You are on page 1of 14

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

GEOWISATA GEOPARK CILETUH: GEOTREK MENGELILINGI KEINDAHAN MEGA


AMFITEATER CILETUH (THE MAGICAL OF CILETUH AMPHITHEATER)
Suci Sarah Andriany1, Mega Rosana Fatimah2, Adi Hardiyono2
1Mahasiswa Program Sarjana (S1), Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung;
sucisarahandriany@gmail.com
2Pengajar, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung; mega.fatimah.rosana@unpad.ac.id

ABSTRACT
Ciletuh National Geopark region which administratively located in the District of Ciemas and Ciracap,
Sukabumi, West Java province has a unique geodiversity and showed the oldest rocks in West Java.
Because the geological characteristic that is not found in other places makes Ciletuh as National Geopark
in Indonesia. In carrying out the Geopark concept, supporting activities that related with sustainable
economic on that area, called Geotourism. The objective of this paper is to determine the Geotourism
potential activities to do in the Ciletuh National Geopark, particularly reviewing Ciletuh Amphitheatre. The
method used in this study is divided into three processes: starting from literature research areas and
collection of field data as one step in the inventory of geological sites (geosites), followed by analysis and
classification of data in accordance with the goal of this research. Geotrek with the theme of "The Magical
of Ciletuh Amphiteather" will guide us to surround and learn the beauty of the the Ciletuh Amphitheater
ciletuh focusing on geosites which contained on amphitheater form, namely: 8 (eight) waterfalls and two
(2) Ciletuh scenery spots.

Keywords : Ciletuh Amphiteather, Geotrek, Geotourism, National Geopark Ciletuh

ABSTRAK
Kawasan Geopark Nasional Ciletuh yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciemas
dan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat memiliki keragaman geologi yang unik dan
merupakan tempat tersingkapnya batuan tertua di Jawa Barat. Karena ciri khas geologinya yang tidak di
temukan di tempat lain menjadikan Ciletuh sebagai Geopark (Taman Bumi) Nasional di Indonesia. Dalam
menjalankan konsep Geopark tersebut, diperlukan suatu aktivitas penunjang penggerak aktivitas ekonomi
yang berkelanjutan berupa geowisata. Tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini ialah untuk mengetahui
potensi aktivitas geowisata yang dapat dilakukan di Geopark Nasional Ciletuh, khususnya mengkaji
Amfiteater Ciletuh. Metode yang dipakai di dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 proses: dimulai dari
studi literatur daerah penelitian dan pengambilan data lapangan sebagai salah satu langkah dalam
inventarisasi situs-situs geologi, diikuti dengan analisis dan klasifikasi data sesuai dengan fokus penelitian.
Geotrek dengan tema The Magical of Ciletuh Amphiteather akan memandu kita untuk mengelilingi dan
memaknai keindahan mega amfiteater ciletuh yang berfokus pada situs-situs geologi hasil bentukan
amfiteater tersebut, yaitu: 8 (delapan) air terjun dan 2 (dua) tempat memandang morfologi Ciletuh.

Kata Kunci : Amfiteater Ciletuh, Geotrek, Geowisata, Geopark Nasional Ciletuh

PENDAHULUAN terendapkan, sehingga sangat menarik


Kawasan Ciletuh memiliki keragaman untuk dipelajari.
geologi yang unik dan umurnya paling Berbagai jenis batuan yang telah
tua di Jawa Barat. Kawasan ini disebutkan di atas bercampur dan
merupakan hasil dari tumbukan dua terangkat di permukaan dinamakan
lempeng yang berbeda, yaitu: Lempeng sebagai batuan bancuh (batuan campur
Eurasia (lempeng benua) yang aduk) atau dikenal sebagai melange
berkomposisi granit (asam), dan yang merupakan kelompok batuan
Lempeng Indo-Australia (lempeng tertua (Pra Tersier) yang tersingkap di
samudera) yang berkomposisi basal permukaan daratan Pulau Jawa, dengan
(basa), yang menghasilkan palung yang umur berkisar 120 65 juta tahun
dalam, tempat dimana batuan sedimen (Schiller, 1991). Keunikan lainnya adalah
laut dalam (pelagic sediment), batuan seluruh singkapan batuan berada di
metamorfik (batuan ubahan), dan dalam suatu lembah besar menyerupai
batuan beku basa hingga ultra basa amfiteater berbentuk tapal kuda yang

