You are on page 1of 5

EC

EC technology has been known for over a century and was first patented at the turn
of the 20th century. Extensive EC studies were carried out in the latter half of the
century in both the United States and the Soviet Union. However, EC remained
practically unused in water and wastewater treatment until the 21 st century. This
was mainly due to the then-high investment and electricity costs. These economic
facts gave other technologies an edge over EC. The prices of electricity as well as
power sources have lowered substantially since, making EC again a viable
alternative for water and wastewater treatment. Indeed, the environmental sector
has recently shown great interest in EC as a research subject. (Chen 2004, Holt et
al. 2005, Koren & Syversen 1995, Weintraub et al. 1983)
EC lies at an intersection of three more conventional technologies. It combines
the functions and advantages of conventional chemical coagulation (CC), flotation,
and electrochemistry in water and wastewater treatment. All of these are known
technologies with decades of extensive research and development. However, the
profound mechanism of interaction between these technologies, which is employed
in an EC system, is still somewhat shrouded. More research on the core basis of EC
is therefore needed to develop a better understanding of the technology as a whole.
(Holt et al. 2005)

Limbah yang banyak mengandung zat warna tekstil ini beracun, karsinogen dan dapat menyebabkan mutagen pada biota air
(Yuksel dkk., 2012). -- Yuksel, E., Gurbulak, E., and Eyvaz, M., (2012), Decolorization of a Reactive Dye Solution and
Treatment of a Textile Wastewater by Electrocoagulation and Chemical Coagulation: Techno-Economic Comparison,
Environmental Progress and Sustainable Energy, 31(4), pp. 524-535.

Pengendapan secara kimiawi sebagai pengolahan awal ini menimbulkan sludge dalam jumlah cukup besar, juga air limbah akan
mengandung bahan kimia yang berbahaya bila masuk ke badan air (Siregar, 2005). - Siregar, S.A., (2005), Instalasi
Pengolahan Air Limbah, ed. 1, Kanisius, Yogyakarta, pp. 94-95. (Clear)

Elektrokoagulasi membutuhkan peralatan sederhana dan area kecil dibandingkan dengan sistem tambak
konvensional yang menyebabkan kenaikan gas rumah kaca. Elektrokoagulasi adalah pengolahan air limbah
alternatif yang melarutkan anoda logam dengan menggunakan listrik dan memberikan kation aktif yang
diperlukan untuk koagulasi tanpa meningkatkan salinitas air [23]. Elektrokoagulasi memiliki kemampuan
untuk menghilangkan sejumlah besar polutan dengan berbagai kondisi mulai dari: padatan tersuspensi,
logam berat, produk minyak bumi, warna dari larutan yang mengandung zat warna, humus air dan
defluoridasi air [23]. Elektrokoagulasi biasanya dikenali dengan mudah dioperasikan dan dikurangi produksi
lumpur [24]. Aluminium dan besi adalah bahan elektroda yang sesuai untuk perawatan dengan
menggunakan elektrokoagulasi [25]. Efisiensi pengangkatan elektrokoagulasi menggunakan elektroda
Aluminium lebih tinggi daripada menggunakan elektroda besi [26]. Proses elektrokoagulasi terdiri dari dua
tahap: (i) pembangkitan elektrik kation logam dan aksi fisiknya terhadap polutan, (ii) pembentukan flok,
flokulasi dan pengendapan pada penambahan agen flokulasi dan di bawah pengadukan rendah [27].

Elektrokoagulasi (EC) merupakan teknologi yang cukup efisien untuk pengolahan air yang tercemar dengan menggunakan arus
listrik jika dibandingkan dengan metode reagen kimia yang mahal. Telah berhasil diterapkan untuk pengolahan polutan yang
dapat larut maupun koloid dalam berbagai limbah industry termasuk, masalah limbah dari industri makanan, penyamakan kulit,
pembuatan polimerisasi bengkel mekanis (larut minyak), dan limbah industri tekstil yang mengandung logam berat, padatan
suspensi, bahan organik yang teremulsi dan kontaminan lainnya. (Erick Butler dkk 2011). B. Merzouk, B. Gourich, K. Madani,
Ch. Vial, A. Sekki. (2011), Removal of a disperse red dye from synthetic
wastewater by chemical coagulationand continuous electrocoagulation. A comparative study.
Desalination 272 246253.

