You are on page 1of 69

URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 1

B.1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK


Konsultan telah mempelajari dan memahami keseluruhan dari Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang merupakan gambaran tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran,
lingkup kegiatan, metodologi, kebutuhan tenaga ahli serta produk kegiatan / out put dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK

LATAR BELAKANG
Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di wilayah perkotaan yang cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, mengharuskan adanya pengembangan /
pemekaran wilayah perkotaan. Konsekuensi logis dari pengembangan/pemekaran
wilayah perkotaan adalah pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik
untuk memenuhi kebutuhan penduduk perkotaan yang makin meningkat dan variatif.
Sedangkan implikasi dari gencarnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik
di wilayah perkotaan tersebut adalah terjadinya degradasi kualitas lingkungan
disebabkan berkurangnya vegetasi dalam bentuk tanaman, jalur hijau, kebun dan
pekarangan serta banyaknya lahan-lahan hijau ( ruang terbuka hijau ) yang berubah
fungsi menjadi lokasi perumahan, pertokoan, industri, pusat-pusat perdagangan,
perkantoran, dan sebagainya.

Menurunnya kualitas lingkungan hidup di wilayah perkotaan dapat dicirikan dengan


meningkatnya suhu udara sehingga kehidupan terasa tidak nyaman, berkurangnya
kandungan oksigen (O2) yang sangat diperlukan manusia untuk proses pernafasan,
meningkatnya kadar karbondioksida (CO2) yang membahayakan kesehatan, munculnya
berbagai wabah penyakit, terjadinya hujan asam, terjadinya penurunan air tanah tawar
karena intrusi air laut, terjadinya pencemaran air, seringnya banjir karena kurangnya run-
off. Adanya penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan ini memerlukan suatu
ruang terbuka hijau (RTH) dalam arti luas. Artinya, RTH dapat berbentuk tanaman, jalur
hijau, tanaman pekarangan, tanaman peneduh jalan. Berkaitan dengan itu faktor
persyaratan vegetasi yang akan ditanam harus benar-benar diperhatikan.

Bertitik tolak dari permasalahan semakin menurunnya kualitas daya dukung lingkungan
hidup di wilayah perkotaan dengan dampak negatif yang ditimbulkannya, maka
diperlukan upaya- upaya program penghijauan kota, penataan taman-taman kota,

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (1)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 2

pengembangan hutan kota, serta gerakan sejuta pohon (GSP) yang selama ini sudah
dilaksanakan namun hasilnya belum memenuhi harapan semua pihak.

Berdasarkan kondisi tersebut memicu suatu solusi untuk membuat sebuah ruang terbuka
hijau (RTH) di kota Sumenep, salah satu kawasan yang dapat untuk dijadikan RTH
dalam bentuk Wisata Arboretum adalah lahan Perum Perhutani Petak 49E yang
terletak pada kawasan Asta Tinggi di desa Kebunagung. Kawasan tersebut memiliki
potensi lahan yang cukup baik jika dialihfungsikan sebagai RTH atau bentuk lain,berada
lebih dekat dengan pusat kota, memiliki akses transportasi yang memadai, dan jika
dilakukan pengembangan dan pengelolaan kawasan dengan baik akan sangat
berpotensi untuk kawasan wisata. Dengan alasan di atas, sangat perlu untuk membuat
sebuah wahana pendidikan alam yang sekaligus berfungsi sebagai sebuah ruang terbuka
hijau di kota Sumenep, selain akan menjadi alternatif baru untuk tempat pendidikan dan
wisata.

Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek
hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologinya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek dapat dikerjakan
atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka upaya menghitung kelayakan suatu pemanfaatan


kawasan untuk usaha jasa lingkungan dimulai dengan melaksanakan suatu Studi
Kelayakan. Pembangunan kawasan Arboretum pada lokasi tersebut harus dilakukan
studi kelayakannya, agar didapat keadaan senyatanya, bukan hanya pada penilaian
ekologis saja tetapi juga analisa finansial perlu di bahas agar di dapat analisa kelayakan
pembangunan Arboretum apakah akan di lanjutkan atau tidak.

2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan studi kelayakan ini adalah penelitian yang menyangkut berbagai
aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologinya, dimana itu semua digunakan untuk dasar
penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah
suatu proyek dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan. Studi kelayakan
yang dimaksud akan memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Latar belakang dan tujuan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep;

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (2)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 3

b. Kondisi Sosial Ekonomi Pra dan Pasca Pembangunan Arboretum;


c. Lokasi dan Bentuk Arboretum yang akan dibangun;
d. Prinsip Pengelolaan Arboretum;
e. Kajian dampak Psikososial pembangunan Arboretum;
f. Kesimpulan dan Rekomendasi Studi Kelayakan

3 Sasaran
Sasaran Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Lokasi dan bentuk Arboretum yang akan dibangun dalam hal ini data
tanam tumbuh, data tanah berupa kondisi fisik dan kimia tanah, pH tanah, ketinggian
tempat, keadaan vegetasi. Topografi, bentang alam pendukung misalnya kondisi
akses jalan, sumber air berupa sungai dan areal dataran;
2. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi dan dampaknya pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
3. Untuk mengetahui prinsip pengelolaan Arboretum
4. Mengetahui apakah pembangunan Arboretum sesuai dengan potensi wilayah
Kabupaten Sumenep.

4 Manfaat
Manfaat Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah sebagai berikut:Sebagai naskah akademik bagi pemerintah Kabupaten
Sumenep dalam mengambil keputusan mengenai layak tidaknya rencana pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep.

5 Lokasi kegiatan
Hutan Produksi Perum Perhutani Petak 49E yang terletak pada kawasan Asta Tinggi di
desa Kebunagung Kabupaten Sumenep

7 Nama dan Proyek/Satuan kerja Pengguna Anggaran


Nama pengguna Anggaran: Kepala Dinas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sumenep
Nama Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK): RB. MOH.
HASINUDDIN FIRDAUS, ST,M.Si
Satuan Kerja: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (3)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 4

8 Standar Teknis
Pelaksanaan pekerjaan antara lain mengacu kepada ketentuan-ketentuan teknis yang
berlaku diantaranya adalah standar teknis yag terkait dan diakui dalam pelaksanaan
pekerjaan jasa konsultansi pemerintah.

9 Dasar Hukum
Adapun landasan hukum kegiatan Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep berpedoman kepada:
1. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan PengelolaanLingkungan Hidup;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63Tahun 2002 Tentang Hutan Kota;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan PemerintahanAntara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
danPemerintah Daerah Kabupaten / Kota;
6. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P.71/MenhutII/2009Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Hutan Kota;
7. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2014 Tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan;
8. Kesepakatan Bersama (Memorandum of Understanding) antara Perum Perhutani
dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep Tentang Pemanfaatan Hutan Nomor
01/MoU/MDR/DIVRE-JATIM/2016 Nomor : 415.4/08/435.023/2016

10 Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan Persiapan.
Kegiatan persiapan pada Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep meliputi:
a. Koordinasi dengan pihak terkait
b. Menyusun jadwal kegiatan;
c. Persiapan daftar data/inventarisasi dan informasi yang diperlukan;
d. Perkenalan Tim Tenaga Ahli dari pihak Konsultan Perencana
e. Mobilisasi personil, alat dan bahan;
f. Menyusun guide survei

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (4)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 5

2. Langkah Kegiatan Survei, wawancara dan Pengumpulan Data.


Langkah kegiatan survey dan pengumpulan data primer dan skunder yang dibutuhkan
dalam Studi Kelayakan (feasibilitystudy) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep

3. Metode Analisa Studi Kelayakan (feasibility study) .


Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji tetang legalitas usulan proyek yang akan dibangun atau
sedang dioperasikan. Hal ini berarti bahwa proyek tersebut harus memenuhi hukum
dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut.
b. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ekonomi yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi sacara keseluruhan.
Dengan melakukan analisis ekonomi diharapkan analisis proyek dapat menilai
apakah proyek akan membebani perekonomian nasional atau membantu
perekonomian nasional. Aspek sosial mengkaji dampak keberadaan proyek terhadap
kehidupan masyarakat terutama masyarakat sekitar kawasan pembangunan
arboretum dari sisi sosial.
c. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran berkaitan dengan strategi pemasaran usaha yakni upaya yang
dilakukan oleh calon investor atau pengusaha dalam mempengaruhi keputusan
konsumen untuk melakukan kunjungan terhadap kawasan tersebut. Menurut (D.A
Aaaker dan G. S Day) dalam (Soeharto, 2002) pada tahun 1990 memberikan
sistematika proses pengkajian aspek pasar, seperti penilaian situasi, penyusunan
strategi, pengumpulan data dan informasi, serta analisis dan peramalan.

d. Aspek Teknis
Aspek teknis berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya setelah proyek
tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu mendapat
perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah :
a. Aksessbilitas:
b. Kesesuaian lahan;
c. Ketersedian air;
d. Kesesuaian sebagai wahana rekreasi dan pendidikan;

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (5)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 6

e. Aspek Manajemen
Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen
tersebut antara lain :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih.
Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan
dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok
yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3. Fungsi Pergerakan (actuating)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok
agar malaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan
antusias.
4. Fungsi Pengawasan (controlling)
Fungsi ini merupakan tindakan-tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas
agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat.

g. Aspek finansial
Aspek finansial merupakan faktor dari keseluruhan aspek. Studi kelayakan bertujuan
untuk mengetahui potensi keuntungan dari usaha yang direncanakan. Aspek
finansial berkaitan dengan penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus
pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien,
sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor.
h. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat ini karena
setiap proyek yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan
disekitarnya, baik terhadap darat, air dan udara yang pada akhirnya akan berdampak
terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lain disekitarnya.

4. Focused Group Discusion (FGD)


Kegiatan FGD dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi dan mendalami
berbagai persolan terkait dengan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.
5. Kegiatan Penyusunan hasil dan rekomendasi
Kegiatan ini untuk menjawab masalah apakah rencana Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep layak untuk dilaksanakan.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (6)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 7

11 Keluaran
Keluaran dari Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah Rencana Tindaklanjut, Rekomendasi dan Gambar rencana mengenai
kelayakan rencana Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep. Softcopy laporan
dalam bentuk Hardsik Eksternal.

12 Peralatan,Material,personil dan Fasilitas dari PembuatKomitmen


Pejabat Pembuat Komitmen menyediakan fasilitas ruang rapat dan surat pengantar
survei dan atau surat keterangan tenaga ahli untuk mendukung penyelesaian pekerjaan.

13 Peralatan dan Material dariPenyedia Jasa Konsultansi


Penyedia Jasa Konsultansi wajib menyediakan segala keperluan peralatan dan material
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, antara lain :
a) Kendaraan untuk mobilisasi porsonil dan peralatan
b) Peralatan Kantor : Komputer (1 unit), Printer (1 unit), Kamera Digital (2 unit), GPS (1
unit)

14 Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Lingkup kewenangan Penyedia Jasa akan diatur dalam Kontrakkerja

15 Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


2 (dua) bulan kalendar atau 60 (Enam Puluh Hari) hari kalender

16 Personil Kualifikasi Tenaga Ahli


1. Team Leader
Sekurang-kurangnya Master Manajemen Kehutanan/Master Ekonomi Managemen
(S2/sederajat) dengan pengalaman profesional dalam bidang yang relevan dengan
pekerjaan minimal selama 4 (empat) tahun

2. Tenaga Ahli Planologi


Sekurang-kurangnya Sarjana Planologi (S1) dengan pengalaman profesional yang
relevan dengan pekerjaan selama 4 (empat) tahun.

3. Tenaga Ahli Kehutanan


Sekurang-kurangnya Sarjana Kehutanan (S1) dengan pengalaman profesional yang
relevan dengan pekerjaan selama 4 (empat) tahun.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (7)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 8

4. Tenaga Ahli Keuangan


Sekurang-kurangnya Sarjana Ekonomi Akuntansi (S1/ sederajat) dengan pengalaman
profesional dalam bidang yang relevan dengan pekerjaan selama 4 (empat) tahun.

5. Tenaga Ahli Hukum


Sekurang-kurangnya Sarjana Hukum (S1/sederajat) dengan pengalaman profesional
dalam bidang yang relevan dengan pekerjaan selama 4 (empat) tahun.

Tenaga Pendukung :
1. Surveyor : Sebanyak 2 Orang
2. Operator Komputer : 1 Orang
3. Tenaga Administrasi: 1 Orang

17. Laporan Kegiatan


a) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat tentang gambaran umum wilayah studi, rencana kegiatan,
metodologi pelaksanaan mencakup jenis-jenis pekerjaan, cara penyelesaian
masingmasing jenis pekerjaan serta perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaiannya serta cara kerja yang akan diterapkan berdasarkan waktu studi yang
akan dilaksanakan, Ruang lingkup kegiatan dan keterlibatan tenaga ahli maupun tenaga
kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Spesifikasi Dokumen:
Nama Dokumen Laporan Pendahuluan
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan komunikatif (sesuai kesepakatan antara
konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (8)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 9

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 15 (Lima Belas) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan.

b) Laporan Antara
Laporan Antara memuat Kemajuan pelaksanaan pekerjaan, kendala, dan solusi
penyelesaiannya, hasil kajian yang dilengkapi dengan gambar, dan lampiran lainnya.
Spesifikasi Dokumen

Nama Dokumen Laporan Antara


Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study)
Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan komunikatif (sesuai
kesepakatan antara konsultan dan
pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

c) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat : seluruh hasil kajian yang dilengkapi dengan peta / gambar, table,
dan lampiran lainnya. Untuk keperluan pembahasan dalam seminar dibuat Ringkasan
Laporan Akhir (executive summary).
Spesifikasi Dokumen
Nama Dokumen Laporan Akhir
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan kumunikatif (sesuai kesepakatan antara

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (9)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 10

konsultan dan pemberi pekerjaan)


Jenis Kertas Sampul Glossy paper

d) Executive Summary
Executive summary memuat rangkuman keseluruhan hasil pekerjaan dan
diserahkan bersamaan dengan penyerahan laporan akhir.

