You are on page 1of 76

Grup Kajian WA

Bimbingan Islam
|
|
|
AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
|
Karya
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pembahasan oleh
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA

!1
BimbinganIslam.com
Senin, 20 Rajab 1438 H / 17 April 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 01 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-01
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 01 DARI 13)*

f f f f f f f f f f
f f f fff f f f f
f f f f f f f f
ff f ff ff ff f f
.

Ikhwni fllh wa akhwti fiddn azaniyallh waiyyakum.

Alhamdulillh puji dan syukur kita panjatkan kepada Allh Subhnahu wa Ta'la yang masih
memberikan kita kesempatan untuk bisa mempelajari ayat-ayat-Nya dan hadts-hadts
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam, dalam rangka untuk mendekatkan diri kita kepada
Allh Subhnahu wa Tala.

Pada kesempatan kali ini kita akan membuka pembahasan tentang buku 'Aqidah Ahlus
Sunnah wal Jamaah karangan Syaikh Muhammad bin Shlih Al Utsaimin rahimahullhu
Taal dan kita akan membaca terjemahannya.

Buku ini adalah buku yang ringkas, isinya membicarakan tentang rukun imn ('aqidah kita),
yang berisi tentang:

Imn kepada Allh Subhnahu wa Ta'la.


Imn kepada malikat.
Imn kepada kitb-kitb.
Imn kepada rasl-rasl.
Imn kepada hari akhirat.
Imn kepada qadar baik dan buruk.

!2
Berarti kitb ini secara khusus (spesifik) berbicara tentang rukun Imn yang enam.

Telah diisyaratkan dalam hadts Jibrl, tatkala Jibrl 'alayhissalm bertanya kepada Nabi
shallallhu 'alayhi wa sallam.



"
.

_Kabarkanlah kepadaku tentang imn._

_Maka Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan:_

_"Engkau berimn kepada Allh, malikat-malikat-Nya, kitb-kitb-Nya, para rasl-Nya,


hari akhir dan takdir baik dan buruk."_

(Hadts Riwayat Muslim nomor 8)

Itulah yang maksud dengan rukun Imn yaitu enam perkara yang merupakan landasan
keimnan kita dalam Islm.

Beliau (Syaikh Utsaimin) berkata:



_
ff f ffff f f ff ff ff ff ff ff ff ffff ff ff f f f f
f f ff
_

_Sesungguhnya Allh Subhnahu wa Ta'la mengutus Rasl-Nya Muhammad shallallhu


'alayhi wa sallam dengan membawa petunjuk dan agama yang haq, sebagai rahmat untuk
alam semesta, sebagai suri tauladan bagi orang-orang yang beramal dan sebagai hujjah
terhadap semua umat manusia._

_Melalui beliau dan wahyu yang diturunkan kepada beliau, yaitu Al Qur'an dan Sunnah,
Allh telah menerangkan setiap hal yang membawa kebaikan bagi umat manusia dan
kelurusan sikap dan kondisi mereka dalam bidang agama dan urusan dunia, yang berupa
'aqidah yang benar, amalan yang lurus, akhlak yang mulia dan etika yang tinggi nilainya._

_Oleh karena itu, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam telah meninggalkan umatnya di
atas jalan yang lapang dan terang benderang, malamnya bagaikan siangnya, siapa saja yang
menyimpang dari jalan itu niscaya akan celaka dan binasa._

_Dan demikianlah para umat beliau, yang memenuhi panggilan Allh dan Rasl-Nya, yang
mereka itu sebaik-baik umat, yaitu para shahbat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik._

_Mereka telah melangkah di atas jalan tersebut dengan mengamalkan syari'at yang dibawa
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam dan berpegang teguh serta berpegang erat-erat
dengan sunnah beliau, baik berupa 'aqidah, ibadah, akhlak maupun etika._

