You are on page 1of 10

MAKALAH GEOFISIKA LUBANG BOR

MUDLOGGING SENSOR AND GAS EQUIPMENT

Disusun oleh

Azmi Taufiqurrahman
1404107010047

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Mud Logging


Mud Logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan
mud dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985). Seorang mud
logging memiliki beberapa tugas utama, menurut Darling (2005) terdapat dua
tugas utama dari seorang mud logger yaitu :
1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi
gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan
aman dan lancar.
2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum
engineering department.
Mud logging unit (MLU) akan menghasilkan Mud Log yang akan dikirim ke
kantor pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut
meliputi:
1. Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf
2. Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S,SO2)
3. Laporan analisis cutting yang telah dideskripsikan secara lengkap
4. Rate of Penetration (ROP)
5. Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat pada sampel
Mud Log sendiri merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di
dalam mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan
bahwa mud log digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
2. Identifikasi zona yang porous dan permeabel
3. Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
4. Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan
jenis hidrokarbon tersebut minyak atau gas.
Menurut API (American Petroleum Institute) Lumpur pemboran didefinisikan
sebagai fluida sirkulasi dalam opersasi pemboran berputar yang memiliki banyak
variasi fungsi, dimana merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap
optimalnya operasi pemboran. Oleh sebab itu sangat menentukan keberhasilan
suatu operasi pemboran.

Secara umum, lumpur pemboran mempunyai 4 frasa atau komponen, yaitu:


a. fasa cair (air atau minyak); 75% lumpur pemboran menggunakan air.
Istilah oil-base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.
b. reactive solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk
koloid (clay); dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite mengisaqp
(absorb) air tawar dan membentuk lumpur.
c. inert solids (zat padat yang tak bereaksi); ini dapat berupa Barite
(BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan densitas lumpur. Selain itu,
juga berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa lumpur,
seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, sehingga akan
menyebabkan abrasi atau kerusakan pompa.
d. fasa kimia; merupakan bagian dari system yang digunakan untuk
e. mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam disperson
(menyebarkan partikel-partikel clay) atau flocculation (pengumpulan
partikel-partikel clay). Efeknya terutama tertuju pada peng koloid an
clay yang bersangkutan. Zat-zat kimia yang mendispersi (menurunkan
viskositas/mengencerkan) misalnya : Quebracho, phosphate, sodium
tannate, dll. Sedangkan zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas,
misalnya : C.M.C, starch, dan beberapa senyawa polimer.