Nama Dokumen Eksekutif Summary


Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 1 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 80 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan kumunikatif (sesuai kesepakatan antara
konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

18 Produksi dalam Negeri


Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Republik lndonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan
pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

19 Persyaratan Kerjasama
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain dipedukan untuk pelaksanaan
kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
1. Kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa nasional maupun dengan asing yang
masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas
berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.
2. Kerjasama usaha tersebut dapat dinamakan konsorsium atau joint venture atau
sebutan lainnya sepanjang tidak dimaksudkan untuk membentuk suatu badan hukum
baru dan mengalihkan tanggung jawab masing-masing anggota kerjasama usaha kepada
badan hukum tersebut.
3. Ketentuan Kemitraan antara penyedia barang/jasa untuk pelaksanaan paket pekerjaan
jasa konsultasi ini hanya berlaku untuk Pengadaan Jasa Konsultansi oleh Badan Usaha.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (10)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 11

20 Pedoman Pengumpulan Data Lapangan


Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut, antara lain:
1. Memenuhi kaidah-kaidah pengumpulan data statistik dan kaidah-kaidah ilmiah;
2. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan data terbaru yang setidaknya
mencerminkan kondisi 2 (dua) tahun terakhir.

21 Alih Pengetahuan
Jika diperlukan Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan
pertemuan dan pembatasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil
proyek/satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (11)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 12

B.2. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN


PROGRAM KERJA

Sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Pekerjaan
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep,
konsultan dalam menyusun Dokumen Usulan Teknis diwajibkan menyampaikan uraian
pendekatan, metodologi dan program kerja sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
yang dimiliki. Uraian pendekatan, metodologi dan program kerja perlu disampaikan guna
melengkapi ataupun menyempurnakan KAK yang telah ada agar lebih optimal sehingga
dapat meningkatkan kualitas pekerjaan serta produk yang dihasilkan.

Pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten


Sumenep dimaksudkan untuk menilai kelayakan pembangunan Arboretum yang
menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum,sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran,aspek teknis dan teknologinya, dimana itu semua digunakan untuk
dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan
apakah suatu proyek dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Lokasi dan bentuk Arboretum yang akan
dibangun dalam hal ini data tanam tumbuh, data tanah berupa kondisi fisik dan kimia
tanah, pH tanah, ketinggian tempat, keadaan vegetasi. Topografi, bentang alam
pendukung misalnya kondisi akses jalan, sumber air berupa sungai dan areal dataran;
Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi dan dampaknya pembangunan Arboretum
di Kabupaten Sumenep; untuk mengetahui prinsip pengelolaan Arboretum; dan
mengetahui apakah pembangunan Arboretum sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten
Sumenep.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (12)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 13

B.2.1. METODOLOGI
B.2.1.1. PENDEKATAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMENEP
Pendekatan wilayah Kabupaten Sumenep dilakukan untuk memahami gambaran wilayah
studi dalam Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep. Secara rinci, pendekatan lokasi wilayah studi dijelaskan sebagai berikut.

1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN SUMENEP


Wilayah Kabupaten Sumenep berada diujung timur Pulau Madura dengan letak geografis
diantara 113 32 - 116 16 Bujur Timur dan 4 55 - 7 24 Lintang Selatan, dengan batas-
batas sebagai berikut :
Sebelah Selatan : Selat Madura
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kabupaten Pamekasan
Sebelah Timur : Laut Jawa dan Laut Flores

Wilayah Kabupaten Sumenep terdiri dari daratan dan kepulauan. Kabupaten Sumenep
memiliki 126 pulau (sesuai dengan hasil sinkronisasi luas Kabupaten Sumenep Tahun
2002), tersebar membentuk gugusan pulau-pulau baik berpenghuni (48 pulau) maupun
tidak berpenghuni (78 pulau). Pulau paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di
Kecamatan Masalembu dengan jarak 151 mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau
yang paling timur adalah Pulau Sakala dengan jarak 165 miI laut dari Pelabuhan
Kalianget.

Secara administratif Kabupaten Sumenep termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Sumenep terdiri dari 27 wilayah kecamatan, 332 desa/kelurahan dengan luas
wilayah keseluruhan mencapai 2,093.47 km2. Pusat pemerintahan kabupaten berada di
Kota Sumenep tepatnya di Kecamatan Kota Sumenep.

Tabel Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Desa/ Kelurahan


Jumlah Luas Wilayah
Nama Kelurahan Administrasi Terbangun
No
Kecamatan / % terhadap % terhadap
Desa Km2 Km2
Total Total
1 Pragaan 14 57.84 2.76 9.32 0.45
2 Bluto 20 51.25 2.45 13.07 0.62
3 Saronggi 14 67.71 3.23 9.76 0.47
4 Giligenting 8 30.32 1.45 6.65 0.32
5 Talango 8 50.27 2.40 7.81 0.37
6 Kalianget 7 30.19 1.44 3.12 0.15

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (13)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 14

Jumlah Luas Wilayah


Nama Kelurahan Administrasi Terbangun
No
Kecamatan / % terhadap % terhadap
Desa Km2 Km2
Total Total
7 Kota sumenep 16 27.84 1.33 6.83 0.33
8 Batuan 7 27.10 1.29 4.09 0.20
9 Lenteng 20 71.41 3.41 4.40 0.21
10 Ganding 14 53.97 2.58 6.20 0.30
11 Guluk guluk 12 59.57 2.85 5.68 0.27
12 Pasongsongan 10 119.03 5.69 15.05 0.72
13 Ambuten 15 50.54 2.41 4.36 0.21
14 Rubaru 11 84.46 4.03 7.45 0.36
15 Dasuk 15 64.50 3.08 4.68 0.22
16 Manding 11 68.88 3.29 3.04 0.15
17 Batu putih 14 112.31 5.36 10.61 0.51
18 Gapura 17 65.78 3.14 7.98 0.38
19 Batang-batang 16 80.36 3.84 20.57 0.98
20 Dungkek 15 63.35 3.03 6.79 0.32
21 Nonggunong 8 40.08 1.91 1.46 0.07
22 Gayam 10 88.40 4.22 5.85 0.28
23 Raas 9 38.90 1.86 5.78 0.28
24 Sapeken 9 201.89 9.64 1.59 0.08
25 Arjasa 19 241.99 11.56 5.88 0.28
26 Kangayan 9 204.68 9.78 5.88 0.28
27 Masalembu 4 40.85 1.95 2.90 0.14
Jumlah 332 2,093.47 100.00 186.80 8.92
Sumber : Kabupaten Sumenep Dalam Angka

Gambar Grafik Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Sumenep


Sumber: Kabupaten Sumenep Dalam Angka

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (14)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 15

Peta Administrasi Kabupaten Sumenep

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (15)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 16

2. KONDISI FISIK KABUPATEN SUMENEP


2.1. Topografi
Kondisi Topografi di Kabupaten Sumenep dapat dillihat dari ketinggian dan kemiringan
lahan. Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilihat dalam
aspek topografi, karena beberapa peruntukan lahan memerlukan persyaratan kemiringan
lahan. Kabupaten Sumenep secara umum berada pada ketinggian antara 0-500 meter di
atas permukaan laut. Sedangkan sebagian lagi berada pada ketinggian antara 500 1000
meter di atas permukaan laut. Kondisi ketinggian wilayah di Kabupaten Sumenep dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Wilayah dengan ketinggian 0 500 meter dpl seluas 208.697,40 Ha atau mencapai
luasan sekitar 99,72 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep
2. Wilayah yang memiliki ketinggian 500 1000 meter dpl mencapai luasan 578,42 Ha
atau sekitar 0,28 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep.

Selain dari ketinggian, kondisi topografi juga dapat dilihat dari kemiringan lahan.
Kabupaten Sumenep dengan luas sekitar 2.093,458 Km2, memiliki tingkat kemiringan
lahan yang bervariasi antara 0%-30%, 30% - 60% dan di atas 60%. Wilayah yang paling
luas memiliki kemiringan 0-30%, dengan capaian luasan sekitar 1.613,29 Ha atau
77,51%. Sedangkan kemiringan terluas berikutnya berada pada level 30-60% dengan
capaian luasan sekitar 437,39 Ha atau 21,02%. Kawasan ini dijumpai berupa kawasan
perbukitan. Sedangkan pada ketinggian > 60 % berupa pegunungan yang hanya
mencapai luasan sekitar 30,75 Ha atau 1,48 %.

2.2. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Sumenep dipengaruhi oleh keberadaan sungai yang
berjumlah 11 (sebelas) sungai besar. Sumber air baku berupa sungai di Kabupaten
Sumenep wilayah daratan saat ini memiliki debit yang relatif sedang. Dilihat dari kondisi
debit sungai tersebut, Kabupaten Sumenep wilayah daratan merupakan wilayah yang
memiliki potensi hidrologi yang cukup dalam kegiatan drainase perkotaan dan perdesaan.
Air yang mengalir dari sungai tersebut bermanfaat untuk kegiatan pertanian yaitu
pengairan sawah (Irigasi).

Sungai-sungai di Kabupaten Sumenep wilayah daratan cukup memberi peran penting


dalam pengelolaan sektor pertanian hanya perlu adanya pengaturan terutama dalam
mengatasi masa-masa paceklik (musim kemarau), hal ini disebabkan sumber air yang
ada tidak hanya untuk sumber pengairan pada sektor pertanian tetapi juga untuk

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (16)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 17

kebutuhan hidup sehari-hari penduduk setempat. Oleh sebab itu pada sungai-sungai perlu
dilakukan upaya pengkonservasian guna menjaga volume air untuk melayani tingkat
kebutuhan di Kabupaten Sumenep wilayah daratan. Berikut akan disajikan tabel dan Peta
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Sumenep.

Tabel Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Sumenep


Panjang Lebar Kedalaman
No Nama DAS
(Km) (m) (m)
1 Kali Saroka 7.65 20 8
2 Kali Marengan 8 12 2
3 Kali Patrean 7.5 8 6
4 Kali Lembung Duwak 6 8 7
5 Kali Sabuntar 2.3 10 6
6 Kali Bekjati 1.5 10 5
7 Kali Panele 4.5 10 8
8 Kali Anjuk 9 8 8
9 Kali Braji 2.5 10 8
10 Kali Sokrah 6.5 15 10
11 Kali Angsana 3 8 8
Sumber : Dinas PU. Pengairan Kabupaten Sumenep

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (17)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 18

JUDUL PETA:
SUMBER DAYA AIR KAB. SUMENEP

Gambar. Daerah Aliran Sungai dan Sumber Daya Air Kabupaten Sumenep

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (18)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 19

2.3. Keadaan Tanah


Keadaan tanah di Kabupaten Sumenep terdiri dari beberapa jenis tanah antara lain
sebagai berikut :
a. Jenis tanah Aluvial Hodromortif, sebagian besar terdapat di Kecamatan
Saronggidan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Batang-batang.
b. Jenis Tanah Alluvial Kelabu Kekuningan sebagian besar terdapat di Kecamatan
Kota Sumenep dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Saronggi.
c. Jenis Tanah Litosol, sebagian besar tedapat di Kecamatan Guluk-guluk dan
sebagiankecil terdapat di Kecamatan Lenteng.
d. Jenis tanah Asosiasi Litosol dan Mediteran, sebagian besar terdapat di Kecamatan
Bluto,Saronggi dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Talango.
e. Jenis Regusol Coklat Kekiningan, sebagian besar terdapat di Kecamatan
Giligenting dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Gapura.
f. Jenis tanah komplek Brows Forest Litosol dan meniteran, sebagian besar terdapat
diKecamatan Pragaan, Gading, Guluk-guluk, dan sebagian kecil terdapat
diKecamatan Saronggi dan Ambunten.
g. Jenis Tanah Grumosol Kelabu, sebagian besar terdapat di Kecamatan Gading
dansebagian kecil tedapat di Kecamatan Kalianget.
h. Jenis Tanah Komplek Mediteran Grumusol, egusol, dan Litosol sebagian besar
terdapat di Kecamatan Batu Putih dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan
Gapura

2.4. Klimatologi
Keadaan cuaca dapat dilihat dari tiga hal, yaitu curah hujan, temperatur, kelembaban
dan tekanan udara. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 98,5.
Gejala alam akhir-akhir ini agak sulit diprediksi sehingga cuhan hujan paling tinggi tidak
berurutan berdasarkan bulan. Data tahun 2015 menunjukkan selain curah hujan paling
tinggi di bulan Januari, juga terjadi pada bulan Mei, yaitu 67,5. Pada bulan Juli curah
hujan menurun menjadi 0,1. Sementara pada bulan berikutnya cenderung mengalami
penurunan sampai bulan Oktober.

Memperhatikan data yang tersedia pada tahun 2016 memperlihatkan bahwa


temperatur paling tinggi mencapai 29,6 C, yang terjadi pada bulan Oktober.
Sedangkan temperatur paling rendah mencapai 24,5 C yang terjadi pada bulan
Pebruari. Sementara itu penyinaran matahari maksimum atau tertinggi mencapai

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (19)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 20

100%, yang terjadi pada bulan Agustus dan pada bukan Oktober mencapai 99 %.
Penyinaran matahari terendah sebesar 56%, yang terjadi pada bulan Pebruari.

