Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di wilayah perkotaan yang cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, mengharuskan adanya pengembangan /
pemekaran wilayah perkotaan. Konsekuensi logis dari pengembangan/pemekaran
wilayah perkotaan adalah pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik
untuk memenuhi kebutuhan penduduk perkotaan yang makin meningkat dan variatif.
Sedangkan implikasi dari gencarnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik
di wilayah perkotaan tersebut adalah terjadinya degradasi kualitas lingkungan
disebabkan berkurangnya vegetasi dalam bentuk tanaman, jalur hijau, kebun dan
pekarangan serta banyaknya lahan-lahan hijau ( ruang terbuka hijau ) yang berubah
fungsi menjadi lokasi perumahan, pertokoan, industri, pusat-pusat perdagangan,
perkantoran, dan sebagainya.
Bertitik tolak dari permasalahan semakin menurunnya kualitas daya dukung lingkungan
hidup di wilayah perkotaan dengan dampak negatif yang ditimbulkannya, maka
diperlukan upaya- upaya program penghijauan kota, penataan taman-taman kota,
pengembangan hutan kota, serta gerakan sejuta pohon (GSP) yang selama ini sudah
dilaksanakan namun hasilnya belum memenuhi harapan semua pihak.
Berdasarkan kondisi tersebut memicu suatu solusi untuk membuat sebuah ruang terbuka
hijau (RTH) di kota Sumenep, salah satu kawasan yang dapat untuk dijadikan RTH
dalam bentuk Wisata Arboretum adalah lahan Perum Perhutani Petak 49E yang
terletak pada kawasan Asta Tinggi di desa Kebunagung. Kawasan tersebut memiliki
potensi lahan yang cukup baik jika dialihfungsikan sebagai RTH atau bentuk lain,berada
lebih dekat dengan pusat kota, memiliki akses transportasi yang memadai, dan jika
dilakukan pengembangan dan pengelolaan kawasan dengan baik akan sangat
berpotensi untuk kawasan wisata. Dengan alasan di atas, sangat perlu untuk membuat
sebuah wahana pendidikan alam yang sekaligus berfungsi sebagai sebuah ruang terbuka
hijau di kota Sumenep, selain akan menjadi alternatif baru untuk tempat pendidikan dan
wisata.
Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek
hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologinya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek dapat dikerjakan
atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.
3 Sasaran
Sasaran Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Lokasi dan bentuk Arboretum yang akan dibangun dalam hal ini data
tanam tumbuh, data tanah berupa kondisi fisik dan kimia tanah, pH tanah, ketinggian
tempat, keadaan vegetasi. Topografi, bentang alam pendukung misalnya kondisi
akses jalan, sumber air berupa sungai dan areal dataran;
2. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi dan dampaknya pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
3. Untuk mengetahui prinsip pengelolaan Arboretum
4. Mengetahui apakah pembangunan Arboretum sesuai dengan potensi wilayah
Kabupaten Sumenep.
4 Manfaat
Manfaat Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah sebagai berikut:Sebagai naskah akademik bagi pemerintah Kabupaten
Sumenep dalam mengambil keputusan mengenai layak tidaknya rencana pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep.
5 Lokasi kegiatan
Hutan Produksi Perum Perhutani Petak 49E yang terletak pada kawasan Asta Tinggi di
desa Kebunagung Kabupaten Sumenep
8 Standar Teknis
Pelaksanaan pekerjaan antara lain mengacu kepada ketentuan-ketentuan teknis yang
berlaku diantaranya adalah standar teknis yag terkait dan diakui dalam pelaksanaan
pekerjaan jasa konsultansi pemerintah.
9 Dasar Hukum
Adapun landasan hukum kegiatan Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep berpedoman kepada:
1. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan PengelolaanLingkungan Hidup;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63Tahun 2002 Tentang Hutan Kota;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan PemerintahanAntara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
danPemerintah Daerah Kabupaten / Kota;
6. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P.71/MenhutII/2009Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Hutan Kota;
7. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2014 Tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan;
8. Kesepakatan Bersama (Memorandum of Understanding) antara Perum Perhutani
dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep Tentang Pemanfaatan Hutan Nomor
01/MoU/MDR/DIVRE-JATIM/2016 Nomor : 415.4/08/435.023/2016
10 Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan Persiapan.
Kegiatan persiapan pada Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep meliputi:
a. Koordinasi dengan pihak terkait
b. Menyusun jadwal kegiatan;
c. Persiapan daftar data/inventarisasi dan informasi yang diperlukan;
d. Perkenalan Tim Tenaga Ahli dari pihak Konsultan Perencana
e. Mobilisasi personil, alat dan bahan;
f. Menyusun guide survei
d. Aspek Teknis
Aspek teknis berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya setelah proyek
tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu mendapat
perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah :
a. Aksessbilitas:
b. Kesesuaian lahan;
c. Ketersedian air;
d. Kesesuaian sebagai wahana rekreasi dan pendidikan;
e. Aspek Manajemen
Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen
tersebut antara lain :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih.
Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan
dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok
yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3. Fungsi Pergerakan (actuating)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok
agar malaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan
antusias.
4. Fungsi Pengawasan (controlling)
Fungsi ini merupakan tindakan-tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas
agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat.
g. Aspek finansial
Aspek finansial merupakan faktor dari keseluruhan aspek. Studi kelayakan bertujuan
untuk mengetahui potensi keuntungan dari usaha yang direncanakan. Aspek
finansial berkaitan dengan penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus
pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien,
sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor.
h. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat ini karena
setiap proyek yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan
disekitarnya, baik terhadap darat, air dan udara yang pada akhirnya akan berdampak
terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lain disekitarnya.
11 Keluaran
Keluaran dari Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah Rencana Tindaklanjut, Rekomendasi dan Gambar rencana mengenai
kelayakan rencana Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep. Softcopy laporan
dalam bentuk Hardsik Eksternal.