_Maka mereka itulah golongan yang senantiasa tegak dan muncul di atas kebenaran, tiada
peduli dengan orang yang menghinakan dan menentang mereka, sampai datang keputusan
Allh Subhnahu wa Ta'la merekapun tetap demikian._

!3
_Sedangkan kita, Alhamdulillh, ikut melangkah di atas jejak mereka dan menetapi perilaku
mereka yang didasari dengan Al Qurn dan Sunnah._

_Kita katakan hal ini untuk menyebutkan rasa syukur kita kepada nikmat Allah Subhnahu
wa Ta'ala dan untuk menjelaskan apa yang harus dilaksanakan oleh setiap orang mukmin._

_Kita memohon kepada Allh Subhnahu wa Ta'la semoga berkenan menetapkan kita serta
saudara-saudara kita kaum muslimin dengan ucapan yang teguh, kalimat tauhd dalam
kehidupan dunia dan akhirat serta melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, sesungguhnya Dia
Maha Pemberi._

_Dan mengingat pentingnya permasalahan ini serta adanya perbedaan pendapat yang
didasari hawa-nafsu, maka saya ingin menulis risalah ringkas tentang 'aqidah kita, ialah
'aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, yaitu:_

_ Imn ke pada Allh,_


_ Kepada para malikat,_
_ Kitb-kitb,_
_ Rasl-rasl,_
_ Hari akhirat dan_
_ Qadar yang baik maupun yang buruk._

_Dengan memohon kepada Allh Subhnahu wa Ta'la semoga menjadikan tulisan ini
ikhls semata-mata karena Allh, mendapat ridh-Nya dan bermanfaat bagi hamba-hamba-
Nya._

Ini muqaddimah yang disampaikan Syaikh Muhammad Shlih Utsaimin di atas menjelaskan
tentang rahmat Allh Subhnahu wa Ta'la kepada makhluk-Nya. Maka diantara
konsekuensi rahmat Allh, yaitu Allh Subhnahu wa Ta'la mengirim Raslullh shallallhu
'alayhi wa sallam yang menunjukkan kepada makhluk-makhluk Allh Subhnahu wa Ta'la
kepada jalan yang terbaik.

Bagaimana ber'aqidah yang benar?


Bagaimana berakhlak yang benar?

Semuanya telah dicontohkan oleh Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

Beliau mengatakan mengapa beliau menulis buku ini?

Beliau mengatakan:

_"Karena adanya perbedaan pendapat yang didasari hawa nafsu dan penyimpangan dalam
'aqidah sangat banyak."_

_"Maka saya ingin menulis risalah ringkas tentang 'aqidah kita, untuk menjelaskan mana
'aqidah yang benar, agar kita terselamatkan dari penyimpangan-penyimpangan tentang
'aqidah."_

!4
_"Karena banyak orang yang menyampaikan 'aqidah tidak didasarkan kepada Al Qurn dan
sunnah, tetapi:_

_ Dengan hawa nafsu,_


_ Ada dengan memakai perasaan,_
_ Ada yang memakai mimpi,_
_ Dan macam-macamnya yaitu cara beristidlal yang tidak benar."_

Thayyib, kita masuk pada pembahasan inti.

IMN KEPADA ALLH SUBHNAHU WA TALA

Beliau rahimahullhu Ta'al berkata:

_ Kita mengimni rububiyyah Allh Subhnahu wa Ta'la (artinya) bahwa Allh adalah:_

_ Rabb,_
_ Pencipta,_
_ Penguasa, dan_
_ Pengatur segala yang ada di alam semesta ini._

_ Kita mengimni uluhiyah Allh Subhnahu wa Ta'la, (artinya) Allh adalah sesembahan
yang haq, sedangkan sesembahan yang lain adalah bathil._

_ Kita mengimni asma' dan sifat-Nya, (artinya) bahwa Allh Subhnahu wa Ta'la
memiliki nama yang Maha Indah serta sifat-sifat yang Maha Sempurna dan yang Maha
Luhur._

_Dan kita mengimni keesaan Allh dalam semua hal itu._

Jadi yang dimaksud dengan imn kepada Allh adalah mengtauhdkan Allh Subhnahu
wa Ta'la.

