You are on page 1of 15

Case report

Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Oleh
Havilah Zeki Rosa 1110312123

Preseptor
Dr. Gardennia Akhyar, Sp.KK

Kepaniteraan Klinik
Rotasi II

PUSKESMAS PADANG PASIR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
Case report

DAFTAR ISI

Hal
BAB 1 ABSTRAK. 1
BAB 2 PENDAHULUAN. 2
BAB 3 LAPORAN KASUS.. 4
BAB 4 DISKUSI 8
BAB 5 KESIMPULAN. 12
DAFTAR PUSTAKA.... 13
BAB 1

ABSTRAK

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan tipe vertigo


yang paling banyak ditemui, prevalensinya sekitar 10,7 hingga 64 kasus per
100.000 populasi, tersering adalah BPPV kanal posterior. BPPV ditandai
dengan sensasi berputar yang terjadi secara mendadak, singkat, dipengaruhi
oleh perubahan posisi, dan belum begitu jelas penyebabnya.

Gold standard untuk diagnosis BPPV adalah anamnesis riwayat dan test
provokasi nistagmus dengan menggunakan Dix-Hallpike Manouver. BPPV
yang tidak diterapi dengan tepat meningkatkan risiko jatuh, terutama pada
anak-anak dan lansia. Dibutuhkan langkah diagnosis dan terapi yang tepat
mengingat pengobatan pada BPPV dapat dilakukan dengan mudah, cepat, serta
efektif pada >90% kasus.

1
BAB 2

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) sejauh ini merupakan tipe
vertigo yang paling banyak ditemui, prevalensinya sekitar 10,7 hingga 64
kasus per 100.000 populasi, dan prevalensi kejadian selama masa kehidupan
seseorang adalah 2,4%.1 BPPV biasanya ditandai dengan sensasi berputar
yang terjadi secara mendadak, singkat, dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Belum begitu jelas penyebabnya, namun pada beberapa kasus berkaitan
dengan trauma kepala, posisi kepala yang tertahan dalam waktu yang lama,
atau berbagai kelainan pada telinga dalam.1,2,3
Terdapat beberapa tipe dari BPPV, namun yang tersering adalah BPPV
kanal posterior dengan frekuensi sekitar 85 hingga 95%. Pada BBPV kanal
posterior, penyebab terbanyak adalah canalitiasis, hal ini disebabkan oleh
kanal posterior sangat terpengaruh oleh perubahan gravitasi dan posisi. Gold
standard untuk diagnosis BPPV adalah anamnesis riwayat, pemeriksaan
keseimbangan dan koordinasi, serta test provokasi nistagmus dengan
menggunakan Dix-Hallpike Manouver.4
Konsekuensi dari BPPV yang tidak diterapi dengan baik dan tepat adalah
meningkatnya risiko jatuh, terutama pada anak-anak dan lansia akibat
gangguan keseimbangan.5 Ketidakpahaman tentang BPPV juga dapat
menyebabkan klinisi melakukan pemeriksaan mahal yang tidak tepat. Oleh
karena itu penting untuk mengetahui langkah diagnosis dan terapi yang tepat
mengingat pengobatan pada BPPV dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
serta efektif pada >90% kasus.2 Selain itu, penulis memilih BPPV sebagai
kasus dalam makalah ini karena BPPV merupakan kasus dengan level
kompetensi 4A yang cukup banyak ditemukan di layanan primer.

2
1.2. Batasan Penulisan
Penulisan case report session ini dibatasi pada pembahasan mengenai
upaya penatalaksanaan komprehensif terhadap orang-orang yang menderita
BPPV.

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan case report session ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
penulis dan pembaca mengenai penyakit BPPV.

3
BAB 3
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur/ : Ny. M/Perempuan/59 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga
c. Alamat : Jl. Karet Gg I
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Sudah Menikah
b. Jumlah Saudara : 3 (tiga)
c. Status Ekonomi Keluarga : Mampu, penghasilan pasien
>Rp.3.000.000/bulan
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
Rumah permanen, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur.
Lantai rumah keramik, ventilasi dan sirkulasi udara baik,
pencahayaan cukup, dinding tembok.
Jamban didalam rumah.
Listrik ada
Sumber air : PDAM, air minum depot isi ulang.
Bak mandi dikuras 1 x/bulan.
Sampah dibuang ke tempat pembuang sampah sementara (TPS).
Kesan : Higiene dan sanitasi cukup baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk. Bersama
suami dan tiga orang anak.
3. Aspek Psikologis di keluarga
Hubungan dengan keluarga baik
Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Keluhan utama
Pusing dengan sensasi berputar satu hari yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Sekarang

