Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya
tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom
oksigen yang berikatan secara kovalen dengan dua atom hidrogen. Sifat fisik air yaitu tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Air juga merupakan sebagai pelarut yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya seperti garam, asam, dan gula, Air memiliki ikatan hidrogen yang
antara molekulnya secara konstan terputus dan terbentuk kembali karena molekul air yang
secara terus menerus bergerak.
Air memiliki peran yang sangat penting dalam bahan pangan. Sebagai komponen utama
penyusun bahan pangan, air merupakan zat yang sifatnya sangat universal dan mempunyai
fungsi yang sangat penting, bukan hanya untuk bahan pangan itu sendiri tetapi juga untuk
kelangsungan siklus ekosistem baik bagi komponen organik ekosistem maupun komponen
anorganik ekosistem. Namun dalam bahan pangan air mempunyai fungsi dan kegunaan yang
berbeda.
Air yang terdapat pada bahan pangan berfungsi untuk menentukan sifat-sifat dari bahan
pangan tersebut seperti daya tahan, kesegaran, konsistensi, dll. Kandungan air yang terdapat
dalam bahan pangan sangat berpengaruh terhadap bahan pangan, sehingga dalam pengolahan
pangan, air tersebut seringkali menjadi faktor yang harus dikurangi atau ditambah melalui
proses-proses seperti pengeringan, penguapan, pengenceran, pengentalan, dll. Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibahas mengenai peranan air dalam bahan pangan, kadar air dalam
bahan pangan, aktivitas air dalam bahan pangan, serta kesetimbangan air dalam bahan
pangan.
1.2 Tujuan
Air merupakan komponen yang paling penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Tubuh manusia 65% nya terdiri dari
air atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2.5 liter harus diganti dengan air
yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air
minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi. Air juga
merupakan salah satu media pertumbuhan yang baik untuk berbagai mikroorganisma. Air
berfungsi sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme. Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Air dalam bahan makanan dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan tersebut.
Air juga terdapat dalam bahan makanan kering yang secara kasat mata tidak terlihat
adanya air, seperti tepung-tepungan dan biji-bijian dalam jumlah tertentu. Air dapat berupa
komponen intrasel, dan / atau ekstrasel dalam sayuran dan produk hewani, sebagai medium
pendispersi atau pelarut dalam berbagai produk, sebagai fase terdispersi dalam beberapa
produk yang diemulsi seperti mentega dan margarine, dan sebagai komponen tambahan
dalam makanan lain. Buah mentah yang menjadi matang selalu bertambah kandungan airnya,
misalnya calon buah apel yang hanya mengandung 10% air setelah matang kadar airnya
menjadi 80%. Kandungan air beberapa bahan makanan tidak dapat ditentukan dari keadaan
fisik bahan tersebut. Hal ini seperti yang ditunjukan pada Tabel 1
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terkandung dalam kulit bumi. Air tanah memiliki
karakteristik mengandung mineral yang berasal dari permukaan tanah yang terbawa pada
proses resapan, konsentrasi (jumlah air) dalam kulit bumi menjaga keseimbangan permukaan,
sehingga apabila diambil/dieksplorasi harus dipertimbangkan ekosistem.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang berbentuk cadangan air yang tidak meresap dalam
tanah. Contoh : air laut, danau, sungai, genangan air hujan memiliki karakteristik tingginya
kandungan zat-zat anorganik yang berasal dari sisa-sisa kehidupan dan memiliki kadar
suspensi yang tinggi. Suspensi adalah endapan-endapan, contoh : Lumpur, pasir (laut) yang
menyebabkan air permukaan keruh dan memiliki warna. Mata air adalah air tanah yang
muncul ke permukaan.