Data geografi lain adalah kecepatan angin. Di Kabupaten Sumenep ada tiga bulan di
mana kecepatan angin terkategori paling tinggi, yaitu pada bulan Juni, Juli, Agustus
dan September. Pada bulan Juli kecepatan angin memperlihatkan angka tertinggi
yakni 8,4 knot sedangkan bulan September kecepatan angin mencapai 7,1 knot.
Sementara pada bulan Maret, Nopember dan Desember adalah waktu kecepatan
angin paling rendah dibanding pada bulan-bulan lainnya.

3. DEMOGRAFI
Kondisi demografi atau kependudukan di Kabupaten Sumenep dapat digambarkan
melalui jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2016 jumlah
penduduk di Kabupaten Sumenep adalah 1.053.640 jiwa dengan persebaran jumlah
penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Kota Sumenep dengan jumlah penduduk
mencapai 71.514 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan
Batuan dengan jumlah penduduk 12.228 jiwa. Berikut akan disajikan tabel jumlah serta
pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Sumenep.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (20)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 21

Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumenep Tahun 2013-2017
Jumlah penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk/Km2
No Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pragaan 66,216 66,574 66,933 67,295 67,658 19,215 19,330 19,446 19,563 19,680 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 1145 1151 1157 1163 1170
2 Bluto 45,879 46,127 46,376 46,626 46,878 12,590 12,665 12,741 12,818 12,895 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 895 900 905 910 915
3 Saronggi 34,842 35,030 35,219 35,409 35,600 11,135 11,202 11,269 11,337 11,405 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 515 517 520 523 526
4 Giligenting 26,957 27,102 27,249 27,396 27,544 8,068 8,116 8,165 8,214 8,263 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 889 894 899 904 908
5 Talango 37,336 37,538 37,740 37,944 38,149 12,549 12,625 12,700 12,777 12,853 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 743 747 751 755 759
6 Kalianget 39,894 40,109 40,326 40,544 40,763 11,409 11,478 11,547 11,616 11,685 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 1321 1329 1336 1343 1350
7 Kota sumenep 71,900 72,288 72,678 73,071 73,465 18,588 18,699 18,811 18,924 19,038 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 2583 2597 2611 2625 2639
8 Batuan 12,294 12,361 12,428 12,495 12,562 3,494 3,515 3,536 3,557 3,579 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 454 456 459 461 464
9 Lenteng 57,703 58,015 58,328 58,643 58,960 16,988 17,090 17,193 17,296 17,400 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 808 812 817 821 826
10 Ganding 36,253 36,448 36,645 36,843 37,042 10,316 10,378 10,440 10,502 10,565 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 672 675 679 683 686
11 Guluk guluk 51,632 51,911 52,192 52,473 52,757 13,549 13,630 13,712 13,794 13,877 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 867 871 876 881 886
12 Pasongsongan 43,926 44,164 44,402 44,642 44,883 12,180 12,253 12,327 12,401 12,475 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 369 371 373 375 377
13 Ambuten 38,317 38,524 38,732 38,941 39,152 12,021 12,093 12,166 12,239 12,312 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 758 762 766 771 775
14 Rubaru 37,048 37,248 37,449 37,651 37,855 10,028 10,088 10,149 10,210 10,271 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 439 441 443 446 448
15 Dasuk 29,900 30,061 30,224 30,387 30,551 8,952 9,006 9,060 9,114 9,169 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 464 466 469 471 474
16 Manding 28,378 28,531 28,685 28,840 28,996 8,471 8,522 8,573 8,625 8,677 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 412 414 416 419 421
17 Batu putih 43,175 43,409 43,643 43,879 44,116 14,356 14,442 14,529 14,616 14,704 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 384 387 389 391 393
18 Gapura 37,371 37,573 37,776 37,980 38,185 11,873 11,944 12,015 12,088 12,160 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 568 571 574 577 580
19 Batang-batang 52,797 53,082 53,368 53,657 53,946 15,973 16,069 16,165 16,262 16,359 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 657 661 664 668 671
20 Dungkek 36,704 36,903 37,102 37,302 37,504 13,184 13,263 13,342 13,422 13,503 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 579 583 586 589 592
21 Nonggunong 13,410 13,483 13,555 13,629 13,702 5,393 5,425 5,458 5,491 5,524 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 335 336 338 340 342
22 Gayam 32,831 33,008 33,186 33,365 33,545 12,758 12,834 12,911 12,989 13,067 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 371 373 375 377 379
23 Raas 37,123 37,323 37,525 37,727 37,931 12,833 12,910 12,987 13,065 13,143 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 954 959 965 970 975
24 Sapeken 43,821 44,058 44,296 44,535 44,776 12,886 12,964 13,041 13,120 13,198 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 217 218 219 221 222
25 Arjasa 60,677 61,004 61,334 61,665 61,998 1,998 2,010 2,022 2,034 2,046 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 251 252 253 255 256
26 Kangayan 20,884 20,997 21,110 21,224 21,339 7,165 7,208 7,252 7,295 7,339 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 102 103 103 104 104
27 Masalembu 22,061 22,180 22,300 22,421 22,542 6,243 6,280 6,318 6,356 6,394 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 540 543 546 549 552
JUMLAH 1,059,330 1,065,050 1,070,801 1,076,584 1,082,397 322,196 324,129 326,074 328,031 329,999 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 506 509 511 514 517
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep, diolah

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (21)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 22

4. SOSIAL DAN BUDAYA


Kondisi sosial dan budaya penduduk di Kabupaten Sumenep akan digambarkan melalui
data dan informasi terkait fasilitas pendidikan yang tersedia, jumlah Kepala Keluarga (KK)
miskin serta jumlah rumah penduduk di wilayah Kabupaten Sumenep.

4.1. Kondisi Fasilitas Pendidikan


Di Kabupaten Sumenep fasilitas pendidikan yang tersedia sudah cukup memadai, mulai
dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Jumlah sekolah di Kabupaten
Sumenep 1.474 unit, terdiri dari sekolah TK negeri, TK Swasta, SD Negeri, SD Swasta,
SMP Negeri, SMP Swasta, SMA Negeri, SMA Swasta, SMK Negeri, dan SMK Swasta.
Berikut akan disajikan data fasilitas pendidikan di Kabupaten Sumenep.

Tabel Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumenep


JUMLAH SEKOLAH
NO NAMA KECAMATAN SMA/
TK SD SMP PT
SMK
1 Pragaan 18 23 7 6 1
2 Bluto 32 30 5 3 0
3 Saronggi 23 29 2 0 0
4 Giligenting 6 13 3 1 0
5 Talango 21 25 4 1 0
6 Kalianget 13 24 2 2 0
7 Kota sumenep 31 35 8 10 0
8 Batuan 8 7 1 2 2
9 Lenteng 25 28 6 6 0
10 Ganding 12 18 9 4 0
11 Guluk guluk 27 26 12 5 1
12 Pasongsongan 10 23 25 0 0
13 Ambuten 21 29 23 3 0
14 Rubaru 18 29 12 1 0
15 Dasuk 15 22 11 0 0
16 Manding 11 20 15 1 0
17 Batu putih 5 23 8 1 0
18 Gapura 16 19 16 2 0
19 Batang-batang 13 32 16 3 0
20 Dungkek 5 29 12 2 0
21 Nonggunong 8 14 7 1 0
22 Gayam 15 29 14 2 0
23 Raas 5 27 14 1 0
24 Sapeken 7 29 27 1 0
25 Arjasa 16 45 48 5 0
26 Kangayan 6 19 11 3 0
27 Masalembu 20 14 15 3 0
Jumlah 407 661 333 69 4
Sumber : Kabupaten Sumenep Dalam Angka

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (22)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 23

4.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sumenep mencapai 190.037 KK. Jumlah tersebut
tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Sumenep. Jumlah penduduk miskin
tertinggi terdapat di Kecamatan Batng-batang dengan jumlah 12.798 KK, sedangkan yang
terendah terdapat di Kecamatan Batuan dengan jumlah 1.547 KK. Berikut akan disajikan
tabel jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sumenep.

Tabel Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan di Kabupaten Sumenep


NO NAMA KECAMATAN Jumlah Penduduk Miskin (KK)
1 Pragaan 9.415
2 Bluto 10.112
3 Saronggi 4.197
4 Giligenting 2.771
5 Talango 10.495
6 Kalianget 6.960
7 Kota sumenep 5.238
8 Batuan 1.547
9 Lenteng 9.619
10 Ganding 5.121
11 Guluk guluk 8.928
12 Pasongsongan 6.210
13 Ambunten 10.709
14 Rubaru 5.161
15 Dasuk 4.567
16 Manding 6.276
17 Batu putih 12.260
18 Gapura 5.640
19 Batang-batang 12.798
20 Dungkek 7.171
21 Nonggunong 3.928
22 Gayam 9.170
23 Raas 6.251
24 Sapeken 6.384
25 Arjasa 9.662
26 Kangayan 5.452
27 Masalembu 3.995
Jumlah 190.037
Sumber : BPMP-KB Tahun 2016

4.3. Kondisi Fasilitas Perumahan


Kondisi fasilitas perumahan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sumenep secara
keseluruhan berjumlah 335.402 unit rumah yang tersebar di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Sumenep. Berikut akan disajikan tabel jumlah rumah di wilayah Kabupaten
Sumenep.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (23)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 24

Tabel Jumlah Rumah per Kecamatan di Kabupaten Sumenep


NO NAMA KECAMATAN JUMLAH RUMAH
1 Pragaan 1.124
2 Bluto 13.731
3 Saronggi 11.847
4 Giligenting 8.604
5 Talango 13.853
6 Kalianget 14.354
7 Kota sumenep 21.976
8 Batuan 3.764
9 Lenteng 18.598
10 Ganding 11.705
11 Guluk guluk 15.465
12 Pasongsongan 15.032
13 Ambuten 13.816
14 Rubaru 12.621
15 Dasuk 10.849
16 Manding 7.995
17 Batu putih 15.389
18 Gapura 12.545
19 Batang-batang 17.467
20 Dungkek 13.823
21 Nonggunong 6.084
22 Gayam 13.972
23 Raas 9.841
24 Sapeken 13.148
25 Arjasa 21.993
26 Kangayan 7.918
27 Masalembu 7.888
Jumlah 335.402
Sumber : Kabupaten Sumenep Dalam Angka

B.2.1.3. KAJIAN KEBIJAKAN KABUPATEN SUMENEP


Dokumen kebijakan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan Penyusunan Studi
Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep adalah dokumen regional
terkait penataan ruang yaitu RTRW Kabupaten Sumenep Tahun 2013 2033.

1. Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Sumenep


Tujuan umum penataan ruang untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten sebagai
pusat kawasan minapolitan yang didukung dengan pengembangan kawasan agropolitan,
pariwisata, dan industri, sehingga mampu mendorong kemandirian dan daya saing daerah
tanpa melupakan perlindungan dan kelestarian sumber daya alam, dengan :
2. Terwujudnya keseimbangan dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
perkotaan dan perdesaan baik di wilayah daratan dan kepulauan guna menciptakan
kesejahteraan di bidang ekonomi, social dan budaya melalui pembangunan fisik dan
nonfisik;

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (24)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 25

3. Terwujudnya suatu kawasan yang menjadi salah satu gerbang masuk Jawa Timur
melalui pengembangan konsep sistem pintu jamak (multi gate system) untuk
mempercepat pertumbuhan dan pengembangan kawasan, khususnya yang berbasis
kebaharian.
4. Terwujudnya suatu kawasan yang berjatidiri dan beridentitas yang berlandaskan
pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal guna mencapai kemajuan yang
mandiri.

Dikaitkan dengan Visi Kabupaten Sumenep dalam RPJMD Sumenep Tahun 2011-2025
Pembangunan Kabupaten Sumenep adalah SUPER MANTAP: Sumenep Makin
Sejahtera dengan Pemerintahan yang Bersih, Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan,
Adil dan Profesional

Sumenep Makin Sejahtera di sini memiliki dua makna, potensi sumber daya (resources)
alam yang melimpah dan kaya khazanah kebudayaan. SDA seperti migas, pertanian,
kelautan, perkebunan dan sektor industri (home industri). Untuk mendukung visi
pembangunan tersebut, kaitannya dengan Visi penataan ruang adalah: memajukan
Kabupaten Sumenep sebagai pusat kawasan minapolitan yang didukung dengan
pengembangan kawasan agropolitan, pariwisata dan industri untuk mendukung
perwujudan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Gerbang Timur Pulau Madura .

Untuk mewujudkan Visi penataan ruang, maka tujuan penataan ruang Kabupaten
Sumenep adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten sebagai pusat kawasan
minapolitan yang didukung dengan pengembangan kawasan agropolitan, pariwisata, dan
industri.

2. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Sumenep


Kebijakan dan Strategi penataan ruang wilayah, Kebijakan penataan ruang wilayah
merupakan arah tindakan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan Strategi penataan
ruang wilayah merupakan penjabaran dari kebijakan penataan ruang kabupaten ke dalam
langkah langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang, ditetapkan kebijakan penataan ruang Kabupaten,
meliputi:
b. pengembangan kawasan minapolitan;
c. pengembangan kawasan agropolitan;
d. pengembangan dan peningkatan kawasan pariwisata;

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (25)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 26

e. pengembangan kegiatan industri;


f. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;
g. pengendalian fungsi kawasan lindung;
h. Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana;
i. Pengembangan kawasan budidaya sesuai daya dukung lingkungan;
j. Pengembangan potensi pertambangan mineral dan non mineral; dan
k. pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
l. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

3. Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sumenep


Untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang, ditetapkan strategi penataan ruang
Kabupaten, meliputi:
1. Pengembangan kawasan minapolitan dengan strategi meliputi:
mengembangkan sentra-sentra minapolitan
mengembangkan hasil tangkapan ikan;
mengembangan budidaya perikanan; dan
mengembangkan prasarana pendukung sistem produksi, pengolahan, dan/ atau
pemasaran produk kelautan dan perikanan.