Tenaga Pendukung :
1. Surveyor : Sebanyak 2 Orang
2. Operator Komputer : 1 Orang
3. Tenaga Administrasi: 1 Orang
Spesifikasi Dokumen:
Nama Dokumen Laporan Pendahuluan
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan komunikatif (sesuai kesepakatan antara
konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 15 (Lima Belas) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan.
b) Laporan Antara
Laporan Antara memuat Kemajuan pelaksanaan pekerjaan, kendala, dan solusi
penyelesaiannya, hasil kajian yang dilengkapi dengan gambar, dan lampiran lainnya.
Spesifikasi Dokumen
c) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat : seluruh hasil kajian yang dilengkapi dengan peta / gambar, table,
dan lampiran lainnya. Untuk keperluan pembahasan dalam seminar dibuat Ringkasan
Laporan Akhir (executive summary).
Spesifikasi Dokumen
Nama Dokumen Laporan Akhir
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan kumunikatif (sesuai kesepakatan antara
d) Executive Summary
Executive summary memuat rangkuman keseluruhan hasil pekerjaan dan
diserahkan bersamaan dengan penyerahan laporan akhir.
19 Persyaratan Kerjasama
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain dipedukan untuk pelaksanaan
kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
1. Kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa nasional maupun dengan asing yang
masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas
berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.
2. Kerjasama usaha tersebut dapat dinamakan konsorsium atau joint venture atau
sebutan lainnya sepanjang tidak dimaksudkan untuk membentuk suatu badan hukum
baru dan mengalihkan tanggung jawab masing-masing anggota kerjasama usaha kepada
badan hukum tersebut.
3. Ketentuan Kemitraan antara penyedia barang/jasa untuk pelaksanaan paket pekerjaan
jasa konsultasi ini hanya berlaku untuk Pengadaan Jasa Konsultansi oleh Badan Usaha.
21 Alih Pengetahuan
Jika diperlukan Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan
pertemuan dan pembatasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil
proyek/satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen
Sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Pekerjaan
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep,
konsultan dalam menyusun Dokumen Usulan Teknis diwajibkan menyampaikan uraian
pendekatan, metodologi dan program kerja sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
yang dimiliki. Uraian pendekatan, metodologi dan program kerja perlu disampaikan guna
melengkapi ataupun menyempurnakan KAK yang telah ada agar lebih optimal sehingga
dapat meningkatkan kualitas pekerjaan serta produk yang dihasilkan.
B.2.1. METODOLOGI
B.2.1.1. PENDEKATAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMENEP
Pendekatan wilayah Kabupaten Sumenep dilakukan untuk memahami gambaran wilayah
studi dalam Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep. Secara rinci, pendekatan lokasi wilayah studi dijelaskan sebagai berikut.
Wilayah Kabupaten Sumenep terdiri dari daratan dan kepulauan. Kabupaten Sumenep
memiliki 126 pulau (sesuai dengan hasil sinkronisasi luas Kabupaten Sumenep Tahun
2002), tersebar membentuk gugusan pulau-pulau baik berpenghuni (48 pulau) maupun
tidak berpenghuni (78 pulau). Pulau paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di
Kecamatan Masalembu dengan jarak 151 mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau
yang paling timur adalah Pulau Sakala dengan jarak 165 miI laut dari Pelabuhan
Kalianget.
Secara administratif Kabupaten Sumenep termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Sumenep terdiri dari 27 wilayah kecamatan, 332 desa/kelurahan dengan luas
wilayah keseluruhan mencapai 2,093.47 km2. Pusat pemerintahan kabupaten berada di
Kota Sumenep tepatnya di Kecamatan Kota Sumenep.
Selain dari ketinggian, kondisi topografi juga dapat dilihat dari kemiringan lahan.
Kabupaten Sumenep dengan luas sekitar 2.093,458 Km2, memiliki tingkat kemiringan
lahan yang bervariasi antara 0%-30%, 30% - 60% dan di atas 60%. Wilayah yang paling
luas memiliki kemiringan 0-30%, dengan capaian luasan sekitar 1.613,29 Ha atau
77,51%. Sedangkan kemiringan terluas berikutnya berada pada level 30-60% dengan
capaian luasan sekitar 437,39 Ha atau 21,02%. Kawasan ini dijumpai berupa kawasan
perbukitan. Sedangkan pada ketinggian > 60 % berupa pegunungan yang hanya
mencapai luasan sekitar 30,75 Ha atau 1,48 %.
2.2. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Sumenep dipengaruhi oleh keberadaan sungai yang
berjumlah 11 (sebelas) sungai besar. Sumber air baku berupa sungai di Kabupaten
Sumenep wilayah daratan saat ini memiliki debit yang relatif sedang. Dilihat dari kondisi
debit sungai tersebut, Kabupaten Sumenep wilayah daratan merupakan wilayah yang
memiliki potensi hidrologi yang cukup dalam kegiatan drainase perkotaan dan perdesaan.
Air yang mengalir dari sungai tersebut bermanfaat untuk kegiatan pertanian yaitu
pengairan sawah (Irigasi).
kebutuhan hidup sehari-hari penduduk setempat. Oleh sebab itu pada sungai-sungai perlu
dilakukan upaya pengkonservasian guna menjaga volume air untuk melayani tingkat
kebutuhan di Kabupaten Sumenep wilayah daratan. Berikut akan disajikan tabel dan Peta
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Sumenep.
JUDUL PETA:
SUMBER DAYA AIR KAB. SUMENEP
Gambar. Daerah Aliran Sungai dan Sumber Daya Air Kabupaten Sumenep
2.4. Klimatologi
Keadaan cuaca dapat dilihat dari tiga hal, yaitu curah hujan, temperatur, kelembaban
dan tekanan udara. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 98,5.