75
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

terbuka ke arah Samudra Hindia yang geowisata apa yang dapat diterapkan
terjadi oleh proses tektonik berupa disana.
runtuhan. Selain itu, beberapa air terjun,
gua laut, dan pulau kecil yang kaya akan Studi Literatur
pemaknaan geologi juga menghiasi Geopark adalah sebuah kawasan yang
kawasan ini.. memiliki unsur-unsur geologi terkemuka
Untuk menjaga kelestarian alamnya, (outstanding), termasuk nilai arkeologi,
Ciletuh baru saja memulai suatu usaha ekologi dan budaya yang ada di
konservasi berkelanjutan melalui konsep dalamnya, di mana masyarakat
Taman Bumi (Geopark). Geopark Ciletuh setempat diajak berperan-serta untuk
telah diresmikan menjadi Geopark melindungi dan meningkatkan fungsi
nasional pada tanggal 22 Desember warisan alam (UNESCO, 2004). Menurut
2015. Dalam menjalani konsep Geopark, penjelasan UNESCO, unsur utama di
geowisata (Geotourism) merupakan dalam Geopark terbagi 3 yaitu unsur
salah satu unsur yang sangat berperan. Geodiversity, Biodiversity dan Cultural-
Geopark Ciletuh dapat mengembangkan diversity.
perekonomian secara berkelanjutan Geopark Ciletuh memiliki keunikan yang
melalui kegiatan Geowisata ini, bukan tidak dimiliki oleh geopark - geopark lain
hanya edukasi geologi, pengetahuan yang telah ada di Indonesia. Dimana
mengenai konservasi juga akan Geopark ini mengunggulkan situs
tertanam seiring dengan berjalannya warisan geologi terkemuka yang bernilai
konsep wisata ini. Oleh karena itu, dalam internasional berupa fosil tektonik
penelitian ini penulis bermaksud untuk tumbukan lempeng benua dan lempeng
mengkaji salah satu aktivitas geowisata samudra yang terjadi pada zaman Kapur,
yang dapat dilakukan di Geopark ini, serta morfologi amfiteater yang
yaitu: Geotrek mengelilingi Amfiteater spektakuler. Hal ini membuat Geopark
Ciletuh. Ciletuh telah diresmikan menjadi
Geopark nasional pada tanggal 22
METODE PENELITIAN Desember 2015.
Metode penelitian yang digunakan
berdasarkan metode pengumpulan data Konsep Dasar Geowisata
dan metode analisis data secara Newsome & Dowling (2010)
kualitatif. mendefinisikan geowisata merupakan
pariwisata berkelanjutan dengan fokus
Metode Pengumpulan Data utama terhadap evolusi bumi serta fitur
Metode ini dilakukan dengan cara geologi yang mendorong pemahaman
mengumpulkan data lapangan melalui lingkungan dan budaya, apresiasi dan
kegiatan penelitian untuk mengetahui konservasi, dan menguntungkan
keadaan lapangan kawasan Geopark, masyarakat lokal. Adapun pemahaman
yang nantinya data yang diambil akan yang lebih umum dari Tourtelott (2002)
merepresentasikan kondisi wilayah yang mendefinisikan geowisata sebagai
secara geologi, nilai warisan geologi, nilai pariwisata yang menopang atau
budaya, dan nilai pendukung lainnya di meningkatkan karakter geografis tempat
daerah penelitian yang dikunjunginya lingkungan, budaya,
estetika, warisan, dan juga
Metode Analisis Data kesejahteraan penduduknya.
Metode yang digunakan berupa analisis Newsome & Dowling (2010) menyatakan
data secara kualitatif dan analisis secara bahwa geowisata melibatkan fitur
deskriptif. Dari berbagai analisis geologi dan geomorfik yang
kuantitatif yang dilakukan, peneliti berkontribusi dalam pembentukan 'sense
mengolah data menjadi sebuah peta of place' untuk setiap geosite. Lebih
geotrek dengan konsep self geo- khusus lagi, fitur ini meliputi berbagai
interpretation yang didalamnya berisi jenis lanskap, bentang alam, singkapan
peta kawasan Geopark Ciletuh, beserta batuan, dan jenis, sedimen, tanah, juga
situs-situs geologi dan interpretasinya Kristal.
serta kesampaian lokasi dan aktivitas Berikut merupakan jenis-jenis aktivitas
geotourism :