2. Pengembangan kawasan agropolitan dengan strategi meliputi:


mengembangkan sentra-sentra agroproduksi, agroteknologi, agroindustri,
agribisnis, dan agrowisata;
meningkatkan kualitas kelembagaan;
mengembangkan produk usaha pertanian, kehutanan, industri, perdagangan dan
pariwisata;
mengembangan budidaya pertanian;
mengembangkan sarana dan prasarana; dan
mengendalikan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan;

3. Pengembangan dan peningkatan kawasan pariwisata yang ramah lingkungan dengan


strategi meliputi:
mengembangkan pariwisata budaya, alam, dan buatan sesuai dengan
karakteristik dan potensi kawasan dengan mempertimbangkan daya dukung dan
keserasian lingkungan;
mengembangkan jaringan antar potensi wisata;

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (26)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 27

menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana wisata;


mengembangkan diversifikasi produk wisata; dan
mengembangkan promosi dan kerjasama wisata.

4. Pengembangan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan dengan strategi


meliputi:
mengembangkan pusat-pusat industri kecil;
mengembangkan kawasan peruntukan industri;
mengendalikan, mengawasi, dan menertibkan proses pengolahan limbah industri
besar dan menengah;
mengembangkan sistem proses pengolah limbah industri kecil dan industri rumah
tangga secara komunal; dan
mengendalikan secara ketat industri berpotensi menimbulkan kerusakan
lingkungan.

5. Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah dengan strategi
meliputi:
mengembangkan sistem transportasi yang menghubungkan tiap bagian wilayah di
daratan dan kepulauan;
meningkatkan sistem transportasi antar pusat kegiatan
mengembangkan sistem prasarana jaringan jalan antar wilayah pendukung
kawasan minapolitan, kawasan agropolitan, pariwisata, dan industri
mengembangkan sistem transportasi yang menjangkau tiap bagian wilayah dan
yang menghubungkan kawasan perdesaan perkotaan;
mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur
pendukung;
meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
mengembangkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya air;
dan
mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan.

6. Pengendalian fungsi kawasan lindung dengan strategi meliputi:


meningkatkan dan mengendalikan fungsi kawasan lindung;
memulihkan kawasan lindung yang telah menurun fungsinya;
meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung;

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (27)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 28

mengoptimalkan penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung;


meningkatkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung; dan
meningkatkan kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.

7. Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana dengan


strategi meliputi:
mengendalikan lingkungan pada daerah rawan bencana;
melestarikan lingkungan hidup; dan
mengembangkan sistem penanganan bencana.

8. Pengembangan kawasan budidaya sesuai daya dukung lingkungan dengan strategi


meliputi:
mengembangkan kegiatan budidaya unggulan beserta infrastruktur secara sinergis
dan berkelanjutan;
meningkatkan kawasan budidaya pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan;
mengembangkan dan melestarikan kawasan hutan produksi, perkebunan dan
peternakan;
mengembangkan dan meningkatan kegiatan pariwisata alam, buatan, dan sejarah
secara terintegrasi; dan
mengembangkan permukiman yang aman, nyaman, dan seimbang serta
mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

9. Pengembangan potensi pertambangan mineral dan non mineral meliputi:


pengembangan kawasan pertambangan mineral dan non mineral; dan
mengembangkan kerjasama eksplorasi dan eksploitasi potensi pertambangan.

10. Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan strategi meliputi:
meningkatkan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
mengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

11. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf h dengan strategi meliputi :
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (28)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 29

sekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan


keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan
kawasan budidaya terbangun;
mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan
untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan
turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian.

Secara spasial, RTRW Kabupaten Sumenep dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (29)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 30

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (30)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 31

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (31)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 32

B.2.1.4. KAJIAN TEORI


1. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna
mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam
wilayah tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
tersebut. Berdasarkan bobot kealamiahannya, bentuk RTH diklasifikasikan menjadi dua
yaitu alami (habitat alami, kawasan lindung) dan non alami atau RTH binaan (pertanian
kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman. Menurt Simonds (1983), pada
dasarnya ruang terbuka hijau merupakan ruang yang tidak terbangun yang memiliki
kekuatan untuk membentuk karakter suatu kota. RTH kota harus tetap dikembangkan
demi menjaga kelangsungan hidup manusia di kota. Tanpa keberadaan RTH akan
mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya.

Menurut Sulistyantara dalam Faikoh (2008), RTH memiliki sifat khusus, yaitu dalam
pengisiannya banyak didominasi oleh unsur hijau (tumbuhan), sedangkan unsur lainnya
yaitu bangunan dengan persentase yang sangat kecil yaitu 20%. Unsur hijau ini dapat
berupa tanaman ilmiah maupun budidaya tanaman, blueways (aliran sungai dan
hamparan banjir), greenways (yang berada di jalan bebas hambatan, jalan di taman,
transportasi, jalan setapak, jalan sepeda, tempat lari, taman-taman kota, dan area
rekreasi).

2. Manfaat dan Kriteria Ruang Terbuka Hijau


Ruang Terbuka Hijau (RTH), baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama
yaitu fungsi ekologis dan fungsi arsitektural, serta fungsi lainnya yaitu sosial, dan fungsi
ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan keberlanjutan kota. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi
atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh,
segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)
seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.Ada
beberapa manfaat ruang terbuka hijau menurut beberapa pendapat, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Identitas Kota
Jenis tanaman dapat dijadikan simbol atau lambang suatu kota yang dapat dikoleksi
pada areal RTH.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (32)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 33

b. Nilai Estetika
Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah
nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan
(pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk
pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang
cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan RTH terhadap
nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan RTH
karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrvinen dalam Riswandi,
2006).
c. Penyerap Karbon dioksida (CO)
RTH merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fito-
plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan
hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat
perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun RTH untuk
membantu mengatasi penurunan fungsi RTH tersebut. Jenis tanaman yang baik
sebagai penyerap gas Karbon dioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah damar
(Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena
leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina).
Penyerapan karbon dioksida oleh RTH dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20
tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson dan
McPherson, dalam Riswandi, 2006).
d. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan, dan mempertahankan
kondisi air tanah. Pada musim hujan, laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh
penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah
yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di perkotaan. RTH dengan
luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan
meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m Setiap tahun (Urban Forest
Research dalam Riswandi, 2006).
e. Penahan Angin
RTH berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 -
80 % (Hakim dan utomo, 2004). Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
mendesain RTH untuk menahan angin antara lain: 1) jenis tanaman yang ditanam
adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat, 2) daunnya tidak mudah gugur oleh
terpaan angin dengan kecepatan sedang, 3) memiliki jenis perakaran dalam, 4)

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (33)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 34

memiliki kerapatan yang cukup (50 60 %), 5) tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup
besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan (Forest Service
Publications dalam Riswandi, 2006).
f. Ameliorasi Iklim
RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu
pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena
tajuk pohon dapat menahan radiasi balik dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari
suatu RTH sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur
tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu
udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh
tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh RTH adalah
kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang
panas (heat island) akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung,
aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu udara 3-10 03C lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan
mengurangi suhu atmosfer pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service
Publications dalam Riswandi, 2006).
g. Habitat satwa
RTH bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Hutan kota dapat menciptakan lingkungan
alami dan keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan
menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service
Publications dalam Riswandi, 2006). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1 tahun 2007 manfaat RTH yaitu:
1) sebagai sarana untuk mencerminkan identitas daerah,
2) sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan penyuluhan,
3) sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial,
4) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan,
5) bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula,
6) sarana aktivitas sosial
7) sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat,
8) memperbaiki iklim mikro, dan
9) meningkatkan cadangan oksigen

Menurut Supriyatno dalam Nugroho (2009) , kriteria pengalokasian RTH antara lain: 1)
perencanaan RTH dikembangkan sesuai dengan jenis pemanfaatan ruang kotanya, 2)

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (34)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 35

rencana RTH dilakukan pada lahan yang bentang alamnya bervariasi menurut
keadaan lereng dan berada di atas permukaan laut serta memperhatikan
kedudukannya terhadap jalur sungai, jalur jalan, dan jalur pengaman utilitas, dan 3)
pada lahan perkotaan RTH dikuasai oleh badan hukum atau perorangan yang tidak
memanfaatkan atau ditelantarkan.

Bentuk Hutan Kota


Selanjutnya, Dahlan (1992) juga membagi hutan kota dalam klasifikasi bentuk sebagai
berikut.
a. Jalur Hijau
b. Taman Kota
c. Kebun dan Halaman
d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
e. Hutan Lindung
f. Kuburan dan Taman Pahlawan

3. Arboretum
Arboretum pertama kali dibuat di Derby, Inggris oleh Joseph Struut dan JC. London
dengan nama Derby Arboretum, yang diresmikan pada Tanggal 16 September 1840.
Tujuan pembuatan Arboretum ini adalah untuk menampung kegiatan rekreasi masyarakat
di alam terbuka dengan menyajikan koleksi pepohonan, semak dan vegetasi berkayu
yang disusun dan dideskripsikan sebagai petunjuk bagi para pengunjung untuk mencapai
tujuan penelitian dan pendidikan. Kamus Kehutanan (1989) diacu dalam Hastari (2005)
mendefinisikan Arboretum sebagai kebun pepohonan yang merupakan bentuk konservasi
plasma nutfah buatan manusia.

Arboretum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai
tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau
pendidikan. Secara umum, definisi arboretum adalah kebun koleksi tanaman pohon atau
kayu-kayuan (biasanya tanaman hutan) yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan terutama
ilmu kehutanan. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari arboretum adalah sebagai
pengatur tata air, pengendali erosi, pembentukan iklim mikro serta sebagai obyek wisata/
rekreasi alam.

Arboretum memiliki beberapa fungsi antara lain (1) fungsi pendidikan dan ilmu
pengetahuan, (2) fungsi ekologis, (3) fungsi rekreasi, (4) fungsi ekonomi, (5) memelihara
kualitas pohon, dan (6) fungsi estetis. Pengaturan penanaman tanaman koleksi di dalam

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (35)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 36

kebun koleksi tanaman seperti Arboretum ialah dikelompokkan menurut kekerabatan


pohon maupun manfaat tanaman, hubungan kekerabatan tersebut didasarkan klasifikasi
tanaman secara botani pada satu tingkat tertentu, misalnya famili. Disamping itu,
pengaturan tanaman juga dapat berdasarkan ciri geografis, nilai ekonomi, kepentingan
ekologi atau nilai estetika yang dimiliki tiap pepohonan tersebut (Taman 1955 diacu dalam
Hadi 2004).

4. Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Hayati


Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang menonjol.
Dengan luas wilayah darat hanya 1 persen dari seluruh wilayah darat dunia, Indonesia
memiliki sekitar 325.000 makhluk, yang merupakan lebih 16 persen makhluk di dunia
(Dephut, 2000). Keanekaragaman hayati sangat penting untuk kelangsungan sistem
jejaring kehidupan, yang menyediakan kesehatan, kemakmuran, pangan, energi dan jasa
yang sangat vital, bagi kehidupan manusia. namun telah terjadi perusakan hutan dan
perairan, sehingga terjadi kepunahan keanekaragaman hayati. Binatang dan tumbuhan
telah punah atau terancam punah atau menjadi langka. Berhubung dengan itu, perlu
peran serta berbagai pihak untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati tersebut.

Beberapa metode dan alat yang tersedia dalam pengelolaan keanekaragaman


hayati yang secara umum dapat dikelompokkan dalam konservasi insitu, konservasi
eksitu, restorasi dan rehabilitasi, pengelolaan lansekap terpadu, serta formulasi kebijakan
dan kelembagaan.
1. Konservasi insitu, meliputi metode dan alat untuk melindungi spesies, variasi genetik
dan habitat dalam ekosistem aslinya. Pendekatan insitu meliputi penetapan dan
pengelolaan kawasan lindung seperti: cagar alam, suaka margasatwa, taman
nasional, taman wisata alam, hutan lindung, sempadan sungai, kawasan plasma
nutfah dan kawasan bergambut. Dalam implementasinya, pendekatan insitu juga
termasuk pengelolaan satwa liar dan strategi perlindungan sumberdaya di luar
kawasan lindung. Di bidang kehutanan dan pertanian, pendekatan insitu juga
digunakan untuk melindungi keanekaragaman genetik tanaman di habitat aslinya serta
penetapan spesies dilindungi tanpa menspesifikasikan habitatnya.
2. Konservasi Eksitu, meliputi metode dan alat untuk melindungi spesies tanaman, satwa
liar dan organisme mikro serta varietas genetik di luar habitat/ekosistem aslinya.
Kegiatan yang umum dilakukan antara lain penangkaran, penyimpanan atau
pengklonan karena alasan: (1) habitat mengalami kerusakan akibat konversi; (2)
materi tersebut dapat digunakan untuk penelitian, percobaan, pengembangan produk

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (36)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 37

baru atau pendidikan lingkungan. Dalam metode tersebut termasuk: pembangunan


kebun raya, arboretum, koleksi mikologi, museum, bank biji, koleksi kultur jaringan dan
kebun binatang. Mengingat bahwa organisme dikelola dalam lingkungan buatan,
metode eksitu mengisolasi spesies dari proses-proses evolusi.
3. Restorasi dan Rehabilitasi, meliputi metode, baik insitu maupun eksitu, untuk
membangun kembali spesies, varietas genetik, komunitas, populasi, habitat dan
proses-proses ekologis. Restorasi ekologis biasanya melibatkan upaya rekonstruksi
ekosistem alami atau semi alami di daerah-daerah yang mengalami degradasi,
termasuk reintroduksi spesies asli, sedangkan rehabilitasi melibatkan upaya untuk
memperbaiki proses-proses ekosistem, misalnya Daerah Aliran Sungai (DAS), tetapi
tidak diikuti dengan pemulihan ekosistem dan keberadaan spesies asli.
4. Pengelolaan Lansekap Terpadu, meliputi alat dan strategi di bidang kehutanan,
perikanan, pertanian, pengelolaan satwa liar dan pariwisata untuk menyatukan unsur
perlindungan, pemanfaatan lestari serta kriteria pemerataan dalam tujuan dan praktek
pengelolaan. Mengingat bahwa tataguna lahan tersebut mendominasi keseluruhan
bentuk lansekap, baik di pedalaman maupun wilayah pesisir, reinvestasi untuk
pengelolaan keanekaragaman hayati memiliki peluang besar untuk dapat diperoleh.
5. Formulasi Kebijakan dan Kelembagaan, meliputi metode yang membatasi
penggunaan sumberdaya lahan melalui zonasi, pemberian insentif dan pajak untuk
menekan praktek penggunaan lahan yang secara potensial dapat merusak;
pengaturan kepemilikan lahan yang mendukung pengurusannya secara lestari; serta
menetapkan kebijakan pengaturan kepentingan swasta dan masyarakat yang
menguntungkan bagi konservasi keanekaragaman hayati.