Pertama, kita mengimni bahwasanya Allh itu ada, kemudian kita mengesakan Allh,
sebagaimana Allh berfirman:

_"Katakanlah, bahwasanya Allh Maha Esa."_

(QS Al Ikhls: 1)

Dan Allh Subhnahu wa Ta'la Maha Esa dalam segala hal, dalam rububiyyah-Nya, dalam
uluhiyah-Nya dan dalam asma' wa sifat-Nya.

Secara sederhana, jika kita katakan Allh Subhnahu wa Ta'la Maha Esa dalam rububiyyah,
maksudnya rububiyyah adalah berkaitan dengan penciptaan, penguasaan atau pemilikan
dan pengaturan. Ini disebut dengan rukun tauhd rububiyyah.

!5
Rukun Tauhd Rububiyah ada 3 (Tiga) :

(1) Allh satu-satunya yang menciptakan alam semesta ini.


(2) Allh satu-satunya yang menguasai atau memiliki alam semesta ini.
(3) Allh satu-satunya yang mengatur alam semesta ini.

Kita meyakini Allh Maha Esa dalam hal ini.

Kemudian kita juga meyakini uluhiyah Allh, uluhiyyah artinya Allh satu-satunya yang
berhak disembah, selain Allh tidak boleh disembah, karena yang berhak disembah
hanyalah pencipta alam semesta.

Dan yang ketiga, apa yang dimaksud dengan tauhd al asma' wa sifat, yaitu kita meyakini
bahwasanya Allh yang memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang sangat mulia,
tidak ada satu makhlukpun dzat yang sama dalam masalah keindahan nama-nama Allh dan
dalam sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Barang siapa yang meyakini ada yang menyertai Allh dalam rububiyyah-Nya atau uluhiyah-
Nya atau Asma' wa Sifat-Nya, maka dia musyrik, ini secara sederhana.

Jika kita ditanya apa yang dimaksud dengan tauhd asma' wa sifat?

Artinya kita meyakini bahwa hanya Allh Subhnahu wa Ta'la yang memiliki nama-nama
yang terindah dan hanya Allh Subhnahu wa Ta'la memiliki sifat-sifat yang termulia. Tidak
ada satu dzatpun yang menyerupai atau menyamai Allh Subhnahu wa Ta'la dalam nama-
namaNya dan sifat-sifatNya.

Bersambung ke bagian 2, in sy Allh.


_________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com

!6
Selasa, 21 Rajab 1438 H / 18 April 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 02 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-02
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 02 DARI 13)

Sering timbul pertanyaan, "Dari mana pembagian tauhd menjadi 3 ?"

Bahwasanya tauhd ada tiga, yaitu:

Tauhd Uluhiyyah,
Rububiyyah dan
Asma' wa sifat.

Sampai sebagian orang mengatakan itu sama dengan trinitas. Trinitasnya orang-orang
Nashara yang mengatakan tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ruhul qudus.

Kita katakan, ini adalah suatu kebathilan. Tidak benar penyamaan tersebut, apakah setiap
yang tiga dikatakan trinitas? Tentunya tidak benar.

Allh Subhnahu wa Ta'la, intinya Maha Esa dalam segala hal. Tetapi pembagian ini
muncul karena ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang
musyrikin.

Kenapa?

Sebenarnya tauhd datang sejak awal menjadi satu kesatuan, tidak pembedaan antara
uluhiyyah, rububiyyah dan asma' wa sifat.

Namun muncul penyimpangan dari orang-orang musyrikin, sehingga mereka menyimpang


dalam suatu konten dari keimnan kepada Allh. Mereka menyimpang dalam tauhd al
uluhiyyah.

Sehingga perlu penjelasan dari Allh Subhnahu wa Ta'la, bahwasanya kalian telah benar
dalam satu poin, tetapi salah dalam poin yang lain.

