You are on page 1of 26

CASE REPORT SESSION

HERNIA INGUINAL

Disusun Oleh:

Muhammad Syaifullah

1210312094

Preseptor :

dr. Taufandi, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUD PROF. DR. M. A HANAFIAH, SM BATUSANGKAR

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di

daerah inguinal.1 Angka kejadian hernia inguinalis cukup tinggi, hampir 75% dari

hernia abdominalis adalah hernia inguinalis, terutama hernia inguinalis lateralis.2

Penyebab hernia inguinalis yaitu kongenital atau sebab didapat. Sekitar 80-90%

ditemukan pada laki-laki dan 10% pada perempuan.3 Sebesar 60% hernia terjadi

pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.4

Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah

18.145 kasus.5

Pada hernia inguinalis lateralis keluhan pada orang dewasa berupa

benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat

beban berat dan menghilang waktu istirahat baring.6 Hernia inguinalis inkarserata

dan strangulata merupakan kasus akut abdomen yang harus segera ditangani oleh

karena dapat memengaruhi morbiditas (19-30%) dan juga mortalitas (1,4-13,4%).7

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan case report session ini bertujuan untuk memahami serta

menambah pengetahuan tentang hernia inguinalis.

1.3 Metode Penulisan

Penulisan case report session ini menggunakan metode penulisan tinjauan

kepustakaan merujuk pada berbagai literatur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis merupakan lintasan oblik yang berada pada dinding

abdomen bawah.8 Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus

inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan

aponeurosis otot transversa abdominis.3 Anulus ini berbentuk U dan berada 1,25

cm di atas ligamentum inguinal, di tengah antara simfisis pubis dan spina iliaka

anterior suprior.9 Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi

oleh anulus inguninalis eksternus yang merupakan bagian terbuka dari

aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis. Anulus ini atapnya adalah

aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat

ligamentum inguinale.3 Anulus ini merupakan celah berbentuk segitiga yang

terletak 1,25 cm di atas tuberkulus pubik.

Gambar 1. Anatomi kanalis inguinalis

3
Gambar 2. Lokasi terjadinya hernia

2.2 Definisi Hernia Inguinalis

Secara umum, hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui

celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang

dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau

berkelanjutan.10 Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai lokasi

anatominya, seperti hernia inguinal, diafragma, umbilikalis, femoralis, dan lain-

lain. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan

defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.8, 11

Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia

ingunalis medialis. Hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua per tiga

dari hernia ingunalis medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain

yaitu hernia indirect oleh karena keluar-nya tidak langsung menembus dinding

abdomen. Hernia inguinalis lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang

terjadi di daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior.

4
Penyebab terjadinya hernia inguinalis lateralis yaitu karena anomali kongenital

atau karena sebab yang didapat.1,2,12

2.3 Epidemiologi

Hernia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rasio

4-8:1. Tidak terdapat predileksi ras pada hernia inguinalis.13 Hampir 75% dari

hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis.2, 12


Sebesar 60% hernia terjadi

pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.3

Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah

18.145 kasus.4

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado Periode Agustus 2012 Juli 2014 didapatkan pasien hernia

inguinalis lateralis sebanyak 146 pasien dengan distribusi pada bulan Agustus-

Desember tahun 2012 sebanyak 35 pasien (24,0%), tahun 2013 sebanyak 59

pasien (40,4%) dan bulan Januari-Juli tahun 2014 sebanyak 52 pasien (35,6%).1

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah

kasus hernia inguinalis yang dirawat inap pada tahun 2010 - 2011 yaitu 410 kasus.

Ini merupakan jumlah dari kasus hernia inguinalis yang terjadi di 6 rumah sakit

yang ada di Sulawesi Tengah. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan

rumah sakit yang memiliki jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap

periode 2010 2011 terbanyak yaitu 269 kasus.14 Pada tahun 2012, jumlah kasus

hernia inguinalis yang dirawat inap di Sulawesi Tengah yaitu 270 kasus.