Untuk dapat dikonsumsi air tanah dan air permukaan harus melalui proses pengolahan air
Water Treatment oleh PDAM. Proses pengolahan air tanah dan air permukaan berbeda. Air
tanah sebelum dikonsumsi perlu diambil dulu dengan cara : Pembuatan sumur : sumur
bor/pantek 3050 m, sumur artesis 100-150 m, sumur gali 2-15 meter.
a) Air yang diambil dari tanah dikumpulkan dan ditampung dalam sebuah bak, dalam
bak penampungan akan terjadi proses pengendapan. Dalam proses pengendapan
beberapa kandungan dalam air seperti pasir/tanah akan berada pada dasar bak, hingga
air pada permukaan bak lebih bersih. Biasanya bak pengendapan terdiri dari beberapa
bak untuk memudahkan pengambilan air bersih. Proses pengendapan biasanya
memerlukan waktu dan lebih murah.
b) Penyaringan
Untuk mempercepat proses pemurnian terutama untuk air-air permukaan, penyaringan
dalam bentuk sederhana cukup melalui skat/celah yang menahan benda-benda yang
terkandung dalam air untuk tidak melewatinya, memperlambat dan tidak efektif.
Penyaringan yang baik dapat memisahkan benda-benda yang terkandung, warna
ataupun bau. Penyaringan yang efektif melalui beberapa tahapan: saringan kasar,
saringan halus dan dilewatkan pada karbon active/arang untuk menterap bakteri. Pasir
kuarsa dapat menyerap air.
c) Pemasakan/Pendidihan : dalam suhu mendidih (95 oC) bakteri mati.
d) Proses Oksidasi
Proses Oksidasi adalah pemberian O2 pada air yang diperoleh, air yang sehat adalah
air yang mengandung O2 cukup. Air sadah adalah air yang mengandung unsure Mg2+
dan Ca2+ Air sadah apabila dikonsumsi akan menyebabkan korosi (corrotion) yaitu
unsur Mg dan Ca mengendap pada dasar alat/bejana pendidihan. Untuk air sadah
proses pemanasan lama karena terhalang endapan air sadah, pemanasan tinggi akan
meledak karena over heating. Mineral air sadah dapat dihilangkan dengan ion
Air adalah zat kimia yang istimewa, terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen. Panjang ikatan O--H =95.7 picometers
Sudut H--O---H=104.5 Energi ikatan O-H=450kJ/mol
Momen dipol = 1.83 debyes
Atom-atom hidrogen tertarik pada satu sisi atom oksigen, menghasilkan molekul
air yang mempunyai muatan positif pada atom hidrogen dan muatan negatif pada
atom oksigen. Karena muatan yang berlawanan tersebut di dalam molekul air
saling tarik menarik dan membuatnya menjadi lengket. Sisi positif dari suatu
molekul air tertarik pada sisi negatif dari molekul yang lain.
Molekul air berbentuk seperti huruf V disebabkan karena :
1) Struktur geometrinya yang tetrahedral (109,50).
2) Keberadaan pasangan elektron bebas pada atom oksigen.
Bersifat polar karena adanya perbedaan muatan.
Sebagai pelarut yang baik karena kepolarannya.
Bersifat netral (pH=7) dalam keadaan murni.
Nilai data dibawah ini membuktikan bahwa proses pembekuan lebih cepat
daripada pencairan.
Sifat Nilai
Berat molekul 18,0153
Titik didih (1 atm) 0oC
Titik leleh (1 atm) 100oC
Temperatur kritis 373,99oC
Tekanan kritis 22,064 Mpa (218,6 atm)
Entalpi pembentukan pada 0oC 6,012 kJ/mol
Entalpi penguapan (100oC) 40,657 kJ/mol
Entalpi sublimasi (0oC) 50,91 kJ/mol
Penentuan kadar air merupakan salah satu bagian yang sangat penting, baik dalam
procesing maupun pemeriksaan raw material dan produk akhir karena berhubungan dengan
zat padat yang terkandung dalam suatu bahan.
Ka = Ba x 100%
Bk
Metode analisis yang tepat dan benar sangat diperlukan, didalam memilih metode yang
akan dipakai harus memperhatikan lebih dahulu sifat dan keadaan bahan yang akan dianalisa
kandungan airnya. Kadar air dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan beberapa cara, yakni
sebagai berikut :
Metode Pengeringan (Thermogravimetri).