5. Kerjasasama Pemerintah dan Badan Usaha


Public Private Partnership atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) merupakan kerjasama yang melibatkan sektor swasta dalam
penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat khususnya proyek infrastruktur sehingga
ada pembagian sumber daya, pengendalian dan resiko antara kedua belah pihak.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan PPP
sebagai kontrak antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan dan pendanaan
infrastruktur (capital asset) dimana tujuan pelayanan pemerintah bertemu dengan tujuan
keuntungan swasta. PPP merupakan kerjasama pemerintah dengan swasta dalam
penyediaan infrastruktur yang meliputi : desain dan konstruksi, peningkatan
kapasitas/rehabilitasi , operasional dan pemeliharaan dalam rangka memberikan
pelayanan (Gunsairi, 2011). Definisi lain PPP menurut The National Council for Public-

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (37)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 38

Private Partnerships (NCPPP) adalah perjanjian kontrak antara instansi pemerintah


(federal dan negara bagian) dengan entitas sektor swasta dimana masing-masing pihak
(publik dan swasta) berbagi sumber daya, resiko dan keuntungan potensial dalam rangka
pembangunan jasa atau fasilitas umum.

PPP melibatkan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur, biasanya proyek


tersebut memerlukan modal yang besar dan atau teknologi tinggi. Menggunakan pola
kerjasama PPP suatu risiko dapat dibagi bersama antara sektor swasta atau sektor
pemerintah, jadi bila rekan dari pihak swasta membawa keahlian baru, lebih inovatif serta
manajemen resiko yang lebih baik dalam proyek publik, keuntungan dapat diperoleh
meskipun harga tinggi bisa membawa nilai lebih untuk sektor publik.

Prinsip Dasar PPP


Dalam PPP pihak swasta dan pemerintah memberikan andil dalam hubungan kerja sama
sehingga masing-masing pihak bertanggung jawab atas hasil kerjasama. Menurut
Gunsairi, terdapat empat prinsip dalam PPP, yaitu:
1. Adanya pembagian risiko antara pemerintah dan swasta dengan memberi pengelolaan
jenis risiko kepada pihak yang dapat mengelolanya.
2. Pembagian risiko ditetapkan dengan kontrak di antara pihak dimana pihak swasta
diikat untuk menyediakan layanan dan pengelolaannya atau kombi nasi keduanya.
3. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek (revenue) yang di bayar
oleh pengguna (user charge).
4. Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada pemerintah, untuk itu
bila swasta tidak dapat memenuhi pelayanan (sesuai kontrak), pemerintah dapat
mengambil alih.

Jenis Kontrak PPP


NCPPP membagi jenis PPP kedalam 8 (delapan) jenis yaitu Keterangan: Operation and
Maintenance (O&M), Operating, Maintenance & Management (OMM), DesainBuild (DB),
Desain-Build-Maintenance (DBM), Desain-Build-Operate (DBO), Design-Build-Operate-
Maintain (DBOM), Design-Build-Finance- Operate-Maintain (DBFOM), Build-Operate-
Transfer (BOT), Design-Build-Finance-Operate-Maintain-Transfer (DBFOMT), secara
ringkas terangkum pada Tabel berikut ini.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (38)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 39

Tabel 1. Jenis PPP


Jenis Modal Kepemilikan Desain dan Operasi dan
Konstruksi Pemeliharaan
O&M Pemerintah Pemerintah Swasta
OMM Pemerintah dan Pemerintah Swasta
Swasta
DB Pemerintah Pemerintah Swasta Pemerintah
DBM Pemerintah Pemerintah Swasta Pemerintah dan
Swasta
DBO Pemerintah Swasta Swasta Pemerintah
DBFOM Swasta dan Pemerintah Swasta Swasta
Pemerintah
DBFOMT Swasta Swasta sampai Swasta Swasta
akhir kontrak
BOT Pemerintah dan Swasta sampai Swasta Swasta
Swasta akhir kontrak
Sumber: NCPPP, diolah

6. Kepariwisataan
Pengertian pariwisata yang diambil dari beberapa sumber yang berbeda-beda adalah
sebagai berikut:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pariwisata didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan
dan turisme.
b. Menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan: Wisata adalah
kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
c. Menurut Hornby As Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam
perjalanannya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke
tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.

Menurut Fandeli dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan


Alam, meskipun mempunyai banyak pengertian yang berbeda-beda, Kepariwisataan
mempunyai sifat dasar, yaitu :
a. Kepariwisataan timbul di luar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya dengan
tujuan yang berbeda-beda.
b. Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama tinggal
wisatawan di tempat wisata.
c. Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal di suatu
tempat yang memberikan suatu suasana yang berbeda.
d. Lama tinggal di suatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu yang pendek
untuk kemudian kembali ke tempat asalnya

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (39)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 40

Untuk memandang kompleksifitas kepariwisataan, ada 3 elemen kepariwisataan, yaitu:


a. Wisatawan
Wisatawan merupakan pelaku utama dalam sistem ini. Pariwisata merupakan suatu
pengalaman manusia yang menyenangkan dan membantu membuang rasa jenuh dari
kehidupan sehari-hari yang bersifat rutin dan membosankan.
b. Letak Geografis
Dalam sistem ini, terdapat 3 daerah utama, yaitu :
1) Daerah Asal Wisatawan
Daerah ini adalah daerah asal wisatawan, yaitu daerah yang membangkitkan
kunjungan wisatawan menuju daerah atau Negara tertentu. Di daerah ini wisatawan
dirangsang dan dimotivasi untuk pergi ke suatu obyek dan daya tarik wisata tempat
wisatawan memperoleh segala informasi yang dibutuhkan menyangkut kepergianya
dalam melakukan perjalanan wisata.
2) Daerah Tujuan Wisata
Dalam banyak hal, daerah tujuan wisata merupakan akhir dari perjalanan wisata. Di
tempat wisata pengaruh yang kuat dari kepariwisataan akan banyak dirasakan. Di
tempat inilah wisatawan mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan
wisatanya.
3) Daerah Rute Transit
Daerah ini merupakan daerah antara tempat persinggahan sementara bagi
wisatawan yang sedang melakukan perjalanan. Tidak menutup kemungkinan bahwa
daerah ini menjadi tujuan akhir dari perjalanan wisatawan dikarenakan beberapa
alasan sehingga wisatawan tidak melanjutkan perjalanannya ke daerah wisata yang
dituju.

c. Industri Pariwisata
Bagian ini dipandang sebagai kegiatan perusahaan dari organisasi yang menyangkut
pengantar produk kepariwisataan. Adapun yang termasuk dalam industri pariwisata
adalah industri yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani
wisatawan sejak keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat tujuan, seperti :
biro perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko, cinderamata, dan lain-lain.

Jenis Pariwisata
Menurut Karyono jenis pariwisata terdiri atas :
1. Wisata Bahari, Wisata bahari sering dikaitkan dengan olah raga air seperti berenang,
menyelam, dan menikmati keindahan yang tersedia di air.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (40)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 41

2. Wisata Budaya, Seseorang yang dalam perjalanan wisata dengan tujuan untuk
mempelajari adat-istiadat yang terdapat di daerah tersebut.
3. Wisata Pilgrim, Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama dan kepercayaan dalam
masyarakat, misalnya: mengunjungi tempat-tempat suci.
4. Wisata Kuliner, Jenis wisata ini dikaitkan dengan makanan atau minuman untuk
dinikmati wisatawan pada daerah yang dimaksud.
5. Wisata Industri, Perjalanan yang dilakukan rombongan mahasiswa ke suatu industri
guna mempelajari atau meneliti industri tersebut, misalnya berkunjung ke IPTN untuk
melihat industri pesawat terbang.
6. Wisata Komersil, Istilah lainnya adalah wisata bisnis, wisatawan yang masuk dalam
jenis wisata ini adalah mereka yang melakukan perjalanan untuk melakukan tujuan
yang bersifat komersil atau dagang, misalnya mengunjungi pameran dagang atau
pameran industri.

Pengembangan Objek Wisata


Pengembangan kepariwisataan dapat berarti sebagai upaya penyediaan atau
peningkatan fasilitas dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (Pearce,
1983 dalam Santoso, 2004). Menurut Yoeti berkembangnya suatu obek wisata wisata
tergantung pada produk industri pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, kemudahan
perjalanan, sarana dan fasilitas serta promosi. Sedangkan menurut Spillane untuk
memuaskan wisatawan di tiap objek wisata harus memiliki lima unsur yang saling
tergantung yaitu : attraction, facilities, infrastruktur, transportation, hospitality (Spillane,
1994 : 63).

Pengembangan kepariwisataan dapat didefinisikan secara khusus sebagai upaya


penyediaan atau peningkatan fasilitas dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan. Tetapi secara lebih umum pengertiannya dapat mencakup juga dampak-
dampak yang terkait seperti penyerapan / penciptaan tenaga kerja ataupun perolehan /
peningkatan pendapatan.

Secara diagramatis, kerangka pemikiran Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan


Arboretum di Kabupaten Sumenep dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (41)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 42

LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG


DIBANGUNNYA
Degradasi lingkungan ARBORETUM
akibat berkurangnya ASPEK
vegetasi /RTH yang berlih HUKUM
fungsi menjadi lahan TUJUAN
terbangun DIBANGUNNYA
FAKTA/KONDISI HARAPAN ARBORETUM

Adanya Alih fungsi lahan Meningkatnya RTH di Kabupaten


produktif menjadi lahan Sumenep berupa Arboretum Bentang Alam
KESENJANGAN sebagai salah satu upaya ASPEK Kesesuaian Lahan
tambak udang TEKNIS LOKASI ARBORETUM Pendukung
peningkatan kualitas lingkungan PRINSIP
Meningkatnya jumlah
sekaligus sebagai wahana wisata Aksesbilitas PENGELOLAAN
perumahan yang Kondisi Akses Jalan
edukasi ARBORETUM
menggunakan lahan resapan
maupun lahan produktif Ketersediaan Air
Sumber Air berupa
Kesesuaian sebagai sungai dan Areal
wahana wisata Dataran
RUMUSAN MASALAH
rekreasi dan
Apakah Arboretum layak dikembangkan di
pendidikan Topografi
Kabupaten Sumenep khususnya di Lahan
Hutan Produksi Perum Perhutani Petak
49E yang terletak pada kawasan Asta Analisis Potensi RTH Ketinggian tempat
Tinggi di desa Kebunagung Kabupaten dan Signifikasi
Sumenep Historis Tanaman di Data fisik,kimia, ph
Kabupaten tanah

ANALISA
Sumenep

Analisis Kebutuhan
TUJUAN MANFAAT RUANG LINGKUP BENTUK Keadaan vegetasi
RTH berdasarkan
Sebagai naskah akademik bagi fungsi ekologisnya ARBORETUM KAJIAN DAMPAK
penelitian studi kelayakan pemerintah Kabupaten Sumenep dalam aspek hukum, sosial
Data tanam tumbuh PSIKOSOSIAL
dan hasilnya digunakan mengambil keputusan mengenai layak ekonomi dan budaya,
untuk mengambil tidaknya rencana pembangunan aspek pasar dan
keputusan apakah suatu Arboretum di Kabupaten Sumenep pemasaran, aspek
PASCA PROYEK KONDISI SOSIAL PASCA PROYEK
proyek dapat dikerjakan teknis dan teknologi ASPEK SOSIAL
EKONOMI ENONOMI
atau ditunda dan bahkan PRA PROYEK PRA PROYEK
MASYARAKAT
tidak dijalankan SEKITAR
ASPEK
PEMASARAN
KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN KELAYAKAN
TERINTEGRASI PEMASARAN
ASPEK
MANAJEMEN

REKOMENDASI
PENGELOLAAN
PRIMER SEKUNDER MANAJEMEN
ASPEK
Teknik:
FINANSIAL
Sumber Data Observasi Sumber Data KELAYAKAN
Survey Dokumentasi Pustaka, Perundangan, FINANSIAL
Masyarakat Wawancara BPS, instansi ASPEK
DAMPAK
LINGKUNGAN

ANALISIS

Gambar. Kerangka Pemikiran


Sumber: Konsultan, 2017 LAYAK TIDAK LAYAK

DILAKSANAKAN DIBATALKAN

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (42)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 43

B.2.1.5. ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA


Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka analisa dalam Penyusunan Studi
Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep meliputi:
1) Analisa Aspek Hukum
Legalitas sebuah usaha yang direncanakan terkait dengan kebijakan pemerintah dan
aspek hukum. Usaha yang direncanakan tidak boleh bertentangan dengan kebijakan
dan hukum yang berlaku.Tanpa dukungan legalitas, usaha yang direncanakan
dikhawatirkan akan mendapat hambatan pada tahap implementasi rencana
dan keberlanjutan usahanya terancam berhenti. Selain itu, legalitas usaha yang
direncanakan sangat diperlukan apabila akan berhubungan dengan pihak lain seperti
bank, investor, pemerintah, dan pihak-pihak lainnya.Dengan demikian aspek
legalitas dalam studi kelayakan harus menjadi bahan pertimbangan. Beberapa hal
yang harus dikaji dari aspek legalitas ini adalah :
1. Kesesuaian lokasi/ tempat usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
2. Kesesuaian lokasi/ tempat usaha dengan Rencana Deteil Tata Ruang (RDTR)
3. Bentuk badan usaha apa yang akan dipergunakan.
4. Jaminan-jaminan apa saja yang bisa disediakan kalau akan menggunakan
sumber dana yang berupa pinjaman.
5. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan, dan sebagainya.

