You are on page 1of 4

NAMA : APRINDO DONATUS

NIM : I11112055
MODUL : ETNOMEDIK ET FARMAKA

KASUS
Seorang pasien, wanita usia 40 tahun dengan kolitis ulseratif selama 17
tahun yang mengenai kolon secara ekstensif dan gejala yang cukup hebat. Pasien
ini kemudian datang pada dokter karena kambuh lagi. Pasien ini tidak mau
dilakukan tindakan operatif walaupun dia sadar akan resiko penyakitnya dan
suaminya juga telah meyakinkan bahwa akan adanya resiko fatal yang terjadi jika
tidak dilakukan tindakan operatif.
1. Buatlah lima langkah dalam EBM!
2. Apa tindakan yang dapat diberikan tanpa tindakan operatif?
3. Apa hasil yang diharapkan dari terapi tersebut?
4. Bagaimana prognosis wanita tersebut?

PEMBAHASAN
Evidence Based Medicine
Langkah-langkah EBM yang dapat dilakukan pada pasien tersebut
berdasarkan lima (5) langkah EBM adalah sebagai berikut:
No. Tindakan
1. Step 1. Defining the Problem
Pada kasus diatas diketahui bahwa wanita tersebut menolak untuk
melakukan tindakan operatif atas keluhan yang dialaminya. Langkah
pertama sebagai dokter yang menangani wanita tersebut adalah
mempertajam anamnesis, karena tidak/belum diketahui alasan pasien
menolak tindakan medis. Penanganan suportif diberikan untuk
mengurangi keluhan pasien. Dokter tidak boleh memaksakan kehendak
pasien dalam pengambilan tindakan medis, melainkan meyakinkan. Untuk
itu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur jadwal
pertemuan berikutnya dengan sebelumnya memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga (suami pasien). Dokter juga dapat meminta bantuan
moral dari pihak keluarga.
2. Step 2. Tracking Down the Information Source Needed
Selama mengatur kembali jadwal konsultasi, maka dokter dapat
menelusuri dan mempelajari lebih lanjut mengenai penyakit pasien.
Sumber yang digunakan dapat berupa penelitian-penelitian terbaru
mengenai penanganan pasien colitis ulseratif. Pencarian juga dapat
menitikberatkan pada tatalaksana non operatif atau definitif lainnya.
3. Step 3. Critically Appraising the Information
Informasi yang diperoleh pada langkah kedua harus dipelajari. Hal yang
perlu dinilai adalah apakah penelitian/ilmu terbaru yang diperoleh dapat
dilakukan pada pasien (wanita 40 tahun). Sikap kritis dari dokter
diperlukan pada langkah ini. Penilaian informasi dapat berupa penilaian
terhadap validitas penelitian, kepentingan dan manfaat penelitian, dan
kemampulaksaan prosedur yang terdapat pada penelitian. Hasil penelitian
dikaitkan dengan masalah medis pada pasien yang ditangani dokter.
NAMA : APRINDO DONATUS
NIM : I11112055
MODUL : ETNOMEDIK ET FARMAKA

4. Step 4.Applying the Information With Your Patients


Informasi yang didapat yang menurut penilaian dokter dapat dilakukan
akan disampaikan pada pasien. Penanganan medis akan diambil apabila
terdapat informed consent dari pasien. Keputusan terhapat tindakan medis
tetap berada di tangan pasien. Setelah disetujui, dokter melakukan
prosedur sesuai dengan informasi yang diperoleh tersebut.
5. Step 5. Evaluating How Effective It Is
Pengawasan dan evalusi terus dilakukan oleh dokter selama prosedur
medis berjalan. Evaluasi diperlukan untuk menolai efekasi dari terapi yang
diambil terhadap pasien yang ditangani. Apabila prosedur berjalan baik
dan sesuai dengan kebutuhan pasien dan menunjukkan perbaikan klinis,
maka prosedur dapat dilanjutkan. Namun, apabila terjadi resiko medis
yang dapat membahayakan pasien, maka prosedur harus dihentikan.
Evaluasi penting, terutama untuk prosedur medis yang bersifat jangka
lama terhadap pasien.