Sebenarnya tidak perlu pembagian ini, pembagian ini dilakukan dalam rangka untuk
menyatukan kembali.

Jadi tauhd dibagi tiga, bukan untuk memetakan menjadi 3, tidak! Tetapi untuk menyatukan,
karena ada orang yang salah dalam bertauhd.

Saya ulangi, asalnya tauhd itu satu, tidak perlu ada pembagian tauhd uluhiyyah,
rububiyyah dan asma' wa sifat.

!7
Kenapa ada pembagian tersebut?

Datangnya pembagian dalam rangka untuk mengkoreksi terjadinya kesalahan.

Seperti misalnya orang jika sudah pandai bahasa Arab, tidak perlu pakai nahwu dan sharaf.
Akan tetapi ada orang yang nahwunya benar tapi sharafnya ngawur. Maka perlu ada
pembagian, ini ilmu nahwu, ini ilmu sharaf.

Jadi, karena adanya penyimpangan dalam tauhd, maka ada pembagian.

Ternyata mereka berimn pada masalah rububiyyah.

Dalam ayat banyak sekali:

_Dan sungguh jika kalian bertanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan langit dan
bumi?" Sungguh-sungguh benar-benar mereka akan berkata, "Allh Subhnahu wa Ta'la."_

(QS Az Zumar: 38 dan Luqmn: 25)

Jika engkau bertanya kepada mereka, siapa yang menciptakan mereka?

Maka mereka akan menjawab, "Allh yang menciptakan kami."

Kata Allh Subhnahu wa Ta'la:

_Dan sungguh Jika kalian bertanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan diri mereka?"
Sungguh-sungguh benar-benar mereka akan berkata, "Allh."_

(QS Az Zukhruf: 87)

f
f f
f f (84) f ff f f
f f ( 85) f f f f f f f
f

(87)
(86)

_Katakanlah, "Kepunyaan siapa bumi ini dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui?"_

_Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allh." Katakanlah, "Apakah kamu tidak ingat?"_

_Katakanlah, "Siapa Tuhan Pemilik langit yang tujuh dan Tuhan Pemilik 'Arsy yang agung?"_

_Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allh", katakanlah, "Maka apakah kamu tidak
bertakwa?"_

(QS Al Mukminn: 84-87)

Mereka mengakui itu semua. Masalahnya mereka salah kepada selain Allh Subhnahu wa
Ta'la.
!8
f f f f f
f ff f f f( ) f f f f f f f f f
f f
f f f f
f f ff
()

_"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa._

_Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rejeki untukmu, karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allh, padahal kamu mengetahui."_

(QS Al Baqarah: 21-22)

Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan:

_"Maka (jika demikian), janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allh (dalam
masalah peribadatan)."_

Jadi yang ingin saya sampaikan, bahwasanya kenapa para ulam membaginya menjadi tiga?

_ YANG PERTAMA |Pembagian tersebut datang secara thabi-i karena adanya penyimpangan
dalam sebagian keimnan kepada Allh Subhnahu wa Ta'la_

Karena Allh Subhnahu wa Ta'la membedakan antara tauhd rububiyyah dengan tauhd
uluhiyyah.

Dallnya yang paling kuat adalah ayat tadi dan firman Allh Subhnahu wa Ta'la di surat
Yusuf ayat 106:

_"Dan sebagian besar dari mereka tidak berimn kepada Allh, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allh (dengan sesembahan lain)."_

Berarti mereka ada yang berimn dengan benar dan ada yang berimn dengan keliru, karena
tidak mungkin imn dan syirik digabungkan. Berarti ada bagian tauhd yang mereka benar
dan bagian tauhd yang mereka keliru.

Para ulam berusaha untuk mengenal apa kekeliruannya. Ternyata mereka keliru dalam
tauhd uluhiyyah, mereka sudah benar dalam tauhd rububiyyah. Mereka berimn dalam
masalah rububiyyah dan mereka musyrik dalam tauhd uluhiyyah.

