Professional Documents
Culture Documents
1 Latar Belakang
TINAUAN PUSTAKA
Teknik EIA pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 oleh Anton
Schuurs sebagai peneliti utama dan Bauke van Weemen di laboratorium penelitian
NV Organon, Oss, Belanda. Pada tahun 1976 Organon Teknika kemudian sukses
mengembangkan dan memasarkan sistem EIA berupa Hepatitis B surface antigen
(HbsAg) dengan menggunakan plate mikrotiter-96 sumur. Tes ini kemudian
menjadi EIA yang pertama kali dikomersilkan dan kemudian diikuti oleh tes
diagnostik mikrobiologi dan virologi lain seperti antigen Hepatitis B "e" (HBe),
antibodi Rubella, antibodi Toxoplasma dan antibodi Human Immunodeficiency
Virus pada tahun 1980-an
Enzyme immunoassay (EIA) adalah tes untuk mendeteksi antigen atau
antibodi dengan penambahan enzim yang dapat mengkatalisa substrat sehingga
terjadi perubahan warna. Metode EIA menggunakan sifat katalisa dari enzim
untuk mendeteksi dan menghitung jumlah reaksi imunologi. Gabungan antibodi
berlabel enzim atau antigen berlabel enzim digunakan pada pemeriksaan
imunologi. Enzim dan substratnya mendeteksi keberadaan dan jumlah antigen
atau antibodi yang terdapat pada sampel pasien (Turgeon,2009).
Stabilitas tinggi
Spesifitas tinggi
Tidak mengandung antigen atau antibodi
Tidak ada perubahan oleh inhibitor dalam sistem.
Peroxidase Lobak
B. Deteksi Antibodi
EIA antibody detection terdiri dari 3 tipe yaitu noncompetitive EIA,
competitive EIA dan capture EIA (Turgeon, 2009).
a. Noncompetitive EIA
1. Antigen yang spesifik dilekatkan pada suatu permukaan fase padat
(manik-manik plastik atau sumur mikrotiter).
2. Ditambahkan serum pasien yang mungkin mengandung atau tidak
mengandung antibodi.
3. Ditambahkan antibodi yang spesifik terhadap antibodi sebelumnya
yang telah dilabel dengan enzim (conjugate).
4. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna
jika terdapat enzim. Warna yang terbentuk sesuai dengan jumlah
antibodi yang terdapat pada sampel pasien.
Sebagaimana dijelaskan pada gambar dibawah ini :
b. Competitive EIA
1. Antigen yang spesifik dilekatkan pada suatu permukaan fase padat
(manik-manik plastik atau sumur mikrotiter).
2. Serum pasien yang mungkin mengandung atau tidak mengandung
antibodi ditambahkan ke dalam plate bersama-sama dengan
penambahan antibodi berlabel enzim (conjugate) yang akan
berkompetisi untuk memperebutkan antigen yang sama.
3. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna
jika terdapat enzim. Jumlah warna yang terjadi berbanding terbalik
dengan jumlah antibodi yang terdapat pada sampel pasien.
Sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini :
Gambar : Langkah-langkah pemeriksaan competitive EIA
c. Capture EIA
Sebuah capture EIA dirancang untuk mendeteksi tipe spesifik dari
antibodi, seperti IgG atau IgM.
1. Antibodi yang spesifik terhadap IgG atau IgM dilekatkan pada
suatu permukaan fase padat (manik-manik plastik atau sumur
mikrotiter).
2. Sampel pasien yang mengandung IgG atau IgM ditambahkan.
3. Ditambahkan antigen yang spesifik.
4. Ditambahkan sebuah antibodi yang spesifik terhadap antigen yang
berlabel enzim (conjugate).
d. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna
jika terdapat enzim. Warna yang terbentuk sesuai dengan jumlah
antigen yang spesifik terhadap IgG atau IgM yang terdapat pada
sampel pasien.
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang
imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan
antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan
menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelopor/ reporter/ signal.
2.2.1 Prinsip Dasar Teknik ELISA
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik
yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel =>
bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila
sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas
permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan
antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan
suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat
tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau
antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.
Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau
antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang
berupa pendaran flourescense.
3. ELISA Sandwich
Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibody primer spesifik untuk
menangkap antigen yang diinginkan dan antibody sekunder tertaut enzim signal
untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip
kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA
sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena
antigen yang diinginkan tersebut harus dapat berinteraksi dengan antibody primer
spesifik dan antibody sekunder spesifik tertaut enzim signal, maka teknik ELISA
sandwich ini cenderung dikhususkan pada antigen memiliki minimal 2 sisi
antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen yang bersifat multivalent
seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich, antibody primer
seringkali disebut sebagai antibody penangkap, sedangkan antibody sekunder
seringkali disebut sebagai antibody penangkap, sedagkan antibody sekunder
seringkali disebut sebagai antibody deteksi.
Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan
untuk mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat rendah
pada suatu larutan dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA
sandwich memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan
akibat keharusan dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibody.