76
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

a. Geo-site sightseeing Seiring dengan aktivitas tumbukan antar


Berekreasi atau bertamasya dengan lempeng tersebut pada Kala Kapur Akhir
menikmati landscape dari keunikan terbentuk batuan metamorf yang
bentukan kebumian. berumur Kapur Akhir yaitu Sekis Formasi
b. Geo-sport Pasir Luhur (Sukamto, 1975). Sejak Kala
Olahraga yang berhubungan dengan ini ketiga satuan tersebut menjadi
topografi bumi. basement pada daerah penelitian.
c. Geo-study Memasuki Tersier Awal, ketiga batuan ini
Kegiatan studi di alam terbuka, mengalami pelapukan, erosi, dan
termasuk observasi warisan geologi, tertransportasi mengisi cekungan di
fotografi geo-lanskap, kunjungan daerah Ciletuh (menjadi sumber untuk
lapangan untuk kepentingan geologi. pembentukan batuan sedimen).
d. Geo-konservasi dan Geo-pendidikan Karakteristik breksi polimik memiliki
Program konservasi terhadap komponen berupa batuan melange dan
potensi kebumian untuk batuan ofiolit, karakterisitik ini sama
kepentingan edukasi atau dengan batuan metamorf, peridotit, dan
pelestarian. lava basalt yang berumur Kapur Akhir
e. Geo-festival (Batuan Pra-Tersier). Dengan demikian
Event yang dibuat untuk batuan Pra-Tersier tersebut merupakan
keberlangsungan sumber geologi batuan sumber untuk pembentukan
atau wadah promosi terhadap breksi polimik. Akibat dari proses
bentuk program konservasi. tumbukan antar lempeng terbentuklah
f. Fasilitas Geo-tours cekungan fore-arc, back-arc, dan
Bentuk interpretasi mandiri (peta volcanic-arc. Pada Kala Paleosen Eosen
geowisata) ataupun fasilitas Awal di fore-arc basin (Haryanto, 2014),
pemandu wisatawan. material-material pembentuk breksi
g. Health and Wellness geotourism polimik tertransportasi melalui proses
Bentuk fasilitas kesehatan ataupun gravity flow berupa aliran debris (dapat
relaksasi seperti terapi spa, terapi dilihat dari karakteristik batuannya yang
batu, dan terapi lumpur. memiliki ukuran butir/komponen yang
beragam, terpilah buruk, dan kemas
Sejarah Geologi Ciletuh yang terbuka), terendapkan di
Pada Kala Kapur, daerah penelitian lingkungan laut dalam secara tidak
berada di antara lempeng Eurasia yang selaras non-conformity di atas batuan
didominasi oleh batuan granit dan Pra-Tersier, dan terlitifikasi menjadi
lempeng Hindia-Australia yang breksi polimik yang berumur Eosen Awal
didomonasi oleh batuan basa (Formasi Ciletuh, Martodjoyo (1984)).
ultrabasa. Berdasarkan analisis umur Pada Kala Eosen Tengah pembentuk
radioaktif dating (K-Ar), basement granit material-material pembentuk batupasir
berumur Kapur Awal dan lava basalt tertransportasi dari Utara ke Selatan
berumur Kapur Akhir (Schiller dkk, (terdapat ripple mark dengan azimuth
1991). Lava basalt dan batuan peridotit 175o terhadap utara) terendapkan secara
serpentinit merupakan kerabat batuan selaras di atas breksi polimik.
ofiolit, sehingga umur pada batuan Berdasarkan karakteristiknya, batupasir
tersebut relatif sama. Dengan demikian memiliki sisipan lignit dan fragmen lignit
pada kala Kapur Akhir batuan peridotit yang berukuran kerakal berangkal
serpentinit (Formasi Gn. Beas, Sukamto yang menandakan bahwa satuan ini
(1975)) dan lava basalt (Formasi diendapkan pada lingkungan transisi,
Citireum, Sukamto (1975)) dan memiliki semen lempung dan sedikit
kemungkinan terbentuk pada lempeng karbonat (kemungkinan di lingkungan
Hindia-Australia. Lava basalt memiliki delta hingga laut dangkal), serta
struktur bantal, sehingga dapat terdapat juga struktur wavy yang
dipastikan bahwa pembentukan batuan menandakan adanya pengaruh
tersebut terjadi pada lingkungan laut. gelombang air dan slump yang
Dengan demikian daerah penelitian pada menandakan berlereng yang curam.
saat itu sudah berada pada palung laut. Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa material-material pembentuk