Sedangkan jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap di kota Palu pada

tahun 2012 yaitu 244 kasus.15

5
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik penderita hernia

inguinalis yang dirawat inap di RSU Anutapura Palu tahun 2012, Berdasarkan

umur, jumlah pasien tertinggi menderita hernia inguinalis, yaitu pada kelompok

umur > 60 tahun sebanyak 28 orang (35%), dan yang terendah adalah pada

kelompok 11-20 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,2%). Berdasarkan pekerjaan,

jumlah pasien terbanyak memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 23

orang (28,8%), yang kedua yaitu petani sebanyak 22 orang (27,5%) dan yang

terendah adalah pada pekerjaan pelajar dan anggota DPR yaitu masing-masing

sebanyak 1 orang (1,2%). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pasien hernia

inguinalis yang terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 79 orang (98,8%),

sedangkan yang terendah adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 1 orang

(1,2 %). Berdasarkan klasifikasi hernia menurut jalur keluarnya organ, jenis yang

terbanyak diderita oleh penderita hernia inguinalis adalah HIL (D) sebanyak 43

orang (53,8 %), dan yang terendah adalah HIM (D) dan HIL bilateral yaitu

masingmasing sebanyak 1 orang (1,2%).4

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di

anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia

melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada tiga

mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis antara lain, kanalis

inguinalis yang berjalan miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang

menutup anulus inguinalis ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang

6
menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan

mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan

adalah peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, adanya prosesus vaginalis

yang terbuka, dan kelemahan dinding abdomen karena usia.10,16

Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami

proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena

daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik,

bersin yang kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang

sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena

terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.17,18,19

7
Dinding abdomen normal memiliki cukup tenaga untuk menahan tekanan

intraabdomen yang tinggi dan mencegah pembentukan hernia. Hernia diketahui

terjadi akibat tingginya tekanan intraabdomen akibat konstipasi, batuk kronis, dan

obesitas, tetapi beberapa studi menunjukan bahwa tingginya tekanan

intraabdomen bukan faktor terbesar yang menyebabkan hernia, melainkan faktor

kolagen. Hernia merupakan penyakit yang diakibatkan ketidakseimbangan tipe

kolagen I dan III. Hal ini didukung bukti histologis dan hubungan antara hernia

8
dan penyakit lain yang berhubungan dengan kolagen.20 Penyakit kolagen seperti

Sindrom Ehlers-Danlos juga berhubungan dengan peningkatan insiden hernia.

Studi belakangan juga menemukan hubungan antara konsentrasi matriks

ekstraseluler dan pembentukan hernia.21

Gambar 3. Patogenesis hernia

9
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Ukuran defek dapat

bervariasi, mungkin sangat kecil atau sangat luas. Defek kecil dengan dinding

yang kaku akan membuat isi hernia terperangkap, sehingga mencegah pergerakan

isi hernia keluar masuk secara bebas dan meningkatkan risiko komplikasi.

Isi hernia bisa berupa jaringan dari rongga ekstraperitoneal seperti vesika

urinaria pada hernia ingunalis medial atau direk. Jika hernia meluas maka

peritoneum bisa juga tertarik ke dalam isi hernia bersama struktur intraperitoneal

seperti usus atau omentum, dikenal sebagai sliding type hernia inguinal.

Pada umumnya ketika peritoneum berada dalam di bawah otot abdomen

yang lemah, tekanan memakasa peritoneum melewati defek dan masuk ke

jaringan subkutan membentuk kantong. Kantong ini akan membawa usus dan

omentum melalui defek. Pada kebanyakan kasus, organ intraperitoneal dapat

bergerak bebas keluar masuk hernia yang disebut hernia reducible/ reponible,

tetapi jika terbentuk adhesi atau defeknya kecil, usus dapat terperangkap dan tidak

dapat kembali ke rongga peritoneum, disebut hernia irreducibel/ irreponibel

dengan komplikasi yang tinggi.

Bagian tersempit dari kantong pada defek dinding abdomen disebut leher

kantong. Ketika jaringan terperangkap di dalam hernia, leher sempit ini bertindak

sebagai cincin kontraksi yang menghambat aliran balik vena dan meningkatkan

tekanan di dalam hernia, sehingga menyebabkan ketegangan dan memicu nyeri.