1.3 Fungsi Mud Logging.


Adapun fungsi dari mud logging menurut Darling (2005) adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
2. Identifikasi zona yang porous dan permeabel
3. Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
4. Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan
jenis hidrokarbon tersebut minyak atau gas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Didalam mud logging system ada beberapa klasifikasi sensor,
bisa pengukuran, Output rate dan prinsip operasinya. Berdasarkan Prinsip
kerjanya sensor dapat dibagi :
A. Analog Sensor
a. Shut In Casing Pressure (SICP)
Untuk mengetahui tekanan pada casing, bila annular lubang bor ditutup,
dideteksi dengan sensor Tranducer jenis output 4 20mA, dimonitor didalam
kabin melalui monitor,recorder dan DPM. Data ini digunakan terutama untuk
menghitung Mud Weight kill well bila terjadi gas kick/blow out.
b. Pit volume totalizer (PVT)
Untuk mengetahui banyaknya lumpur dipermukaan (dalam tangki, baik
tangki aktif maupun trip tank), diukur dengan jenis sensor out put tegangan 0-5
volt dan dimonitor di dalam kabin melalui
monitor, recorder (grafik), DPM (digital) dan dilengkapi dengan alarm yang dapat
diset untuk batas atas dan batas bawahnya.
Pada waktu ada sirkulasi dari PVT ini bisa diketahui
adanyapertambahan/pengurangan lumpur (pertambahan, mungkin karena volume
lumpur bertambah atau adanya influx dari formasi ke lubang sumur, pengurangan
bisa terjadi karena hilangnya lumpur di permukaan, misal hilang di solids
control atau hilang ke formasi). Pada waktu trip (tidak ada sirkulasi), dari
perubahan trip tank bisa diperkirakan adanya fill up, influx atau hilang lumpur ke
formasi.
c. Pump Strokes (SPM)
Untuk mengetahui jumlah stroke per menit dari pompa lumpur, yang
dideteksi dengan sensor jenis output pulsa (on/off), dimonitor dari kabin melalui
monitor, recorder, DPM danstroke counter (total jumlah stroke). Data ini
biasanya berdampingan dengan data stand pipe pressure, mud flow out dan pit
volume total, karena keempatnya mempunyai hubungan yang sangat erat dalam
menganalisa kelainan/penyimpangan dari operasi pemboran yang normal (adanya
gejala problem pemboran). Sedangkan jumlah stroke counter digunakan untuk
menentukan lag time pengambilan sampel serbuk bor
d. Mud Density Sensor
Sensor ini ada dua buah terpasang di possum belly untuk MW out dan di
pit aktif untuk MW in. cara kerja sensor ini berdasarkan pengaruh lumpur
terhadap membrane yang terpasang disensor dan diproses kedalam bentuk satuan
arus listrik(mA). Adapun parameteryang dihasilkan yaitu: MW out dan in.
e. Temperatur Sensor
Sensor ini ada dua terpasang di possum belly temp out dan pit aktif
untuk temp in. cara kerjanya berdasarkan pengaruh temp lumpur
terhadap sensor yang terpasang dan di proses dlam bentuk satuan arus listik
(mA).parameter yang dihasilkan yaitu temp out dan in.
f. Gas Trap (Degasser)
Degasser dipasang di possum belly. Prinsip kerjanya ini pada dasarnya
mengaduk lumpur dengan agitator agar gas dalam lumpur keluar dan dihisap
oleh vacuum pump untuk dianalisa oleh total gas
Analyserchomatograph maupun co2 detector.
g. Hook Load Sensor
Sensor hook load dipasang di pancake atau menggunakan fasalitas pada
rig hook load sensor dengan menambah T pada high pressure hose. Prinsip
kerjanya sensor sama denganpressure Tranducer, yang mendapat tekanan saat
saat drilling line mendapat beban dan takanan akan ditransfer engineering
interface. Parameter yang dihasilkan hook load, slipstatus, WOB, Bit
Depth dan depth.
h. Torque Sensor
Sensor berupa press Tranducer 5000 psi dipasang di Drilling
console atau di Tconnector torque Top Drive, Prinsip kerja sensor
dengan pressure Tranducer yang mendapat tekanan saat pipa di putar. Tekana
tersebut akan ditransfer ke Engineering Interface sebagai arus listrik (0 24
mA). Parameter yang dihasilkan adalah torque.
i. Sensor Flow In
Sensor flow out dipasang di flow line. Prinsip kerja dengan
menggunakanpotensiometer, potensiometer tersambung dengan pedal, pedal akan
naik turun bila ada aliran lumpur melewati flow line. Parameter yang dihasilkan
adalah Flow in dan Flow out.
j. Stand pipe pressure Sensor
Sensor dipasang di stand pipe pressure, Prinsip kerjanya sama
dengan pressure Tranducer yang mendapat tekanan saat pemompaan
melewati stand pipe. Parameter yang dihasilkan yaitu stand pipe pressure (SSP).
B. Digital Sensor
a. RPM Sensor
Sensor dan target dipasang di motor pengerak rantai
pemutar Kelly terletak didepandrilling console. Dekat dengan drawworks. Bila
dengan Top drive, ada fasilitas untuk RPMmud logging dengan
menggunakan connector 5 kaki. Prinsip kerjanya berdasarkan
systemelectromagnetic yang ditransfer kedalam arus listrik. Sensor
mengirimkan signal digital keconsole jika didekati oleh suatu
target. Parameter yang dihasilkan yaitu RPM dan Dc-exp.
b. SPM Sensor
Sensor pompa dipasang diatas liner pompa rig atau pada putaran yang
menggerakan pompa. Prinsip kerjanya berdasarkan system electromagnetic yang
ditransfer kedalam arus listrik. Sensor mengirimkan signal digital ke console jika
didekati oleh suatu target.
Adapun parameter yang dihasilkan yaitu: SPM, Total stroke, down
stroke, Lag Depth, Down Time, Pump Rate, dan Hydrolika pemboran.
c. Sensor Depth ROP
Sensor depth dipasang di drawwork yaitu diletakan diporos
dari drawwork itu sendiri. Cara kerjanya sensor ini adalah mengukur banyaknya
putaran yang dilakukan oleh drawworkmelalui photoelectric
induction. pengukuran jarak pergerakan keatas dan kebawah dari hook
height dapat diubah dengan menggunakan metode perhitungan yang
pasti. Adapun parameteryang dihasilkan yaitu: depth, Bit Depth, ROP dan Hook
position.
BAB III
GAS EQUIPMENT

Adapun cara yang digunkan untuk membantu proses pencarian sumber


minyak baru pada sumur eksplorsi baru, kita dapat mengunakan alat dan
mengindentifikasikan mengunakan media penelitian semple sebagai berikut :