77
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

batuan ini terendapkan di lingkungan HASIL PENELITIAN


delta hingga laut dangkal. Kemudian The Magical of Ciletuh Amphiteather
terlitifikasi menjadi batupasir yang Jalur Geotrek ini berfokus pada
berumur Eosen Tengah Eosen Akhir. fenomena Amfiteater Ciletuh yang
Pada Kala Eosen Oligosen terjadi terbentuk setelah pengendapan Formasi
regresi (Martodjojo, 1984), yang Jampang (Miosen Bawah Tengah).
mengakibatkan daerah penelitian Geotrek ini bercerita mengenai
berubah secara perlahan dari laut bagaimana keterjadian amfiteater
menjadi daratan. Kala Oligosen daerah tersebut, bentuknya, dan situs-situs
penelitian menjadi tinggian purba geologi lain yang dihasilkan dari
(paleohigh), sehingga pada Kala ini tidak terbentuknya bentukan amfiteater ini,
terjadi pengendapan di daerah penelitian yaitu: 8 buah air terjun yang megah dan
(Haryanto, 2014). Daerah penelitian tersembunyi. Perjalanan di mulai dengan
menjadi tinggian purba sehingga tidak mengunjungi Panenjoan, sebuah situs
terjadi pengendapan saat oligosen. geologi yang ada di tinggian jampang
Pada Miosen Awal Miosen Tengah, untuk melihat lanskap kawasan Geopark
Formasi Jampang (Sukamto, 1975) Ciletuh yang begitu indah. Lalu,
terbentuk yang dicirikan oleh breksi yang dilanjutkan dengan mengunjungi 8 air
komponen utamanya terdiri atas andesit terjun yang terhampar di tinggian
kaya akan hornblenda dan lapisan tipis jampang, melihat eloknya Curug Awang,
tufa asam, berlapis baik, banyak Curug Tengah, dan Curug Puncakmanik.
mengandung fragmen batulempung dan Setelah itu, dengan kendaraan bermotor
batugamping, tersingkap di Curug kita mengunjungi Curug Sodong, dan
Ciletuh sampai dekat kampung Cibenda dilanjutkan dengan berjalan kaki untuk
(Jalan Cibenda Cikadal). Mulai dari melihat Curug Ngelay dan Curug Cikaret
Ciletuh sampai ke pantai Formasi serta Curug Cikanteh.
Jampang didominasi oleh batupasir yang Perjalanan diteruskan dengan
mengandung kerikil maupun kerakalan, berkendara menuju daerah Pantai,
dengan selingan breksi ukuran khususnya Pantai Palangpang untuk
maksimum 36 5 meter. Struktur menikmati birunya lautan khas kawasan
geologi yang terjadi di kala itu ini. Tidak jauh dari pantai tersebut, kita
mempengaruhi pembentukan Amfiteater dapat mengunjungi Curug Cimarinjung
Ciletuh (lembah membusur dengan yang tegak berdiri 50 meter di atas
bentuk setengah lingkaran (bentuk tapal permukaan laut. Terakhir, kita akan
kuda)), yang juga disertai dengan mengunjungi Puncak Darma untuk
longsor besar, sehingga Formasi mengamati bentukan amfiteater dan
Jampang bergerak ke arah laut dan pada Teluk Ciletuh yang terbuka ke arah laut
akhirnya menyingkapkan batuan tua di lepas.
permukaan lembah Ciletuh (Rosana, Jalur Geotrek ini mempunyai tingkat
2015). kesulitan mudah-sedang, sehingga dapat
Sekarang ini proses sedimentasi sedang dinikmati oleh semua orang, tidak
dan akan terus berlangsung, material- terkecuali balita dan manula dengan
material pasir bongkah tertransportasi pengawasan khusus untuk tidak ikut
dan terendapkan di lingkungan fluvial serta dalam perjalanan ke Air Terjun
yang menghasilkan Endapan Aluvium. yang membutuhkan tracking dengan
jalur yang tidak mudah, yaitu: Curug
Puncak Manik, Curug Cikanteh, dan
Curug Cikaret. Berikut adalah penjelasan
unsur geologi dan pendukungnya dari
setiap situs geologi yang ada di jalur
treking ini:

78
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

Gambar 1. Pemandangan Endapan Alluvial dari Panenjoan (Tim Ciletuh Geologi


UNPAD, 2015)

Panenjoan (Mega Amfiteater Cile- komponen terbesar 50 cm, panjang


tuh) komponen terkecil 5 cm, menyudut
Panenjoan terletak di Desa Tamanjaya, hingga menyudut tanggung (Nugraha,
Kecamatan Ciemas, Ciletuh, Sukabumi. 2016).
Panenjoan berasal dari bahasa sunda Pada dinding amfiteater dijumpai
yang berarti tempat meninjau/mem- sejumlah airterjun yang terbentuk
perhatikan (Gambar 1). Kawasan ini karena proses sesar normal (sesar turun)
merupakan bukti struktur geologi berupa karena bagian blok yang turun
sesar normal yang menghasilkan sebuah mengakibatkan adanya beda tinggi
longsoran besar berbentuk tapal kuda antara kedua blok mencapai 300 meter.
yang terjadi di umur Miosen Bawah (23 Lembah amfiteater kemudian diisi oleh
juta tahun yang lalu). Batuan utama endapan aluvial, sementara bagian
penyusunnya merupakan bagian dari lainnya yang membentuk dataran tinggi
Formasi Jampang Anggota Cikarang yang dikenal sebagai Tinggian Jampang
(Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen atau Plato Jampang atau Jampang High.
berupa breksi polimik, batupasir Ada juga yang berpendapat fenomena
graywacke berbutir kasar sampai halus, bentuk tapal kuda ini terbentuk karena
setempat di jumpai lava. adanya meteor jatuh, akan tetapi belum
Batupasir pada situs geologi ini memiliki dijumpai bukti-bukti yang mendukung
ciri litologi berupa, warna segar coklat, perndapat ini.
warna lapuk coklat gelap, besar butir
pasir halus hingga kasar, setempat Curug Awang
kerikilan, menyudut hingga menyudut Berada di Sungai Ciletuh, perbatasan
tanggung, kemas tertutup, terpilah administratif antara Desa Tamanjaya,
sedang hingga baik, permeabilitas Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti.
sedang - baik, agak keras hingga keras. Situs geologi ini merupakan airterjun
Sedangkan Breksi pada situs geologi ini dengan ketinggian 50 meter yang
mempunyai warna segar coklat terbentuk akibat struktur geologi berupa
kehitaman, warna lapuk coklat sesar normal sehingga ada blok atau
kemerahan. Matriks batupasir dengan bagian yang turun (Gambar 2). Curug
besar butir pasir halus hingga pasir berarti airterjun, sementara Awang
sangat halus, terpilah buruk, berarti posisi yang tinggi (awang
permeabilitas sedang hingga buruk, awang). Batuan utama penyusunnya
keras. Komponen batuan beku berwarna merupakan bagian dari Formasi Jampang
hitam, abu-abu gelap dengan panjang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975)

