Professional Documents
Culture Documents
Junita Maja P. S.
Abstract: Spinal cord injury is a traumatic lesion of the spinal cord which causes neurological
disorders. The symptoms vary from pain, paralysis, and the occurence of incontinence,
depending on the location of the injured spinal cord. The damage of the spinal cord may be
incomplete or complete. We reported a 55-year-old male with his main complaint being
weakness throughout all four limbs which occured after a fall with a hyperextended neck
position. At the time of admission, the duration of injury was 12 hours. Physical examinations
showed motoric and sensoric disorders, without any autonomic abnormalities. Cervical
radiographics and a CT scan revealed no abnormalities, whereas the MRI images showed a
contusion at C3. The management of this case included stabilization of the neck, a protocol
treatment for cervical injuries, an administration of a high-dose of methylprednisolone,
prevention of complications, and a regular session of physiotherapy. During treatment, the
patient showed a significant progression in both motoric and sensoric functions. Conclusion:
Based on all the tests performed and the follow-up, the diagnosis of this case was central cord
syndrome (CCS) due to incomplete cervical medulla spinalis injury.
Keywords: cervical injury, spinal cord, diagnosis, treatment
Abstrak: Trauma medula spinalis adalah trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi
di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan neurologik. Gejala-gejala dapat bervariasi
mulai dari nyeri, paralisis sampai terjadinya inkontinensia, dan sangat bergantung pada lokasi
medula spinalis yang mengalami cedera. Kerusakan medula spinalis dapat bersifat inkomplit
dan komplit. Kami melaporkan kasus seorang laki-laki 55 tahun dengan kelemahan keempat
anggota gerak yang terjadi setelah terjatuh dengan posisi leher yang hiperekstensi. Saat masuk
rumah sakit, cedera sudah berlangsung selama 12 jam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
gangguan motorik dan sensorik, sedangkan otonom tidak ditemukan kelainan. Gambaran
radiologik foto servikal dan CT-Scan servikal tidak terdapat kelainan, sedangkan pada MRI
tampak gambaran kontusio di segmen medula spinalis C3. Penanganan pada kasus ini yaitu
stabilisasi leher, tatalaksana umum untuk cedera leher, pemberian metilprednisolon dosis
tinggi, pencegahan komplikasi yang muncul, dan fisioterapi yang teratur. Selama perawatan
pasien menunjukkan kemajuan yang berarti, baik dari fungsi motorik maupun sensorik.
Simpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan pemantauan lanjut
selama perawatan, diagnosis yang ditegakkan ialah central cord syndrome (CCS) akibat
cedera medula spinalis servikal inkomplit.
Kata kunci: cedera servikal, medula spinalis, diagnosis, tatalaksana
Cedera medula spinalis adalah trauma pada Gejala-gejala dapat bervariasi mulai dari
tulang belakang yang menyebabkan lesi nyeri, paralisis, sampai terjadinya
medula spinalis sehingga terjadi gangguan inkontinensia. Kerusakan medula spinalis
neurologik, tergantung letak kerusakan dapat dijelaskan dari tingkat inkomplit
saraf spinalis dan jaringan saraf yang rusak. dengan gejala-gejala yang tidak berefek
181
182 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 181-189
oleh karena pada keempat
pada pasien sampai vertebra servikalis anggota gerak. Saat berada di
tingkat komplit memiliki risiko Pasien hanya bisa rumah sakit,
dimana pasien trauma paling meng-angkat kelemahan anggota
mengalami besar, dengan level anggota gerak gerak dirasakan
kegagalan fungsi tersering C5, kemudian langsung
1 menetap sejak
total. diikuti C4, C6, terjatuh, sedangkan terjatuh. Pasien
Cedera medula kemudian T12, L1, ujung anggota tidak mengeluhkan
spinalis pertama dan T10. gerak atas tidak sesak napas,
kali tercatat dalam Berdasarkan bisa digerakkan gangguan menelan,
sejarah sekitar kecacatan yang sama sekali. mual, muntah,
1700 SM pada terjadi, 52% kasus penurunan
papirus Edwin mengalami kesadaran, kejang,
Smith. Penyebab paraplegia dan batuk, dan demam.
cedera medula
47% mengalami Keluhan seperti ini
spinalis tersering 2-4
ialah kecelakaan tetraplegia. baru pertama kali
lalu lintas (50%), dirasakan. Sejak
jatuh (25%), dan LAPORAN terjatuh, pasien
cedera yang KASUS belum pernah
berhubungan buang air besar
dengan olahraga Seorang laki- maupun kecil.