Metode Destalasi (Thermovolumetri).
Metode Kimia.
Metode Fisis.
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan
menggunakan oven. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua
air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah :
Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air,
misalnya alkohol, asam asetat, dan minyak atsiri.
Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau atau zat mudah
mmenguap lain. Contohnya gula mengalami dekomposisi atau karamelasi, lemak
mengalami oksidasi dan lain sebagainya.
Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan
airnya meskipun sudah dipanaskan.
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah penguapan air dengan pembawa
cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan dapat dicampur dengan
air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan
antara lain: toluen, xilem, benzen, tetrakhlorethilen dan xilol. Cara penentuannya adalah
dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan
mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat
kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air
lebih besar daripada zat kimia tersebut, maka air akan berada dibagian bawah pada tabung
penampung. Bila pada tabung penampungdilengkapi skala maka banyak air dapat diketahui
langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini anara lain tabung strak dean dan sterling
bidwell atau modifikasinya.
Cara destilasi ini baik untuk menetukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil
yang sulit ditentukan dengan cara Themogravimetri. Penentuan kadar air cara ini hanya
memerlukan waktu 1 jam. Dengan cara destilasi terjadinya oksidasi senyawa lipid maupun
dekomposisi senyawaan menjadi gula dapat dihindari sehingga penentuannya lebih tepat.
Untuk bahan yang mengandung gula dan protein yang tinggi sering ditambahkan serbuk
asbes kedalam bahan. Hal ini untuk mencegah terjadinya superheating yang dapat
menimbulkan dekomposisi bahan tersebut. Untuk memperluas permukaan kontak dengan
cairan kimia yang digunakan untuk memperlancar terjadiya destilasi dapat ditambah tanah
diatomen pada bahan yang telah ditumpuk halus sebelum destilasi.
Dengan mengukur tekanan gas asetilin yang terbentuk jika reaksi dikerjakan dalam
ruangan tertutup. Dengan mengetahui tekanan dan volume asetilin dapat diketahui
banyaknya dan kemudian dapat diketahui kadar air bahan. Dengan menangkap gas
asetilin dengan larutan tembaga sehingga dihasilkan tembaga asetilin yang dapat
ditentukan secara gravimetri atau volumetri atau secara kolometri. Reaksi yang terjadi
selama pencampuran dapat ditulis sebagai berikut:
Tiap 1 grol gas asetilin berasal dari 1 grol air. Volume 1 grol gas asetilin dianggap
sama dengan gas ideal yaitu 22,4 liter. Ketelitiannya tergantung pada pencampuran atau
interaksi karbid dengan bahan. Cara tersebut telah berhasil untuk mementukan kadar air
dalam tepung, sabun, kulit, biji panili, mentega, dan air buah. Penentuan kadar air cara
ini dapat dikerjakan sangat singkat yaitu berkisar 10 menit.
Cara ini telah berhasil dengan baik untuk penentuan kadar air dalam bahan minyak,
mentega, margarin, rempah-rempah dan bahan-bahan yang berkadar air sangat rendah.
d) Penentuan Kadar Air Cara Fisis
Menurut Sudarmadji (1989), ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis ini antara
lain:
Berdasarkan ketetapan elektrikum.
Berdarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistan.
Berdasarkan resonansi nuklir magnetik.
Besarnya bilai Aw suatu bahan dapat diukur dengan beberapa cara seperti
menggunakan alat ukur langsung, dengan menggunakan bahan kimia pembanding dll.
Dasar teoritis untuk menentukan nilai Aw pada bahan ini adalah sebagai berikut:
Aw ditentukan berdasarkan perbandingan antara tekanan uap dari bahan (P) dengan
tekanan uap air jenuh (Po) pada suhu yang sama.
Aw = P / Po = ERH / 100
ERH = Equilibrium Relative Humidity
Aw = N1 / (n1 + n2)
Dari rumus yang pertama, Aw dapat langsun deketahui dengan mengukur besarnya
kelembapan nisbi seimbang dengan mengguanakan berbagai tipe higrometer atau melalui
penentuan titik embun yeng dikonversikan dengan menggunakan psikometrik chart.