4
Pusing dengan sensasi berputar satu hari yang lalu. Pusing dirasakan
saat pasien berubah posisi dari tidur ke berdiri. Disertai sensasi mual
hingga muntah. Selain itu pasien juga mengeluhkan berkeringat dingin.
Riwayat telinga berdenging tidak ada.
Demam tidak ada.
6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya sebanyak dua
kali, namun tidak berobat ke dokter karena membaik dengan sendirinya.
Riwayat menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan diabetes
mellitus tidak ada.
Tidak ada anggta keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Nadi : 72x/ menit
Nafas : 18x/menit
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,6 0C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Sianosis (-), turgor kulit baik
THT : tidak ditemukan kelainan
KGB : tidak ditemukan pembesaran KGB
Dada Paru : Tidak diperiksa
Jantung : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Punggung : Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA tidak ada.
Anggota gerak : Tidak diperiksa

Status Neurologikus
GCS 15 (E4M6V5)

5
Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi
Keseimbangan
Romberg Test -
Romberg Test Dipertajam +
Stepping Gait +
Tandem Gait +
Koordinasi
Jari-Jari Tidak ditemukan kelainan
Hidung-Jari Tidak ditemukan kelainan
Pronasi-Supinasi Tidak ditemukan kelainan
Test Tumit Lutut Tidak ditemukan kelainan
Rebound Phenomen Tidak ditemukan kelainan

Pemeriksaan fungsi pendengaran : tidak dilakukan


Dix hallpike manouver : tidak dilakukan
8. Pemeriksaan Lab :-
9. Diagnosis Kerja : Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
10. Diagnosis Banding : Meniere disease
11. Manajemen
a. Preventif
Menghindari pencetus BPPV (perubahan posisi tubuh yang bersifat
mendadak) seperti dari tidur atau duduk ke berdiri, jumpalitan, dan
berguling guling.
b. Promotif
Memberikan edukasi tentang penyakit yang diderita oleh pasien
(secara keseluruhan) dan menjelaskan pada pasien bahwa penyakit
yang dideritanya dapat berulang.
Minum obat sesuai anjuran
Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya BPPV
c. Kuratif
Non Medikamentosa
Melakukan Canalith Reposition dengan Epley Manouver
Medikamentosa
Betahistine mesilat 6 mg 3 x 1
Ranitidine 150 mg 2 x 1
d. Rehabilitatif :

6
Pasien diharapkan bisa melakukan manuver Brandt Darof di Rumah
sebanyak 3 kali sehari, 5 siklus perkali.

Dinas Kesehatan Kota Padang


Puskesmas Padang Pasir

Dokter :H
Tanggal : 22 Mei 2017

R/ Betahistine tab 6 mg No.X


3 dd tab I
___________________________________
R/ Ranitidine 150 mg No. VI
2 dd tab I
_____________________________________

Pro : Ny. M
Umur : 59 tahun

7
BAB 4

DISKUSI

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan klinis yang


sering terjadi dengan karakteristik serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat,
sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas,
kemudian memutar kepala. BPPV adalah bagian dari vertigo yang diklasifikasikan
ke dalam vertigo vestibular perifer.6,7
Bentuk serangan vertigo adalah pusing berputar dan rasa goyang atau melayang.
Pada kasus, pasien mengeluhkan pusing dengan sensasi berputar. Hal ini dapat
dialami pasien yang mengalami vertigo vestibular. Pada vertigo nonvestibular,
sensasi yang dirasakan bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang yang
berlangsung konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan
biasanya dicetuskan oleh gerakan objek disekitarnya seperti di tempat keramaian.6,8
Vertigo vestibular diklasifikasikan lagi menjadi perifer dan sentral. Pada vertigo
vestibular perifer, serangan timbul mendadak setelah perubahan posisi kepala
dengan rasa berputar yang berat, disertai rasa mual muntah dan keringat dingin.9
Hal serupa ditemukan pada pasien laporan kasus. Sedangkan vertigo vestibular
sentral timbul lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala, tidak disertai
gangguan pendengaran. Dapat disertai gejala neurologik fokal seperti hemiparesis,
diplopia, perioralparestesia, dan paresis nervus fasialis. Selain itu dapat dilakukan
manouver Dix-Hallpike untuk memprovokasi nistagmus. Berikut tabel perbedaan
antara vertigo perifer dan sentral.9

Tabel 4.1 Perbedaan Vertigo Perifer dan Sentral6,9


Gejala/Tanda Perifer Sentral
Bangkitan Mendadak Lebih lambat
Severitas Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom ++ +
Gangguan pendengaran +/- -