Gejala alam akhir-akhir ini agak sulit diprediksi sehingga cuhan hujan paling tinggi tidak
berurutan berdasarkan bulan. Data tahun 2015 menunjukkan selain curah hujan paling
tinggi di bulan Januari, juga terjadi pada bulan Mei, yaitu 67,5. Pada bulan Juli curah
hujan menurun menjadi 0,1. Sementara pada bulan berikutnya cenderung mengalami
penurunan sampai bulan Oktober.
100%, yang terjadi pada bulan Agustus dan pada bukan Oktober mencapai 99 %.
Penyinaran matahari terendah sebesar 56%, yang terjadi pada bulan Pebruari.
Data geografi lain adalah kecepatan angin. Di Kabupaten Sumenep ada tiga bulan di
mana kecepatan angin terkategori paling tinggi, yaitu pada bulan Juni, Juli, Agustus
dan September. Pada bulan Juli kecepatan angin memperlihatkan angka tertinggi
yakni 8,4 knot sedangkan bulan September kecepatan angin mencapai 7,1 knot.
Sementara pada bulan Maret, Nopember dan Desember adalah waktu kecepatan
angin paling rendah dibanding pada bulan-bulan lainnya.
3. DEMOGRAFI
Kondisi demografi atau kependudukan di Kabupaten Sumenep dapat digambarkan
melalui jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2016 jumlah
penduduk di Kabupaten Sumenep adalah 1.053.640 jiwa dengan persebaran jumlah
penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Kota Sumenep dengan jumlah penduduk
mencapai 71.514 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan
Batuan dengan jumlah penduduk 12.228 jiwa. Berikut akan disajikan tabel jumlah serta
pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Sumenep.
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumenep Tahun 2013-2017
Jumlah penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk/Km2
No Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pragaan 66,216 66,574 66,933 67,295 67,658 19,215 19,330 19,446 19,563 19,680 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 1145 1151 1157 1163 1170
2 Bluto 45,879 46,127 46,376 46,626 46,878 12,590 12,665 12,741 12,818 12,895 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 895 900 905 910 915
3 Saronggi 34,842 35,030 35,219 35,409 35,600 11,135 11,202 11,269 11,337 11,405 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 515 517 520 523 526
4 Giligenting 26,957 27,102 27,249 27,396 27,544 8,068 8,116 8,165 8,214 8,263 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 889 894 899 904 908
5 Talango 37,336 37,538 37,740 37,944 38,149 12,549 12,625 12,700 12,777 12,853 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 743 747 751 755 759
6 Kalianget 39,894 40,109 40,326 40,544 40,763 11,409 11,478 11,547 11,616 11,685 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 1321 1329 1336 1343 1350
7 Kota sumenep 71,900 72,288 72,678 73,071 73,465 18,588 18,699 18,811 18,924 19,038 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 2583 2597 2611 2625 2639
8 Batuan 12,294 12,361 12,428 12,495 12,562 3,494 3,515 3,536 3,557 3,579 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 454 456 459 461 464
9 Lenteng 57,703 58,015 58,328 58,643 58,960 16,988 17,090 17,193 17,296 17,400 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 808 812 817 821 826
10 Ganding 36,253 36,448 36,645 36,843 37,042 10,316 10,378 10,440 10,502 10,565 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 672 675 679 683 686
11 Guluk guluk 51,632 51,911 52,192 52,473 52,757 13,549 13,630 13,712 13,794 13,877 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 867 871 876 881 886
12 Pasongsongan 43,926 44,164 44,402 44,642 44,883 12,180 12,253 12,327 12,401 12,475 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 369 371 373 375 377
13 Ambuten 38,317 38,524 38,732 38,941 39,152 12,021 12,093 12,166 12,239 12,312 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 758 762 766 771 775
14 Rubaru 37,048 37,248 37,449 37,651 37,855 10,028 10,088 10,149 10,210 10,271 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 439 441 443 446 448
15 Dasuk 29,900 30,061 30,224 30,387 30,551 8,952 9,006 9,060 9,114 9,169 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 464 466 469 471 474
16 Manding 28,378 28,531 28,685 28,840 28,996 8,471 8,522 8,573 8,625 8,677 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 412 414 416 419 421
17 Batu putih 43,175 43,409 43,643 43,879 44,116 14,356 14,442 14,529 14,616 14,704 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 384 387 389 391 393
18 Gapura 37,371 37,573 37,776 37,980 38,185 11,873 11,944 12,015 12,088 12,160 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 568 571 574 577 580
19 Batang-batang 52,797 53,082 53,368 53,657 53,946 15,973 16,069 16,165 16,262 16,359 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 657 661 664 668 671
20 Dungkek 36,704 36,903 37,102 37,302 37,504 13,184 13,263 13,342 13,422 13,503 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 579 583 586 589 592
21 Nonggunong 13,410 13,483 13,555 13,629 13,702 5,393 5,425 5,458 5,491 5,524 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 335 336 338 340 342
22 Gayam 32,831 33,008 33,186 33,365 33,545 12,758 12,834 12,911 12,989 13,067 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 371 373 375 377 379
23 Raas 37,123 37,323 37,525 37,727 37,931 12,833 12,910 12,987 13,065 13,143 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 954 959 965 970 975
24 Sapeken 43,821 44,058 44,296 44,535 44,776 12,886 12,964 13,041 13,120 13,198 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 217 218 219 221 222
25 Arjasa 60,677 61,004 61,334 61,665 61,998 1,998 2,010 2,022 2,034 2,046 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 251 252 253 255 256
26 Kangayan 20,884 20,997 21,110 21,224 21,339 7,165 7,208 7,252 7,295 7,339 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 102 103 103 104 104
27 Masalembu 22,061 22,180 22,300 22,421 22,542 6,243 6,280 6,318 6,356 6,394 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 540 543 546 549 552
JUMLAH 1,059,330 1,065,050 1,070,801 1,076,584 1,082,397 322,196 324,129 326,074 328,031 329,999 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 506 509 511 514 517
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep, diolah
3. Terwujudnya suatu kawasan yang menjadi salah satu gerbang masuk Jawa Timur
melalui pengembangan konsep sistem pintu jamak (multi gate system) untuk
mempercepat pertumbuhan dan pengembangan kawasan, khususnya yang berbasis
kebaharian.
