You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat menurut World Health Organition (WHO) adalah suatu keadaan

yang sempurna baik fisik, mental, sosial, serta bukan saja terhindar dari sakit

atau kecacatan. WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu sindrom klinis

dengan gejala berupa gangguan fungsi otak yang dapat menimbulkan

kematian maupun kelainan yang menetap lebih dari 24 jam akibat gangguan

vaskuler. Stroke merupakan suatu keadaan dimana terdapat suatu gangguan

aliran darah ke otak, baik berupa penyumbatan maupun perdarahan. Stroke

juga merupakan keadaan yang serius dan menakutkan, karena mereka yang

telah terserang stroke baik dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi

diperlukan penyesuaian diri yang sangat besar bukan hanya dari pasien itu

sendiri tapi juga dari pasangannya.(Yastroki, 2007 ).

Stroke merupakan masalah neurologik primer didunia yang

cenderung berperan sebagai penyebab uatama disabilitas kronis penyebab

kematian urutan ketiga terbanyak pada orang dewasa. Terdapat kira-kira 2

juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa

kecacatan,dari angka ini,40% memerlukan bantuan dalam aktifitas kehidupan

sehari-hari (Smeltzer, 2001).

Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk,

dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan, stroke bukan

hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih

produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen,sangatlah

1
2

penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi mengenai penyakit

stroke,sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar

terhindar dari penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi

500.000 penduduk terkena serangan stroke,dan sekitar 25% orang

meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke

menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit

jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan

pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. ( Yastroki, 2007 ).

Di Yogyakarta stroke menempati urutan ke tiga sebagai penyebab

kematian. Dari 1053 penderita stroke yang dirawat di rumah sakit Yogyakarta

tercatat yang meninggal dunia sebanyak 28,3%. Meski belum ada penelitian

epidemiologis yang sempurna,proporsi stroke di rumah sakit dari tahun ke

tahun menunjukkan peningkatan, selama angka insidensi stroke masih tinggi

dan hasil pengobatan stroke masih terbatas, maka potensi untuk upaya

mengendalikan peningkatan penderita stroke terletak pada usaha

pencegahan primer. Setiap orang ,jelasnya harus berupaya menghindari

terkena resiko penyakit stroke. Ada enam resiko stroke yang penting yaitu

hipertensi, diabetes militus,infark miokard,fibrilasi atrial, hiperlipidemia dan

stenosis. Selain itu ada empat faktor pola hidup yang mempercepat penyakit

stroke yaitu merokok, minum alkohol, kurang aktivitas fisik dan diit ( Rusdi,

2007).

Stroke merupakan penyakit yang dapat menyerang siapapun secara

mendadak sehingga dapat menyebabkan kecacatan, lumpuh, kehilangan

kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri, bahkan kematian. Bila hal ini
3

tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan ketergantungan yang terus

menerus dari individu terhadap orang lain.

Keperawatan mempunyai peran penting dalam perawatan stroke.

Upaya keperawatan tersebut meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitasi. Upaya promotif seperti mengurangi stress, memperbaiki aliran

darah otak; tekanan darah dijaga tetap stabil. Mencegah dan menanggulangi

edema otak. Upaya preventif Antiagregasi trombosit, Calcium antagonis

diberikan untuk memperbaiki iskemik otak, Memperbaiki metabolisme otak;

pemberian obat seperti nicholin. Upaya kuratif memperbaiki keadaan umum.

Fisioterapi pada kasus stroke diberikan sedini mungkin. membantu

pemulihan optimal dengan merawat penderita dengan kerjasama multidisiplin

terpadu antara dokter, perawat, para terapis dan ahli gizi.

Usaha preventif terhadap stroke ulang ditujukan pada perubahan

dalam gaya hidup serta usaha yang lebih terarah apabila faktor resiko dan

faktor penyebab stroke dapat ditemukan (Airiza, 2005). Berdasarkan data

diatas maka penulis tertarik untuk menulis Asuhan Keperawatan pada

penderita stroke.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada

studi kasus ini adalah Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada

klien Bp.D dengan post operasi laparatomi dengan abses appendiksitis di

RSUD Wates, Kulon Progo ?