79
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

berupa batuan sedimen berupa breksi perlapisan yang tebal. Batuan Berumur
polimik, batupasir graywacke berbutir Miosen Bawah - Tengah (23-10 juta
kasar sampai halus, yang menujukkan tahun yang lalu).

Gambar 2. Pemandangan Curug Awang Tampak Jauh (Tim Ciletuh Geologi


UNPAD, 2015)

Batupasir pada situs geologi ini memiliki berupa sesar normal sehingga ada blok
ciri litologi berupa, warna segar coklat, atau bagian yang turun (Gambar 3).
warna lapuk coklat gelap, besar butir Airterjun ini merupakan airterjun terusan
pasir halus hingga kasar, setempat dari Curug Awang. Batuan utama
kerikilan, menyudut hingga menyudut penyusunnya merupakan bagian dari
tanggung, kemas tertutup, terpilah Formasi Jampang Anggota Cikarang
sedang hingga baik, permeabilitas (Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen
sedang - baik, agak keras hingga keras. berupa breksi polimik, batupasir
Sedangkan Breksi pada situds geologi ini graywacke berbutir kasar sampai halus,
mempunyai warna segar coklat yang menujukkan perlapisan yang tebal.
kehitaman, warna lapuk coklat Batuan Berumur Miosen Bawah - Tengah
kemerahan. Matriks batupasir dengan (23-10 juta tahun yang lalu).
besar butir pasir halus hingga pasir Batupasir pada situs geologi ini memiliki
sangat halus, terpilah buruk, ciri litologi berupa, warna segar coklat,
permeabilitas sedang hingga buruk, warna lapuk coklat gelap, besar butir
keras. Komponen batuan beku berwarna pasir halus hingga kasar, setempat
hitam, abu-abu gelap dengan panjang kerikilan, menyudut hingga menyudut
komponen terbesar 50 cm, panjang tanggung, kemas tertutup, terpilah
komponen terkecil 5 cm, menyudut sedang hingga baik, permeabilitas
hingga menyudut tanggung (Nugraha, sedang - baik, agak keras hingga keras.
2016). Sedangkan Breksi pada situds geologi ini
mempunyai warna segar coklat
Curug Tengah kehitaman, warna lapuk coklat
Berada di Sungai Ciletuh, perbatasan kemerahan. Matriks batupasir dengan
administratif antara Desa Tamanjaya, besar butir pasir halus hingga pasir
Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti. sangat halus, terpilah buruk,
Situs geologi ini merupakan airterjun permeabilitas sedang hingga buruk,
dengan ketinggian mencapai 7 meter keras. Komponen batuan beku berwarna
yang terbentuk akibat struktur geologi hitam, abu-abu gelap dengan panjang

80
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

komponen terbesar 50 cm, panjang hingga menyudut tanggung (Nugraha,


komponen terkecil 5 cm, menyudut 2016).