4. Terwujudnya suatu kawasan yang berjatidiri dan beridentitas yang berlandaskan
pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal guna mencapai kemajuan yang
mandiri.
Dikaitkan dengan Visi Kabupaten Sumenep dalam RPJMD Sumenep Tahun 2011-2025
Pembangunan Kabupaten Sumenep adalah SUPER MANTAP: Sumenep Makin
Sejahtera dengan Pemerintahan yang Bersih, Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan,
Adil dan Profesional
Sumenep Makin Sejahtera di sini memiliki dua makna, potensi sumber daya (resources)
alam yang melimpah dan kaya khazanah kebudayaan. SDA seperti migas, pertanian,
kelautan, perkebunan dan sektor industri (home industri). Untuk mendukung visi
pembangunan tersebut, kaitannya dengan Visi penataan ruang adalah: memajukan
Kabupaten Sumenep sebagai pusat kawasan minapolitan yang didukung dengan
pengembangan kawasan agropolitan, pariwisata dan industri untuk mendukung
perwujudan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Gerbang Timur Pulau Madura .
Untuk mewujudkan Visi penataan ruang, maka tujuan penataan ruang Kabupaten
Sumenep adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten sebagai pusat kawasan
minapolitan yang didukung dengan pengembangan kawasan agropolitan, pariwisata, dan
industri.
5. Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah dengan strategi
meliputi:
mengembangkan sistem transportasi yang menghubungkan tiap bagian wilayah di
daratan dan kepulauan;
meningkatkan sistem transportasi antar pusat kegiatan
mengembangkan sistem prasarana jaringan jalan antar wilayah pendukung
kawasan minapolitan, kawasan agropolitan, pariwisata, dan industri
mengembangkan sistem transportasi yang menjangkau tiap bagian wilayah dan
yang menghubungkan kawasan perdesaan perkotaan;
mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur
pendukung;
meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
mengembangkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya air;
dan
mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan.
10. Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan strategi meliputi:
meningkatkan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
mengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Secara spasial, RTRW Kabupaten Sumenep dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Menurut Sulistyantara dalam Faikoh (2008), RTH memiliki sifat khusus, yaitu dalam
pengisiannya banyak didominasi oleh unsur hijau (tumbuhan), sedangkan unsur lainnya
yaitu bangunan dengan persentase yang sangat kecil yaitu 20%. Unsur hijau ini dapat
berupa tanaman ilmiah maupun budidaya tanaman, blueways (aliran sungai dan
hamparan banjir), greenways (yang berada di jalan bebas hambatan, jalan di taman,
transportasi, jalan setapak, jalan sepeda, tempat lari, taman-taman kota, dan area
rekreasi).
b. Nilai Estetika
Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah
nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan
(pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk
pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang
cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan RTH terhadap
nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan RTH
karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrvinen dalam Riswandi,
2006).
c. Penyerap Karbon dioksida (CO)
RTH merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fito-
plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan
hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat
perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun RTH untuk
membantu mengatasi penurunan fungsi RTH tersebut. Jenis tanaman yang baik
sebagai penyerap gas Karbon dioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah damar
(Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena
leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina).
Penyerapan karbon dioksida oleh RTH dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20
tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson dan
McPherson, dalam Riswandi, 2006).
d. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan, dan mempertahankan
kondisi air tanah. Pada musim hujan, laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh
penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah
yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di perkotaan. RTH dengan
luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan
meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m Setiap tahun (Urban Forest
Research dalam Riswandi, 2006).
e. Penahan Angin
RTH berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 -
80 % (Hakim dan utomo, 2004). Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
mendesain RTH untuk menahan angin antara lain: 1) jenis tanaman yang ditanam
adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat, 2) daunnya tidak mudah gugur oleh
terpaan angin dengan kecepatan sedang, 3) memiliki jenis perakaran dalam, 4)
memiliki kerapatan yang cukup (50 60 %), 5) tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup
besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan (Forest Service
Publications dalam Riswandi, 2006).
f. Ameliorasi Iklim
RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu
pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena
tajuk pohon dapat menahan radiasi balik dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari
suatu RTH sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur
tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu
udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh
tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh RTH adalah
kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang
panas (heat island) akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung,
aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu udara 3-10 03C lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan
mengurangi suhu atmosfer pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service
Publications dalam Riswandi, 2006).
g. Habitat satwa
RTH bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Hutan kota dapat menciptakan lingkungan
alami dan keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan
menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service
Publications dalam Riswandi, 2006). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1 tahun 2007 manfaat RTH yaitu:
1) sebagai sarana untuk mencerminkan identitas daerah,
2) sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan penyuluhan,
3) sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial,
4) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan,
5) bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula,
6) sarana aktivitas sosial
7) sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat,
8) memperbaiki iklim mikro, dan
9) meningkatkan cadangan oksigen
Menurut Supriyatno dalam Nugroho (2009) , kriteria pengalokasian RTH antara lain: 1)
perencanaan RTH dikembangkan sesuai dengan jenis pemanfaatan ruang kotanya, 2)
rencana RTH dilakukan pada lahan yang bentang alamnya bervariasi menurut
keadaan lereng dan berada di atas permukaan laut serta memperhatikan
kedudukannya terhadap jalur sungai, jalur jalan, dan jalur pengaman utilitas, dan 3)
pada lahan perkotaan RTH dikuasai oleh badan hukum atau perorangan yang tidak
memanfaatkan atau ditelantarkan.
3. Arboretum
Arboretum pertama kali dibuat di Derby, Inggris oleh Joseph Struut dan JC. London
dengan nama Derby Arboretum, yang diresmikan pada Tanggal 16 September 1840.