(10%); selain itu, laki berusia 55 Buang air besar
akibat kekeras-an tahun, pekerjaan terakhir satu hari
dan kecelakaan petani, masuk sebelum MRS.
kerja. Cedera rumah sakit tanggal Riwayat penyakit
medula spinalis 21 Februari 2012 penyerta disangkal.
akibat trauma dengan keluhan Riwayat konsumsi
diperkirakan terjadi utama kelemahan alkohol sebanyak
pada 30-40 per satu keempat anggota satu gelas kecil
juta penduduk per gerak, yang dialami beberapa saat
tahun, dan sekitar segera setelah sebelum pasien
8.000-10.000 terjatuh yaitu berjalan ke kebun.
penderita setiap sekitar 12 jam Pada
tahun; umumnya sebelum masuk pemeriksaan fisik
terjadi pada remaja rumah sakit status genera-lis
dan dewasa muda. (MRS). ditemukan keadaan
Walaupun insidens Pasien terjatuh umum tampak sakit
per tahun relatif saat sedang sedang. Status
rendah, biaya berjalan ke kebun antropometri: berat
perawatan dan oleh karena badan 50 kg, tinggi
rehabilitasi untuk kakinya tersangkut badan 160 cm,
cedera medula rantai anjing, dengan indeks
spinalis sangat dengan kepala massa tubuh 19,53
tinggi, yaitu sekitar bagian bela-kang
2
kg/m . Tanda-tanda
US$ kanan membentur vital dalam batas
1,2
53.000/pasien. tanah pada posisi normal. Kulit
Angka kepala tertekuk ke berwarna kuning
mortalitas belakang. langsat, terdapat
diperkirakan 48% Kelemahan vulnus excoriatum
dalam 24 jam keempat anggota di regio frontalis
pertama. Sekitar gerak langsung dekstra.
80% meninggal di Pemeriksaan fisik
dirasakan saat itu,
tempat kejadian disertai rasa tebal
tidak menunjukkan laboratorik darah di
kelainan. instalasi darurat
Pemeriksaan medik umumnya
neurologik dalam batas
menunjukkan normal, kecuali
GCS: E4M 6V5 = kadar natrium yang
15. Pupil bulat agak rendah (126
isokor pada kedua mmol/L). Pada
mata, diameter 3 pemerik-saan EKG
mm, simetris, didapatkan
refleks cahaya incomplete RBBB.
normal baik yang Pemeriksaan
langsung maupun penunjang lainnya
tidak langsung. yaitu X-foto
Pemeriksaan servikal AP/lateral
nervus kranialis I dan X-foto toraks
XII intak, dan pada PA dalam batas
funduskopi ODS normal.
tidak ditemukan
tanda papil edema.
Status motorik
didapatkan trofi
normal, tanpa
fasikulasi dan
klonus. Kekuatan
otot menurun,
yaitu: 1-1-4-3 pada
ekstremitas atas
bilateral; 2-4-3-3
pada ekstremitas
kanan bawah; dan
3-3-4-2 pada
ekstremitas kiri
bawah. Tonus otot
ekstremitas atas
dan bawah normal.
Refleks fisiologik
normal, dan tidak
dite-mukan refleks
patologik. Status
sensorik hipestesi
eksteroseptif
setinggi segmen
medula spinalis C5
ke bawah, dengan
pro-prioseptif
terganggu. Pada
status otonom tidak
ditemukan
inkontinensia urin
et alvi.