8
Defisit neurologis fokal - +/-
Nistagmus Vertikal Horizontal, pendular

Gambar 4.1 Dix Hallpike Manouver10

Pemeriksaan fisik pada pasien vertigo adalah pemeriksaan fungsi keseimbangan


dan koordinasi. Pada pasien BPPV biasanya tidak ditemukan gangguan koordinasi,
namun fungsi keseimbangan terganggu. Gangguan fungsi koordinasi biasanya
ditemukan pada vertigo sentral yang mengindikasikan adanya kelainan sentral.
Pada pasien ini didapatkan romberg test (+) sedangkan fungsi koordinasi normal.
Hal ini menandakan adanya gangguan fungsi keseimbangan.3

9
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis kerja
BPPV. Pasien kemudian diterapi dengan manouver epley dan pemberian obat
golongan histamin agonis yang ditujukan untuk menginhibisi neuron postsinaptik
pada n. vestibularis lateralis. Menurut SPM Neurologi Perdossi, pasien dengan
vertigo dapat diberi obat golongan Ca-entry Blocker dengan tujuan mengurangi
aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan glutamat, menekan aktivitas
NMDA spesial channel, atau bekerja langsung sebagai depresor labirin. Contoh
obat golongan Ca-entry blocker adalah flunarisin (sibelium) dapat diberikan dengan
dosis 3 x 5-10 mg/hari. Selain itu juga bisa diberi obat golongan fenotiazine,
benzodiazepine, antiepileptik, serta terapi simptomatik.9
Untuk terapi nonmedikamentosa berupa manouver epley, edukasi, metode
Brandt Daroff yang bisa dilakukan oleh pasien di rumah.6,9

Gambar 4.2 Epley Manouver11

10
Gambar 4.3 Brandt Daroff Exercise12

Pada metode Brandt Daroff pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan
kedua tungkai tergantung, dengan mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30
detik, baringkan tubuh dengan cepat ke sisi yang lainnya. Pertahankan selama 30
detik, lalu duduk kembali. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali pada pagi, siang,
dan malam, masing masing diulang 5 kali selama 2-3 minggu.6

11
BAB 5

KESIMPULAN

1. BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi.


2. BPPV dapat dibedakan dari tipe vertigo lainnya melalui anamnesis
karakteristik serangan vertigo, pemeriksaan fungsi keseimbangan dan
koordinasi dan tes provokasi nistagmus.
3. BPPV dapat diterapi dengan obat-obatan dan terapi nonmedikamentosa.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kim JS, Zee DS. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. The new england
journal of medicine. 2014;370:1138-47.
2. Xiang-Dong G. Benign paroxysmal positional vertigo. Journal of
Neurosciences in Rural Practice. 2011;2(1):109-110.
3. Hornibrook J. Review Article: Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV): History, Pathophysiology, OfceTreatment and Future Directions.
International Journal of Otolaryngology. 2011;2011:1-13.
4. Wahlgren A, Palombaro K. Evidence-Based Physical Therapy for BPPV
Using the International Classi cation of Functioning, Disability and
Health Model: A Case Report. Journal of GERIATRIC Physical Therapy.
2012;35:200-205.
5. Gaur S, Awasthi SK, Bhadouriya SKS, Saxena R, Pathak VK, Bisht M.
Efficacy of Epleys Maneuver in Treating BPPV Patients: A Prospective
Observational Study. International Journal of Otolaryngology.
2015;2015:1-5.
6. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Ed Revisi 2014.
7. Bittar RSM, Mezzalira R, Furtado PL, Venosa AR, Sampaio ALL, Pires de
Oliveira CAC. Benign paroxysmal positional vertigo: diagnosis and
treatment. International Tinnitus Journal. 2011;16(2):135-45.
8. Brevern Mv, Bertholon P, Brandt T, Fife T, Imai T. Benign paroxysmal
positional vertigo: Diagnostic criteria. Journal of Vestibular Research.
25;(2015):105117.
9. PERDOSSI. Standar Pelayanan Medik (SPM) PERDOSSI.
10. Burmeister DB, Sacco R, Rupp V. Management of Benign Paroxysmal
Positional Vertigo With the Canalith Repositioning Maneuver in the
Emergency Department Setting. JAOA. 2010;110(10):602-604.
11. Bashir K, Irfan F, Cameron PA. Management of benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV) in the emergency department. Journal of
Emergency Medicine, Trauma and Acute Care. 2014;3:1-7.
12. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Northwestern
University Medical School, Chicago, Illinois; and the Vestibular Disorders
Association.

13

You might also like