Jika hernia berisi usus maka akan menyebabkan obstruksi secara total atau parsial

dan menunjukan gejala ileus obstruksi. Jika tekanan meningkat, darah arteri tidak

dapat masuk ke hernia dan isi hernia menjadi iskemik bahkan infark, sehingga

dikatakan hernia telah mengalami strangulasi. Dinding usus akan perforasi,

10
melepaskan agen infeksius, meracuni usus ke dalam jaringan dan kembali ke

rongga peritoneal, sehingga menimbulkan nekrosis/ gangren. Risiko strangulasi

tinggi pada hernia yang memiliki leher kecil dan kaku. Istilah inkarserata tidak

didefinisikan secara jelas dan digunakan untuk menggambarkan hernia yang

irreducible/ irreponibel yang berkembang ke arah strangulasi.20

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi dari Hernia Inguinal Lateral yaitu: adanya benjolan di

selakangan/ kemaluan, benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil, timbul bila

menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat dan dapat ditemukan

rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi komplikasi.10 Pada hernia

strangulasi, dimana aliran darah ke isi hernia terganggu akan timbul rasa tegang,

bengkak, panas, memerah pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda

inflamasi, selain itu perasaan sakit akan bertambah hebat.10

2.6 Diagnosis

Diagnosis hernia inguinal biasanya ditegakkan melalui riwayat ada

benjolan yang hilang timbul di inguinal yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan

fisik.21

2.6.1 Anamnesis

Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan

diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana

sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal

serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan

memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu

ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak

11
ditentukan oleh keadaan isi hernia.10 Pasien sering mengeluh tidak

nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan

reposisi manual ke dalam kavitas peritonealis, tetapi dengan berdiri atau

terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.

Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di

lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan

menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena renggangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus

halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah

baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena

nekrosis atau gangren.10

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Adanya keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia

dalam posisi berdiri dan posisi berbaring. Pasien diminta mengedan atau

batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat.10

Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai

labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia

inguinalis lateralis. Kalau pembengkakan yang terlihat kemudian berada di

atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial

bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis.

Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan,

maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis medialis.19,17

12
b. Palpasi

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.

Untuk menentukan jenis hernianya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat

dilakukan, diantaranya:

Finger test

Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk

hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan,

jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan

permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan

menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari

tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat

dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila

terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila

hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping

jari.

Silk Glove Sign

Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek

dua lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua

permukaan sutera.

Tes Visibel

13
Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.

Dikatakan hernia inguinalis lateralis apabila benjolan keluar dari

lateral dan berbentuk lonjong. Apabila benjolan yang keluar langsung

ke bagian depan dan berbentuk bulat, maka itu disebut hernia

inguinalis medial.

c. Auskultasi

Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi

hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat

obstruksi usus.17

d. Perkusi

Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.17

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk penilaian pasien

dengan suspek hernia inguinal dan atau hidrokel. Pemeriksaan pencitraan

umumnya juga tidak dibutuhkan untuk pemeriksaan hernia inguinal.8,9

Meskipun begitu, ultrasonografi (USG) dapat bermanfaat pada pasien

tertentu.8 Penggunaan USG dapat dilakukan untuk membedakan antara

hidrokel dan hernia inguinal. Pada hidrokel, akan ditemukan gambaran

kantong yang terisi cairan. Namun, pada hernia inguinal inkarserata, USG

tidak lagi sensitif untuk membedakan dua kondisi tersebut.8

Selain USG, herniografi juga dapat digunakan dengan cara

menyuntikkan kontras larut air ke dalam kavum peritoneum melalui

injeksi infraumbilikal dengan bantuan fluoroskopi. Kontras yang

dimasukkan akan menuju ke kantung hernia dengan bantuan gravitasi.

14
Selanjutnya, dilakukan foto inguinal pada menit ke-5, 10, dan 45 secara

serial. Herniografi dapat dilakukan untuk memeriksa hidrokel, hernia

inguinalis kontralateral, dan membedakan antara hernia inguinalis dengan

hernia femoralis.22

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding hernia inguinalis adalah:23

1. Encysted hydrocele of the cord,

2. Spermatokel,

3. Hernia Femoralis,

4. Lipoma of the cord

5. Orkitis

2.8 Penatalaksanaan

a. Konservatif

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga

dapat kambuh lagi. Reposisi adalah suatu usaha atau tindakan untuk

memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritoneum

atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti.

Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara

memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai

dengan pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan),

sedangkan tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu

tersebut.10

b. Operatif

15
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis

yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.10

Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti

lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan

herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti memperkecil

anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan

memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan otot transversus

internus abdominis dan otot oblikus internus abdominis, yang dikenal

dengan nama conjoint tendon, ke ligamentum inguinale Pouparti menurut

metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, otot transversus

abdominis, dan otot oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper

pada metode Lotheissen-Mc Vay.

Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama diperkenalkan

tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi

dasar lipat paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus internus

abdominis, muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis ke

traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan

baik pada hernia direk maupun indirek.

16
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik

herniotomi Bassini adalah terdapatnya renggangan berlebihan pada otot-

otot yang dijahit.

Pada tahun 1980-an dikenalkan suatu teknik operasi bebas regangan, yaitu

teknik hernioplasti bebas renggangan menggunakan mesh, dan sekarang

teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini digunakan mesh prostesis untuk

memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis

tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum inguinale.10

2.9 Komplikasi

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat

terjadi kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra

peritoneal (hernia geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik

kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia

sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang

sederhana.

Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.

Pada pemulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur

didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong

hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari

17
usus, dapat terjadi perforasi yang dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau

peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.10

Pada pasien dewasa. tingkat komplikasi dari herniorafi inguinal yang

terbuka berbeda antara 1% sampai 26% dengan banyak laporan yang tersusun dari

7% sampai I 2%. Kira-kira 700 ribu herniorafi inguinal yang terjadi setiap

tahunnya, komplikasi yang muncul kira-kira 10% dari orang-orang ini memiliki

sebuah masalah yang cukup besar.24

Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi

yang lebih dalam dapat berdampak dalarn kernunculan kembali hernia. Kandung

kemih dapat luka dengan cara saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan

dilakukan untuk hernia pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis, vasdeferens,

pembuluh darah atau syaraf illiohypogastrik, illioinguinal

Komplikasi intra operatif meliputi rnelukai atau pembedahan struktur

sperma, luka vaskular mernproduksi pendarahan, mengganasnya sakit atau

pengharnbatan syaraf-syaraf, luka visceral (biasanya perut atau kandung kemih).

Komplikasi sistemik setelah operasi berhubungan dengan suatu prosedur khusus

dalam kemunculannya

2.10 Prognosis

Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi

kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.

Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi

hernia umumnya dapat diatasi.25

18
BAB 3

ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. DD

Usia : 44 tahun

Alamat : Batang kapas, Pesisir Selatan

3.2 Anamnesa

Keluhan Utama

Benjolan pada kantong kemaluan kiri yang tidak bisa dimasukkan lagi

sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

- Benjolan pada kantong kemaluan kiri yang tidak bisa dimasukkan lagi

sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit

- Benjolan pada kantong kemaluan kiri sudah ada sejak 20 tahun yang

lalu, benjolan timbul saat beraktifitas dan hilang jika pasien berbaring

19
- Tidak BAB sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, flatus (-)

- Mual (+), Muntah (+)

- Demam (-)

- BAK tak ada keluhan

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.

Riwayat Kebiasaan

- Pasien bekerja sebagai petani, merokok kurang lebih satu bungkus per

hari.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum

- Keadaan Umum : Sakit sedang

- Kesadaran : Komposmentis kooperatif

- TekananDarah : 120/70 mmHg

- Nadi : 86 kali/menit

- Nafas : 18 kali/menit

- Suhu : Afebris

Status Internus

20
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

- Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak sianosis

- Kelenjer Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran

- Kepala : Tidak ditemukan kelainan

- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik

- Hidung : Tidak ditemukan kelainan

- Telinga : Tidak ditemukan kelainan

- Leher : JVP 5-2 cmH2O

- Paru :

Inspeksi : Simetris, kiri = kanan

Palpasi : Fremitus kiri = kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

- Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial lnea mid

clavicula sinistra RIC V

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),

Gallop (-)

- Regio Abdomen :

Inspeksi :Distensi (-), DC (-), DS (-)

Palpasi :Muscle rigid (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas(-)

21
Perkusi :Timpani

Auskultasi : Bising usus meningkat

Status Lokalis (Regio Scrotalis)