Hasil
pemeriksaan
Maja JPS, Diagnosis dan Penatalaksanaan Cedera Servikal... 183
trofi normal, tanpa neck collar, proper
Diagnosis fasikulasi dan bed positioning, prednisolon
kerja yang klonus. Kekuatan latihan isometrik dilanjutkan dengan
ditegakkan ialah otot masih servikal ( Calliet dosis 3x16 mg per
tetraparesis upper menurun pada ke- exercise), latihan oral yang secara
motor neuron empat ekstremitas penguatan otot aktif bertahap diturun-
(UMN) et causa walaupun sudah resisted keempat kan setiap 3 hari
trauma medula menunjukkan ekstremitas; dan sampai dosis
spinalis setinggi kemajuan. terapi dilanjutkan minimal 4 mg
C5, disertai Pemeriksaan Pada sehari;
hiponatremia penunjang perawatan hari ke- Mecobalamin dan
ringan. laboratorik dalam 3, keluhan masih ranitidin per oral;
Penatalaksanaa batas normal, tetap sama. terapi lain
n saat MRS ialah kecuali gula darah Pemeriksaan gula dilanjutkan.
pemasangan neck 2 jam post prandial darah sewaktu 152 Pada
collar, iv line NaCl 197 mg/dL. mg/dL, sedangkan perawatan hari ke-
0,9% 500 cc tiap 8 Penatalaksanaan yang lain-nya 20 dilakukan CT-
jam, dengan rigid collar dalam batas Scan servikal
metilprednisolon neck dan mobilisasi normal. Pemberian sentrasi C4-C6
30 mg/kgBB (1500 cara log roll. Terapi metil- dengan hasil dalam
mg) dalam 15 dilanjutkan dengan batas normal.
menit, kemudian tambahan ketorolac Terapi dan program
dilanjutkan setelah 20 mg 3 x 1 tablet rehabilitasi
45 menit 5,4 (jika nyeri). Diet dilanjutkan.
mg/kgBB/jam (270 lunak 1900 kkal Diagnosis kerja
mg/jam) selama 47 dibagi atas empat ialah Cervical 5
jam, Mecobalamin porsi, protein 2 ASIA D;
500 mg tiap 12 jam g/kgBB/hari, takar
SCIWORA. Hasil
iv, ranitidin 50 mg urin, dan
MRI
tiap 12 jam iv, keseimbangan
memperlihatkan
Laktulosa sirup 3 x cairan tubuh.
pada T1 gambaran
1 sendok makan, Pada perawatan
hipointens dan
dan rawat luka. hari ke-2,
pada T2 gambaran
Pada kelemahan keempat
hiperintens di
perawatan hari ke- anggota gerak dan
medula spinalis
1 didapatkan rasa tebal pada
segmen C3, dengan
keluhan nyeri pada keempat anggota
kesan kontusio
leher dan rasa tebal gerak masih terasa.
Hasil pemeriksaan
medula spinalis C3
pada keempat (Gambar 1).
anggota gerak Grading
mulai mem-baik. ASIA/IMSOP: D.
Inspeksi regio Diagnosis kerja
ialah Cervical 5
vertebralis (log
ASIA D; curiga
roll) tidak
spinal cord injury
ditemukan jejas
without radiologic
dan deformitas.
abnormalities
Pada pemeriksaan
(SCIWORA).
colok dubur
Program yang
ditemukan tonus
direncanakan oleh
sfingter ani cekat,
Bagian Rehabilitasi
dan sacral
Medik ialah:
sparring masih
breathing exercise,
baik. Status
mobilisasi dengan
motorik didapatkan
Gambar 1. Gambar
MRI potongan
sagital T1W (kiri)
dan T2W (kanan)
Pada
perawatan hari ke-
29, keempat
anggota gerak
mengalami
perbaikan.
Kekuatan otot
masing-masing
ekstremitas (atas
dan bawah) 4-4-4-
4. Tonus otot
ekstremitas atas
dan bawah normal.
Refleks fisiologik
meningkat pada
ke-empat
ekstremitas, dan
ditemukan refleks
patologik pada
kedua ekstremitas
atas. Saat pulang,
pasien dianjurkan
untuk tetap
menggunakan neck
collar,
Mecobalamin
184 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 181-189
hiperekstensi terjadi cedera
500 mg 3x1 tablet, medula spinalis medula spinalis ditemukan
atau kauda ekuina. tanpa kerusakan kelemahan anggota
dan kontrol teratur Kecelakaan tulang atau struktur
di poliklinik gerak yang terjadi
kendaraan disekitarnya secara tiba-tiba
rehabilitasi medik. bermotor (SCIWORA).