Sedangkan rumus yang kedua sangat cocok digunakan untuk menetukan nilai Aw dalam
suatu formulasi campuran.
Besarnya aktivitas air (Aw) sama dengan kelembapan nisbi seimbang dibagi 100.
Oleh karena itu, kurva yang menghubungkan besarnya kelembapan nisbi tertentu dengan
kadar air seimbang pada hakekatnya juga menggambarkan hubungan besarnya kadar air
dan aktivitas air. Kurva tersebut disebut Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan
mempunyai kurva ISL yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada Aw yang sama,
dua bahan yang berbeda dapat mempunyai perbedaan kadar air yang cukup besar.
Menurut derajat keterikatan air dalam makanan, air dapat dibedakan menjadi 4 tipe :
1. Tipe I
Air tipe I (air terikat) yaitu molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain
melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi tinggi. Molekul air membentuk hidrat
dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N, seperti
karbohidrat, protein atau garam. Air tipe ini tidak dapat bertindak sebagai pelarut, dan
tidak membeku pada suhu dibawah 0oC, tetapi sebagian dapat dihilangkan dengan
cara pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dalam artian sebenarnya. Banyak air
yang tidak dapat dibekukan, dihitung terhadap kandungan protein. Sekitar 8 10
persen dari air total dalam jaringan hewan tidak dapat dijadikan es (Meryman, 1966).
Putih telur, kuning telur, daging dan ikan semuanya mengandung kira-kira 0,4 g air
yang tidak dapat dibekukan per g protein kering. Ini sesuai dengan 11,4 persen dari air
total dalam daging tidak berlemak. Sebagian besar buah dan sayuran mengandung
kurang dari 6 persen air tak terbekukan; butir jagung utuh , 34 persen.
2. Tipe II
Air tipe II (air kapiler) adalah molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen
dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler. Air jenis ini lebih sukar
dihilangkan dan penghilangan air tipe ini akan mengakibatkan penurunan aw (water
10 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
activity). Bila sebagian air tipe II dihilangkan, pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi
kimia yang merusak bahan makanan seperti browning, hidrolisis atau oksidasi lemak
akan dikurangi. Jika air tipe II dihilangkan seluruhnya, kadar air bahan berkisar 3-7%,
kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang
dapat mengalami oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh.
3. Tipe III
Air tipe ini atau lebih dikenal dengan air bebas adalah air yang secara fisik terikat
dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dll. Air tipe ini mudah
diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-
reaksi kimiawi. Apabila air tipe III ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan
berkisar antara 12-25% dengan aw 0.8 tergantung dari jenis bahan dan suhu.
Banyaknya air bebas dalam daging sapi, dan domba beragam mulai dari 30-50 persen
dari kandungan air total, bergantung pada jenis daging dan jangka waktu pelayuan.
Aktivitas air berpengaruh besar terhadap laju dari banyak reaksi kimia dalam
makanan dan terhadap laju pertumbuhan mikroba.
Air jenis ini adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni, dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh. Selain keempat tipe air di atas,
air juga dapat dibedakan menjadi air imbibisi dan air kristal. Air imbibisi adalah air
yang masuk kedalam bahan makanan dan akan menyebabkan pengembangan volume.
Air ini tidak merupakan komponen penyusun bahan tersebut. Contoh : air dengan
beras membentuk nasi, atau pembentukan gel dari bahan pati. Air kristal adalah air
terikat dalam semua bahan, baik makanan ataupun nonmakanan yang berbentuk
kristal seperti gula, garam, CuSO4 dll.
Menurut Hamm (1962) kemampuan daging mengikat air disebabkan oleh protein
otot. Sekitar 34% dari protein ini larut dalam air. Kemampuan otot mengikat air
terutama disebabkan oleh aktomiosin, komponen utama myofibril. Pemanasan daging
pada suhu di atas 40oC mengakibatkan denaturasi kuat dan perubahan hidrasi.
