You are on page 1of 9

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas Pajang Surakarta

Asticha E, Ika Maratul K, Kenny A, Soraya S, Sumardiyono*


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Sesuai pasal 23
Undang-undang No 23 tahun 2003 maka puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya termasuk berdampak pada kesehatan, sehingga pengelola
puskesmas harus menerapkan upaya-upaya K3 di Puskesmas. Adapun manajemen risiko pada
K3L dapat dilakukan melalui 3 hal yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk
Assessment (Penilaian risiko), dan Determining Control (Penetapan pengendalian) atau sering
disebut dengan HIRADC.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskrptif dengan sumber data primer. Pengambilan
data dilakukan dengan studi pustaka, studi lapangan, dan wawancara yang dilaksanakan tanggal
1 Mei 13 Mei 2017.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas kegiatan petugas kesehatan dan pasien sudah
tertata sesuai alur pelayanan pasien. Potensi bahaya di Puskesmas Karanganyar antara lain: 1)
Bed pasien tanpa pengaman, 2) Alat-alat medis steril tidak berada di tempat yang steril, 3) Tidak
terdapat smoke detector, 4) Kabel saluran utama tegangan ekstra tinggi letaknya rendah, 5) Area
drop off pasien tertutup oleh kendaraan, 6) Tidak tersedia antiselip di jalan yang miring, 7)
Ujung meja yang tajam.

Simpulan: Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas Pajang


Kabupaten Surakarta secara umum sudah baik, namun masih perlu perbaikan pada beberapa hal
untuk dapat menjadi ideal.

Saran: Diperlukan adanya petugas K3 untuk mengawasi dan mengevaluasi keberjalanan


penerapan K3 di Puskesmas Pajang, serta diadakannya sosialisasi bagi civitas hospitalia di
Puskesmas terkait K3, kecelakaan kerja, dan kebersihan alat-alat medis. Selain itu, perlu
dilakukan pembenahan pada sarana prasarana yang belum sesuai standar K3.

Kata kunci : HIRADC, Puskesmas Pajang


Implementation of Occupational Health, and Safety (K3) in Pajang
Primary Health Care Surakarta

Asticha E, Ika Maratul K, Kenny A, Soraya S, Sumardiyono*


Public Health Division, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Implementation of the Occupational Health and Safety (K3) is one of the efforts
to create a workplace that is safe, healthy, free from environmental pollution, so as to reduce and
or free of workplace accidents and occupational diseases that can ultimately improve efficiency
and productivity. Based on the law number 23 of 2003, Primary Health Care is included as high
risk workplace. Therefore, it is necessary to implement so that on Health has mandated, among
others, every workplace must implement occupational health and safety efforts
Risk management on K3L can be done through three things: Hazard Identification (Hazard
Identification), Risk Assessment (Risk Assessment), and Determining Control (Determination
Control) or often referred to HIRADC.

Methods: This study was a descriptional research and used primary data. Data was collected by
literature studies, field studies, and interviews held from 1 May to 13 May 2017.

Results: The results of this study indicate their activity health workers and patients has been
arranged in accordance flow of patient care. Potential hazards in Puskesmas Karanganyar
include: 1) Bed patients without security, 2) Sterile medical tools not in the proper place, 3) No
smoke detector, 4) Ekstra high voltage cable in lower place, 5) Drop off area covered by
motorcycles, 6) No antislip on the sloping road 7) Sharp corner of the table.

Conclusions: In general, implementation of Occupational Health and Safety in Pajang Primary


Health Care are good, but need some improvements to be ideal.

Recommendations: Theres need for particular workers to supervise and evaluate occupational
health and safety implementation in Pajang Primary Health Care. Socialization are also required
for all Puskesmas workers and guests regarding safety, work accident, and medical equipment
hygiene. Moreover, it is necessary to repair some unstandarized facilities there.