Kelebihan proses pengolahan limbah dengan elektrokoagulasi antara lain (Purwaningsih, 2008): flok yang dihasilkan
elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang dihasilkan koagulasi biasa, lebih cepat mereduksi kandungan
koloid/partikel yang paling kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik ke dalam air akan mempercepat pergerakan
kolodi/partikel di dalam air dengan demikian akan memudahkan proses, gelembung-gelembung gas yang dihasilkan
pada proses elektrokoagulasi ini dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan,
mampu memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi, dikarenakan tidak dipengaruhi
temperatur, tidak memerlukan pengaturan pH, serta tidak perlu menggunakan bahan kimia tambahan.
Kekurangan dari proses pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi adalah (Purwaningsih, 2008): tidak dapat
digunakan untuk mengolah air limbah yang mempunyai sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat
antar elektroda, besarnya reduksi logam berat dalam air limbah dipengaruhi oleh besar kecilnya arus voltase listrik searah pada
elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar elektroda, penggunaan listrik yang mungkin mahal, dan
batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti. Purwaningsih, I. 2008, Pengolahan Air limbah
Industri Batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau Dari Parameter
Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna, Tugas Akhir Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Lingkungan, UII,
Yogyakarta.

Pengolahan air buangan menggunakan metode elektrokoagulasi relatif lebih murah biaya operasionalnya, biaya
pengolahan air buangan 1000 galon dengan metode elektrokoagulasi adalah $1,69 , sedangkan jika menggunakan
bahan kimia memerlukan biaya $ 14,18 (Abe Beagles,2004) . Abe Beagles,(2004),Electrocoagulation Science and
application, New Castlle, California.

Banyak teknologi seperti oksidasi biologis, oksidasi kimiawi, oksidasi maju, nanofiltrasi, dan adsorpsi telah diteliti.
Selain itu, teknologi elektrokimia, seperti elektrodeposisi, elektrokoagulasi (EC), electroflotation (EF),
electrooxidation (EO), dan remediasi elektrokinetik, mendapat perhatian signifikan selama ini. Popularitas mereka
adalah karena kemudahan distribusi dan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan moderat (Barrera-Daz et al 2012).
Namun, sebagian besar metode yang disebutkan di atas memiliki beberapa kekurangan utama. Sebagai contoh,
oksidasi biologis tidak diragukan lagi merupakan proses yang tidak mahal, namun adanya molekul beracun atau
biorefractory dapat menghambat pendekatan ini karena kontaminasi limbah dengan senyawa organik (Panizza dan
Cerisola 2009, Barrera-Daz et al 2012). Oksidasi kimia memiliki tingkat kapasitas yang rendah dan membutuhkan
transportasi dan penyimpanan reaktan berbahaya (Panizza dan Cerisola 2009); Proses oksidasi lanjutan memerlukan
biaya investasi yang tinggi (Martinez-Huitle dan Ferro 2006, Panizza dan Cerisola 2009); Nanofiltrasi dan proses
adsorpsi Tidak selalu cukup untuk mencapai batas pembuangan (Bousher et al 1997, Wachinski 2012); Dan proses EO
dan elektrodeposisi memerlukan waktu reaksi yang lama untuk mencapai perlakuan (Chen 2004, Martinez-Huitle
dan Ferro 2006).
Konstituen Proses Karakteristik air limbah

Limbah benang, ukuran BOD yang tinggi dan


Pengukuran (sizing)
pati yang tidak terpakai COD menengah

BOD (35-50% dari


Enzim, Pati, Lilin, Perekatan (Desizing)
total), COD yang tinggi,
Amonia
suhu (70-80 oC)

Residu desinfektan dan Lemak berminyak, BOD


insektisida, NaOH, Penggosokan (30% dari total), pH
surfaktan, sabun (Scouring) tinggi, suhu (70-80 C),
warna gelap.