Maka datang Al Qurn membagi hal tersebut untuk membenahi, bahwasanya tauhd
rububiyyah dan uluhiyyah itu konsekuensi yang tidak bisa dipisahkan.

Jika anda salah dalam uluhiyyah, berarti anda salah dalam rububiyyah.

!9
Tidak benar seseorang berimn dalam rububiyyah kemudian dia menyimpang dalam
uluhiyyah.

Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman:

_"Dan sebagian besar dari mereka tidak berimn kepada Allh, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allh (dengan sesembahan lain)."_

_ YANG KEDUA| Pembagian ini hanya sekedar metode_

Dan memang Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membagi tauhd
menjadi tiga, secara lafazh Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membaginya.

Sama seperti Nabi tidak pernah membagi hukum fiqih menjadi lima.

Tidak ada dalam dall, bahkan hadts yang palsupun tidak ada.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam berkata ketahuilah hukum fiqih terjadi menjadi 5,
yaitu:

Wajib
Mustahabb
Mubah
Makruh
Harm

Ini Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengajarkannya.

Tetapi para ulam meneliti, bagaimana hukum-hukum yang dikerjakan oleh Nabi shallallhu
'alayhi wa sallam, ternyata suatu saat Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam melarang
sesuatu tetapi beliau shallallhu 'alayhi wa sallam melakukannya. Berarti ini makruh, tidak
sampai pada harm.

Contohnya:

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mungkin memerintahkan sesuatu, maka


diasumsikan hal tersebut wajib, tetapi ternyata Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
pernah meninggalkannya. Berarti ini hukumnya mustahab.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membaginya, tetapi para ulam
menelitinya perbuatan Nabi, maka terjadilah hukum fiqih menjadi lima.

Sama seperti tauhd, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan
bahwa tauhd menjadi tiga, tetapi Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
mempraktekkannya tiga-tiganya.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam,


!10
Bertauhd dalam masalah rububiyyah,
Bertauhd dalam masalah uluhiyyah dan
Bertauhd dalam masalah asma' wa sifat.

Jadi, ini sekedar metode penjelasan.

Jika ada yang bertanya, "Ustadz, jika demikian boleh dong tauhd dibagi menjadi lima?"

Jawabnya, terserah anda, yang penting anda menjelaskannya dengan benar.

Ada yang membagi empat, yang keempat apa ? Tauhd hakimiyyah (maksudnya) pemerintah
kfir. Maka ini keliru!

Kita katakan, boleh pembagian terserah anda, oleh karena itu para ulam membagi menjadi
tiga ada juga yang membagi menjadi dua.

Banyak ulam yang membagi tauhd menjadi dua, yaitu:

Tauhd ilmi
Tauhd thalabi.

Tetapi maksudnya sama.

Jadi sekedar pembagian tidak menjadi masalah, yang penting apa isi/konten dari pembagian
tersebut?

Maksudnya apa?

Nah kita membagi tauhd menjadi tiga, bukan dalam rangka untuk mensyirikan Allh
Subhnahu wa Ta'la, tetapi untuk membenahi orang-orang yang keliru dalam pemahaman
masalah Allh Subhnahu wa Ta'la.

Sebagaimana orang-orang musyrikin yang mereka sudah benar dalam tauhd rububiyyah,
mereka meyakini Allh Subhnahu wa Ta'la Maha Pencipta, tetapi mereka salah karena
mereka berdo'a kepada selain Allh Subhnahu wa Ta'la.

Nah kita ingin jelaskan bahwa seseorang sudah benar dalam tauhd ini, tetapi yang ini dia
keliru tauhdnya.

Sama seperti Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membagi bahwasanya
kata dalam bahasa Arab itu adalah isim, kemudian huruf dan fi'il. Tetapi Nabi mengucapkan
ini semua.

Sebagian orang berusaha membuat pembagian, kata dalam bahasa Arab bisa dibagi menjadi
tiga. Yang penting maksud dari pembagian itu benar dan isinya adalah benar.

