You are on page 1of 16

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh, biasanya isi abdomen lewat

satu celah pada dinding yang mengelilinginya. (MA. Henderson, 1997 ;

137).

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis


internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus. (Arif Mansyur, 2000 ; 314).

Penulis mengambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis lateraris adalah

merupakan penonjolan atau keluarnya isi rongga tubuh melalui anulus

inguinalis internus atau lateralis yang terletak di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis

eksternus.

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Struktur Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau lateralis


menyusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus
inguinalis ekterna atau medialis. Disebut lateralis karena terletak di
sebelah lateral vasa epigastrika inferior. (Arief Mansyur, 2000 ; 314)
7

Gambar 2.1
Struktur Hernia Inguinalis Lateralis

b. Fisiologi

Fungsi peritoneum :

1) Menutupi sebagian besar dari organ-organ abdomen dan pelvis

membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling

bergeseran tanpa ada penggasakan

2) Organ-organnya digabungkan bersama dan menjaga kedudukan

mereka tetap dan mempertahankan hubungan perbandingan

organ-organ terhadap dinding posterior abdomen

3) Sejumlah besar kelenjar limfe dan pembuluh darah yang termuat

dalam peritoneum, membantu melindungi terhadap infeksi.

(Evelyn C. Pearce, 2000 ; 197)


8

3. Etiologi

Obstruksi mekanik dimana terdapat abtruksi intralumen atau abstruksi


mural oleh tekanan ekstrinsik, inkarserasi lengkung usus pada hernia
inguinalis sangat sering menyebabkan obstruksi usus halus. Merupakan
invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya, karena
obstruksi lengkung tertutup tidak dapat dikompresi tekanan, intralumen
meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan pembuluh-pembuluh
darah, iskemia. (Sylvia A. Price, 1994 ; 403)

4. Fatofisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritonium yang disebut juga prosesus vaginalis peritonie. Pada

bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obiliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam

beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun

terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila

kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan

normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila

prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obiliterasi), akan timbul

hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis telah menutup.

Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan

yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat

terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan


9

yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah

kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada

saat defekasi dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi

prostat (Arief, Mansyur, 2000 ; 314).

5. Klasifikasi

a. Menurut lokasinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia

femoralis dan sebagainya.

b. Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum dan sebagainya.

c. Menurut terlihat atau tidaknya. Bila terlihat disebut hernia eksterna

misalnya hernia inguinalis, hernia skrotalis dan sebagainya. Sedang bila

tidak terlihat dari luar disebut hernia interna.

d. Hernia menurut kausanya : hernia kongenital, hernia traumatik, hernia

insisional dan sebagainya.

e. Menurut keadaannya : hernia reponibilis, hernia ireponibilis, hernia

inkarserata, hernia strangulata. Disebut reponibilis bila isi hernia dapat

dimasukan kembali dan bila tidak dapat dimasukan kembali disebut

hernia ireponibilis (Arief Mansyur, 2000 ; 35).

6. Manifestasi Klinik

Secara umum penderita mangatakan turun berok, burut, atau

mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Benjolan itu

bisa mengecil atau menghilang bila menangis, mengejan pada waktu


10

defekasi atau miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat

pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala mual dan muntah bila

telah ada komplikasi. Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan

tidak nampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan mnutup mulut dalam

keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan nampak benjolan. Bila memang

nampak sudah ada benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat

dimasukkan kembali.

Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi

tekanan intraabdominalis, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Keadaan

cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk

dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fanikulus

spermatikus sampai ke anulus inguinalis memus. Pada keadaan normal jari

tangan tidak dapat masuk.

Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang

menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu

adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka

diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.

7. Komplikasi

a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali disebut Hernia

Inguinalis Lateralis Ireponibilis. Isi hernia yang tersering menyebabkan


11

Ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding

hernia dan isinya menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar

lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.

b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin banyaknya usus

yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan menimbulkan

gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis

lateralis inkarserata.

c. Bila inkarserata dibiarkan, lama kelamaan akan timbul edema, sehingga

terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis disebut dengan

hernia inguinalis lateralis strangulata. Strangulata juga dapat terjadi

bukan karena terjepit, melainkan ususnya terpelintir.

