Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1
tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan masalah infertilitas
1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang telah
dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah
2.2 Epidemiologi
sebagai pasangan infertil. Prevalensi infertilitas yang tepat tidak diketahui dengan
pasti, sangat bervariasi tergantung keadaan geografis, budaya dan status sosial
negara tersebut.
tahun 1982 dan 1988 menurut National Survey of Family Growth (NSFG) menjadi
10,2 % (6,2 juta) pada tahun 1995. Menurut penelitian Stephen dan Chandra
diperkirakan 6,3 juta wanita di Amerika menjadi infertil dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 5,4-7,7 juta pada tahun 2025. Dalam suatu studi populasi dari
2.3 Etiologi
pasangan pria, faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada rahim, atau
organ pelvis pasangan wanita ataupun keduanya dan penyebab yang tidak dapat
faktor tuba dan peritoneum 25-35 %, faktor pria 20-35 %, faktor ovulasi 15-25 %,
unexplained faktor 10-20 %, faktor serviks 3-5 %, faktor lain(uterus, gaya hidup,
Menurut penelitian yang disampaikan oleh WHO, pasien yang diteliti dari
oligoovulasi (27 %) , gangguan kualitas sperma sebanyak (25 %), gangguan pada
tuba (22 %), endometriosis (5 %), faktor uterus, cervix (4 %), infertilitas yang
Roupa dkk dari 110 wanita yang infertil, faktor-faktor yang menjadi
penyebab infertilitas adalah 27,4 % karena faktor tuba, 24,5 % karena faktor yang
bisa dijelaskan, 20 % karena faktor gangguan ovulasi, 9,1 % karena faktor uterus,
infertilitas adalah anovulasi, penyakit pada tuba, faktor servix, endometriosis dan
Bandung , melaporkan bahwa yang menjadi faktor yang paling berperan penyebab
terjadinya infertilitas pada seorang wanita adalah faktor tuba sebanyak 45,5 %
faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba dan infertilitas pria. Obstruksi
Erica dkk, faktor pria penyebab infertilas sebanyak 35 % dan faktor wanita
sebanyak 65 %.
deferens bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada
A. Gangguan ovulasi
reserved).
(hiperprolaktinemia).
B. Kelainan Anatomis
adalah abnormalitas tuba fallopii dan peritoneum, faktor serviks, serta faktor
uterus.
1. Infertilitas faktor tuba dan peritoneum
faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan peritoneum
menjadi penyebab kasus infertilitas yang cukup banyak dan merupakan diagnosis
primer pada 30-40% pasangan infertil. Faktor tuba mencakup kerusakan atau
sebelumnya menjadi faktor resiko besar untuk terjadinya kerusakan tuba. PID
tidak diragukan lagi menjadi penyebab utama infertilitas faktor tuba dan
kehamilan ektopik.
berkisar pada 10-12% setelah 1 kali menderita PID, 23-35% setelah 2 kali
menderita PID, dan 54-75% setelah menderita 3 kali episode akut PID.
infertilitas karena faktor tuba. Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba atau
perlekatan pelvis tidak diketahui adanya riwayat infeksi sebelumnya, terbukti kuat
bahwa silent infection sekali lagi merupakan penyebab yang paling sering.
keseluruhan. Tes klasik untuk evaluasi peran potensial faktor serviks pada
infertilitas adalah Post Coital Test (PCT). Dibuat untuk menilai kualitas mukus
serviks, adanya sperma dan jumlah sperma motil pada saluran genitalia wanita
merupakan saluran sperma ke dalam uterus. Serviks akan memberi respon secara
kehamilan
1. Septum Uteri
Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas uterus
- Stadium I : 0-1 cm
- Stadium II : 1-3 cm
2. Mioma Uteri.
Saat ini, mioma uteri dapat dikaitkan dengan infertilitas pada 5-
pada 2-3%, tergantung lokasi, jumlah dan besar dari mioma itu sendiri.