Dan ternyata kita dapati bahwasanya ada ulam-ulam terdahulu juga yang mengisyaratkan
kepada pembagian tauhd menjadi tiga sebelum Syaikh Islm Ibnu Taimiyyah rahimahullhu
ta'la.

!11
Buku yang paling bagus yang membahas tentang ini adalah bukunya Syaikh Abdur Razzaq
hafizhahullhu ta'la yang berjudul "Alqaulus Syadd Fr Rddi 'ala Man Ankara Taqsmat
Tauhd, tentang masalah ini, di mana beliau menyebutkan para ulam yang membagi tauhd
menjadi tiga sebelum Syaikhul Islm Ibnu Taimiyyah rahimahullhu ta'la dari kalangan para
ulam salaf.

Bersambung ke bagian 3, in sy Allh.


__________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Rajab 1438 H / 19 April 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 3 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-03
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 03 DARI 13)*

Sekarang kita masuk pada pembahasan Tauhd Ar Rububiyyah.

Saya sebutkan bahwasanya rukun tauhd rububiyyah ada 3 (tiga), yaitu:

(1) Allh satu-satunya Pencipta alam semesta ini.


!12
(2) Allh satu-satunya Penguasa atau Pemilik alam semesta ini.
(3) Allh satu-satunya Pengatur alam semesta ini.

Dan ini benar, bahwasanya tidak ada yang menciptakan, kecuali Allh Subhnahu wa Ta'la.

Makanya Allh Subhnahu wa Ta'la menyebutkan, menantang hal ini dalam banyak ayat,
diantaranya:

f f f
ff f f f ff f f ff f ff f ff
f f f f
f f f f f




_"Wahai manusia sekalian, dibuat perumpamaan bagi kalian maka dengarkanlah,


sesungguhnya yang kalian sembah selain Allh Subhnahu wa Ta'la, tidak akan mampu
menciptakan seekor nyamuk, meskipun mereka bersatu padu."_

Mereka tidak akan mungkin bisa menciptakan seekor lalat, padahal lalat itu adalah hewan
yang hina, hewan yang kecil, tetapi tidak ada yang bisa menciptakan seekor lalat, meskipun
yang disembah selain Allh bersatu-padu.

Oleh karena itu, jika disuruh bersatu padu, misalnya budha disuruh gabung dengan Nabi
's 'alayhissalm atau dengan yang lainnya, dengan malikat, tidak akan bisa menciptakan
seekor lalat. Karena yang menciptakan adalah Allh Subhnahu wa Ta'la.

Dalam hadts yang lain kata Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tentang adzab yang pedih
bagi orang yang membuat patung bernyawa.
Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

_Allh 'Azza wa Jalla berfirman:_

_"Dan siapa yang lebih zhlim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku? Hendaklah
ia ciptakan biji kecil atau biji tepung atau biji gandum."_

(Hadts Riwayat Bukhri nomor 5953 dan Muslim nomor 7559)

Ada juga yang menterjemahkan dengan semut.

Tidak usah gajah, coba ciptakan semut saja, lalu bisa jalan, bisa bergerak, dan tidak ada yang
bisa.

Atau ciptakan biji. Siapa yang bisa ciptakan biji?

Kemudian jika ditanam, maka dia tumbuh, siapa yang bisa?

Seluruh ahli teknologi di dunia ini berkumpul, tidak usah hewan, ciptakan biji saja untuk
ditumbuhkan di tanah kemudian tumbuh, tidak ada yang bisa. Karena yang menciptakan biji
hanya Allh Subhnahu wa Ta'la.

Ada orang China katanya bisa membuat telur. Apa benar bisa bikin telur?

!13
Telur yang dibikin cuma bisa digoreng, jika dieramkan, tidak akan bisa menetas.

Kenapa ?

Karena tidak Ada yang bisa memberi ruh, yang bisa menciptakan hanyalah Allh Subhnahu
wa Ta'la.