Pembekuan daging secara cepat meningkatkan sedikit tetapi bermakna kemampuan
mengikat air. Pembekuan secara perlahan menurunkan sedikit pengikatan air secara
bermakna. Pengaruh ini diyakini karena ada akibat dari kerja mekanik kristal es.
Pengikatan air dapat dipengaruhi secara kuat dengan penambahan garam tertentu
terutama fosfat. Penambahan garam tersebut digunakan untuk mengurangi kehilangan
selama pemasakan dan untuk memperoleh struktur dan konsistensi yang lebih baik
dalam memanufaktur sosis.
11 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
2.5 Contoh Kadar Dalam Bahan Pangan
12 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Nasi Goreng 100 267 3,25
Soun Goreng 100 263 3,25
Spaghetti 300 642 8
Tape singkong 150 260 3,25
Arsik 95 94,05 1
Ayam Bakar Bumbu Kuning 100 129,4 1,5
Ayam Panggang 100 164,3 3,25
Daging Panggang 70 150 1,75
Ikan Mas Pepes 200 143,5 1,75
Sambal Goreng Tempe 50 116 1,5
Telur Asin Rebus 75 138 1,75
Telur Ayam Rebus 60 97 1,25
Udang Rebus 100 91 1,25
13 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Macaroni Schootel 50 177 2,25
Tahu Bacem 100 147 1,75
Telur Mata Sapi 60 40 1,75
Tempe Bacem 50 157 2
Tempe Goreng 50 118 1,5
Tenggiri Bumbu Kuning 90 94,4 1
Udang Goreng Besar 80 68,25 3,25
14 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Sambal Goreng Ati + Kentang 100 127 1,5
Sambal Goreng Tempe Teri 150 276 3,5
Sambal Goreng Ati Sapi 100 200 2,5
Sambal Goreng Udang +
Kentang 100 123 1,5
Sop Sapi 260 227 2,75
Tahu Goreng 100 111 1,5
Tahu Isi 150 124 1,5
Tahu Sumedang 100 113 1,5
Telur dadar 75 188 2,25
Sayuran Golongan A
Sayuran Golongan B
15 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Sayuran Golongan C
Minuman Golongan A
Minuman Golongan B
16 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Pempek 200 384 4,75
Rawon 160 331 4
Soto Ayam 100 101 1,25
Soto Padang 100 127 1,5
Tongseng 120 331 4
Apel 160 92 1
Apel Merah 140 82 1
Belimbing 160 80 0,75
Duku 200 81 1
Jambu Air 60 35,4 0,5
Jambu Biji 320 157 2
Jeruk Medan 140 46 0,5
Jeruk Pontianak 150 67 0,75
Jeruk Sunkist 200 40 0,5
Mangga Manalagi 100 72 1
Nanas 200 104 1,25
Pepaya 100 46 0,5
Pir 200 80 1
Pisang Rebus 125 136,5 1,75
17 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Salak 150 63,6 0,75
Semangka 150 48 0,5
Alpukat 100 85 1
Anggur 125 60 0,75
Lengkeng 100 79 1
Melon 120 46 0,5
Mangga Harum Manis 300 90 1
Pir Hijau 200 105 1,25
Pisang Ambon 100 74,2 1
Pisang Barangan 200 236 3
Pisang Mas 125 11 1,5
Pisang Raja 150 126 1,5
Sirsak 125 55 0,25
18 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Kerak Telur 120 599 7,5
Kue Nagasari 70 149 1,75
Kue Pancong 80 231 3
Mini Croissant 80 406 5
Sandwich 100 164 2
Serabi Pandan 60 137 1,75
Semar Mendem 100 247 3
Uli + Tape Ketan 160 559 7
Makanan Ringan Golongan C
Bakpia 25 68 1
Bakwan 100 270 3,25
Bika Ambon 50 99 1,25
Black Forrest 200 585 7,5
Cara Bikang 70 128 1,5
Cheese Cake 10 281 3,5
Dunkin Donat Keju 170 283 3,5
Emping Melinjo Asin 25 173 2,25
Kastengels (10 bh) 100 426 5,75
Keju Lembaran (1bh) 20 65 3,25
Kerupuk Mie 25 119 1,5
Klepon 60 68 0,75
Kroket Kentang 75 146 1,25
Kue Ape 60 151 2
Kue Cubit 60 183 2,25
Kue Cucur 90 152 2
Kue Ku 50 237 3