3
sesaat setelah
merupakan Diagnosis pasien terjatuh
BAHASAN penyebab tersering dengan posisi
kasus ini
dari trauma medula kepala
Trauma spinalis, sedangkan ditegakkan berda-
medula spinalis sarkan anamnesis, hiperekstensi
penyebab lainnya disertai gangguan
adalah trauma ialah: jatuh, pemeriksaan fisik,
langsung atau tidak sensorik berupa
kecelakaan kerja, dan pemeriksaan
langsung pada rasa baal. Posisi
kecelakaan penunjang. Pada jatuh dengan
tulang belakang olahraga, dan anamnesis
yang menyebabkan kepala hiper-
penetrasi oleh ekstensi dapat
lesi medula spinalis tikaman atau
sehingga menyebabkan
peluru senjata api. peregangan
menimbulkan Disamping trauma
gangguan ligamentum
pada vertebra dan longitudinal
neurologik, yang
medula spinalis anterior, yang
dapat berakibat
serta penyakit merusak ruangan
kecacatan menetap
1 vaskuler, kerusakan diskus vertebralis
atau kematian. medula spinalis
Tergantung letak atau bagian
juga dapat marginal tulang
kerusakan saraf disebabkan
spinalis dan vertebra. Hal ini
keadaan non- mengakibatkan
jaringan saraf yang traumatik seperti
rusak, gejala-gejala fraktur batas
kanker, infeksi, dan anterior superior
dapat bervariasi penyakit sendi
mulai dari nyeri, 1,2,5
atau inferior tulang
paralisis, sampai intervertebralis. belakang. Bagian
,6 posterior secara
terjadinya
inkontinensia. Mekanisme serentak meng-
Kerusakan medula tersering pada alami kompresi,
spinalis dapat cedera medula sehingga
dijelaskan dari spinalis ialah gaya mengakibatkan
tingkat inkomplit translasional tidak fraktur prosesus
dimana gejala- langsung pada spinosus, serta
gejalanya tidak vertebra seperti lamina dan
berefek pada 4,5
hiper-ekstensi dan permukaannya.
pasien, sampai fleksi-rotasi (paling Pada kasus ini
kerusak-an komplit tidak stabil) tidak dijumpai
dimana pasien mendadak yang fraktur tulang
mengalami mengakibatkan servikal.
kegagalan fungsi cedera medula Pada kasus ini
5,6
total. spinalis. Cedera pemeriksaan status
Kerusakan juga dapat motorik awal
medula spinalis diakibatkan oleh menunjukkan trofi
tersering oleh kompresi langsung normal, tanpa
penyebab pada medula fasikulasi dan
traumatik, spinalis. Pada klonus. Pada
disebabkan dis- beberapa kasus, keempat
lokasi, rotasi, axial terutama yang ekstremitas
loading, dan hiper- berusia muda (<8 bilateral ditemukan
fleksi atau tahun), dapat kekuatan otot yang
menurun yang paling sesuai
sedangkan tonus ialah central cord
3-
otot normal. syndrome (CCS).
Refleks fisiologik 8
masih normal,
CCS terjadi
tidak ditemukan
akibat cedera
refleks patologik.
inkomplit pada
Status sensorik
bagian sentral
hipestesi
segmen servikal
eksteroseptif
medula spinalis,
setinggi segmen
paling sering pada
medula spinalis C5
segmen servikal
ke bawah, dan
bagian tengah
proprioseptif
hingga bagian
terganggu.
bawah. Kasus CCS
Inkontinensia urin
di masyarakat
et alvi tidak
sering terjadi
ditemukan.
melalui mekanisme
Cedera
medula spinalis cedera
dapat dibagi hiperekstensi pada
menjadi komplit kasus spondilosis
dan inkomplit servikal. Cedera
berdasar-kan tersebut terjadi
ada/tidaknya akibat
fungsi yang
dipertahan-kan di
bawah lesi (Tabel
1). Terdapat 5
sindrom utama
cedera medula
spinalis inkomplit
menurut American
Spinal Cord Injury
Association, yaitu:
(1) Central cord
syndrome; (2)
Anterior cord
syndrome;
(3) Brown-Sequard
syndrome; (4)
Cauda
equina syndrome;
dan (5) Conus
medularis
syndrome. Sindrom
inkomplit yang
sangat jarang
terjadi yaitu
Posterior cord
syndrome (Tabel
2). Pada ilustrasi
kasus di atas tipe
sindrom cedera
medula spinalis
Maja JPS, Diagnosis dan Penatalaksanaan Cedera Servikal... 185
trauma yang mengakibatkan pendesakan terjadi cedera yang edematosa dari-pada
5,7
ligamentum flavum (ligamen kuat yang hematomielia destruktif.
