You are on page 1of 5

APA YANG PERLU ANDA KETAHUI TENTANG INTERSTITIAL CYSTITIS

ATAU SINDROMA NYERI KANDUNG KEMIH


Interstitial cystitis/painful bladder syndrome (IC/PBS) is a
chronic condition characterized by pelvic pain, urinary
urgency, and urinary frequency. IC/PBS significantly affects
quality of life. Even though people with IC/PBS can appear
healthy, many have to curtail work and leisure activities and
have difficulty sleeping and maintaining sexual intimacy.1-3
There is no cure for IC/PBS, but there are therapies that can
relieve debilitating symptoms.

Intertitial cystitis atau sindroma nyeri kandung kemih (IC) adalah suatu keadaan dimana pasien
mengeluhkan adanya nyeri pada tulang pelvis, kesulitan menahan BAK dan peningkatan
frekuensi BAK secara berkepanjangan. Meskipun penderita IC dapat tampak normal dan sehat,
tetapi banyak yang merasakan hambatan dalam bekerja, aktivitas sosial, sulit tidur dan kesulitan
mempertahankan kualitas hubungan seksual. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang
dapat menyembuhkan IC tetapi terdapat beberapa terapi yang dapat mengurangi gejala-gejala
IC.

Risk Factors for IC/PBS


The only definitive risk factor for IC/PBS is female gender:
significantly more women than men have this disease.4,5 In
the United States, it is estimated that more than one million
women and more than 80,000 men in the United States
have IC/PBS. However, IC/PBS may be underdiagnosed
in men because some men are misclassified as having
chronic prostatitis.6 Other possible risk factors include
heredity and previous urinary tract infection.7,8

FAKTOR RISIKO IC

hingga saat ini faktor risiko yang jelas dan pasti hanyalah bila seseorang berjenis kelamin
perempuan, karena menurut data jumlah penderita perempuan jauh diatas jumlah penderita laki-
laki . Di Amerika diperkirakan bahwa 1 juta perempuan menderita penyakit ini sementara itu hanya
terdapay 80.000 penderita pria. Namun demikian, pria yang menderita IC mungkin sering
terklasifikasikan menderita penyakit yang bernama Prostatitis Kronis. Sementara faktor risiko
lainnya adalah keturunan dan riwayat infeksi saluran kemih.

Causes of IC/PBS
The exact cause of IC/PBS is unknown, but research has
shown bladder damage may trigger this condition. In
patients with IC/PBS, researchers have found specific
pathologies, including abnormalities of the bladder
surface mucin, changes in the nerve function within the
bladder wall, and change in substances secreted by the
urothelial surface, such as antiproliferative factor.9,10
Researchers are studying conditions that seem to occur
more frequently in people who have IC/PBS than in the
general population: allergies, sensitive skin, irritable
bowel syndrome, vulvar pain syndrome (vulvodynia),
pelvic floor muscle spasm, and endometriosis.
Penyebab IC

Hingga saat ini penyebab pasti penyakit ini masih tidak diketahui, namun penelitian menunjukkan
bahwa kandung kemih yang mengalami kerusakan mungkin menjadi pencetus penyakit ini.
Para panelitia menemukan bahwa penderita IC menderita kelainan patologis spesifik seperti
kelainan permukaan mucin pada kandung kemih, perubahan pada fungsi syaraf dinding kandung
kemih, dan perubahan zat yang disekresikan oleh permukaan urothelial seperti faktor anti
proliferatif. Peneliti sedang berusaha mempelajari keadaan klinis yg juga sering diderita oleh
penderita IC dibanding populasi umum seperti : alergi, kulit yang sensitif, irritable bowel
syndrome, sindroma nyeri vulva, spasme otot dasar panggul dan penyakit endometriosis.

Symptoms of IC/PBS
Symptoms of IC/PBS can vary in severity and frequency,
and include:12
Pelvic pain, pressure, or discomfort
Persistent urge to void or urinary frequency typically
associated with these sensations
Absence of infection or other pathology
Pelvic pain, sometimes described as pressure or
discomfort, is the defining symptom. As bladder fills, pain
increases; as bladder empties, pain often diminishes.9 The
pain, in turn, can increase the feeling of urgency, which is
usually relieved by voiding.

Women who have IC/PBS urinate as many as 10 to 50


times in 24 hours and suffer from nocturia and
dyspareunia, especially perimenstrually.5,13 Men also have
problems with nocturia and dyspareunia.