Gambar 3. Pemandangan Curug Tengah Tampak Jauh (Tim Ciletuh Geologi


UNPAD, 2015)

Curug Puncakmanik Batupasir pada situs geologi ini memiliki


Berada di Sungai Ciletuh, perbatasan ciri litologi berupa, warna segar coklat,
administratif antara Desa Tamanjaya, warna lapuk coklat gelap, besar butir
Desa Cibenda, dan Desa Mekarsakti. pasir halus hingga kasar, setempat
Situs geologi ini merupakan airterjun kerikilan, menyudut hingga menyudut
dengan ketinggian 100 meter yang tanggung, kemas tertutup, terpilah
terbentuk akibat struktur geologi berupa sedang hingga baik, permeabilitas
sesar normal sehingga ada blok atau sedang - baik, agak keras hingga keras.
bagian yang turun (Gambar 4). Curug Sedangkan Breksi pada situs geologi ini
berarti airterjun sementara mempunyai warna segar coklat
Puncakmanik, puncak berarti tempat kehitaman, warna lapuk coklat
paling tinggi dan manik berkaitan kemerahan. Matriks batupasir dengan
dengan mineral tertentu yang berkilauan besar butir pasir halus hingga pasir
seperti perhiasan yang dapat dengan sangat halus, terpilah buruk,
mudah dijumpai di kawasan tersebut. permeabilitas sedang hingga buruk,
Secara umum dapat juga diartikan keras. Komponen batuan beku berwarna
sebagai ungkapan akan keindahan serta hitam, abu-abu gelap dengan panjang
keasrian dari lanskap air terjun tersebut komponen terbesar 50 cm, panjang
dengan istilah manic/perhiasan. Batuan komponen terkecil 5 cm, menyudut
utama penyusunnya merupakan bagian hingga menyudut tanggung (Nugraha,
dari Formasi Jampang Anggota Cikarang 2016).
(Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen Karakteristik lava basal yang dapat
berupa breksi polimik, batupasir diamati secara megaskopis berwarna
graywacke berbutir kasar sampai halus, segar abu-abu kehitaman, warna lapuk
yang menujukkan perlapisan yang tebal abu-abu kecokelatan, besar butir
dan pada dasar sungai dijumpai afanitik, derajat kristalisasi hipohialin,
bongkah-bongkah lava basal berstruktur bentuk subhedral, hipidiomorf, kemas
bantal. Batuan Berumur Miosen Bawah - inequigranular, indeks warna
Tengah (23-10 juta tahun yang lalu). mesokratik, berbentuk bongkah-

81
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

bongkah.. Terdapat kandungan mineral


plagioklas, kuarsa, dan piroksen.

Gambar 4. Pemandangan Curug Puncakmanik Tampak Jauh (Rosana M. F.,


2016)

Curug Sodong, Ngelay, dan Cikaret warna lapuk coklat gelap, besar butir
Berada di Sungai Cikanteh yang pasir halus hingga kasar, setempat
termasuk kedalam wilayah Desa Ciwaru, kerikilan, menyudut hingga menyudut
situs geologi ini merupakan 3 buah tanggung, kemas tertutup, terpilah
airterjun yang tersusun dari paling sedang hingga baik, permeabilitas
rendah ke paling tinggi: Curug sedang - baik, agak keras hingga keras.
Sodong/Curug Kembar/Curug Penganten Sedangkan Breksi Polimik pada situs
(ketinggian 35 meter)(Gambar 5), Curug geologi ini mempunyai warna segar
Ngelay (ketinggian 7 meter), dan Curug coklat kehitaman, warna lapuk coklat
Cikaret (ketinggian 50 meter).. Airterjun kemerahan. Matriks batupasir dengan
ini terbentuk akibat struktur geologi besar butir pasir halus hingga pasir
berupa sesar normal sehingga ada blok sangat halus, terpilah buruk,
atau bagian yang turun. Batuan utama permeabilitas sedang hingga buruk,
penyusunnya merupakan bagian dari keras. Komponen batuan beku berwarna
Formasi Jampang Anggota Cikarang hitam, abu-abu gelap dengan panjang
(Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen komponen terbesar 50 cm, panjang
berupa breksi polimik, batupasir komponen terkecil 5 cm, menyudut
graywacke berbutir kasar sampai halus, hingga menyudut tanggung (Nugraha,
yang menujukkan perlapisan yang tebal 2016).
dan pada dasar sungai di jumpai
bongkah-bongkah breksi polimik. Batuan Curug Cikanteh
Berumur Miosen Bawah-Tengah (23-10 Berada di Sungai Cikanteh yang
juta tahun yang lalu). termasuk kedalam wilayah Desa Ciwaru,
Batupasir pada situs geologi ini memiliki situs geologi ini merupakan air terjun
ciri litologi berupa, warna segar coklat, yang indah dan memukau dengan

82
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

ketinggian 55 meter (Gambar 6). geologi berupa sesar normal sehingga


Airterjun ini terbentuk akibat struktur ada blok atau bagian yang turun.