Keywords : HIRADC, Pajang Primary Health Care


PENDAHULUAN puskemas saja, tetapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung puskesmas. Sehingga
Pelaksanaan Kesehatan dan
sudah seharusnya pihak pengelola Puskesmas
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
menerapkan upaya-upaya K3 di Puskesmas
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
(DEPKES, 2006).
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
Puskesmas (Pusat Kesehatan
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana
akibat kerja yang pada akhirnya dapat
teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten.
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta
Adapun Fasilitas Kesehatan meliputi
berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Rumah
pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien),
Bersalin, Balai Kesehatan, Laboratoruim, dan
sehingga puskesmas merupakan tempat kerja
Klinik Perusahaan. Pemeliharaan K3 di
yang mempunyai risiko kesehatan akibat
Fasilitas Kesehatan sangatlah penting untuk
transmisi penyakit maupun penyakit akibat
mendukung baik bagi masyarakat pekerja,
kecelakaan kerja.
manajemen, maupun pengunjung agar dapat
Selain penyakit infeksi, terdapat potensi
hidup dan bekerja secara aman, sehat serta
bahaya lain, seperti kecelakaan (kebakaran
nyaman.
akibat api serta listrik dan peledakan), radiasi
Dalam Undang-Undang No 23 tahun
bahan kimia berbahaya, serta gangguan
2003 tentang kesehatan pasal 23 Upaya
ergonomik. Semua potensi bahaya tersebut
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus
dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan
diselenggarakan di tempat kerja, khususnya
kematian.
tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
International Labour Organization
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
(ILO) terdapat 1,2 juta orang meninggal setiap
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit
Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa
akibat hubungan kerja (PAHK). Dari dua ratus
Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat
lima puluh juta kecelakaan, tiga juta orang
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
meninggal karena PAHK. Diperkirakan ada
dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap petugas kesehatan dan staf
seratus enam puluh juta PAHK baru setiap wawancara, yakni metode tanya jawab
tahunnya. langsung kepada pihak yang berkepentingan
Mengingat tingginya risiko kesehatan dalam hal keselamatan, kesehatan kerja dan
dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya lingkungan kerja Puskesmas Pajang Surakarta.
amanat dalam Undang-undang untuk Pengambilan data dilakukan pada
menerapkan kesehatan kerja di tempat kerja, tanggal 1 Mei 13 Mei 2017. Data yang
maka perlu dilaksanakan Upaya Kesehatan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
Kerja di wilayah kerja Puskesmas. K3 di memperhatikan hasil studi pustaka untuk
puskesmas perlu dikelola dengan baik. kemudian dilakukan pengambilan keputusan
Manajemen risiko pada K3L dapat dilakukan penyelesaian masalah.
melalui 3 hal yaitu Hazard Identification
(Identifikasi Bahaya), Risk Assessment HASIL DAN PEMBAHASAN
(Penilaian risiko), dan Determining Control
Aktivitas Kegiatan. Aktivitas sehari-hari di
(Penetapan pengendalian) atau sering disebut
Puskesmas Pajang yang berhubungan dengan
dengan HIRADC.
K3L meliputi : (1) Pendaftaran. Puskesmas
Pajang melayani pasien rawat jalan dan rawat
METODE PENELITIAN
inap, pemeriksaan kehamilan dan kontrasepsi,
Penelitian ini merupakan penelitian dan imunisasi. Saat datang ke Puskesmas,
deskriptif. Sumber data yang digunakan yaitu semua pasien mendaftarkan diri terlebih dahulu.
data primer yang diperoleh melalui beberapa Pasien akan mendapatkan nomor antrian, dan
teknik pengambilan data, yaitu : (1) studi dapat mendaftar setelah nomor antriannya
pustaka, merupakan metode yang digunakan dipanggil. Dari pendaftaran, pasien akan
dalam mengambil keputusan penyelesaian diarahkan ke poli yang sesuai dengan
masalah dan pengumpulan data berdasarkan kebutuhan pasien. Petugas pendaftaran
buku-buku yang memberikan gambaran secara mencatat dan mencarikan rekam medis di ruang
umum, (2) studi lapangan, merupakan metode pendaftaran. Kemudian pasien duduk
pengumpulan data di lapangan dan dari menunggu di ruang tunggu terlebih dahulu,
lembaga terkait untuk mendapatkan fakta-fakta kemudian pasien dipanggil satu persatu
yang ada dan mencari keterangan-keterangan menurut nomer antrian kemudian dilakukan
secara faktual serta mendapatkan pembenaran pemeriksaan vital sign oleh perawat, setelah itu
terhadap keadaan dan program yang sedang pasien menunggu di ruang tunggu dalam poli
berlangsung sesuai yang diharapkan, (3) yang telah disediakan kursi untuk diperiksa
oleh dokter di poli tersebut. Pasien lansia dapur, terdapat beberapa peralatan makan,
mendapatkan nomor antrian khusus lansia. dispenser, alat masak dan tabung gas. (9)
Puskesmas Pajang juga telah menyediakan jalur Toilet. Terdapat dua buah toilet untuk pasien di
khusus untuk pasien dengan TB MDR menuju sebelah ruang tunggu dan ruang KIA dan dua
poli TB MDR, sehingga pasien TB MDR dapat buah toilet untuk petugas di kedua ruangan