Tujuan pembuatan Arboretum ini adalah untuk menampung kegiatan rekreasi masyarakat
di alam terbuka dengan menyajikan koleksi pepohonan, semak dan vegetasi berkayu
yang disusun dan dideskripsikan sebagai petunjuk bagi para pengunjung untuk mencapai
tujuan penelitian dan pendidikan. Kamus Kehutanan (1989) diacu dalam Hastari (2005)
mendefinisikan Arboretum sebagai kebun pepohonan yang merupakan bentuk konservasi
plasma nutfah buatan manusia.
Arboretum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai
tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau
pendidikan. Secara umum, definisi arboretum adalah kebun koleksi tanaman pohon atau
kayu-kayuan (biasanya tanaman hutan) yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan terutama
ilmu kehutanan. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari arboretum adalah sebagai
pengatur tata air, pengendali erosi, pembentukan iklim mikro serta sebagai obyek wisata/
rekreasi alam.
Arboretum memiliki beberapa fungsi antara lain (1) fungsi pendidikan dan ilmu
pengetahuan, (2) fungsi ekologis, (3) fungsi rekreasi, (4) fungsi ekonomi, (5) memelihara
kualitas pohon, dan (6) fungsi estetis. Pengaturan penanaman tanaman koleksi di dalam
6. Kepariwisataan
Pengertian pariwisata yang diambil dari beberapa sumber yang berbeda-beda adalah
sebagai berikut:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pariwisata didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan
dan turisme.
b. Menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan: Wisata adalah
kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
c. Menurut Hornby As Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam
perjalanannya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke
tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.
c. Industri Pariwisata
Bagian ini dipandang sebagai kegiatan perusahaan dari organisasi yang menyangkut
pengantar produk kepariwisataan. Adapun yang termasuk dalam industri pariwisata
adalah industri yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani
wisatawan sejak keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat tujuan, seperti :
biro perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko, cinderamata, dan lain-lain.
Jenis Pariwisata
Menurut Karyono jenis pariwisata terdiri atas :
1. Wisata Bahari, Wisata bahari sering dikaitkan dengan olah raga air seperti berenang,
menyelam, dan menikmati keindahan yang tersedia di air.
2. Wisata Budaya, Seseorang yang dalam perjalanan wisata dengan tujuan untuk
mempelajari adat-istiadat yang terdapat di daerah tersebut.
3. Wisata Pilgrim, Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama dan kepercayaan dalam
masyarakat, misalnya: mengunjungi tempat-tempat suci.
4. Wisata Kuliner, Jenis wisata ini dikaitkan dengan makanan atau minuman untuk
dinikmati wisatawan pada daerah yang dimaksud.
5. Wisata Industri, Perjalanan yang dilakukan rombongan mahasiswa ke suatu industri
guna mempelajari atau meneliti industri tersebut, misalnya berkunjung ke IPTN untuk
melihat industri pesawat terbang.
6. Wisata Komersil, Istilah lainnya adalah wisata bisnis, wisatawan yang masuk dalam
jenis wisata ini adalah mereka yang melakukan perjalanan untuk melakukan tujuan
yang bersifat komersil atau dagang, misalnya mengunjungi pameran dagang atau
pameran industri.
ANALISA
Sumenep
Analisis Kebutuhan
TUJUAN MANFAAT RUANG LINGKUP BENTUK Keadaan vegetasi
RTH berdasarkan
Sebagai naskah akademik bagi fungsi ekologisnya ARBORETUM KAJIAN DAMPAK
penelitian studi kelayakan pemerintah Kabupaten Sumenep dalam aspek hukum, sosial
Data tanam tumbuh PSIKOSOSIAL
dan hasilnya digunakan mengambil keputusan mengenai layak ekonomi dan budaya,
untuk mengambil tidaknya rencana pembangunan aspek pasar dan
keputusan apakah suatu Arboretum di Kabupaten Sumenep pemasaran, aspek
PASCA PROYEK KONDISI SOSIAL PASCA PROYEK
proyek dapat dikerjakan teknis dan teknologi ASPEK SOSIAL
EKONOMI ENONOMI
atau ditunda dan bahkan PRA PROYEK PRA PROYEK
MASYARAKAT
tidak dijalankan SEKITAR
ASPEK
PEMASARAN
KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN KELAYAKAN
TERINTEGRASI PEMASARAN
ASPEK
MANAJEMEN
REKOMENDASI
PENGELOLAAN
PRIMER SEKUNDER MANAJEMEN
ASPEK
Teknik:
FINANSIAL
Sumber Data Observasi Sumber Data KELAYAKAN
Survey Dokumentasi Pustaka, Perundangan, FINANSIAL
Masyarakat Wawancara BPS, instansi ASPEK
DAMPAK
LINGKUNGAN
ANALISIS
DILAKSANAKAN DIBATALKAN
Secara umum, berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek akan
dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk :
Perijinan :
1. Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten Sumenep
2. Izin lokasi
3. sertifikat (akte tanah),
4. bukti pembayaran PBB yang terakhir,
5. rekomendasi dari Kelurahan, kecamatan dan kabupakan atau pemerintah.
Izin usaha :
1. Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan
hukum lainnya.
2. NPWP (nomor pokok wajib pajak)
3. Surat tanda daftar perusahaan
4. Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
5. Surat tanda rekanan dari pemda setempat
Di dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan dan
diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek ini
juga mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Banyak perusahaan yang
telah jalan, namun aspek ini masih merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan karena kesalahan memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar
pada saat pendirian usaha, seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya
bahan baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya teknologi yang digunakan,
mahalnya biaya tenaga kerja, dan lain sebagainya. Pengkajian aspek teknis dalam
studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan atas
garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik
proyek. Pengkajian aspek teknis amat erat hubungannya degan aspek-aspek lain,
terutamaaspek ekonomi, finansial dan pasar.
2.1. Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan dilakukan menurut metoda yang dideskripsi dalam
Arsyad (2010, dengan modifikasi) dan Hardjowigeno & Widiatmaka (2007).