Kue Lumpur 80 232 3
Kue Pukis 40 181 2,25
Lapis Legit 50 307 3,75
Lemet/Timus 120 603 7,5
Lopis Ketan 125 350 4,25
Lumpia 60 76 1
Martabak Keju 100 265 .3.25
Martabak Mesir 100 200 2,5
Martabak Telur 95 196 2,5
19 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Muffin Coklat 80 361 4,5
Muffin Keju 80 400 5
Nastar (7bh) 150 538 6,75
Onde - Onde 65 317 4
Pastel 75 302 3,75
Potato Chip 170 298 3,75
Putu Mayang 120 98 1,25
Rempeyek Kacang 50 250 3
Risol 100 247 3
Roti Coklat 100 240 3
Sosis Solo 50 191 2,25
Sus Vla 85 129 1,5
Talam Hijau 70 292 3,5
20 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
2.7 Peranan Air
1. Peran Air dalam Bahan Makanan
a. Mempengaruhi Kesegaran, Stabilitas, dan Keawetan Pangan
Air dalam bahan pangan menentukan mutu, kesegaran, keawetan dan kestabilan selama
penyimpanan. Selain itu air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut
atau alat-alat yang digunakan dalam pengolahannya. Sebagian besar dari perubahan-
perubahan bahan pangan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau yang berasal dari
bahan itu sendiri.
Berdasarkan dari air inilah maka dapat digolongkan bahan pangan berdasarkan tingkat
keawetannya yaitu:
1. Mudah Rusak: daging sapi, daging ayam, ikan, susu, telur
2. Agak Mudah Rusak: Sayuran, bua-buahan, roti, kue
3. Awet: biji-bijian, kacang-kacangan, gula
21 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Hal ini karena kestabilan bahan pangan tergantung dari aktivitas mikroba pembusuk seperti
kapang, kamir dan jamur. Sedangkan aktivitas mikroba tersebut membutuhkan aw (water
activity) tertentu yang bersifat spesifik untuk tiap jenis mikroba.
Sorpsi air oleh bahan pangan adalah fenomena proses dimana molekul air berasosiasi
secara progresif dan reversible dengan bagian solid pangan melalui sorpsi kimia, adsorpsi
fisik dan kondensasi multilayer. Isotherm sorpsi air menggambarkan hubungan antara
22 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
kelembapan relatif udara atau aktivitas air bahan dengan kadar air keseimbangan dan unik
untuk setiap bahan.
Gejala Sorpsi
Tahanan air dalam makanan dipaparkan oleh hubungan antara kandungan air
makanan dan kelembaban nisbi udara di sekelilingnya. Perbandingan kedua angka ini disebut
aktivitas air, yang merupakan ciri penting system. Kelembaban nisbi yang sesuai dengan
masing-masing kandungan air khas produk disebut kelembaban nisbi kesetimbangan dan
berlaku persamaan.
Pada kandungan air yang tiggi, jika jumlah air lebih besar daripada jumlah padatan
aktivitas air mendekati atau sama dengan satu. Jika kandungan air lebih rendah daripada
padatan, aktivitas air lebih rendah dari 1,0.
Pada kendungan air lebih rendah dari sekitar 50 %, aktivitas air menirun dengan cepat
dan hubungan antara kandungan air dan kelembaban nisbi dinyatakan dengan isotherm
sorpsi. Proses adsorpsi dan desorpsi tidak bolak balik sepenuhnya, oleh karena itu dapat
membedakan antara isotherm adsorpsi dan isotherm desorpsi dengan menentukan apakah
arah kandungan air produk naik, ataukah kandungan air produk menurun perlahan-lahan
untuk mencapai kesetimbangan dengan sekelilingnya menunjukkan bahwa produk sedang
dikeringkan.
