol dan lain sebagainya. Selain itu juga ibu mengalami anemia untuk dapat membantu
perlu memiliki pengetahuan tentang makanan menaikkan kadar hemoglobin ibu disamping
yang harus dikonsumsi sehingga tidak pemberian tablet Fe yang diberikan oleh tenaga
menimbulkan penyakit yang menyertai semakin kesehatan.
24 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 1, April 2016, hlm 17-25
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham. 2012. Obstetri Williams. Jakarta: Mustika. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan
EGC. dengan Kejadian Abortus Spontan di
Dinkes Lampung Utara. 2013. Profil Dinas Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hj. Abdul
Kesehatan Lampung Utara. Lampung Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2012.
Utara. Tesis. FKM UNIMAL. Bandar Lampung.
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Rochmawati, Putri Nurvita. 2013. Faktor-Faktor
Jakarta. Yang mempengaruhi Abortus di Rumah
Kemenkes RI.2015. Infodatin 2014-2015 Pusat Sakit Umum Pusat DR. Soeradji
Data dan Informasi kementrian Kesehatan Tirtonegoro Klaten. Jurnal. FKM UMS.
RI. Jakarta. Surakarta.
Liewellyn, Derek. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi
Delaprasta Publishing. Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, Ida Ayu dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan.
Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Jakarta: EGC. Prwirohardjo
Mulianingsih, Misroh. 2012. Hubungan Beban Wiwian Wulandari. 2011.Faktor Risiko Kejadian
Kerja dengan Kejadian Abortus Spontan Abortus Spontan di Rumah Sakit Ibu dan
pada Perempuan yang Bekerja di Sentra Anak Pertiwi Makassar. Jurnal. FKM
Pertanian di Kabupaten Lombok Timur. UNHAS. Makassar.
Jurnal. S2 Kesehatan Masyarakat UGM.