Pada ELISA sandwich, pertama microtiter diisi dengan larutan yang
mengandung antibody penangkap, sehingga antibody penangkap tersebut dapat
menempel pada bagian dinding lubang microtiter. Selanjutnya microtiter dibilas
untuk membuang antibody penangkap yang tidak menempel pada dinding lubang
microtiter. Kemudian larutan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan
dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter, sehingga terjadi interaksi antara
antibody penangkap dengan antigen yang diinginkan. Selanjutnya, microtiter
kembali dibilas untuk membuang antigen yang tidak bereaksi dengan antigen
penangkap. Lalu, kedalam lubang microtiter dimasukkan larutan yang berisi
antibody detector sehingga pada lubang microtiter tersebut terjadi interaksi antara
antigen yang diinginkan dengan antibody detector. Selanjutnya microtiter dibilas
lagi untuk membuang antibody detector yang tidak berinteraksi dengan antibody
spesifik. Kemudian pada tahap akhir ELISA indirect, ditambahkan substrat yang
dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut pada antibody
detector yang telh berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan bereaksi
dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain :
Banyak molekul antibody penangkap yang berhasil menempel pada
dinding-dinding microtiter.
Avinitas dari antibody penangkap dan antibody detector terhadap antigen
sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari
teknik ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct. Kelebihan teknik ELISA
sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat sensitivitasnya yang relatif
lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus dapat berinteraksi
dengan dua jenis antibody, yaitu antibody penangkap dan antibody
detector. Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki
kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi
antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibody
yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang
berbeda (epitopnya harus berbeda).
4. ELISA Biotin Sterptavidin (Jenis ELISA Modern)
Pada perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga
dikembangkan untuk mendeteksi antibody dengan tingkat sensitivitas relatif lebih
tinggi. Teknik ini dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibody, dimana
prinsip kerjanya sama dengan ELISA sandwich, hanya saja yang digunakan dalam
teknik ini adalah antigen penangkap dan antigen detector (antigen bertaut enzim
signal, bersifat opsional apabila antibody yang diinginkan tidak bertaut dengan
enzim signal).
Contoh dari aplikasi teknik ini adalah teknik ELISA untuk mendeteksi
vitamin biotin yang bertaut dengan suatu antibody avidin dengan mengubah
antibody avidin menjadi antibody streptavidin, dimana satu molekul streptavidin
dapat mengikat empat molekul biotin (pengembangan dari ELISA indirect),
sehingga signal yang teramplifikasi menjadi semakin kuat akibat interaksi antara
biotin dengan enzim yang menjadi semakin banyak.
5. ELISA Kompetitif
Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan teknik ELISA
terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu
competitor ke dalam lubang mikrotiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat
diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibody.
Pada pendeteksian antigen, pertama mikrotiter diisi antibody spesifik yang
dapat berinteraksi dengan antigen yang diinginkan maupun antigen spesifik
bertaut enzim signal, sehingga antibody spesifiktersebut dapat menempel pada
bagian dinding-dinding lubangmikrotiter. Lalu larutan yang mengandung antigen
spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang
mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang
mikrotiter sehingga terjadi kompetisi antaraantigen spesifik bertaut enzim signal
dengan antigen yang diinginkan untuk dapat berinteraksi dengan antibody spesifik
yang dilanjutkan dengan membilas mikrotiter untuk membuang antigen spesifik
tertaut enzim signal atau antigen yang tidak berinteraksi dengan antibody spesifik.
Lalu kedalam lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal yang tertaut pada antigen spesifik, sehingga enzim
yang tertaut dengan antigen yang telah berinteraksi dengan antibody spesifik akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada
proses pendeteksian ini, pendeteksian positif ditandai oleh tidak adanya signak
yang ditimbulkan, yang berarti bahwa antigen yang diinginkan telah menang
berkompetisi dengan antigen spesifik tertaut enzim signal dan berinteraksi dengan
antibody spesifik.
Sedangkan pada pendeteksian antibody, pertama mikrotiter diisi antigen
spesifik yang dapat berinteraksi dengan anti bodi yang diinginkan maupun
antibody spesifik tertaut enzim signal, sehingga antigen spesifik tersebut dapat
menempel pada bagian dinding-dinding mikrotiter, kemudian mikrotiter dibilas
untuk membuang antigen spesifik yang tidak menempel pada dinding-dinding
mikrotiter. Lalu larutan yang mengandung antibody spesifik yang telah ditautkan
dengan enzim signal dan larutan sampel yang mengandung antibody yang
diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang mikrotiter, sehingga terjadi
kompetisi antara antibody spesifik tertaut enzim signal dengan antibody yang
diinginkan untuk dapatberinteraksi dengan antigen spesifik, yang dilanjutkan
dengan membilas mikrotiter untuk membuang antibody spesifik tertaut enzim
signal atau antibody yang tidak berinteraksi dengan antigen spesifik. Lalu,
kedalam lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal yang tertaut pada antibody spesifik, sehingga enzim
yang tertaut dengan antibody yang telah berinteraksi dengan antigen spesifik akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Pada
proses pendeteksian ini, pendeteksian positif juga ditandai oleh tidak adanya
signal yang ditimbulkan, yang berarti antibody yang diinginkan telah menang
berkompetisi dengan antibody spesifik tertaut enzim signal dan berinteraksi
dengan antigen spesifik.
Kelebihan dari teknik ELISA kompetitif ini adalah tidak diperlukannya
purifikasi terhadap larutan sampel yang mengandung antibody atau antigen yang
diinginkan, tapi hasil yang diperoleh tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi
akibat sifat spesitifitas dari antibody dan antigen.
6. ELISA Multiplex
Teknik ELISA merupakan pengembangan teknik ELISA yang ditujukan
untuk pengujian secara simultan,sedangkan prinsip dasarnya mirip dengan teknik
ELISA terdahulu.