Isotherm sorpsi biasanya berbentuk sigmoid dan dapat dipenggal menjadi tiga daerah
yang sesuai dengankondisi air yang berlainan dalam makanan (gambar 1.6). bagian pertama
(A) dari isotherm, yang biasa curam sesuai dengan adsorpsi lapisan monomolekul air, bagian
kedua yang lebih rata (B), sesuai dengan adsorpsi lapisan tambahan air, dan bagian ketiga (C)
menyatakan pengembunan air dalam kapiler dan pori bahan.
Tidak ada pembagian yang tajam antara ketiga daerah ini dan tidak ada harga
kelembaban nisbi yang pasti untuk menggambarkan ketiga bagian ini. Labusa (1986)
meninjau berbagai cara bagaimana isotherm itu dapat dijelaskan. Pendekatan kinetika
didasarkan pada persamaan Langmuir, yang semula dikembangkan untuk untuk adsorpsi gas
dan padatan. Ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
Dengan
= aktivitas ais
= tetapan
Po
23 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Jika a/V dirajah lawan a, hasilnya berupa garis lurus dengan kemiringan sama dengan
1/Vm dan harga monolapisan dapat dihitung. Dalam bentuk ini, persamaan itu tidak
memuaskan untuk pangan, karena bahang adsorpsi yang masuk ke dalam tetapan b tidak tepat
harganya pada seluruh permukaan karena interaksi antara molekul yang diadsorpsi dank
arena adsorpsi maksimum lebih besar daripada hanya monolapisan.
Bentuk isotherm yang dipakai luas untuk makanan ialah isotherm yang dipaparkan
oleh Brunaeur dkk (1938) dan dikenal sebagai isotherm atau persamaan BET yang diberikan
oleh Labuza (1986) ialah:
Dengan
Rajahan a/(1-a)V lawan a menghasilkan garis lurus yang ditunjukkan oleh gambar
1.9. cakupan harga monolapisan dapat dihitung dari kemiringan dan titik potong garis itu.
Isotherm BET hanya berlaku antara harga a dari 0,1 sampai 0,5. Disamping cakupan
monolapisan, luas permukaan air dapat dihitung dengan persamaan berikut:
So = Vm .
Dengan
Seperti yang ditunjukkan dalam gambarv 1.6 kurva adsorpsi dan desorpsi tidak sama.
Efek hysteresis biasanya terlihat, perhatikan misalnya isotherm sorpsi tepung gandum yang
ditentukan oleh Bushuk dan winkler (1957) (gambar 1.11). efek hysteresis dijelaskan dengan
pengembunan air dalam kapiler dan efeknya tidak hanya terjadi di daerah C pada gambar 1.6
tetapi juga terjadi di sebagian besar daerah B.penjelasan terbaik mengenai gejala ini
tampaknya ialah apa yang disebut teori botol tinta (Labuza 1986). Kapiler dianggap
mempunyai leher sempit dan badan besar, seperti yang ditunjukkan berupa bagan dalam
gambar 1.12. selama adsorpsi kapiler terisi penuh sampai dicapai aktivitas yang sesuai
dengan jari-jari besar R. selama desorpsi, pengosongan dikendalikan oleh jari-jari yang lebih
kecil r, jadi menurunkan aktivitas air.
Posisi isotherm sorpsi tergantung pada suhu: makin tinggi suhu, makin rendah posisi
grafik.
Penurunan jumlah yang diadsorpsi pada suhu yang lebih tinggi ini mengikuti persamaan
Clausius-Clapeyron:
24 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Dengan
Qs = bahang adsorpsi
R = tetapan gas
T = suhu mutlak
Dengan merajah ln aktivitas lawan kebalikan dari suhu mutlak pada harga kandungan
air yang tetap, diperoleh garis lurus dengan kemiringan Qs/R (gambar 1.13). harga Q
diperoleh dengan cara ini untuk pangan yang cakupan monolapisannya tidak penuh antara
sekitar 2.000 sampai 10.000 kalori per mol, menunjukkan katerikatan air ini secara kuat.