langsung menuju ke ruang poli TB MDR tanpa kantor. Puskesmas pajang juga telah
harus bercampur dengan pasien lainnya. (2) menyediakan toilet khusus untuk lansia dan dan
Poliklinik. Poliklinik yang ada di Puskesmas para pasien dengan disabilitas yang dilengkapi
Pajang terdiri dari Poli Umum, Poli KIA, Poli dengan pegangan tangan.
Gigi, Poli TB MDR dan Poli Gizi. Untuk poli
TB MDR terletak di belakang puskesmas
dengan cahaya dan ventilasi yang baik, (3)
Ruang Tunggu. Disediakan ruang tunggu di
beberapa tempat, antara lain di tempat
pendaftaran, di dekat poli, di dalam poli dan
dekat apotek. Pada setiap ruang tunggu
disediakan kursi dengan sandaran punggung.
(4) Apotek. Apotek di sini dilayani oleh dua
HIRADC (Hazard Identification Risk
orang apoteker. Pelayanan yang diberikan
Assessment and Determining Controls) di
bersifat dasar berdasarkan formularium
Puskesmas Pajang
nasional maupun regional Surakarta. (5)
Risiko adalah gabungan dari kemungkinan
Laboratorium. Laboratorium ini hanya
(probability) dan akibat atau konsekuensi dari
melayani beberapa pemeriksaan untuk
terjadinya bahaya tersebut (severity). Penilaian
penegakan diagnosis diantaranya pemeriksaan
risiko adalah penilaian menyeluruh untuk
urin, hemoglobin, dan golongan darah. (6)
mengidentifikasi bahaya dan menentukan
Kegiatan di Aula. Terdapat sebuah aula yang
apakah risiko dapat diterima. Manajemen risiko
digunakan untuk ruang rapat dan penyuluhan.
adalah pengelolaan risiko yang mencakup tiga
(7) Kantor. Terdapat ruangan yang digunakan
langkah pelaksanaan, yaitu: identifikasi,
sebagai kantor, terletak di belakang bangunan
penilaian, dan pengendalian risiko.
puskesmas dan terdiri dari ruang kepala
Manajemen risiko Hazard Identification,
puskesmas, ruang tata usaha, dan administrasi.
Risk Assesment and Determining Control
(8) Kegiatan di Dapur. Dapur puskesmas
(HIRADC) mempertimbangkan 2 aspek penting
Pajang terletak di sebelah barat kantor. Di
yaitu peluang (probability) dan keparahan Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
(severity). Keduanya berbanding lurus dengan probability: 4, severity: 3 dan tingkat risiko
nilai risiko itu sendiri, artinya semakin tinggi high. Pengendalian bahaya dilakukan melalui
nilai peluang dan keparahan maka nilai risiko metode substitusi (mengganti alat yang tidak
pun akan semakin tinggi. Beberapa temuan steril dengan alat yang steril), dan teknik
identifikasi bahaya yang terdapat di Puskesmas (menempatkan alat-alat medis steril lainnya di
Pajang Kota Surakarta adalah sebagai berikut: tempat yang steril).
(1) Bed pasien tanpa pengaman. Dampaknya
risiko pasien untuk jatuh dari bed semakin
tinggi. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
probability: 3, severity: 4 dan tingkat risiko
high. Pengendalian bahaya dilakukan melalui
metode eliminasi yaitu bed tanpa pengaman
tidak digunakan lagi, metode substitusi yaitu
Gambar 2. Alat medis yang tidak steril, diletakkan
mengganti dengan bed yang dilengkapi
di tempat steril
pelindung samping dan menjaga pasien yang
tidur di bed agar tidak terjatuh. Dengan
(3) Tidak terdapat smoke detector.Smoke
pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
detector berfungsi sebagai pendeteksi asap
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko
apabila terjadi kebakaran di Puskesmas.
yang dapat diterima.
Apabila ini tidak ada maka deteksi awal
terjadinya kebakaran akan lama dan akibat dari
bencana yang ditimbulkan akan semakin parah
karena terlambat penanganan. Penilaian risiko
dari bahaya ini dengan probability: 3, severity:
3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian
bahaya dilakukan melalui metode teknik yaitu
menempatkan smoke detector di beberapa titik
Gambar 1. Bed pasien tanpa pengaman
untuk penanganan awal terjadinya kebakaran.
Dengan pengendalian bahaya yang telah
(2) Alat-alat medis steril tidak berada di
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
tempat yang steril. Alat-alat medis yang steril
kriteria risiko yang dapat diterima.
seharusnya ditempatkan di tempat yang steril
untuk menghindari infeksi setelah penggunaan.
(5) Area drop off pasien tertutup oleh
kendaraan. Terlihat area drop off pasien yang
tertutup oleh beberapa kendaraan. Tentunya hal
tersebut dapat mengganggu mobilisasi dan
kenyamanan pasien. Tingkat probability: 1,
severity: 1 dan tingkat risiko low. Pengendalian
bahaya yang dapat dilakukan melalui metode
substitusi (menggunakan tempat lain untuk area
Gambar 3. Tidak terdapat smoke detector parkir). Dengan pengendalian bahaya yang
telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk
(4) Kabel saluran utama tegangan ekstra dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
tinggi letaknya rendah. Terlihat kabel saluran
utama tegangan ekstra tinggi letaknya rendah
dan mudah dijangkau. Hal ini dapat
menyebabkan keadaan yang berbahaya jika
kabel tersebut tersentuh oleh bagian tubuh.
Tingkat probability: 3, severity: 5 dan tingkat
risiko high. Pengendalian bahaya dilakukan
melalui metode administratif dengan
melaporkan keadaan tersebut ke pihak
pimpinan puskesmas dan metode teknik dengan Gambar 5. Area drop off pasien tertutup kendaraan