GEJALA DARI IC

Gejala yang muncul pada penderita IC dapat amat sangat beragam tergantung dari derajat
keparahan dan frekuensi keluhan sebagai berikut:

Nyeri panggul, merasa adanya tekanan atau rasa tidak nyaman


Adanya dorongan untuk terus menerus ingin mengosongkan kandung kemih ATAU berkali-
kali BAK
Tidak adanya infeksi atau kelainan lainnya

Nyeri panggul yang sering kali dideskripsikan sebagai tekanan atau rasa tidak nyaman merupakan
gejala yang pasti. Saat kandung kemih terisi, nyeri akan meningkat; sementara saat kandung kemih
dikosongkan, nyeri sering kali menghilang. Pada beberapa kesempatan, nyeri ini menyebabkan
penderita ingin BAK terus menerus, keinginan ini akhirnya akan menghilang sesudah BAK.

Perempuan yang menderita IC sering kali mengeluhkan harus berkemih 10 hingga 50 kali dalam 24
jam yang juga menyebabkan sering buang air kecil pada malam hari (nocturia) , dan rasa nyeri
sesudah bersenggama (dyspareunia).

Diagnosis of IC/PBS
People with IC/PBS may suffer needlesslyfor an
average of 5 to 7 yearsbefore they receive an accurate
diagnosis. The condition is difficult to diagnose:
biological markers have not yet been confirmed, and it
mimics other conditions. Recent studies have focused on
identifying biological markers.
The general approach to diagnosing IC/PBS is empirical.
First, other conditions are excluded, e.g., urinary tract
infection, overactive bladder, bladder carcinoma, and
drug effects of cyclophosphamide, aspirin, NSAIDs, and
allopurinol.9 Then, patients with characteristic signs and
symptoms are treated for presumed IC/PBS.9

DIAGNOSA IC

Penderita IC sering kali harus menderita 5-7 tahun hingga mendapatkan diagnosa yang akurat. hal ini
terjadi sebab penyakit ini sulit untuk didiagnosa karena : belum adanya penanda biologis yang
ditemukan, dan gejala penyakit ini amat mirip dengan penyakit lainnya. Penelitian mutakhir
berusaha menemukan penanda biologis pada penyakit ini. Hingga saat ini pendekatan yang
digunakan dokter untuk mendiagnosa penyakit ini masih secara empiris. Pertama-tama dengan
mengeksklusi penyakit-penyakit lainnya seperti infeksi saluran kemih, overactive bladder, kanker
kandung kemih, efek samping obat-obatan seperti cyclophosphamide, aspirin, NSAIDs, and
Allopurinol. Akhirnya pasien-pasien dengan gejala dan tanda yang khas akan diobati dengan
status: diduga sebagai penderita IC.

In the United States, clinicians generally use six tools for a


basic diagnostic assessment:
History (voiding symptoms, pelvic pain or discomfort,
urinary frequency and urgency, and nocturia)
Physical exam (pelvic exam in women and digital
rectal exam in men)
Urinalysis
Urine culture
Cytology (when indicated)9
Other tests that may be performed are cystoscopy with
hydrodistention under anesthesia, potassium sensitivity test
(to identify worsening symptoms caused by the potassium
solution irritating the bladder wall), and an anesthetic
challenge (to identify improvement in symptoms after
intravesical instillation of an anesthetic).

Di Amerika, para dokter umumnya menggunakan enam modalitas dasar dalam menegakkan
diagnosa:

Riwayat penyakit dahulu (gejala pengosongan kandung kemih, nyeri panggul atau rasa
tidak nyaman, urgensi dan frekuensi, dan nokturia)
Pemeriksaan fisik: (pemeriksaan panggul pada perempuan dan pemeriksaan colok dubur
pada pria)
Urinalisa
Kultur urin
Sitologi (bila dirasa perlu)

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah sistoskopi dengan hydrodistention dibawah
anestesi , uji sensitivitas potassium (untuk mengidentifikasi perburukan gejala yang diakibatkan
oleh cairan potassium yang mengiritasi dinding kandung kemih), dan sebuah anesthetic
Challenge (untuk mengidentifikasi perbaikan gejala sesudah pemberian anestesi secara
intravisceral).
During the diagnostic stage, consider IC/PBS in the
following scenarios:6,16
Patient treated for overactive bladder continues to
experience persistent urge with associated suprapubic/
pelvic discomfort or pain.
Patient does not respond to empiric antibiotics for
recurrent urinary tract infection, especially if bacterial
cystitis is not present and the patient has mounting
discomfort with bladder filling.
Female patient continues to have pelvic pain or
discomfort after therapy for endometriosis (medical
and/or surgical), especially if she has urinary
frequency or change in pain or discomfort with
bladder filling and emptying.
Male patient has been treated for prostatitis with
therapies such as antibiotics and alpha blockers but
continues to have pelvic pain or discomfort perceived
to be associated with the bladder and possibly irritative
voiding symptoms.