1. Gas Trap (Degasser)


Gas trap merupakan sebuah alat berbentuk silinder atau kotak yang
didalamnya dipasang pisau blender yang sudah dimodifikasi untuk bekerja 24
jam sehari 365 hari pertahun. Pisau blender akan mengaduk lumpur kotor
yang mengandung gas hidrokarbon. Setelah diaduk maka perlahan gas yang
larut dalam lumpur akan terkumpul disuatu ruangan -paling 1000 cc- untuk di
jebak (Trap). Setelah dijebak, gas akan disedot oleh sebuah selang kecil dan
masuk ke peralatan analisa gas yang dipasang dalam Kabin Mudlogging.
Keuntungan dari alat gas trap ini adalah dapat mempermudah
pekerjaan mudlogger dan perusahaan minyak atau gas tidak perlu
mengeluarkan biaya ekstra untuk menggunakan alat ini. Selain itu, alat gas
trap tersebut juga digerakan dengan kekuatan udara sehingga mencegah
terjadinya kerusakan dan tidak terlalu menjadi issue keselamatan.
Degasser dipasang di possum belly. Prinsip kerjanya ini pada
dasarnya mengaduk lumpur dengan agitator agar gas dalam lumpur keluar
dan dihisap oleh vacuum pump untuk dianalisa oleh total gas
Analyserchomatograph maupun co2 detector.

2. Gas Sensor (pada geolograph)


Fungsi Gas Sensor untuk mendeteksi, mencatat, dan menganalisa baik secara
kuantitatif maupun kualitatif serta komposisi gas yang terikut kedalam sistem
lumpur bor.
Menurut fungsinya, Gas Sensor ini dapat dibedakan dengan beberapa jenis alat
ukur antara lain:
a. Gas detector.
b. Gas Chromatograph.
c. Hydrogen Sulphide Sensor.
a. Gas Detector
Fungsi Gas Detector untuk mengukur kadar gas hidrokarbon ringan yang terikut
ke dalam sistem lumpur bor yang dapat dipisahkan secara terus-menerus oleh
Degasser. Gas yang masuk ke dalam sistem lumpur dapat menurunkan berat jenis
lumpur, sehingga Driller dapat segera mengantisipasi kesulitan pemboran yang
akan terjadi.
Pengukuran kandungan gas di dalam sistem lumpur dapat dibedakan dalam 3
kondisi yaitu :
a. Background Gas (BG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika pemboran sedang
berlangsung.
b. Trip Gas (TG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika melakukan round trip
(misal cabut/masuk ganti pahat bor).
c. Connection Gas (CG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika menyambung
rangkaian pipa bor.
Cara kerja alat ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Sensor penangkap gas (gas trap) dipasang pada saluran lumpur yang keluar dari
sumur. Gas yang terperangkap akan mengalir ke Gas Sensor. Konsentrasi gas
tersebut diukur dalam satuan persen (maksimum 100%).
b. Gas chromatograph
Fungsi Gas Chromatograph untuk mengidentifikasi persen komponen gas yang
terbawa ke dalam sistem lumpur bor, sehingga dapat diketahui persentasi gas
Methane (C1), Gas Ethane (C2), Gas Propane (C3), Gas Iso Butane (i-C4), dan Gas
Normal Butane (n-C4).
Hasil pengukuran ini dapat direkam pada Chromatografik .Fungsi Gas
Chromatograph untuk mengukur kuantitas dan kualitas ekstrak gas yang terikut
ke dalam sistem lumpur bor.

c. Hydrogen Sulphide Sensor


Fungsi Hydrogen Sulphide Sensor untuk mengukur kadar ekstrak gas H2 S yang
terikut ke dalam sistem lumpur bor. Dengan demikian, Driller dapat segera
mengambil tindakan pengamanan, karena gas H2 S yang berkonsentrasi tinggi ( >
100 ppm ) sangat membahayakan terhadap manusia, binatang, dan peralatan bor
& sumur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada alat-alat ukur gas ini antara lain:
a. Periksa dan bersihkan alat penangkap ekstrak gas di saluran lumpur yang
keluar dari sumur, agar gas yang keluar dari sistem lumpur dapat langsung
ditangkap oleh sensor penangkap gas.
b. Periksa pipa saluran gas ke Gas Sensor, jangan sampai bocor atau terjepit,
agar semua gas yang ditangkap dapat diukur dengan baik pada setiap saat.
c. Lakukan kalibrasi secara periodik, agar hasil pengukurannya sesuai dengan
kondisi yang benar.

Proses ini meliputi perforasi yaitu pelubangan dinding sumur; pemasangan


seluruh pipa-pipa dan katup produksi beserta asesorinya untuk mengalirkan
minyak dan gas ke permukaan; pemasangan kepala sumur (wellhead atau
chrismast tree) di permukaan; pemasangan berbagai peralatan keselamatan,
pemasangan pompa kalau diperlukan, dsb. Jika dibutuhkan, metode stimulasi juga
dilakukan dalam fase ini.Selanjutnya well-evaluation untuk mengevaluasi kondisi
sumur dan formasi di dalam sumur.Teknik yang paling umum dinamakan logging
yang dapat dilakukan pada saat sumur masih dibor ataupun sumurnya sudah jadi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.alifmh-shagir.com/2016/12/Klasifikasi-Sensor-pada-Mud-Logging-
System.html

http://teknik-perminyakan-indonesia.blogspot.co.id/2015/10/pemboran-sumur-
minyak_9.html

You might also like