Secara umum, berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek akan
dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk :
Perijinan :
1. Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten Sumenep
2. Izin lokasi
3. sertifikat (akte tanah),
4. bukti pembayaran PBB yang terakhir,
5. rekomendasi dari Kelurahan, kecamatan dan kabupakan atau pemerintah.

Izin usaha :
1. Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan
hukum lainnya.
2. NPWP (nomor pokok wajib pajak)
3. Surat tanda daftar perusahaan
4. Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
5. Surat tanda rekanan dari pemda setempat

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (43)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 44

2) Analisa Aspek Teknis


Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila
sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukan peluang yang
cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini
sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan
teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi,
sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi
perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari. Produk dapat dikatakan layak
secara teknis jika produk dapat diterima dan dapat diproduksi secara massal dengan
mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada kelayakan teknis teknologi yang
digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada apakah teknologi yang
digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunanya.

Soeharto (1995) menambahkan pengkajian aspek-aspek teknik mencakup hal-hal:


menentukan letak geografis lokasi, mencari dan memilih teknologi proses produksi,
menentukan kapasitas produksi, denah atau tata letak instalasi, bangunan instalasi
(plant building). Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian
aspek ini yaitu :
a. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik,
gudang, cabang maupun kantor pusat.
b. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi
yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
c. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.
d. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk
dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
e. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di
masa yang akan datang.

Di dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan dan
diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek ini
juga mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Banyak perusahaan yang
telah jalan, namun aspek ini masih merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan karena kesalahan memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar
pada saat pendirian usaha, seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya
bahan baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya teknologi yang digunakan,

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (44)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 45

mahalnya biaya tenaga kerja, dan lain sebagainya. Pengkajian aspek teknis dalam
studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan atas
garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik
proyek. Pengkajian aspek teknis amat erat hubungannya degan aspek-aspek lain,
terutamaaspek ekonomi, finansial dan pasar.
2.1. Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan dilakukan menurut metoda yang dideskripsi dalam
Arsyad (2010, dengan modifikasi) dan Hardjowigeno & Widiatmaka (2007).
Dalam analisis ini, kriteria yang digunakan disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel Analisis Kemampuan Lahan
No. Faktor I II III IV V VI VII VIII
1 Tekstur tanah (t)
a. lapisan atas t2/t3 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
(40 cm)
b. Lapisan bawah t2/t4 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
2 Lereng permukaan i0 i1 i2 i3 (*) l4 i5 i6
(%)
3 Drainase d0/d1 d2 d3 d4 (**) (*) (*) (*)
4 Kedalaman efektif k0 k0 k1 k2 (*) k3 (*) (*)
5 Keadaan erosi e0 e1 e1 e2 (*) e3 e4 (*)
6 Kerikil/batuan b0 b0 b0 b1 b2 (*) (*) b3
7 Banjir w0 w1 w2 w3 w4 (*) (*) (*)
Sumber: Arsyad (2010, dengan modifikasi); Hardjowigeno & Widiatmaka (2007) .

2.2. Analisis Kesesuaian Lokasi Wisata


Menurut (prof.Dr. I Gde Pitana, M.Sc & I Ketut Surya Diarta, SP., MA, 2009)
umumnya perencanaan strategis dalam pariwisata terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu menentukan bisnis/ usaha apa yang akan dimasuki, menentukan tujuan
organisasi yang akan dicapai, mengumpulkan informasi dan pengetahuan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, menganalisis informasi, terutama
yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari
organisasi.

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang
memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan. Hal

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (45)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 46

ini juga diungkapkan oleh Drs. Oka A.Yoeti, dimana ada bebereapa hal yang
menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah.Hal-hal tersebut
adalah benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam istilah
pariwisatadisebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah iklim,
bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna.

Menurut Yoeti (1997), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa


aspek yang perlu diperhatikan yaitu Wisatawan (Tourist), transportasi,
atraksi/obyek wisata, fasilitas pelayanan, informasi dan promosi.

Tabel kriteria pengembangan wisata


Kriteria Sub Kriteria
Potensi pasar Jumlah penduduk sekitar kawasan objek wisata
Jarak Obyek dari Terminal Bus atau Non-Bus
Daya tarik Keindahan Alam yang Menjadi Daerah Tujuan Wisata
Keunikan daya tarik wisata
Pilihan Kegiatan
Kebersihan Udara
Sarana dan kantor pos
prasarana jaringan telepon
penunjang
Puskesmas,
jaringan listrik
rumah makan,
pusat perbelanjaan/pasar,
bank.
Ketersedian sumber Jarak sumber air terhadap lokasi obyek,
air bersih dapat tidaknya/kemudahan air dialirkan ke obyek,
Kontinuitas ketersedian air .
Aksesibilitas/kadar Kondisi jalan
hubungan
Fasilitas transportasi untuk membawa wisatawan ke tempat
wisata
Kondisi Lingkungan Status kepemilikan Lahan
Sikap Masyarakat
Mata Pencaharian
Pendidikan
Pengelolaan,dan Pengelolaan
Perawatan Sarana Perawatan dan Pelayanan
Sumber: Yoeti (1997)

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (46)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 47

3) Analisa Aspek Dampak Lingkungan


Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah
sebelum suatu investasi atau usaha yang dijalankan. Dampak lingkungan hidup yang
terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan
fisik, kimia, biologi, atau sosial. Studi ini lebih dikenal dengan nama Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Pengertian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
menurut PP No. 27 Tahun 1999 Pasal 1 adalah telaah secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan.

Adapun pengertian lainnya yaitu teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan
dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya, maka diberikan jalan
alternatif pencegahannya. (Kasmir, 2008) Analisis mengenai dampak lingkungan
(Amdal) adalah suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang
meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari bangunannya, proses
maupun sistem dari proyek terhadap lingkungan yang berlanjut ke lingkungan hidup
manusia yang meliputi penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Term of
Refference Andal, RencanaPengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). (Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis Peternakan,
2010).

Gambar. Peranan Amdal dalam Perencanaan Proyek

Amdal dilakukan untuk mengetahui dampak jika suatu investasi jadi dilakukan, baik
dampak negatif maupun yang berdampak positif dan ada yang dampaknya dirasakan
sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang.
Adapun kegunaan Analisis Dampak Lingkungan diantaranya yaitu :
a. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan Aktivitas pengelolaan lingkungan
baru dapat dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (47)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 48

berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan timbul akibat proyek


peternakan yang akan dibangun. Dalam kenyataannya apabila dampak lingkungan
yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataannya, ini dapat saja terjadi
kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik proyek melakukan usahanya
tidak sesuai AMDAL
f. Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek Seharusnya AMDAL dilakukan bersama
sama dimana masing masing aspek lainnya sehingga penilaian yang optimal
dapat diperoleh proyek. Kenyataan yang biasa terjadi adalah bahwa hasil studi
kelayakan untuk aspek lingkungan tidak dapat menghasilkan kesesuaian studi
kelayakan untuk aspek lainnya. Bagian dari AMDAL yang diharapkan oleh aspek
teknis dan ekonomis biasanya adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat
menunjang perwujudan proyek, terutama sumber daya yang diperlukan proyek
tersebut seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar.
g. AMDAL sebagai dokumen penting Laporan AMDAL merupakan dokumen penting
sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian
proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa proyek telah dibangun. Hal-hal
yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi semua rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup.
2. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak besar dan penting.
3. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usaha dan/atau kegiatan usaha
yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
4. Merumuskan RKL dan RPL Sedangkan kegunaan dilaksanakannya studi
AMDAL adalah:
Sebagai bahan bagi perencana dan pengelola usaha dan pembangunan
wilayah.
Membantu proses pengembalian keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.
Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pematauan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (48)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 49

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari


sutau rencana usaha dan/atau kegiatan

Berikut ini beberapa contoh komponen lingkungan hidup yang bisa di pilih untuk di
telaah sesuai hasil pelingkupan dalam KA-AMDAL.penyusun dapat menelaah
komponen lingkungan hidup yang lain dari daftar contoh komponen ini,bila dianggap
penting berdasarkan hasil penilaian lapangan dalam studi AMDAL ini.
Fisik kimia
Komponen fisik kimia yang penting untuk di telaah di antaranya :
1. Iklim,kualitas udara, dan kebisingan
2. Fisiografi
3. Hidrologi
4. Hidrooseanografi
5. Ruang, lahan, dan tanah

Lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai dengan rona lingkungan yang ada.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam rona lingkungan hidup adalah sbb:
1. Wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan.
2. Kondisi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber daya alam yang ada
diwilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan baik yang sudah dan yang akan
dimamfaatkan maupun yang masih dalam bentuk potensi.

Bilogi
Komponen biologi yang penting untuk di telaah di antaranya :
1. Flora
2. Fauna
3. Sosial
4. Demografi
5. Ekonomi
6. Budaya
7. Kesehatan masyarakat

Sistematika Pelaksanaan Amdal:


Usulan proyek
Penyajian informasi lingkungan
Membuat kerangka acuan (TOR)

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (49)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 50

Membuat ANDAL
Membuat RKL dan RPL
Implementasi pembangunan proyek dan aktivitas pengelolaan lingkungan

4) Analisa Aspek pemasaran


Berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk suatu produk yang akan di tawarkan
oleh suatu proyek tersebut :
a. Potensi pasar
Jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau hasrat
untuk menggunakan
b. Tentang perkembangan/pertumbuhan penduduk :
perilaku, kebiasaan, preferensi wisata, kecenderungan permintaan masa lalu, dll.
c. Pemasaran, menyangkut tentang starategi yang digunakan untuk meraih sebagian
pasar potensial atau pelung pasar atau seberapa besar pengaruh strategi tersebut
dalam meraih besarnya market share.

Strategi pemasaran yang dirancang harus meliputi semua faktor yang berhubungan
dengan produk, seperti kondisi pasar pada saat ini, analisa SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Treaty) atau analisa mengenai kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, strategi promosi, strategi perolehan laba dan pengendalian.

5) Analisa Aspek Finansial


Tujuan analisis Finansial adalah Untuk mengurai analisis kuantitatif terhadap
kelayakan finansial (keuangan) dari suatu proyek pembangunan arboretum. Bagian ini
Juga akan menunjukkan apakah proyek membutuhkan dukungan fiskal dan
pendanaan tambahan dari Pemerintah. Secara umum, Analisis keuangan harus
memuat:
h. Kajian kelayakan proyek secara keuangan, dengan memberikan gambaran secara
jelas terhadap kinerja keuangan dari sudut pandang penerimaan dan pengeluaran
keuangan proyek, termasuk risiko yang akan dihadapi selama siklus proyek
(project viability).
i. Kajian kebutuhan terhadap dukungan pemerintah (pusat maupun pemerintah
daerah), apabila di kajian awal dinyatakan bahwa proyek ini tidak layak dengan
hanya mengandalkan pendanaan dari Badan Usaha dan potensi pemasukan dari
pengguna (user charge) fasilitas infrastruktur yang akan dibangun.Termasuk juga

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (50)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 51

yang dikaji adalah kerangka waktu yang dibutuhkan terhadap dukungan


Pemerintah yang diperlukan agar proyek menjadi layak.
j. Gambaran yang jelas terkait sumber pendanaan proyek termasuk persyaratan
yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha terhadap pengembalian pendanaan, bila
pendanaan tersebut didapat dari sektor perbankan atau swasta lainnya.