Oleh karenanya, tidak boleh seorang meyakini ada yang beserta Allh yang ikut mencipta.

Barang siapa yang meyakini ada yang beserta Allh Subhnahu wa Ta'la yang ikut mencipta
atau ada yang membantu Allh Subhnahu wa Ta'la mencipta, maka dia telah terjerumus
dalam kesyirikan dalam rububiyyah.

Yang kedua, dalam masalah pemilikan (rukun kedua dalam tauhd rububiyyah).

Kita tahu bahwasanya Allh Subhnahu wa Ta'la satu-satunya yang mencipta, maka kitapun
yakin bahwasanya seluruh alam semesta ini hanyalah milik Allh Subhnahu wa Ta'la.

Maka Allh Subhnahu wa Ta'la menyebutkan:

_"Dan yang kalian sembah selain Allh Subhnahu wa Ta'la, mereka sama sekali tidak
memiliki meskipun hanya qithmr."_

Qithmr itu kulit ari yang ada pada biji kurma.

Jika kita makan kurma ada bijinya, pada bijinya ada kulit ari. kulit itu sangat tipis. Kata Allh
Subhnahu wa Ta'la, tidak ada yang memiliki kecuali Allh Subhnahu wa Ta'la.

Kenapa?

Karena anda boleh memiliki jika anda mencipta.

Anda tidak pernah menciptakan kurma, bagaimana bisa anda memilikinya?

Artinya, pemilik sesungguhnya di alam semesta ini hanyalah Allh Subhnahu wa Ta'la.

Kemudian, kitapun meyakini bahwasanya Allh Subhnahu wa Ta'la yang mengatur alam
semesta ini.

Tidak ada satupun makhluk yang ikut serta dalam pengaturan alam semesta. Hanya Allh
Subhnahu wa Ta'la sendiri yang mengatur alam semesta. Yang ada, yang berjalan
(berlangsung) di alam semesta ini, di langit dan di bumi, hanya Allh Subhnahu wa Ta'la
yang mengatur.

Dalam ayat surat Sab ayat 22, kata Allh Subhnahu wa Ta'la:

!14




_Katakanlah, "Serulah mereka yang kalian anggap Tuhan selain Allh, mereka sama sekali
tidak memiliki sebesar dzarrahpun yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Dan
mereka tidak punya sedikitpun saham dalam penciptaan langit dan bumi. Bahkan mereka
tidak membantu Allh sama sekali."_

Dzarrah itu maksudnya sesuatu yang sangat kecil.

Sebagian ahli tafsir menyatakan, dzarrah itu bisa ditafsirkan dengan tiga tafsiran:

Ada yang menafsirkan, dzarrah itu semut kecil.

Ada yang menafsirkan, dzarrah itu adalah seorang tatkala menepuk tangannya di tanah,
kemudian tersisa butiran-butiran kecil ditangannya, satu butir diambil itulah dzarrah.

Ada yang mengatakan, dzarrah itu adalah jika di kaca kemudian datang sinar matahari,
kemudian terlihat butir-butiran, satu butiran itu namanya dzarrah.

Jadi ukurannya sangat kecil.

Kata Allh Subhnahu wa Ta'la, "Mereka, sesembahan-sesembahan kalian itu, tidak


memiliki sedikitpun yang ada di langit atau di bumi."

_"Dan mereka tidak punya satu sahampun dalam penciptaan langit dan bumi."_

Jadi tidak ada yang membantu Allh Subhnahu wa Ta'la sama sekali.

_"Dan mereka tidak membantu Allh sama sekali."_

Jadi kepemilikan itu bisa satu benda dimiliki bersama atau tidak ikut memiliki tapi
membantu dalam membuat benda tersebut.

Ini semua ternafi'kan dari Allh Subhnahu wa Ta'la.

Allh Subhnahu wa Ta'la menciptakan sendiri dan tidak ada satu dzatpun yang ikut serta
memiliki langit dan bumi.