Analisis EBM pada Kasus


Analisis EBM sesuai dengan tabel PICO berikut ini.
P I C O
Wanita 40 tahun Tidak dilakukan Dilakukan (terlampir pada
dengan colitis tindakan operatif tindakan operatif pembahasan
ulseratif selama 17 pada pasien pada pasien berikut)
tahun tersebut tersebut

Pembahasan
Kolitis ulseratif merupakan penyakit infeksi kronis yang mengenai usus
besar (kolon). Kolitis ulseratif menyebabkan peradangan dan ulserasi disepanjang
lapisan usus besar yang dapat mengakibatkan sakit perut, kram, perdarahan, dan
diare. Penyakit ini biasanya dimulai di daerah anus dan dapat mengenai seluruh
usus. Pengobatan penyakit ulsertif bertujuan untuk pemeliharan pasien mencapai
remisi gejala, sehingga memberkan peningkatan kualitas hidup, pengurangan
kortikosteroid jangka panjang, dan minimalisasi resiko kanker (komplikasi).
Pengobatan efektif yang dapat dilakukan untuk remisi penyakit adalah sebagai
berikut:1,2
1. Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa diperlukan untuk mengatasi inflamasi pada
kolon dan/ atau mengurangi respon imun. Tujuan dari pengobatan adalah
mengendalikan gejala dan mencegah gejala kambuh hingga remisi gejala.
Terapi medikamentosa harus diperhatikan dengan seksama mengingat efek
samping jangka panjang yang akan timbul. Berikut merupakan logaritma
terapi pada penyakit kolitis ulseratif.
NAMA : APRINDO DONATUS
NIM : I11112055
MODUL : ETNOMEDIK ET FARMAKA

2. Terapi diet dan perubahan gaya hidup


Tujuan terapi diet dan perubahan gaya hidup adalah untuk
mengendalikan gejala dan waktu kekambuhan gejala. Langkah yang dapat
dilakukan adalah:
a) Membatasi produk susu,
b) Membatasi makanan tinggi serat,
c) Membatasi masukan kafein, alkohol, minuman bersoda, dan
makanan berlemak,
d) Makan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi yang lebih banyak,
e) Olahraga, dan
f) Kurangi stress.
3. Operatif
Sekitar 10 sampai 15% pasien dengan kolitis ulseratif
membutuhkan tindakan pembedahan, apabila terapi medikamentosa tidak
berhasil dalam remisi gejala atau timbul komplikasi. Indikasi mutlak untuk
dilakukannya tindakan operatif adalah terjadinya perdarahan hebat,
perforasa, dan berkembangnya penyakit menjadi karsinoma.

Outcome/ Prognosis
Pada analisis PICO, dibandingkan pasien apabila dilakukan tindakan non
operatif dan operatif. Prognosis pada pasien dengan tindakan non operatif adalah
buruk. Berdasarkan World Journal of Gastroenterology (2011), pasien dengan
kolitis ulseratif memiliki faktor resiko menderita kanker kolon meningkat setelah
8-10 tahun kemudian.3 Sedangkan, prognosis pada pasien dengan tindakan
operatif menunjukkan hasil yang memuaskan. Studi yang dilakukan di
Copenhagen menunjukkan, pasien dengan Colectomy tidak memiliki faktor resiko
timbul karsinoma. 93% pasien dapat bekerja kembali dengan ten-survival rate
NAMA : APRINDO DONATUS
NIM : I11112055
MODUL : ETNOMEDIK ET FARMAKA

sebesar 96%. Efikasi yang baik juga ditunjukkan pada pasien colitis ulseratif yang
telah mengalami komplikasi. Prognosis yang baik juga ditemukan pada pasien
dengan komplikasi proktitis dan toksik megakolon. Penelitian ini menunjukan
pasien memiliki kualitas hidup yang lebih baik.4

Daftar Pustaka:
1. Anonim. Understanding Ulcerative Colitis. Canadian Digestive Health
Foundation. 2013.
2. Kornbluth, A. Erratum: Ulcerative Colitis Practice Guidelines in Adults:
American College of Gastroenterology, Practice Parameters Committee.
New York: the American Journal of Gastroenterology, 2010.
3. Mudter, J. Current treatment of ulcerative colitis. Germany: World Journal
of Gastroenterology, 2011.
4. Ardizzone, S. Ulcerative Collitis. Italy: L. Sacco University, 2011.

You might also like