Gambar 5. Pemandangan Curug Sodong Tampak Jauh (Bagian Paling Rendah)


(Tim Ciletuh Geologi UNPAD, 2015)

Gambar 6. Pemandangan Curug Cikanteh (Rosana M. F., 2016)

Batuan utama penyusunnya merupakan Bawah - Tengah (23-10 juta tahun yang
bagian dari Formasi Jampang Anggota lalu).
Cikarang (Sukamto, 1975) berupa Batupasir pada situs geologi ini memiliki
batuan sedimen berupa breksi polimik, ciri litologi berupa, warna segar coklat,
batupasir graywacke berbutir kasar warna lapuk coklat gelap, besar butir
sampai halus, yang menujukkan pasir halus hingga kasar, setempat
perlapisan yang tebal dan pada dasar kerikilan, menyudut hingga menyudut
sungai di jumpai bongkah-bongkah tanggung, kemas tertutup, terpilah
breksi polimik. Batuan Berumur Miosen

83
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

sedang hingga baik, permeabilitas permeabilitas sedang hingga buruk,


sedang - baik, agak keras hingga keras. keras. Komponen batuan beku berwarna
Sedangkan Breksi Polimik pada situs hitam, abu-abu gelap dengan panjang
geologi ini mempunyai warna segar komponen terbesar 50 cm, panjang
coklat kehitaman, warna lapuk coklat komponen terkecil 5 cm, menyudut
kemerahan. Matriks batupasir dengan hingga menyudut tanggung (Nugraha,
besar butir pasir halus hingga pasir 2014).
sangat halus, terpilah buruk,

Gambar 7. Pemandangan Pantai Palangpang dari Gunung Badak, (Tim Ciletuh


Geologi UNPAD,2015)

Pantai Palangpang yang terbentuk karena struktur geologi


Terletak di Desa Mandrajaya, pantai ini yang terjadi pada Miosen Atas.
merupakan salah satu situs geologi
berupa morfologi pantai hasil bentukan Curug Cimarinjung
laut, berupa hamparan pasir putih Berada di Sungai Cimarinjung yang
sampai abu-abu sebagai hasil lapukan termasuk kedalam wilayah Desa Ciwaru,
dari batuan yang ada di sekitarnya situs geologi ini merupakan airterjun
sebagai batuan dasarnya. jutaan tahun dengan ketinggian 50 meter yang
yang lalu (Gambar 7). Palangpang terbentuk akibat struktur geologi berupa
berasal dari kata palang palang yang sesar normal sehingga ada blok atau
berarti kayu atau bamboo di dalam bagian yang turun (Gambar 8). Batuan
perahu atau antar perahu yang berfungsi utama penyusunnya merupakan bagian
sebagai penyeimbang atau tempat dari Formasi Jampang Anggota Cikarang
duduk atau jembatan) yang saling (Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen
menumpang. berupa breksi polimik, batupasir
Hal ini berkaitan dengan budaya graywacke berbutir kasar sampai halus,
berperahu sebagai sarana mencari ikan yang menujukkan perlapisan yang tebal
ataupun transportasi. Pantai ini memiliki dan pada dasar sungai di jumpai
hamparan yang luas dengan pasir putih, bongkah-bongkah lava basal berstruktur
dan menjadi muara bagi Sungai Ciletuh bantal yang terbentuk 65 juta tahun
di bagian selatan dan Sungai yang lalu (Pra-Tersier).
Cimarinjung di bagian utaranya. Bentuk Batupasir pada situs geologi ini memiliki
pantai ini juga membentuk tapal kuda, ciri litologi berupa, warna segar coklat,
karena juga merupakan bagian dasar warna lapuk coklat gelap, besar butir
dari lembah mega amfiteater Ciletuh pasir halus hingga kasar, setempat
kerikilan, menyudut hingga menyudut

84
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

tanggung, kemas tertutup, terpilah terpilah buruk, permeabilitas sedang


sedang hingga baik, permeabilitas hingga buruk, keras. Komponen batuan
sedang - baik, agak keras hingga keras. beku berwarna hitam, abu-abu gelap
Sedangkan Breksi pada situs geologi ini dengan panjang komponen terbesar
mempunyai warna segar coklat kehitam- 50 cm, panjang komponen terkecil 5
an, warna lapuk coklat kemerahan. cm, menyudut hingga menyudut
Matriks batupasir dengan besar butir tanggung (Nugraha, 2016).
pasir halus hingga pasir sangat halus,

Gambar 8. Pemandangan Curug Cimarinjung Tampak Jauh (Tim Ciletuh Geologi


UNPAD, 2015)