8. Manajemen Medik Secara Umum

Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan

bedah elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada yang ireponibilis,

maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan kembali. Penderita

istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan

yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga

dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini

berulang-ulang sehingga isi hernia masuk kemudian dilakukan bedah elektif

dikemudian hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkareserasi dan strangulasi

maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut

herniotomi (memotong hernia) dan herniorafi (menjahit kantong hernia).


12

Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong

diikat dan dilakukan bassini plasty untuk memperkuat dinding belakang

kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah

elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital

atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan

reseksi usus dan anastomosis end to end.

B. Tinjauan Teoritis Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah metoda dimana suatu konsep diterapkan dalam


praktek keperawatan, hal ini disebut sebagai pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untukj
memenuhi kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap
yang sequensial dan berhubungan pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. (Nursalam, 2001 ; 1)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2001 ; 17).

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan informasi pasien dilakukan secara sistematis

1) Identitas Klien

Robert Priharjo (1996 : 12) mengemukakan tentang biografi

pasien yang meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir,


13

agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan,

suku bangsa.

2) Penanggung jawab, meliputi :

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien.

3) Riwayat Kesehatan Klien

a) Keluhan utama

Pada pasien pos apendiktomi biasanya akan mendapat

keluhan berupa rasa nyeri

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan dapat mempergunakan suatu

pendekatan yaitu dengan P, Q, R, S, T.

P : Paliatif/proaktif yang memperberat dan memperingan

keluhan.

Q : Qualitas/quantitas bagaimana keluhan dirasakan.

R : Region/radiasi daerah mana yang dirasakan ada bagaimana

penyebarannya.

S : Skala tingkat berat masalahnya dengan menggunakan skala

1-5.

T : Time kapan terjadinya, bagaimana kejadiannya tiba-tiba

atau bertahap.
14

c) Riwayat Kesehatan Terdahulu

Pada riwayat kesehatan terdahulu ajukan pertanyaan

apakah klien pernah mengalami/mempunyai riwayat penyakit

saluran pencernaan, kebiasaan mengkonsumsi makanan,

riwayat sakit atau pernah dirawat sebelumnya.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan cara

mengajukan pertanyaan apakah ada anggota keluarga pasien

yang pernah menderita seperti yang dialami oleh klien ataupun

penyakit kronis maupun penyakit keturunan.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Keadaan umum mencakup penampilan, tingkat kesadaran,

tekanan darah, suhu, denyut nadi, pernafasan, BB dan TB.

b) Sistem pernafasan

Kaji pola pernafasan, penggunaan otot pernafasan

tambahan, sianosis, auskultasi bunyi nafas : normal,

peningkatan frekuensi, cepat dan dangkal, irama reguler, bunyi

nafas vesikuler.
15

c) Sistem kardiovaskuler

Inpeksi : Konjungtiva anemis/tidak, mukosa bibir

merah/sianosis, leher apakah ada peningkatan

vena jugalaris.

Palpasi : Adakah oedema pada ekstremitas pada pasien post

herniorafi biasanya teraba denyut nadi lemah.

Auskultasi : Mendengar bunyi jantung di daerah aorta,

pulmonalis, katup trikuspidalis, katup miytral,

apakah bunyi jantung tambahan.

Perkusi : Perkusi daearah jantung

d) Sistem pencernaan

Pada kasus hernia inguinalis lateral ditemukan adanya

nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri bawah, pada post

herniorafi dapat ditemukan daerah luka operasi, nyeri pada

daerah lokal operasi.

e) Sistem Perkemihan

Kaji adanya retensi urine akibat efek anestesi dan keadaan

imobil setelah dioperasi

f) Sistem Persyarafan

Kaji tingkat kesadaran (GCS), test fungsi nervus cranial,

fungsi sensorik dan motorik serta reflek.