Dalam analisis ini, kriteria yang digunakan disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel Analisis Kemampuan Lahan
No. Faktor I II III IV V VI VII VIII
1 Tekstur tanah (t)
a. lapisan atas t2/t3 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
(40 cm)
b. Lapisan bawah t2/t4 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
2 Lereng permukaan i0 i1 i2 i3 (*) l4 i5 i6
(%)
3 Drainase d0/d1 d2 d3 d4 (**) (*) (*) (*)
4 Kedalaman efektif k0 k0 k1 k2 (*) k3 (*) (*)
5 Keadaan erosi e0 e1 e1 e2 (*) e3 e4 (*)
6 Kerikil/batuan b0 b0 b0 b1 b2 (*) (*) b3
7 Banjir w0 w1 w2 w3 w4 (*) (*) (*)
Sumber: Arsyad (2010, dengan modifikasi); Hardjowigeno & Widiatmaka (2007) .
Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang
memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan. Hal
ini juga diungkapkan oleh Drs. Oka A.Yoeti, dimana ada bebereapa hal yang
menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah.Hal-hal tersebut
adalah benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam istilah
pariwisatadisebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah iklim,
bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna.
Adapun pengertian lainnya yaitu teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan
dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya, maka diberikan jalan
alternatif pencegahannya. (Kasmir, 2008) Analisis mengenai dampak lingkungan
(Amdal) adalah suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang
meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari bangunannya, proses
maupun sistem dari proyek terhadap lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup
manusia yang meliputi penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Term of
Refference Andal, RencanaPengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). (Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis Peternakan,
2010).
Amdal dilakukan untuk mengetahui dampak jika suatu investasi jadi dilakukan, baik
dampak negatif maupun yang berdampak positif dan ada yang dampaknya dirasakan
sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang.
Adapun kegunaan Analisis Dampak Lingkungan diantaranya yaitu :
a. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan Aktivitas pengelolaan lingkungan
baru dapat dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun
Berikut ini beberapa contoh komponen lingkungan hidup yang bisa di pilih untuk di
telaah sesuai hasil pelingkupan dalam KA-AMDAL.penyusun dapat menelaah
komponen lingkungan hidup yang lain dari daftar contoh komponen ini,bila dianggap
penting berdasarkan hasil penilaian lapangan dalam studi AMDAL ini.
Fisik kimia
Komponen fisik kimia yang penting untuk di telaah di antaranya :
1. Iklim,kualitas udara, dan kebisingan
2. Fisiografi
3. Hidrologi
4. Hidrooseanografi
5. Ruang, lahan, dan tanah
Lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai dengan rona lingkungan yang ada.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam rona lingkungan hidup adalah sbb:
1. Wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan.
2. Kondisi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber daya alam yang ada
diwilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan baik yang sudah dan yang akan
dimamfaatkan maupun yang masih dalam bentuk potensi.
Bilogi
Komponen biologi yang penting untuk di telaah di antaranya :
1. Flora
2. Fauna
3. Sosial
4. Demografi
5. Ekonomi
6. Budaya
7. Kesehatan masyarakat
Membuat ANDAL
Membuat RKL dan RPL
Implementasi pembangunan proyek dan aktivitas pengelolaan lingkungan
Strategi pemasaran yang dirancang harus meliputi semua faktor yang berhubungan
dengan produk, seperti kondisi pasar pada saat ini, analisa SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Treaty) atau analisa mengenai kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, strategi promosi, strategi perolehan laba dan pengendalian.
Dalam suatu investasi, komponen biaya merupakan komponen yang sangat penting.
Perhitungan yang matang dari desain model pembiayaan harus direncanakan dengan
baik, desain pembiayaan ini bisa dilakukan dengan melakukan perhitungan secara
detail atau dengan mengambil perbandingan dari data-data yang telah ada di tempat
lain. Dengan analisis ini kemudian didapatkan besarnya nilai investasi awal yang
dibutuhkan untuk proyek ini, kemudian bisa ditentukan sumber dana yang akan
digunakan dalam proyek, dengan melakukan perbandingan antara biaya sebagai
modal sendiri dan biaya modal sebagai suatu pinjaman dari suatu lembaga keuangan.
erdasarkan uraian pendapatan serta pengeluaran pada kegiatan wisata, selanjutnya
dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV),
Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period. Analisis investasi meliputi:
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang
arus biaya. ika NPV 0, berarti pembangunan wisata yang akan dibuat oleh
pemerintah pada kawasan pariwisata layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika
NPV < 0, maka usaha wisata yang akan dibuat oleh pemerintah pada kawasan
pariwisata tidak layak untuk dilaksanakan.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV usaha
sama dengan nol. Internal Rate of Return merupakan arus pengembalian yang
menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas yang keluar.
Jika IRR tingkat diskonto, maka pembangunan wisata yang akan dibuat oleh
pemerintah pada kawasan pariwisata layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika
IRR < tingkat diskonto, maka pembangunan wisata yang akan dibuat oleh
pemerintah pada kawasan pariwisata tidak layak untuk dilaksanakan.
c. Payback Periode
payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang
diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga
dan social cost, dimana penilaian manfaat dan biaya proyek dilihat dari sisi
perekonomian masyarakat secara keseluruhan dan analisisnya dinamakan analisis
ekonomi. (Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis Peternakan, 2010). Menurut (pitana &
Diarta, 2009;155) pariwisata sebagai salah satu produk pelayanan khusus, mencakup
beberapa hal spesifik yang harus dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata
mau memaksimalisasi potensi untuk sukses. Faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran pariwisata, yaitu:
1. Faktor permintaan Potensial
Sesungguhnya permintaan potensial atas produk pariwisata dapat diperkirakan,
seperti Jumlah penduduk sekitar kawasan dan Tingkat kepadatan penduduk.