nidas
polip pada wanita infertil, ditaksir dari rentetan kasus dengan temuan
D. Endometriosis44
rekto-uterina, dan usus besar. Endometriosis non klasik tampak seperti lesi dan
vesikel merah, coklat atau putih. Endometriosis berat dengan kerusakan tuba
dari distribusi efisiensi reproduksi atau abnormal dari fungsi sperma atau oosit,
prosedur pemeriksaan ginekologis rutin. Insidensi infertilitas ini berkisar dari 10%
sampai paling tinggi 30% di antara populasi infertil, tergantung dari kriteria
menunjukkan analisis semen yang normal, bukti objektif adanya ovulasi, rongga
uterus yang normal, serta patensi tuba bilateral. Sebelumnya, diharapkan hasil
PCT yang positif dan penanggalan endometrium in phase, tetapi kriteria ini
wanita Amerika kelebihan berat badan dan lainnya 33% obesitas. Kelebihan berat
badan didefininsikan dengan indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25; dan
yang besar dari 30 disebut obesitas. Abnormalitas dari sekresi GnRH dan
gonadotropin relatif sering pada berat badan lebih, obesitas dan yang berat badan
kurang (BMI kurang dari 17). Hubungan antara BMI dan kesuburan pada pria
polikistik telah dilaporkan adalah berkisar dari 35% hingga 60%. Obesitas
berkaitan dengan tiga perubahan yang mengganggu ovulasi normal dan penurunan
merokok adalah yang terpenting. Banyak yang tidak perduli sama sekali efek
Marijuana menghambat sekresi dari GnRH dan dapat menekan fungsi reproduksi
dari pria dan wanita. Pada wanita, marijuana dapat menganggu fungsi ovulasi.
peningkatan resiko penyakit tuba. Konsumsi alkohol yang berat pada wanita biasa
menurunkan fertilitas; pada pria telah dikaitkan dengan penurunan kualitas semen
dan impoten. Asupan alkohol dalam jumlah yang sedang juga mengurangi
wanita, walau pada jumlah yang sedang, konsumsi alkohol berkaitan dengan
angka kehamilan yang lebih rendah dengan ART. Penelitian tidak berhasil
folicular, abnormal siklus atau mutugenesis gamet atau embrio yang diinduksi
oleh toxin pada rokok. Hubungan kausal antara rokok dan infertilitas wanita
dengan rokok.
2.3.1.5 Umur dan Infertilitas Wanita
rendah 2,4%,11% wanita tidak melahirkan anak setelah umur 34, 33% infertil
Usia 20-24 tahun fertilitas wanita mencapai 100 %, Usia 30-34 tahun, fertilitas
wanita 85 %. Usia 35-39 tahun fertilitas wanita tinggal 60 %. Pada usia 40-44
dengan stigma sosial dan merupakan sesuatu hal tabu untuk dibicarakan, pasangan
yang tidak bisa mempunyai anak, dianggap melanggar norma-norma sosial yang
dialami yaitu munculnya perasaan frustasi, depresi, isolasi, marah, dan rasa
bersalah perasaan tidak sempurna dan kurang berarti. Selain itu infertilitas
berdampak buruk terhadap hubungan suami istri. Mereka menjadi jauh satu sama
lainnya, hubungan menjadi kurang harmonis, kehidupan seks antara suami tidak
untuk konsultasi pertama kali. Jika pasangan telah melakukan usaha untuk
menstruasi, riwayat adanya bedah pelvis, atau orkidopeksi yang tidak bisa
dihindari. Jika riwayat medis pasangan hasilnya normal, maka pasien harus diberi
yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia pasien, riwayat
Perlu juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai alkohol, merokok
2. Pemeriksaan fisik
Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index (BMI)) dihitung dari
tinggi dan berat badan (kg/m2) kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2.
Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik
3. Penilaian ovulasi
kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah penting untuk
memastikan apakah ovulasi terjadi (Tabel 3). Cara yang optimal untuk mengukur
ovulasi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah
konsentrasi serum
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing hormone) pada fase
sperma.
b. Tahap Kedua (Fase II)
Histerosalpingografi (HSG)
uterus dan tuba Fallopi. HSG merupakan uji pendahuluan yang paling
seperti pada HSG konvensional. Tidak hanya patensi tuba saja yang dapat
servik.
Laparoskopi
reproduktif panggul dan pembesaran dari permukaan uterus, ovarium, tuba, dan
tuba yang lebih ringan (aglutinasi fimbria, fimosis), adhesi pelvis atau adneksa,
serta endometriosis yang dapat mempengaruhi fertilitas yang tidak terdeteksi oleh
HSG.
17.No 5: 575-588
2013.
Maranatha. Bandung,2011.
Reports,2013;No.67.
371.