- Inspeksi : Massa di kantong kemaluan (+)

- Palpasi : Pool atas tidak teraba, testis (+), nyeri (-), konsistensi

kenyal

- Perkusi : Tidak dilakukan

- Auskultasi : Bising (+)

RT : Ampula kolap ,H/S : feses (-), darah (-), lendir (-)

22
Gambar 3.1 Hernia Inguinalis lateralis sinistra inkarserata

3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 15,5 gr%

Leukosit : 12.200 /mm3

Natrium : 142 mg/dl

Kalium : 5 mg/dl

Ureum : 32 mg/dl

Kreatinin : 1,1 mg/dl

3.5 Diagnosis kerja

Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata

3.6 Tatalaksana

- IVFD Dextrose 5 %

- Injeksi Cefoperazon 2x 1 gram

- Injeksi Ranitidin 2x 50 mg

- Injeksi ketorolax 3x30 mg

- Pasien direncanakan dilakukan Hernioraphy emergency.

BAB 4

23
DISKUSI

Telah dirawat seorang pasien laki-laki usia 44 tahun di bangsal bedah

RSUP DR M Djamil Padang dengan diagnosis hernia inguinalis lateralis sinistra

inkarserata. Diagnosis ditegakan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Dari hasil anamnesis ditemukan keluhan utama Benjolan pada kantong

kemaluan kiri yang tidak bisa dimasukkan lagi sejak 8 jam sebelum masuk rumah

sakit.

Benjolan pada kantong kemaluan kiri yang tidak bisa dimasukkan lagi

disebut dengan hernia irreponibel. Jadi, hernia menurut sifatnya bisa dibagi

menjadi dua macam, yaitu hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk.

Hernia irreponibel bila hernia tidak bisa direposisi lagi ke dalam rongga perut.

Hernia disebut inkarserata atau strangulata apabila isi hernia terjepit oleh cincin

hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau veskularisasi. Benjolan

pada kantong kemaluan kiri sudah ada sejak 20 tahun yang lalu, benjolan timbul

saat beraktifitas dan hilang jika pasien berbaring. Pasien ini memang sudah ada

riwayat benjolan yang hilang timbul (hernia) sejak 20 tahun yang lalu, benjolan

akan timbul ketika pasien mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan

menghilang waktu istirahat baring.

Pasien juga mengeluhkan tidak ada buang air besar sejak 8 jam sebelum

masuk rumah sakit, flatus (-) mual (+), muntah (+) demam (-). Tidak ada flatus,

tidak buang air besar, mual dan muntah merupakan suatu pertanda adanya

gangguan pasase. Secara klinis, istilah hernia inkarserata dimaksudkan untuk

kasus hernia yang disertai dengan adanya gangguan pasase, yang ditandai dengan

24
adanya mual, muntah, tidak flatus dan tidak bisa buang air besar. Sedangkan

apabila secara klinis pasien mengeluhkan nyeri, ini adalah sebuah tanda dari

hernia strangulata.

Pada pemeriksaaan fisik, keadaan fisik umum dalam batas normal, status

internus dalam batas normal, pada regio abdomen didapatkan distensi (-), DC (-),

DS (-) dan pada palpasi tidak ditemukan muscle rigid, nyeri tekan dan nyeri

lepas. Pemeriksaan status lokalis di regio scrotalis didapatkan massa di kantong

kemaluan kiri, pool atas tidak teraba, testis (+), nyeri (-), konsistensi kenyal yang

disertai Bising usus yang (+). Dari status lokalis didapatkan bahwa terdapat

kelainan pada pasien ini, yang mengindikasikan adanya sebuah benjolan yang

sudah sampai ke scrotum, yang disebut dengan hernia inguinalis lateral sinistra.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan hernia

inguinalis lateralis sinistra inkarserata dan pasien direncanakan untuk

Hernioraphy emergency. Terapi defenitif pada pasien hernia adalah dengan

herniotomi dan hernioplasty atau gabungan keduanya. Herniotomi adalah

pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia

dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-

ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Hernioplasti, dilakukan tindakan

memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis. Sedangkan hernioplasti adalah gabungan dari teknik herniotomi

dengan hernioplasti yang lebih penting dalam mencegah terjadinya residif pada

kasus hernia.

25
26

You might also like