2. Faktor tempat wisata
Begitupun dengan penawaran, menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada
empat aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata, yaitu
attraction (daya tarik), acesable
Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat karena adanya suatu
proyek tersebut :
b. Dari sisi budaya
Mengkaji tentang dampak keberadaan peroyek terhadap kehidupan masyarakat
setempat, kebiasaan adat setempat.
c. Dari sudut ekonomi
Apakah proyek dapat mengubah atau justru mengurangi income per capita
panduduk setempat. Seperti seberapa besar tingkat pendapatan per kapita
penduduk, pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga kerja setempat atau
UMR, dll.
d. dari segi sosial
Apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas
semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lainnya,
pendidikan masyarakat setempat.
Untuk mendapatkan itu semua dengan cara wawancara, kuesioner, dokumen, dll.
Untuk melihat apakah suatu proyek layak atau tidak dilakukan dengan
membandingkan keinginan investor atau pihak yang terkait dengan sumber data yang
terkumpul.
1. STUDI KELAYAKAN
Menurut (Ibrahim, 2003) Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak
dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncakan. Pengertian layak disini adalah
kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat (benefit) baik dalam arti financial benefitmaupun dalam arti social benefit.
Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu
menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi
penilaian yang dilakukan. Desain Studi Kelayakan meliputi:
Identifikasi
Pengamatan lingkungan untuk mencari peluang keuntungan
Perumusan
Menterjemahkan kesempatan investasi menjadi rencana yang konkret
Penilaian
Melakukan analisis aspek-aspek yang mempengaruhi
Pemilihan
Melakukan pemilihan atas pertimbangan keterbatasan-keterbatasan (constrains)
Implementasi
Pelaksanaan sesuai dengan hasil perencanaan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis
Layak Pelaksanaan
Rekomendasi
a. Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji tetang legalitas usulan proyek yang akan dibangun atau
sedang dioperasikan. Hal ini berarti bahwa proyek tersebut harus memenuhi
hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut.
b. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ekonomi yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi sacara keseluruhan.
Dengan melakukan analisis ekonomi diharapkan analisis proyek dapat menilai
apakah proyek akan membebani perekonomian nasional atau membantu
perekonomian nasional. Aspek sosial mengkaji dampak keberadaan proyek
terhadap kehidupan masyarakat terutama masyarakat sekitar kawasan
pembangunan arboretum dari sisi sosial.
c. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran berkaitan dengan strategi pemasaran usaha yakni upaya yang
dilakukan oleh calon investor atau pengusaha dalam mempengaruhi keputusan
konsumen untuk melakukan kunjungan terhadap kawasan tersebut. Menurut (D.A
Aaaker dan G. S Day) dalam (Soeharto, 2002) pada tahun 1990 memberikan
sistematika proses pengkajian aspek pasar, seperti penilaian situasi, penyusunan
strategi, pengumpulan data dan informasi, serta analisis dan peramalan.
d. Aspek Teknis
Aspek teknis berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya setelah proyek
tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu mendapat
perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah :
a. Aksessbilitas:
b. Kesesuaian lahan;
c. Ketersedian air;
d. Kesesuaian sebagai wahana rekreasi dan pendidikan;
e. Aspek Manajemen
Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses
manajemen tersebut antara lain :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang
dipilih. Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan,
mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu.
g. Aspek finansial
Aspek finansial merupakan faktor dari keseluruhan aspek. Studi kelayakan
bertujuan untuk mengetahui potensi keuntungan dari usaha yang direncanakan.
Aspek finansial berkaitan dengan penentuan kebutuhan jumlah dana dan
sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan
secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi
investor.
h. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat ini
karena setiap proyek yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap
lingkungan disekitarnya, baik terhadap darat, air dan udara yang pada akhirnya
akan berdampak terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lain
disekitarnya.
Selain metode survei di atas, metode survei yang juga dilakukan dengan membedah
serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan
dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap masalah yang serupa dan
hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di
masa mendatang.
b. Studi Pustaka
Sasaran studi pustaka adalah untuk mendapatkan data sekunder melalui kebijakan/
rencana/ program yang telah ada, yang sudah diimplementasikan atau belum
diimplementasikan.Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi-studi terdahulu
juga data-data statistik.Termasuk dalam lingkup ini adalah studi mengenai teori-teori
perancangan kawasan. Pada tahap ini akan dilakukan telaah maupun konsolidasi
kebijakan, strategi, dan program dari rencana maupun kajian yang pernah disusun.
c. Observasi Lapangan
Penggunaan metode observasi langsung pada studi ini didasarkan pada pertimbangan:
a. Melalui pengamatan langsung akan meminimalkan terjadinya bias.
b. Peluang yang cukup besar bagi tim studi untuk mendapatkan informasi penting
melalui pengamatan terhadap perilaku keseharian dari para pelaku kegiatan, yang
bisa jadi hal ini pun tidak didasari oleh pelakunya sendiri.
c. Adanya peluang bagi tim studi untuk mendapatkan informasi yang tidak mungkin
didapatkan dengan wawancara yang bersifat formal.
Proses pengamatan dilakukan dengan membagi kawasan studi menjadi beberapa area
pengamatan, demikian pula dengan tim survei yang juga akan melibatkan tim tenaga
ahli. Apabila diperlukan wawancara, maka akan dilakukan dengan pertanyaan secara
terbuka. Pengumpulan data ini ditekankan pada diperolehnya data yang rinci,
mendalam dan menyeluruh. Data primer ini akan disilangkan dengan data sekunder
yang diperoleh melalui studi pustaka. Dengan demikian, data yang terkumpul cukup
valid dan dapat diandalkan.
Tinjauan Eksternal, yang mencakup dua (2) tinjauan, yaitu: tinjauan terhadap
kebijaksanaan dan paradigma pembangunan serta tinjauan atas kedudukan dan
fungsi daerah perencanaan terhadap daerah sekitarnya. Melalui dua (2) tinjauan ini
diharapkan dapat dicapai keterpaduan fungsi dan keterpaduan perencanaan
pengembangan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep dengan peraturan diatasnya.