saling menghubungkan lamina vertebra, Penelitian yang lebih mutakhir mene-
berfungsi untuk melindungi saraf dan mukan bahwa CCS mungkin terjadi akibat
medula spinalis serta menstabilisasikan perdarahan ke bagian sentral medula
spina sehingga tidak terjadi pergerakan spinalis, atau akibat disrupsi akson di kornu
berlebihan pada vertebra) yang akhirnya lateral pada level cedera namun tidak
menjepit medula spinalis dari posterior mengakibatkan kerusakan berarti pada
dan/atau akibat kompresi oleh osteofit atau substansia grisea. CCS juga dapat terjadi
5,9,10
material diskus dari anterior. Kompresi akibat fraktur dislokasi dan fraktur
juga menyebabkan gangguan perfusi dari kompresi, khususnya pada individu yang
arteri spinalis anterior. Pada pemeriksaan mengalami penyempitan kanalis spinalis
fisik kasus CCS biasanya terbatas pada secara kongenital. Tekanan kompresi yang
kelainan sistem neurologik, terdiri atas arahnya antero-posterior ini mengakibat-
gabungan lesi UMN dan lower motor kan kerusakan yang lebih parah di daerah
neuron (LMN) yang memasok ekstremitas sentral. Mekanisme cedera di atas
atas dan mengakibatkan paralisis flaksid mengakibatkan kerusakan yang paling
parsial; serta lesi yang lebih dominan pada parah pada bagian sentral medula spinalis
UMN yang memasok ekstremitas bawah dan kerusakan yang lebih ringan pada
mengakibatkan paralisis spastik. Kelainan bagian perifer medula spinalis. Cedera pada
ekstremitas atas biasanya lebih parah area ini mengakibatkan kerusakan traktus
daripada kelainan ekstremitas bawah, dan spinotalamikus lateralis dan traktus
terutama terjadi pada otot-otot tangan kortikospinalisis dengan gejala yang khas
12,13
bagian distal. Kehilangan kemampuan (Tabel 2).
sensorik terjadi hingga derajat tertentu, Gangguan motorik maupun sensorik
meskipun sensasi sakral biasanya masih pada CCS terjadi akibat pola laminasi
utuh. Kemampuan kontraksi anus dan tonus traktus kortikospinalis dan traktus spino-
sfingter serta refleks Babinsky harus talamikus yang khas pada medula spinalis.
5,8,10,11
diperiksa. Traktus spinotalamikus lateralis memiliki
Pendapat lain menyebutkan bahwa susunan laminasi dengan pola somato-
kerusakan medula spinalis kemungkinan topik, dimana serat-serat yang berasal dari
terjadi akibat kontusio medula spinalis. segmen sakral terletak paling dorsolateral,
Kontusio ini terjadi karena medula spinalis selanjutnya oleh serat segmen lumbal dan
terapung dalam cairan serebrospinal. Pada torakal, sedangkan serat segmen servikal
goncangan misalnya akibat terjatuh maka terletak paling ventromedial. Karena CCS
terjadi osilasi, yang bila tidak teratur dapat disebabkan oleh cedera pada bagian sentral,
mengakibatkan benturan medula spinalis ke maka serat-serat bagian servikal yang
vertebra, dengan akibat terjadi stasis aliran mengalami cedera parah sedangkan serat-
aksoplasma, sehingga lebih cenderung serat bagian sakral tidak mengalami cedera.
Tabel 1. Tabulasi perbandingan klinik lesi komplit dan inkomplit 8
Karakteristik Lesi komplit Lesi inkomplit
Motorik Hilang di bawah lesi Sering (+)
Protopatik (nyeri, suhu) Hilang di bawah lesi Sering (+)
Propioseptik (joint position, vibrasi) Hilang di bawah lesi Sering (+)
Sacral sparing Negatif Positif
Radiologik vertebra Sering fraktur, luksasi, atau listesis Sering normal
Hemoragi (54%) Edema (62%)
MRI Kompresi (25%) Kontusi (26%)
Kontusi (11%) Normal (15%)
186 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 181-189