H2O2, AOX, NaOCl, Pemutihan pH tinggi, TDS


zat Organik (Bleaching)

BOD tinggi, pH tinggi,


NaOH Mercerization partikel tersuspensi

Warna, logam, Toksisitas tinggi, BOD


sulfida, garam, Pencelupan (Dyeing) (6% dari total), TDS, pH
keasaman / alkalinitas, tinggi.
bentuk aldehida

Toksisitas tinggi, COD


Urea, pelarut, warna, Pencetakan tinggi, BOD tinggi, TDS,
logam (Printing) pH tinggi, Warna pekat.

Senyawa yang Tahap akhir Alkalinitas rendah, BOD


diklorinasi, pelarut (Finishing) rendah, toksisitas tinggi
bekas, lilin, pelunak,
asetat

Beberapa parameter mempengaruhi efisiensi EC dalam pembuangan polutan dari air limbah. Parameter meliputi:
bahan elektroda, susunan elektroda, suplai kerapatan arus dan waktu perawatan, pengaruh larutan pH, konduktivitas
larutan, pengaruh suhu, konsentrasi polutan awal, pengaruh konsentrasi anion, pengaruh kecepatan agitasi,
interelectrode Jarak, dan jenis catu daya.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Elektrokoagulasi


Teknologi elektrokoagulasi memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya:
2.4.1 Kelebihan teknologi elektrokoagulasi
Kelebihan proses pengolahan limbah cair dengan teknologi elektrokoagulasi antara lain (Purwaningsih,
2008):
1. Flok yang dihasilkan elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang dihasilkan koagulasi biasa
akan tetapi tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya karena tidak adanya
penambahan bahan kimia pada posesnya.
2. Lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel yang paling kecil, hal ini disebabkan
pengaplikasian arus listrik ke dalam air limbah yang akan mempercepat pergerakan
kolodi/partikel di dalam air limbah dengan demikian akan memudahkan proses
penggumpalan.
3. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat
membawa polutan yang berukuran kecil ke atas air sehingga dapat dengan mudah
dihilangkan.
4. Mampu memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi operasi,
dikarenakan proses elektrokoagulasi tidak dipengaruhi temperatur.
5. Tidak memerlukan pengaturan pH pada air limbah, serta tidak perlu menggunakan bahan
kimia tambahan.

2.4.2 Kekurangan teknologi elektrokoagulasi


Kekurangan dari proses pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi diantaranya (Purwaningsih,
2008):
1. Teknologi ini tidak dapat digunakan untuk mengolah air limbah yang mempunyai sifat elektrolit
cukup tinggi (seperti air laut yang mengandung garam yang tinggi) dikarenakan akan terjadi
hubungan singkat antar elektroda.
2. Besarnya reduksi logam berat dalam air limbah berbanding lurus dengan kuat arus voltase listrik
searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar elektroda.
3. Penggunaan listrik yang besar mempengaruhi biaya operasi.
4. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti hal ini juga
meningkatkan biaya operasi.
Pada proses membran hal yang perlu diperhatikan adalah konsentrat. Dalam penerapannya, biasanya
dihasilkan dua aliran yaitu permeat (air) dan konsentrat. Permeat merupakan produk air bersih yang dapat
dimanfaatkan kembali. Sedangkan konsentrat dalam hal ini adalah limbah yang telah jauh berkurang dari
segi volume namun dari segi konsentrasi akan jauh lebih pekat hal ini disebabkan karena kadar air telah
terpisahkan sebagai permeat. Pada sejumlah kasus, konsentrat yang dihasilkan dalam pengolahan limbah
cair merupakan produk bernilai misalnya pada industri susu (cheese whey) dan industri tapioca
(Wenten,2005)

You might also like