Tinjauan Internal, merupakan tinjauan terhadap karakteristik kawasan yang meliputi
seluruh aspek yang ada, baik kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi dan kependudukan,
kondisi lingkungan, sarana dan prasarana, sistem perangkutan, dan lain-lain yang
kesemuanya merupakan aspek yang selalu berubah karena fungsi waktu.
2) Metode Kuantitatif
Metode ini digunakan sebagai bagian dari keseluruhan analisis Penyusunan Studi
Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.
Spesifikasi Dokumen:
Nama Dokumen Laporan Pendahuluan
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan komunikatif (sesuai kesepakatan antara
konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper
f) Laporan Antara
Laporan Antara memuat Kemajuan pelaksanaan pekerjaan, kendala, dan solusi
penyelesaiannya, hasil kajian yang dilengkapi dengan gambar, dan lampiran lainnya.
Spesifikasi Dokumen
g) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat : seluruh hasil kajian yang dilengkapi dengan peta / gambar,
table, dan lampiran lainnya. Untuk keperluan pembahasan dalam seminar dibuat
Ringkasan Laporan Akhir (executive summary).
Spesifikasi Dokumen
Nama Dokumen Laporan Akhir
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
h) Executive Summary
Executive summary memuat rangkuman keseluruhan hasil pekerjaan dan
diserahkan bersamaan dengan penyerahan laporan akhir.
5. ASPEK KELUARAN
Keluaran dari Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah Rencana Tindaklanjut, Rekomendasi dan Gambar rencana mengenai
kelayakan rencana Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep. Softcopy laporan
dalam bentuk Hardsik Eksternal.
JANGKA WAKTU
Bulan ke 1 Bulan ke 2
NO. TAHAP KEGIATAN I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 PERSIAPAN
2 PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
3 PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN
4 PEMBAHASAN
PENGUMPULAN DOKUMEN LAPORAN
5 PENDAHULUAN
PELAKSANAAN SURVEY DAN WAWANCARA OLEH
6 TIM KONSULTAN
7 ANALISA STUDI KELAYAKAN
8 FGD
9 PENYUSUNAN LAPORAN ANTARA
10 PEMBAHASAN LAPORAN ANTARA
11 PENGUMPULAN DOKUMEN LAPORAN ANTARA
12 PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR
13 PEMBAHASAN LAPORAN AKHIR
14 PENYUSUNAN EKSEKUTIF SUMMARY
PENGUMPULAN DOKUMEN LAPORAN AKHIR DAN
15 EKSEKUTIF SUMMARY
16 RECHECK DAN QUALITY CONTROL
Sumber: Konsultan, 2017
Organisasi dan Personil meliputi bahasan : 1). Struktur Organisasi dan 2). Personel (baik
tenaga ahli, maupun tenaga penunjang) yang digunakan Pihak Konsultan dalam
mendukung terwujudnya kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep.
2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dalam kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep secara skematis dapat dilihat di bawah:
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN Penyusunan Studi
PELAKSANA JASA Kelayakan Pembangunan
PT GEOSPASIA WAHANA JAYA Arboretum di Kabupaten
Sumenep
PENGOLAHAN DATA
Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
LAPORAN
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep
Adapun untuk uraian tugas dan kewajiban dari masing-masing personil akan kami
jelaskan dalam uraian dibawah ini :
a. Team Leader
Mengkoordinasikan personil yang terlibat dalam kegiatan Teknis Penyusunan
Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep
Mengkoordinasikan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Mengkoordinasikan kajian dan telaah terhadap aspek kehutanan
Mengkoordinasikan review dan telaah terhadap aspek kehutanan yang terkait
dengan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep
Mengkoordinasikan perumusan hasil analisa evaluatif dan menyusun rekomendasi
pengelolaan Arboretum
Mempresentasikan hasil penyusunan pendataan dan identifikasi, analisa dan
rekomendasi serta laporan akhir.
b. Ahli Planologi
Melakukan inventarisasi dan kajian tentang tata ruang kawasan perencanaan
arboretum
Melakukan review dan telaah di bidang tata ruang
Melakukan analisa tata ruang, kelayakan kajian teknis tata ruang kawasan
Merumuskan hasil analisa tapak dan tata ruang serta menyusun rekomendasi
c. Ahli Kehutanan
Melaksanakan pekerjaan bidang kehutanan
Ikut serta dalam komunikasi, diskusi dan presentasi team dengan lembaga atau
instansi terikat
Melaksanakan persiapan pekerjaan lapangan, Pengumpulan data lahan hutan dan
pemetaan hasil survey lapangan
d. Ahli Keuangan
Melakukan analisa kelayakan investasi perencanaan arboretum
Melakukan review dan telaah di bidang manajemen pengelolaan investasi
Merumuskan hasil analisa evaluatif dan menyusun rekomendasi
e. Ahli Hukum
Melakukan analisa perundangan terkait lokasi kawasan perencanaan
Melakukan review dan telaah di bidang hukum lingkungan dan kehutanan.
Merumuskan hasil analisa evaluatif dan menyusun rekomendasi
f. Administrasi
Bertanggungjawab untuk kelancaran bahan dan peralatan yang diperlukan selama
survei dan kegiatan teknis lainnya untuk pengerjaan Penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep
g. Operator Komputer
Membantu/mendukung tugas Tenaga Ahli selama proses penyusunan presentasi
dan dokumentasi Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep
h. Surveyor
Adapun jadwal penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep
JANGKA WAKTU
Bulan ke 1 Bulan ke 2
NO. TAHAP KEGIATAN I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ketua Tim/ Master Manajemen Kehutanan/Master
1 Ekonomi Managemen (S2/sederajat)
2 Ahli Planologi
3 Ahli Kehutanan
4 Ahli Keuangan
5 Ahli Hukum
6 Surveyor
7 Tenaga Administrasi
8 Operator Komputer
Sumber: Konsultan, 2017