Dalam suatu investasi, komponen biaya merupakan komponen yang sangat penting.
Perhitungan yang matang dari desain model pembiayaan harus direncanakan dengan
baik, desain pembiayaan ini bisa dilakukan dengan melakukan perhitungan secara
detail atau dengan mengambil perbandingan dari data-data yang telah ada di tempat
lain. Dengan analisis ini kemudian didapatkan besarnya nilai investasi awal yang
dibutuhkan untuk proyek ini, kemudian bisa ditentukan sumber dana yang akan
digunakan dalam proyek, dengan melakukan perbandingan antara biaya sebagai
modal sendiri dan biaya modal sebagai suatu pinjaman dari suatu lembaga keuangan.
erdasarkan uraian pendapatan serta pengeluaran pada kegiatan wisata, selanjutnya
dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV),
Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period. Analisis investasi meliputi:
a. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang
arus biaya. ika NPV 0, berarti pembangunan wisata yang akan dibuat oleh
pemerintah pada kawasan pariwisata layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika
NPV < 0, maka usaha wisata yang akan dibuat oleh pemerintah pada kawasan
pariwisata tidak layak untuk dilaksanakan.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV usaha
sama dengan nol. Internal Rate of Return merupakan arus pengembalian yang
menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas yang keluar.
Jika IRR tingkat diskonto, maka pembangunan wisata yang akan dibuat oleh
pemerintah pada kawasan pariwisata layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika
IRR < tingkat diskonto, maka pembangunan wisata yang akan dibuat oleh
pemerintah pada kawasan pariwisata tidak layak untuk dilaksanakan.
c. Payback Periode
payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang
diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (51)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 52

ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru


dapat mengembalikan

Konsekuensi penggunaan modal pinjaman. sebagai salah satu pendanaan dalam


berinvestasi menyebabkan komponen biaya tambahan berupa bunga pinjaman.
a. Biaya Penyediaan Lahan
Perhitungan biaya penyediaan lahan diperhitungkan untuk pembelian tanah yang
akan digunakan untuk lokasi pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata seperti
untuk: lahan parkir dan fasilitas lainnya.
b. Biaya Konstruksi
Perhitungan biaya konstruksi dilakukan terhadap bangunan-bangunan dan
fasilitas-fasilitas yang akan dibangun di obyek wisata ini dengan harga perkiraan
sebesar:
c. Biaya Operasional
Perhitungan biaya operasional dilakukan terhadap komponen-komponen
pembiayaan yang dikeluarkan untuk mendukung beroperasinya obyek pariwisata
d. Biaya Peralatan
Banyak jenis peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan obyek wisata
e. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan sangat penting sekali dianggarkan selama beroperasinya
obyek wisata ini, besarnya nilai biaya pemeliharaan ditetapkan sebesar 10 persen
dari biaya pembangunan konstruksinya.

6) Analisa Aspek manajemen


Menurut (Diarta & Pitana, 2009:81) pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada
perinsipperinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,
komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan
wisatnya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal.

7) Analisa Aspek Sosial dan Ekonomi


Analisis ekonomi adalah Proyek yang dinilai dari sisi social benefit/economic benefit
yaitu proyek yang benefitnya dihitung dari sisi manfaat yang dihasilkan proyek
terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara menyeluruh. Proyek
seperti ini lebih mengutamakan pada penilaian kelayakan social benefit/economic
benefit, pada berbagai kesempatan sering disebut dengan analisis evaluasi proyek/
Project Appraisal. Penilaian manfaat lebih dititik beratkan pada penilaian social benefit

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (52)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 53

dan social cost, dimana penilaian manfaat dan biaya proyek dilihat dari sisi
perekonomian masyarakat secara keseluruhan dan analisisnya dinamakan analisis
ekonomi. (Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis Peternakan, 2010). Menurut (pitana &
Diarta, 2009;155) pariwisata sebagai salah satu produk pelayanan khusus, mencakup
beberapa hal spesifik yang harus dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata
mau memaksimalisasi potensi untuk sukses. Faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran pariwisata, yaitu:
1. Faktor permintaan Potensial
Sesungguhnya permintaan potensial atas produk pariwisata dapat diperkirakan,
seperti Jumlah penduduk sekitar kawasan dan Tingkat kepadatan penduduk.
2. Faktor tempat wisata
Begitupun dengan penawaran, menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada
empat aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata, yaitu
attraction (daya tarik), acesable

Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat karena adanya suatu
proyek tersebut :
b. Dari sisi budaya
Mengkaji tentang dampak keberadaan peroyek terhadap kehidupan masyarakat
setempat, kebiasaan adat setempat.
c. Dari sudut ekonomi
Apakah proyek dapat mengubah atau justru mengurangi income per capita
panduduk setempat. Seperti seberapa besar tingkat pendapatan per kapita
penduduk, pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga kerja setempat atau
UMR, dll.
d. dari segi sosial
Apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas
semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lainnya,
pendidikan masyarakat setempat.

Untuk mendapatkan itu semua dengan cara wawancara, kuesioner, dokumen, dll.
Untuk melihat apakah suatu proyek layak atau tidak dilakukan dengan
membandingkan keinginan investor atau pihak yang terkait dengan sumber data yang
terkumpul.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (53)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 54

B.2.1.5. METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi merupakan cara/ metode yang dirumus Pihak Konsultan untuk mewujudkan
kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.
Metodologi ini dikelompokkan menjadi beberapa substansi, yaitu: Aspek Pelaksanaan
Kegiatan, Aspek Penyusunan Studi, dan Aspek Penyusunan Laporan. Keseluruhan
substansi tersebut akan menggambarkan pendekatan dan metodologi (dalam skema
Pendekatan dan Metodologi) yang digunakan Pihak Konsultan dalam pelaksanaan
kegiatan ini. Berikut merupakan uraian masing-masing substansi metodologi penelitian
yang digunakan:

1. STUDI KELAYAKAN
Menurut (Ibrahim, 2003) Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak
dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncakan. Pengertian layak disini adalah
kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat (benefit) baik dalam arti financial benefitmaupun dalam arti social benefit.
Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu
menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi
penilaian yang dilakukan. Desain Studi Kelayakan meliputi:
Identifikasi
Pengamatan lingkungan untuk mencari peluang keuntungan
Perumusan
Menterjemahkan kesempatan investasi menjadi rencana yang konkret
Penilaian
Melakukan analisis aspek-aspek yang mempengaruhi
Pemilihan
Melakukan pemilihan atas pertimbangan keterbatasan-keterbatasan (constrains)
Implementasi
Pelaksanaan sesuai dengan hasil perencanaan

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (54)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 55

Kerangka pemikiran Studi Kelayakan Proyek:

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis

Layak Pelaksanaan

Rekomendasi

Tidak Layak Pembatalan

2. ASPEK PELAKSANAAN KEGIATAN


Aspek pelaksanaan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep meliputi:
(a) Persiapan
Tahapan persiapan ini dilakukan untuk sinkronisasi pemahaman terhadap Kerangka
Acuan Kerja dari belanja konsultan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep, yang meliputi:
a. Koordinasi dengan pihak terkait
b. Menyusun jadwal kegiatan;
c. Persiapan daftar data/inventarisasi dan informasi yang diperlukan;
d. Perkenalan Tim Tenaga Ahli dari pihak Konsultan Perencana
e. Mobilisasi personil, alat dan bahan;
f. Menyusun guide survei

(b) Langkah Kegiatan Survei, wawancara dan Pengumpulan Data.


Langkah kegiatan survey dan pengumpulan data primer dan skunder yang
dibutuhkan dalam Studi Kelayakan (feasibilitystudy) Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep
(c) Metode Analisa Studi Kelayakan
Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan tersebut adalah sebagai berikut :

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (55)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 56

a. Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji tetang legalitas usulan proyek yang akan dibangun atau
sedang dioperasikan. Hal ini berarti bahwa proyek tersebut harus memenuhi
hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut.
b. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ekonomi yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi sacara keseluruhan.
Dengan melakukan analisis ekonomi diharapkan analisis proyek dapat menilai
apakah proyek akan membebani perekonomian nasional atau membantu
perekonomian nasional. Aspek sosial mengkaji dampak keberadaan proyek
terhadap kehidupan masyarakat terutama masyarakat sekitar kawasan
pembangunan arboretum dari sisi sosial.
c. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran berkaitan dengan strategi pemasaran usaha yakni upaya yang
dilakukan oleh calon investor atau pengusaha dalam mempengaruhi keputusan
konsumen untuk melakukan kunjungan terhadap kawasan tersebut. Menurut (D.A
Aaaker dan G. S Day) dalam (Soeharto, 2002) pada tahun 1990 memberikan
sistematika proses pengkajian aspek pasar, seperti penilaian situasi, penyusunan
strategi, pengumpulan data dan informasi, serta analisis dan peramalan.

d. Aspek Teknis
Aspek teknis berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya setelah proyek
tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu mendapat
perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah :
a. Aksessbilitas:
b. Kesesuaian lahan;
c. Ketersedian air;
d. Kesesuaian sebagai wahana rekreasi dan pendidikan;

e. Aspek Manajemen
Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses
manajemen tersebut antara lain :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang
dipilih. Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan,
mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (56)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 57

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)


Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara
kelompok yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan-hubungan yang
diperlukan.
3. Fungsi Pergerakan (actuating)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok
agar malaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan
antusias.
4. Fungsi Pengawasan (controlling)
Fungsi ini merupakan tindakan-tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas
agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat.

g. Aspek finansial
Aspek finansial merupakan faktor dari keseluruhan aspek. Studi kelayakan
bertujuan untuk mengetahui potensi keuntungan dari usaha yang direncanakan.
Aspek finansial berkaitan dengan penentuan kebutuhan jumlah dana dan
sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan
secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi
investor.
h. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat ini
karena setiap proyek yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap
lingkungan disekitarnya, baik terhadap darat, air dan udara yang pada akhirnya
akan berdampak terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lain
disekitarnya.

(d) Focused Group Discusion (FGD)


Kegiatan FGD dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi dan mendalami
berbagai persolan terkait dengan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.
(e) Kegiatan Penyusunan hasil dan rekomendasi
Kegiatan ini untuk menjawab masalah apakah rencana Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep layak untuk dilaksanakan.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (57)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 58

3. ASPEK PENYUSUNAN STUDI


Metode penyusunan studi dalam kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep meliputi: metode pengumpulan data, metode
pengolahan data, dan desain tahapan analisis yang dirancang untuk mendukung proses
pelaksanaan kegiatan Penyusunan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep. Berikut uraian masing-masing substansi secara rinci :
1. Metode Pengumpulan Data
Kegiatan Pengumpulan data dalam Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep meliputi:
a. Metode Survei
Metode Survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Secara
umum metode survei pada Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep adalah :
Survei Data Primer
Survei ini merupakan teknik pengumpulan data secara langsung terhadap pelaku
aktivitas di lapangan. Survei data primer yang dilakukan berupa wawancara dibantu
dengan kuesioner (daftar pertanyaan) dan angket yang ditujukan pada setiap
pelaku yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kondisi sungai di
setiap kawasan dan substansi yang diperlukan dalam Penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.
Survei Data Sekunder
Survei data sekunder dilakukan untuk memperoleh data pendukung dari instansi/
jurnal-jurnal yang terkait dengan pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.

Tabel Kebutuhan Data


Aspek No. Jenis Data Sumber Cara Pengambilan
Data
Fisik dan 1 Iklim BMG, Studi pustaka
Biofisik (curah hujan, suhu udara, Bappeda
kelembaban udara,
kecepatan dan arah angin,
penyinaran matahari)
2 Tanah dan Geologi Bappeda Studi pustaka
(jenis tanah)
3 Topografi Bappeda Studi pustaka
(kontur, kemiringan lahan,
hidrologi)

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (58)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 59

Aspek No. Jenis Data Sumber Cara Pengambilan


Data
4 Hidrologi Bappeda, Studi pustaka, survey
(sungai, drainase, sirkulasi lapang lapang
air, dll)
5 Vegetasi Bappeda, Studi pustaka, survey
lapang lapang
6 Kualitas Lanskap Lapang Survey lapang
(visual, audio, aromatik)
7 Struktur Perkerasan Lapang Survey lapang
(bangunan, jalan)
8 Aksesbilitas Lapang Survey lapang
9 Peta Lokasi dan Bappeda Studi pustaka
Penggunaan Lahan
Non-Fisik 1 Rencana Tata Guna Lahan Bappeda Studi pustaka
(TGL)
2 Kebijakan Pemerintah dan Bappeda Studi pustaka
Perundang-undangan
3 Masyarakat Masyarakat, Wawancara,
kuesioner,
(aktivitas, mata Lapang survey lapang
pencaharian,pendidikan,
persepsi dan preferensi
terhadap tapak,
pengetahuan terhadap
RTH)
Sumber: Konsultan, 2017

Selain metode survei di atas, metode survei yang juga dilakukan dengan membedah
serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan
dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap masalah yang serupa dan
hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di
masa mendatang.

b. Studi Pustaka
Sasaran studi pustaka adalah untuk mendapatkan data sekunder melalui kebijakan/
rencana/ program yang telah ada, yang sudah diimplementasikan atau belum
diimplementasikan.Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi-studi terdahulu
juga data-data statistik.Termasuk dalam lingkup ini adalah studi mengenai teori-teori
perancangan kawasan. Pada tahap ini akan dilakukan telaah maupun konsolidasi
kebijakan, strategi, dan program dari rencana maupun kajian yang pernah disusun.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (59)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 60

c. Observasi Lapangan
Penggunaan metode observasi langsung pada studi ini didasarkan pada pertimbangan:
a. Melalui pengamatan langsung akan meminimalkan terjadinya bias.
b. Peluang yang cukup besar bagi tim studi untuk mendapatkan informasi penting
melalui pengamatan terhadap perilaku keseharian dari para pelaku kegiatan, yang
bisa jadi hal ini pun tidak didasari oleh pelakunya sendiri.
c. Adanya peluang bagi tim studi untuk mendapatkan informasi yang tidak mungkin
didapatkan dengan wawancara yang bersifat formal.

Proses pengamatan dilakukan dengan membagi kawasan studi menjadi beberapa area
pengamatan, demikian pula dengan tim survei yang juga akan melibatkan tim tenaga
ahli. Apabila diperlukan wawancara, maka akan dilakukan dengan pertanyaan secara
terbuka. Pengumpulan data ini ditekankan pada diperolehnya data yang rinci,
mendalam dan menyeluruh. Data primer ini akan disilangkan dengan data sekunder
yang diperoleh melalui studi pustaka. Dengan demikian, data yang terkumpul cukup
valid dan dapat diandalkan.