Menurut prinsip isotherm BET, bahang sorpsi Qs harus tetap sampai cakupan
monolapisan dan kemudian harus menurun tiba-tiba. Labuza (1968) telah menunjukkan
bahwa bahang penguapan laten Hv, sekitar 10,4 kcal per mol, harus ditambahkan untuk
memperoleh harga bahang total. Rajahan yang menggambarkan kondisi BET dan penemuan
yang sebenarnya diberikan dalam gambar 1.14. hubungan yang teramati menunjukkan bahwa
bahang sorpsi pada kandungan air rendah lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh teori
dan juga menurun perlahan-lahan menunjukkan perubahan sedikit demi sedikit dari Langmuir
ke air kapiler.
25 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air merupakan komponen yang paling penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Tubuh manusia 65% nya terdiri dari
air atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2.5 liter harus diganti dengan air
yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air
minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi. Air juga
merupakan salah satu media pertumbuhan yang baik untuk berbagai mikroorganisma. Air
berfungsi sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme. Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Air dalam bahan makanan dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan tersebut.
Penentuan kadar air merupakan salah satu bagian yang sangat penting, baik dalam
procesing maupun pemeriksaan raw material dan produk akhir karena berhubungan dengan
zat padat yang terkandung dalam suatu bahan.
Cara-cara penentuan kadar air yang tepat dan cepat sangat bevariasi karena sangat
banyak macam bahan dan hampir semuanya menunjukkan keadaan kompleks. Misalnya
dengan suatu prosedur tertentu akan didapat kadar air yang maksimum, tetepi dilain pihak
tahap-tahap dari prosedur itu mengakibatkan dekomposisi zat-zat organik, penguapan
senyawa-senyawa volatil atau perubahan-perubahan yang lain karena pemanasan.
Kadar air dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan beberapa cara, yakni sebagai
berikut :
Metode Pengeringan (Thermogravimetri).
Metode Destalasi (Thermovolumetri).
Metode Kimia.
Metode Fisis
.
Air adalah zat kimia yang istimewa, terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen.
Molekul air berbentuk seperti huruf V disebabkan karena :
1. Struktur geometrinya yang tetrahedral (109,50).
2. Keberadaan pasangan elektron bebas pada atom oksigen.
26 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
Bersifat polar karena adanya perbedaan muatan.
Sebagai pelarut yang baik karena kepolarannya.
Bersifat netral (pH=7) dalam keadaan murni.
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Sorpsi air oleh bahan pangan adalah fenomena proses dimana molekul air berasosiasi
secara progresif dan reversible dengan bagian solid pangan melalui sorpsi kimia, adsorpsi
fisik dan kondensasi multilayer.
27 | K i m i a B a h a n M a k a n a n
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, D.R. 2006. Hubungan sorpsi air, suhu tansisi gelas dan mobilitas air serta
pengaruhnya terhadap stabilitas produk pada model pangan. Disertasi. Sekolah Pasca
Sarjana. IPB
Brunauer,S., P.H. Emmett dan E. Teller .1938. Adsorption of gasses in multimolecular layers. J.
Am. Chem. Soc. 60:309.
Hall. C.W. 1980. Drying and storage of agricultural crops. The AVI Publishing Company Inc.
Westport, Connecticut.
Purwadaria, H.K dan H.R. Heldman. 1980. Computer simulation of vitamin degradation in a dry
model food system during strorage. J. of Food Process Engineering. Vol. 3(1) : 7-28.
Purnomo, Hari. 1995. Aktivitas air dan peranannya dalam pengawetan pangan. UI-Press. Jakarta.
Somantri, A.S. 2003. Persamaan korelasi kadar air keseimbangan untuk lada. Buletin Keteknikan
Pertanian. IPB
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wirakartakusumah, M.A dkk .1989. Prinsip teknik pangan. Pusat Antar Universitas (PAU). IPB
28 | K i m i a B a h a n M a k a n a n