membuat sekat yang membatasi kabel tersebut


dengan lingkungan puskesmas. (6) Tidak tersedia antiselip di jalan yang
miring. Terlihat jalan yang miring tidak
dilengkapi dengan antiselip yang dapat
menyebabkan risiko jatuh semakin meningkat.
Tingkat probability: 4, severity: 3 dan tingkat
risiko high. Pengendalian bahaya dilakukan
melalui metode teknik dengan memasang
antiselip. Dengan pengendalian bahaya yang
telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk
Gambar 4. Kabel tegangan ekstra tinggi letaknya
rendah dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
Gambar 7. Ujung meja yang tajam

Gambar 6. Tidak terdapat anti selip di jalan yang


miring
SIMPULAN
Implementasi Keselamatan dan

(7) Ujung meja yang tajam. Terlihat meja Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas Pajang

yang dilapisi dengan kaca yang ujungnya pecah Kabupaten Surakarta secara umum sudah baik,

sehingga bagian tajam tersebut dapat namun masih perlu perbaikan pada beberapa

menyebabkan risiko luka robekan apabila hal untuk dapat menjadi ideal.

mengenai kulit. Tingkat probability: 3, severity:


3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian SARAN

bahaya dilakukan melalui metode eliminasi Diperlukan adanya petugas K3 untuk

yaitu meja tersebut tidak digunakan lagi, mengawasi dan mengevaluasi keberjalanan

metode substitusi dengan mengganti meja penerapan K3 di Puskesmas Pajang, serta

tersebut dengan meja yang lebih aman, metode diadakannya sosialisasi bagi civitas hospitalia

teknik dengan melapisi ujung meja di Puskesmas terkait K3, kecelakaan kerja, dan

menggunakan lakban. Dengan pengendalian kebersihan alat-alat medis. Selain itu, perlu

bahaya yang telah dilakukan, maka bahaya ini dilakukan pembenahan pada sarana prasarana

termasuk dalam kriteria risiko yang dapat yang belum sesuai standar K3.

diterima.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cipta Kridatama (2010). Prosedur


identifikasi bahaya panilaian dan
pengendalian risiko. Jakarta: PT Cipta
Kridatama.
2. Depkes RI (2006). Pedoman
penatalaksanaan upaya kesehatan kerja di
puskesmas. Jakarta.
3. Kementerian Kesehatan RI (2014). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014. http://depkes.go.id/ -
diakses pada Mei 2017.
4. Ramli, Soehatman (2010). Sistem
manajemen keselamatan & kesehatan kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
5. Sumamur PK (2001). Keselamatan kerja
dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV
Haji Masagung.
6. Tarwaka (2008). Keselamatan dan kesehatan
kerja. Surakarta: Harapan press.
7. Undang-Undang No.23 Tahun 2003 Tentang
Kesehatan

You might also like