2. Metode Pengolahan Data


Pada tahap ini akan dilakukan implementasi tertentu dengan mengacu pada teori maupun
standar perencanaan dan perancangan kawasan terhadap data yang terkumpul, baik data
primer maupun data sekunder. Data ini nantinya akan dikompilasikan dan ditabulasikan
sesuai dengan kebutuhan analisis yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Pada
prinsipnya pengolahan data diperlukan sebagai pendukung analisis. Karenanya
pengolahan data akan terkait pada beberapa analisis yang akan dilakukan dalam kegiatan
studi ini terhadap kondisi eksisting wilayah kajian. Pada tahap analisis dalam pengolahan
datanya juga menggunakan metode komparasi, prediksi dan feed back control. Berikut
pengolahan data yang dilakukan terkait Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep. Basis Data yang dihimpun terdiri dari dua jenis data
yang saling berhubungan, yaitu
(1) basis data grafis (peta) yang disimpan sebagai format SIG
(2) basis data numerik (sebagai atribut, statistik dan lainnya) yang disimpan sebagai
database format.

Dengan mendasarkan pada aspek-aspek di atas, maka pendekatan Penyusunan Studi


Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep akan mencakup dua (2)
tinjauan, yaitu:

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (60)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 61

Tinjauan Eksternal, yang mencakup dua (2) tinjauan, yaitu: tinjauan terhadap
kebijaksanaan dan paradigma pembangunan serta tinjauan atas kedudukan dan
fungsi daerah perencanaan terhadap daerah sekitarnya. Melalui dua (2) tinjauan ini
diharapkan dapat dicapai keterpaduan fungsi dan keterpaduan perencanaan
pengembangan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep dengan peraturan diatasnya.
Tinjauan Internal, merupakan tinjauan terhadap karakteristik kawasan yang meliputi
seluruh aspek yang ada, baik kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi dan kependudukan,
kondisi lingkungan, sarana dan prasarana, sistem perangkutan, dan lain-lain yang
kesemuanya merupakan aspek yang selalu berubah karena fungsi waktu.

Metode pendekatan analisis yang digunakan dalam kegiatan Penyusunan Studi


Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep merupakan penilaian
terhadap berbagai keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan
perencanaan ruang dan perancangan kota serta teknik analisis perencanaan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya analisis dilakukan untuk mengetahui potensi,
limitasi dan kendala yang dimiliki oleh wilayah kajian dengan menggunakan metode
kualitatif dan kuantitatif.
1) Metode Kualitatif
Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk non numerik atau data
yang tidak dapat diterjemahkan dalam bentuk angka-angka, misalnya data mengenai
keadaan sosial masyarakat, politik, kebijaksanaan, budaya dan kondisi fisik
alam.Metode ini digunakan karena dianggap praktis dan mudah dipahami.Kekurangan
metode ini adalah kurang mampu menerangkan secara nyata dan sifatnya kadang-
kadang terlalu umum bagi sebagian masalah. Metode ini dapat bersifat:
Deskriptif; Analisis yang memberikan gambaran pengertian dan penjelasan
terhadap kondisi wilayah perencanaan.
Normatif; Analisis mengenai keadaan yang seharusnya menurut pedoman ideal
atau norma-norma tertentu. Pedoman atau norma ini dapat berbentuk standar-
standar, landasan hukum, batasan-batasan yang dikeluarkan oleh instansi
tertentu.
Asumtif; Analisis dengan menggunakan asumsi-asumsi atau anggapan-anggapan
tertentu yang dibuat berdasarkan kondisi tertentu dan diperkirakan dapat terjadi
dalam waktu yang relatif lama pada wilayah perencanaan, asumsi ini harus layak
dan dapat diterima secara umum.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (61)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 62

Komparatif; Melakukan perbandingan antara berbagai kondisi dan permasalahan


untuk mendapatkan suatu karakteristik struktur wilayah perencanaan. Misalnya
membandingkan suatu masalah dengan masalah lain atau suatu kondisi dengan
kondisi lain yang memiliki kesamaan sehingga dapat diperoleh karakteristik
struktur ruang yang jelas.

2) Metode Kuantitatif
Metode ini digunakan sebagai bagian dari keseluruhan analisis Penyusunan Studi
Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep.

4. ASPEK PENYUSUNAN LAPORAN


Aspek Penyusunan Laporan dalam Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep meliputi Laporan Pendahuluan, Laporan Antara,
Laporan Akhir, dan Eksekutif Summary. Berikut rinciannya.
e) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat tentang gambaran umum wilayah studi, rencana
kegiatan, metodologi pelaksanaan mencakup jenis-jenis pekerjaan, cara penyelesaian
masingmasing jenis pekerjaan serta perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaiannya serta cara kerja yang akan diterapkan berdasarkan waktu studi yang
akan dilaksanakan, Ruang lingkup kegiatan dan keterlibatan tenaga ahli maupun
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Spesifikasi Dokumen:
Nama Dokumen Laporan Pendahuluan
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan komunikatif (sesuai kesepakatan antara
konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (62)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 63

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 15 (Lima Belas) hari kalender sejak


SPMK diterbitkan.

f) Laporan Antara
Laporan Antara memuat Kemajuan pelaksanaan pekerjaan, kendala, dan solusi
penyelesaiannya, hasil kajian yang dilengkapi dengan gambar, dan lampiran lainnya.
Spesifikasi Dokumen

Nama Dokumen Laporan Antara


Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study)
Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan komunikatif (sesuai
kesepakatan antara konsultan dan
pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

g) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat : seluruh hasil kajian yang dilengkapi dengan peta / gambar,
table, dan lampiran lainnya. Untuk keperluan pembahasan dalam seminar dibuat
Ringkasan Laporan Akhir (executive summary).
Spesifikasi Dokumen
Nama Dokumen Laporan Akhir
Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 2 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 70 gr berwarna putih polos

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (63)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 64

Sampul Buku Menarik dan kumunikatif (sesuai kesepakatan antara


konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

h) Executive Summary
Executive summary memuat rangkuman keseluruhan hasil pekerjaan dan
diserahkan bersamaan dengan penyerahan laporan akhir.

Nama Dokumen Eksekutif Summary


Jenis Buku
Judul Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Jumlah Buku 10 (Sepuluh) eksemplar
Ukuran Buku A4 29-7 cm x 21.5 cm
Spasi Pengetikan 1 spasi
Jenis Kertas Konten HVS 80 gr berwarna putih polos
Sampul Buku Menarik dan kumunikatif (sesuai kesepakatan antara
konsultan dan pemberi pekerjaan)
Jenis Kertas Sampul Glossy paper

5. ASPEK KELUARAN
Keluaran dari Studi Kelayakan (feasibility study) Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep adalah Rencana Tindaklanjut, Rekomendasi dan Gambar rencana mengenai
kelayakan rencana Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep. Softcopy laporan
dalam bentuk Hardsik Eksternal.

B.2.2. PROGRAM KERJA


Program kerja dalam kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep disajikan menjadi tiga, yaitu rencana kerja, jadwal pelaksanaan
kegiatan, dan komposisi penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung. Secara rinci
program kerja dijelaskan sebagai berikut.

B.2.2.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Jadwal pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di


Kabupaten Sumenep selama 60 hari kalender sejak dikeluarkannya SPMK dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (64)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 65

Tabel. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan


Arboretum di Kabupaten Sumenep

JANGKA WAKTU
Bulan ke 1 Bulan ke 2
NO. TAHAP KEGIATAN I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 PERSIAPAN
2 PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
3 PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN
4 PEMBAHASAN
PENGUMPULAN DOKUMEN LAPORAN
5 PENDAHULUAN
PELAKSANAAN SURVEY DAN WAWANCARA OLEH
6 TIM KONSULTAN
7 ANALISA STUDI KELAYAKAN
8 FGD
9 PENYUSUNAN LAPORAN ANTARA
10 PEMBAHASAN LAPORAN ANTARA
11 PENGUMPULAN DOKUMEN LAPORAN ANTARA
12 PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR
13 PEMBAHASAN LAPORAN AKHIR
14 PENYUSUNAN EKSEKUTIF SUMMARY
PENGUMPULAN DOKUMEN LAPORAN AKHIR DAN
15 EKSEKUTIF SUMMARY
16 RECHECK DAN QUALITY CONTROL
Sumber: Konsultan, 2017

B.2.2.3. Komposisi Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung

Organisasi dan Personil meliputi bahasan : 1). Struktur Organisasi dan 2). Personel (baik
tenaga ahli, maupun tenaga penunjang) yang digunakan Pihak Konsultan dalam
mendukung terwujudnya kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep.

2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dalam kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep secara skematis dapat dilihat di bawah:

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (65)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 66

PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN Penyusunan Studi
PELAKSANA JASA Kelayakan Pembangunan
PT GEOSPASIA WAHANA JAYA Arboretum di Kabupaten
Sumenep

Ketua Tim/ Master Manajemen


Kehutanan/ Master Ekonomi Pelaksana Tenis
Managemen (S2/sederajat Kegiatan

Ahli Planologi Ahli Ahli Keuangan Ahli Hukum


Kehutanan

Pengumpulan Data Skunder :


oleh Tenaga Ahli, /Surveyor

PENGOLAHAN DATA
Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung

LAPORAN
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep

Gambar Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep


Sumber : Konsultan, 2017

d. Komposisi Tim dan Penugasan


Dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum
di Kabupaten Sumenep, kami menyiapkan tim yang berpengalaman baik secara personal
di bidang lingkungan dan secara tim, personil yang kami ajukan dalam pekerjaan ini
terdiri dari berbagai disiplin keilmuan yang berbeda. Adapun komposisi tenaga ahli
tersebut antara lain:

No. Keahlian Tenaga Ahli Nama Tim Ahli


Ketua Tim/ Master Manajemen
1 Kehutanan/Master
Ekonomi Managemen (S2/sederajat)
2 Ahli Planologi
3 Ahli Kehutanan
4 Ahli Keuangan
5 Ahli Hukum

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (66)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 67

No. Keahlian Tenaga Pendukung Nama Tim Pendukung


1 Surveyor
2 Tenaga Administrasi
3 Operator Komputer
Sumber: Konsultan, 2017

Adapun untuk uraian tugas dan kewajiban dari masing-masing personil akan kami
jelaskan dalam uraian dibawah ini :

a. Team Leader
Mengkoordinasikan personil yang terlibat dalam kegiatan Teknis Penyusunan
Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep
Mengkoordinasikan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan
Arboretum di Kabupaten Sumenep
Mengkoordinasikan kajian dan telaah terhadap aspek kehutanan
Mengkoordinasikan review dan telaah terhadap aspek kehutanan yang terkait
dengan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten
Sumenep
Mengkoordinasikan perumusan hasil analisa evaluatif dan menyusun rekomendasi
pengelolaan Arboretum
Mempresentasikan hasil penyusunan pendataan dan identifikasi, analisa dan
rekomendasi serta laporan akhir.

b. Ahli Planologi
Melakukan inventarisasi dan kajian tentang tata ruang kawasan perencanaan
arboretum
Melakukan review dan telaah di bidang tata ruang
Melakukan analisa tata ruang, kelayakan kajian teknis tata ruang kawasan
Merumuskan hasil analisa tapak dan tata ruang serta menyusun rekomendasi

c. Ahli Kehutanan
Melaksanakan pekerjaan bidang kehutanan
Ikut serta dalam komunikasi, diskusi dan presentasi team dengan lembaga atau
instansi terikat
Melaksanakan persiapan pekerjaan lapangan, Pengumpulan data lahan hutan dan
pemetaan hasil survey lapangan

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (67)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 68

Melaksanakan analisis mengenai kondisi geografis kehutanan


Membantu team leader dalam menyusun konsep dan strategi pengembangan
ruang

d. Ahli Keuangan
Melakukan analisa kelayakan investasi perencanaan arboretum
Melakukan review dan telaah di bidang manajemen pengelolaan investasi
Merumuskan hasil analisa evaluatif dan menyusun rekomendasi

e. Ahli Hukum
Melakukan analisa perundangan terkait lokasi kawasan perencanaan
Melakukan review dan telaah di bidang hukum lingkungan dan kehutanan.
Merumuskan hasil analisa evaluatif dan menyusun rekomendasi

f. Administrasi
Bertanggungjawab untuk kelancaran bahan dan peralatan yang diperlukan selama
survei dan kegiatan teknis lainnya untuk pengerjaan Penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep

g. Operator Komputer
Membantu/mendukung tugas Tenaga Ahli selama proses penyusunan presentasi
dan dokumentasi Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di
Kabupaten Sumenep

h. Surveyor

Membantu Team Leader dalam melaksanakan pekerjaan pemetaan serta


mengumpulkan data primer.
Menyiapkan program kerja dan melaksanakan kegiatan lapangan.
Koordinasi dalam penentuan referensi yang digunakan dengan direksi pekerjaan.
Memeriksa data lapangan dan membantu melakukan analisis data serta
mengarahkan team dalam penggambaran.
Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan survey lapangan.

Adapun jadwal penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (68)


URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA | 69

Tabel Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep

JANGKA WAKTU
Bulan ke 1 Bulan ke 2
NO. TAHAP KEGIATAN I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ketua Tim/ Master Manajemen Kehutanan/Master
1 Ekonomi Managemen (S2/sederajat)
2 Ahli Planologi
3 Ahli Kehutanan
4 Ahli Keuangan
5 Ahli Hukum
6 Surveyor
7 Tenaga Administrasi
8 Operator Komputer
Sumber: Konsultan, 2017

Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Arboretum di Kabupaten Sumenep (69)

You might also like