C. Ruang Lingkup

1. Lingkup Mata Ajaran


4

Asuhan keperawatan pada Klien Bp.D dengan post operasi laparatomi

dengan abses appendiksitis di RSUD Wates, Kulon Progo ini merupakan

bagian mata ajaran keperawatan medikal bedah khususnya pada sistem

pencernaan dan imunologi.

2. Lingkup Kasus

Kasus yang diambil oleh penulis hanya satu kasus yaitu asuhan

keperawatan pada Klien Bp.D dengan post operasi laparatomi dengan

abses appendiksitis di RSUD Wates, Kulon Progo.

3. Lingkup Waktu

Studi kasus dilaksanakan selama 3 x 24 jam dari tanggal 16 Februari

pukul 07.00 WIB sampai dengan tanggal 18 Februari 2014 pukul 07.00

WIB, dengan menggunakan proses keperawatan.

4. Lingkup Asuhan

Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada Klien Bp.D dengan post operasi laparatomi

dengan abses appendiksitis di RSUD Wates, Kulon Progo dilakukan

dengan menggunakan proses keperawatan meliputi pengkajian,

perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan

pendokumentasian.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan

pada klien post operasi laparatomi dengan abses appendiksitis di RSUD

Wates.

2. Tujuan Khusus
5

a. Menerapkan proses keperawatan mulai dari pengkajian,

merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan,

melaksanakan tindakan dan melakukan evaluasi serta pada klien

Bp.D dengan post operasi laparatomi dengan abses appendiksitis di

RSUD Wates, Kulon Progo.

b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien Bp.D

dengan post operasi laparatomi dengan abses appendiksitis di RSUD

Wates, Kulon Progo.

c. Mengidentifikasikan adanya faktor pendukung dan penghambat

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Bp.D dengan

post operasi laparatomi dengan abses appendiksitis di RSUD Wates,

Kulon Progo.

E. Manfaat

1. Bagi Profesi Keperawatan

Menambah wawasan bagi perawat untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan khususnya pada klien post operasi laparatomi dengan

abses appendiksitis.

2. Bagi Masyarakat

Mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas

khususnya pada klien post operasi laparatomi dengan abses

appendiksitis.

3. Bagi Bidang Ilmu Keperawatan

Meningkatkan wawasan dan keilmuan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien post operasi laparatomi dengan abses

appendiksitis.
6

F. Metode Penulisan

1. Metode Pembuatan Karya Tulis Ilmiah

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

menggunakan metode deskriptif dengan pemaparan satu kasus dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan:

a. Data Primer

1) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung

dengan klien, keluarga dan tim kesehatan untuk mendapatkan

data subjektif tentang identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan

klien dan pola kebiasaan klien dengan penyakit appendiksitis.

Misalnya : riwayat pola konsumsi makanan, intensitas nyeri, lama

nyeri, skala nyeri, dan pengobatan awal yang pernah dilakukan

untuk mengatasi nyeri.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik ini dilakukan secara sistematik pada klien yang

meliputi:

a) Inspeksi, untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang

berhubungan dengan status fisik melalui pengamatan. Adanya

kelainan seperti akan tampak adanya pembengkakan (swelling)

rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang

(distensi).
7

b) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan dan

rabaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, pembesaran

massa dan merasakan berbagai organ dalam. Misalnya:

didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan

bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign)

yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

c) Perkusi, pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

mengetuk untuk menentukan batas-batas organ atau bagian

tubuh. Pada penderita stroke dapat diketahui adanya

kardiomegali, kelainan pada paru- paru.

d) Auskultasi, pemeriksaan dengan bantuan stetoskop untuk

memperoleh data suara paru, jantung dan peristaltik usus.

Kelainan yang muncul adanya suara mur-mur pada jantung

dan ronchi pada paru- paru.

3) Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung pada klien

selama 3 x 24 jam untuk mengetahui perkembangan perawatan

klien, tingkah laku klien dan respon klien.

b. Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan

menggunakan studi kepustakaan, mempelajari catatan keperawatan,

catatan medis, hasil pemeriksaan laboratorium dan data penunjang

lainnya seperti hasil CT-SCAN serta data pemeriksaan radiologi.

You might also like