Pada tahap diagnosis, pertimbangkan adanya IC pada kondisi-kondisi berikut:

Pasien overactive bladder yang terus menerus mengeluhkan adanya urgensi dengan adanya
nyeri suprapubic atau nyeri pada panggul
Pasien-pasien infeksi saluran kemih berulang yang tidak memberi respon sesudah diberikan
antibiotika secara empirik, terutama bisa tidak ditemukan bakterial cystitis dan pasien
mengeluhkan adanya ketidaknyamanan saat kandung kemih terisi.
Pasien perempuan yang terus menerus mengeluhkan nyeri panggul sesudah pengobatan
(baik non operatif maupun operatif) endometriosis, terutama bila ia menderita frekuensi
atau perubahan nyeri yang mengikuti proses pengisian dan pengosongan kandung kemih.
Pasien laki-laki yang telah diobati sebagai pasien prostatitis dengan pengobatan antibiotik
dan alpha blocker tetapi tetap mengeluhkan nyeri panggul dan rasa tidak nyaman yang
mengikuti proses pengisian dan pengosongan kandung kemih

Management of IC/PBS
Primary care providers vary in their treatment approach
of IC/PBS, but many focus on diet and self-help strategies
and oral therapy before trying other therapies. Surgery is
rarely done.

TATALAKSANA IC
Petugas kesehatan primer dapat menekankan beberapa pendekatan pengobatan tetapi
kebanyakan berfokus pada pola makan/ diet, strategi pertolongan diri sendiri dan terapi obat oral
sebelum mencoba pengobatan lainnya. Pembedahan jarang sekali dilakukan.

TERAPI ORAL.
Obat pilihan yang digunakan adalah pentosan polysulfate sodium (PPS; Elmiron),satu-
satunya terapi oral yang disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk
mengobati IC; amitriptyline dan hydroxyzine (Atarax, Vistaril).

Terapi lainnya adalah:


Intravesical therapy. Terapi ini dilakukan dengan memasukkan cairan obat langsung
ke dalam kandung kemih, biasanya digunakan sebagai pengobatan lini kedua atau
kombinasi dengan terapi oral atau terapi konserfatif lainnya. Dimethylsulfoxide
(DMSO;RIMSO-50) adalah terapi intravesical satu-satunya yang telah disetujui oleh
FDA
Hydrodistention.
Setelah pasien dibius, urolog melakukan pemeriksaan sistoskopi dan membuat kandung
kemih menggembung selama 1-2 menit.

Primary care providers may want to consider referring


patients to specialists if symptoms do not respond to oral
therapies, diagnosis is in doubt, or they are uncomfortable
treating the condition or lack the time to do it.

Petugas kesehatan primer biasanya akan merujuk pasien ke dokter spesialis bila gejala tidak
mereda sesudah pemberian terapi oral, keragu-raguan terhadap diagnosa atau keterbatasan
waktu dalam penatalaksanaan pasien.
Counseling Patients
Health care professionals should acknowledge the challenges
of living with IC/PBS, reassure patients that the condition can
be diagnosed despite the absence of specific markers, explore
treatment options, and support diet and self-help strategies.12,17
With the diet strategy, patients remove potential trigger

KONSELING PASIEN

petugas kesehatan haruslah menyatakan tantangan hidup dengan menderita IC, meyakinkan
pasien bahwa penyakitya dapat didiagnosa walupun belum ada penanda biologis spesifik,
kemungkinan pengobatan-pengobatan , diet pendukung dan strategi pertolongan diri. Dengan
pengaturan pola makan, pasien dapat menghilangkan bahan makanan yang berpotensi memicu
gejala :

Teh dan kopi


Minuman yang mengandung kafein
Minuman bersoda
Minuman beralkohol
Jeruk nipis dan minuman yang mengandung jeruk nipis
Pemanis buatan
Makanan yang pedas
Tomat
Bahan-bahan penguat rasa makanan

You might also like