Karakteristik lava basal yang dapat berupa sesar normal yang menghasilkan
diamati secara megaskopis berwarna sebuah longsoran besar berbentuk tapal
segar abu-abu gelap, warna lapuk coklat kuda. Batuan utama penyusunnya
keabu-abuan, besar butir afanitik, merupakan bagian dari Formasi Jampang
derajat kristalisasi hipohialin, bentuk Anggota Cikarang (Sukamto, 1975) yang
subhedral, hipidiomorf, kemas terbentuk pada kala Miosen Bawah
inequigranular, indeks warna Tengah berupa batuan sedimen berupa
mesokratik, berbentuk bongkah- breksi polimik, batupasir graywacke
bongkah. Terdapat kandungan mineral berbutir kasar sampai halus, setempat di
plagioklas, kuarsa, dan piroksen. jumpai lava.
Pada dinding amfiteater dijumpai
Puncak Darma sejumlah airterjun yang terbentuk
Puncak Darma berada di Desa Girimukti karena proses sesar normal (sesar turun)
dalam kawasan Geopark Ciletuh. Lokasi karena bagian blok yang turun
ini merupakan salah satu situs mengakibatkan adanya beda tinggi
geomorfologi yang merupakan tempat antara kedua blok mencapai 300 meter.
terbaik untuk mengamati bentuk Batupasir pada situs geomorfologi ini
amfiteater serta teluk Ciletuh yang memiliki ciri litologi berupa, warna segar
terbuka ke arah laut lepas (Gambar 9). coklat, warna lapuk coklat gelap, besar
Dari Puncak Darma, kita dapat melihat butir pasir halus hingga kasar, setempat
panorama (landscape) mega amfiteater kerikilan, menyudut hingga menyudut
Ciletuh sebagai bukti struktur geologi tanggung, kemas tertutup, terpilah

85
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

sedang hingga baik, permeabilitas permeabilitas sedang hingga buruk,


sedang - baik, agak keras hingga keras. keras. Komponen batuan beku berwarna
Sedangkan Breksi monomik mempunyai hitam, abu-abu gelap dengan panjang
warna segar coklat kehitaman, warna komponen terbesar 50 cm, panjang
lapuk coklat kemerahan. Matriks batupa- komponen terkecil 5 cm, menyudut
sir dengan besar butir pasir halus hingga hingga menyudut tanggung (Nugraha,
pasir sangat halus, terpilah buruk, 2016).

Gambar 9. Pemandangan Mega Amfiteater Ciletuh dari Puncak Darma (Ronald


Agusta, 2012)

KESIMPULAN Dowling, RK. 2010. Geotourisms


The Magical of Ciletuh Amphitheater Global Growth. Australia:
(Perjalanan berfokus untuk menikmati Geoheritage, Springer-Verlag 2010
bentukan Mega Amfiteater Ciletuh) Hardiyono, Adi dkk. 2015. Keragaman
yang meliputi situs-situs geologi: Geologi Ciletuh Geopark Sebagai
Panenjoan (Mega Amfiteater Ciletuh), Tujuan Geowisata Baru. Scientific
Curug Awang, Curug Tengah, Curug Contribution. Bandung: Fakultas
Puncakmanik, Curug Sodong, Ngelay, Teknik Geologi, UNPAD
dan Cikaret, Curug Cikanteh, Pantai Newsome D, Dowling R. 2010. Setting
Palangpang, Curug Cimarinjung, dan an agenda for geotourism. In
Puncak Darma. Geotourism: The tourism of geology
and landscape, Newsome D,
SARAN Dowling R (eds). Good Fellow
Jalur geotrek yang telah dibuat di Publishers.
dalam tugas akhir ini, belum diuji coba Nugraha, Katon A. S. 2016.
seutuhnya (lengkap sesuai jalur), Tektonostratigrafi daerah
sehingga diperlukan uji coba lapangan Tamanjaya dan Sekitarnya,
secara langsung untuk melihat detail Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
dari jalur ini dan menjadikan jalur Barat. Skripsi: tidak dipublikasi.
geotrek yang dibuat siap dinikmati Rosana, M. F. 2006. Geologi Kawasan
para wisatawan. Ciletuh Sukabumi : Karakteristik,
Keunikan, dan Implikasinya.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Universitas Padjadjaran.
Andriany SS, 2015. Memuliakan Bumi Rosana, M.F., dkk. 2015. Dosier
dan Mensejahterahkan Masyarakat Geopark Ciletuh Sukabumi Jawa
Melalui Program Geopark (Studi Barat. Dokumen Pengusulan
Kasus Ciletuh). Karya Tulis Ilmiah. Menjadi Geopark Nasional.
Sumedang: Universitas Padjadjaran Sukabumi: tidak dipublikasi.
Rosana, M. F. 2016. Geopark Nasional
Ciletuh. Bandung: Biofarma

86
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

Schiller, D.M., Garrard, R.A., Prasetyo


Ludi. 1991. Eocene Submarine fan
sedimentation in Southwest Java.
Jakarta: Proceedings IPA ke 20
Sukamto, RAB. 1975. Peta Geologi
Lembar Jampang dan
Balekambang, Jawa Barat, Skala 1 :
100.000. Bandung: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi.
UNESCO Global Geoparks Network
(GGN), Global Network of National
Geoparks. Melalui
http://www.globalGeopark.org>;
(Di akses Januari 2016).

87
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 75 88

88

You might also like