16

g) Sistem Muskuloskeletal

Kaji kemampuan melakukan rentang gerak sendi, kaji

adanya pembengkakan, deformitas, nyeri, kekakuan, kondisi

jaringan.

h) Sistem Endokrin

Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid, keluhan poliuri,

polidipsi dan polipagi.

i) Sistem Integumen

Kaji keadaan kulit, turgor testur, lesi, kuku dan rambut.

Kasus hernia inguinalis lateral terdapat luka operasi pada

abdomen.

5) Pola kebiasaan sehari-hari

Kaji terhadap pola aktivitas sehari-hari mencakup pola makan,

pola minum, pola istirahat tidur, personal hygiene, pola aktifitas

6) Data Psikososial

a) Penampilan

b) Status emosi

c) Konsep diri

d) Kecemasan

e) Interaksi sosial

7) Data Spiritual

Kaji bagaimana klien melaksanakan ibadahnya.


17

8) Data Penunjang

Laboratorium Darah : Leukositosis (Lebih dari 10.000/mm3)

9)Therapi

Tindakan herniorafi jika didiagnosa sudah ditegakan, obat-

obatan antibiotik dan analgetik

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurutkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001 ; 35).

Beberapa diagnosa yang mungkin timbul pada pasien hernia inguinalis

laretal pasca operasi yaitu :

a. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak

mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap

pembedahan.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi atau insisi bedah.

c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pembedahan pasca operasi, status hiper metabolik.

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif, insisi bedah.


18

f. Resiko tinggi jerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat

pasien pulang.

3. Perencanaan

Rencana asuhan keperawatan adalah merupakan pengembangan


strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-
masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan, tahap ini dimulai
setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi (Nursalam, 2001 ; 51)

Rencana tindakan yang dapat dirumuskan pada klien post herniorafi

antara lain :

a. Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri

Tujuan : Kebutuhan perawatan klien terpenuhi

Kriteri : Klien mampu mengidentifikasikan area kebutuhan

Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri


INTERVENSI RASIONALISASI
- Tentukan tingkatan bantuan yang diperlukan, berikan - Untuk mendorong kemandirian
bantuan sesuai kebutuhan membiarkan pasien melakukan
sebanyak mungkin untuk dirinya.
- Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melakukan - Membebani pasien dengan aktivitas
aktivitas. menyebabkan frustasi
- Instruksikan pasien adaptasi yang diperlukan yang dimulai - Untuk mendorong kemandirian, pujian
dengan tugas yang mudah dilakukan sampai tugas yang memotivasi untuk terus belajar.
sulit, berikan pujian untuk kerhasilan tersebut.
- Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau. - Untuk memberikan rasa aman

b. Diagnosa Keperawatan : Nyeri

Tujuan : Nyeri Teratasi atau hilang

Kriteria : Klien tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan

tepat, peningkatan dalam aktivitas.


19

Diagnosa Keperawatan : Nyeri

INTERVENSI RASIONALISASI
- Kaji nyeri, catat lokasi, beratnya (skala 0-5), - Berguna dalam kemajuan penyembuhan luka, perubahan
selidiki dan catat setiap perubahan nyeri pada karakteristik nyeri menunjukan terjadinya abses atau
dengan tepat. peritonitis.
- Pertahankan istirahat dengan semi Fowler - Gravitasi melokalisasi eksudat implementasi dalam abdomen
bawah, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan posisi terlentang
- Memberikan latihan gerak mobilisasi - Klien mungkin akan membatasi gerak oleh persepsi tentang
keterbatasan gerak dan memerlukan informasi atatu
intervensi untuk meningkatkan kesehatan.
- Ajarkan latihan pernafasan, teknik relaksasi - Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan
kosumsi oksigen frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan
ketegangan otot yang memberikan siklus nyeri ansietas
ketegangan otot.

c. Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadi Infeksi

Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar

Kriteria : Tidak terjadi tanpa infeksi demam eritema

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadinya Infeksi

INTERVENSI RASIONALISASI
- Monitor tanda-tanda vital, perhatikan demam - Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses,
menggigil, berkeringat, perubahan mental, dan peritoritis
meningkatkan nyeri abdomen.
- Melakukan pencucian tangan yang baik dan - Menurunkan resiko penyebaran nyeri
perawatan luka ansietas
- Lihat insisi dan balutan catat karakteristik - Memberikan deteksi diri, terjadinya proses infeksi
luka.
- Berikan informasi yang tepat, jujur pada - Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
pasien orang terdekat dukungan emosi dan membantu penurunan ansietas.
- Berikan antibiotik sesuai indikasi. - Menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang
telah ada sebelumnya) untuk menurunkan
penyebarannya pada rongga abdomen.

d. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh puasa) dan satatus

hepermetabolik (contoh demam, proses peyembuhan)

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan


20

Kriteria : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital,

stabil dan pengeluaran urine adekuat.

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terhadap Kekurangan Volume


Cairan Berhubungan Dengan Pembatasan Pasca Operasi

INTERVENSI RASIONALISASI
- Awasi tanda-tanda vital terutama nadi dan tekanan darah - Tanda yang membatu mengidentifikasi fruktuasi volume
intravaskuler
- Awasi masuknya dan pengeluaran urine atau kosentrasi, - Penurunan pengeluaran urine pekak dengan peningkatan berat jenis
berat jenis. diduga dehidrasi.
- Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian - Indikator kedekatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
kapiler
- Auskultasi bising usus - Indikator kembalinya peristaltik kesiapan, kesiapan untuk pemasukan
per oral
- Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan - Menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk meminimalkan
per oral dimulai dan dilanjutkan diet sesuai toleransi. kekurangan cairan.

e. Diagnosa Perawatan

Tujuan : Mendemontrasikan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas

perawatan diri saat pasien pulang

Kriteria : Mengatakan mengerti tentang instruksi

: Melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri yang

diperlukan.

: Mengidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perawatan.

Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan


di Rumah Berhubungan Dengan Kurangnya Pengetahuan
Tentang Perawatan Diri Saat Pasien Pulang
INTERVENSI RASIONALISASI
- Ajar dan biarkan pasien merawat luka klien jika penggantian - Praktek akan membantu pasien mengembangkan keyakinan dalam
verband perlu dilakukan di rumah dan tekankan pentingnya perawatan diri dan memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan
cuci tangan sebelum melakukan tindakan. pasien melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan
apakah diperlukan bantuan, tindakan untuk mencegah infeksi harus
dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh
- Beritahukan oleh pasien jika terjadi infeksi luka, kemerahan - Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
nyeri tekan dan demam.
- Pastikan pasien mempunyai persediaan yang cukup untuk - Persediaan penting untuk mengurangi kecemasan yang umumnya
perawatan luka dan resep untuk analgetik. berhubungan dengan pemulangan pasien, analgetik memberikan
kenyamanan dan mendorong untuk tidur.
21

- Instruksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara - Pembedahan adalah stressor
bertahap melakukan aktivitas serta menghindari mengangkat
benda-benda berat dan latihan yang berlebihan.
4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan spesifik (Nursalam, 2001 ; 63).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001 ; 71).

a. Apakah kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

b. Apakah nyeri teratasi atau hilang

c. Apakah terjadi infeksi atau tidak

d. Apakah terjadi kekurangan cairan atau tidak

e. Apakah klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

6. Dokumentasi

Dokumentasi adalah aspek yang penting dalam pengkajian data riwayat

kesehatan dan pengkajian fisik setelah pengumpulan data selesai dilakukan,

maka perawat harus dapat mengorganisasikan data dan mencatatnya dengan

cara yang tepat dan benar (Robert Prhiharjo, 1996 ; 20).

You might also like