Kata Allh Subhnahu wa Ta'la, "Satu dzarrah pun di langit dan di bumi tidak ada yang ikut
serta memiliki, hanya Aku sendiri."

Kata Allh Subhnahu wa Ta'la, "Satu lembar daun yang ada di bumi yang mempunyai
hanya Saya, tidak ada pencipta lain yang ikut serta dalam menciptakan dan dalam pemilikan.

!15
Kemudian tidak ada yang membantu sama sekali dalam membuat/mengkreasi alam semesta
ini."

Ini ayat disebutkan sebagai ayat yang membathilkan kesyirikan dari asalnya (pokoknya).

Kenapa?

Jika dzat lain berhak disembah, mungkin dia ikut serta bantu Allh atau mungkin dia ikut
memiliki alamsemestaa sehingga berhak untuk disembah.

Tapi Allh bilang, "Tidak ada yang berhak untuk disembah."

Kenapa?

Karena tidak ada yang memiliki saham sama sekali atas alam semesta (kecuali Allh).

Mungkin dia ikut Allh Subhnahu wa Ta'la dalam membantu mengurusi alam semesta?

Jawabannya juga: Tidak ada.

Maka dia tidak berhak untuk disembah.

Bahkan yang terakhir:

_"Dan tidaklah berguna syaf'at, di sisi Allh melainkan bagi orang-orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syaf'at itu."_

(QS Sab: 23)

Mungkin ada yang mengatakan, "Saya sembah makhluk ini karena ia bisa beri syaf'at di
hadapan Allh Subhnahu wa Ta'la."

Kata Allh:

"Itupun tidak ada! Dia tidak bisa memberi syaf'at, kecuali Aku izinkan."

Jadi, segala pintu-pintu kesyirikan tertutup, kenapa kita Masih harus menyembah selain
Allh?

Kalau dia itu ikut serta mencipta makan engkau berhak menyembah dia. Atau dia punya
saham dalam pemilikan alam semesta atau dia ikut membantu atau dia bisa memberi
syaf'at, meskipun saya tidak izinkan.

Seperti halnya seorang menteri memberi syaf'at di hadapan presiden. Dia memberi syaf'at
sendiri karena presiden butuh kepada menteri, maka menteri bisa memberi syaf'at di
hadapan presiden.

Semua pintu-pintu kesyirikan tertutup. Kalau begitu tidak ada yang berhak untuk disembah
kecuali Allh Subhnahu wa Ta'la.
!16
Makanya ayat ini disebut ayat pamungkas untuk menghilangkan kesyirikan dari asalnya.

Inilah rukun-rukun dari tauhd rububiyyah.

Bersambung ke bagian 4, in sy Allh.

____________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Kamis, 23 Rajab 1438 H / 20 April 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 4 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-04
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 04 DARI 13)*

Sekarang kita akan membahas kesyirikan yang berkaitan dengan tauhd rububiyyah.

!17
Segala perkara yang menafi'kan ketauhdan Allh dalam penciptaan atau dalam kepemilikan
atau dalam pengaturan maka seseorang akan terjerumus ke dalam kesyirikan dalam tauhd
rububiyyah.

Dan bentuk-bentuk kesyirikan dalam tauhd rububiyyah banyak. Seperti mengingkari adanya
Tuhan, meyakini bahwa Tuhan tidak ada.

Yang Pertama: penyimpangan yang dilakukan oleh orang atheis.

Orang atheis meyakini bahwasanya segala sesuatu terjadi dengan sendirinya.

"Kebetulan" adalah tuhan mereka.

Jika kita tanyakan, "Bagaimana terjadinya alam semesta?"

Maka mereka akan membuat teori-teori.

Oleh karenanya aneh sebenarnya, ahli fisika itu harusnya semakin dekat kepada Allh
Subhnahu wa Ta'la. Tetapi malah mereka membuat teori-teori yang ingin menyatakan
seakan-akan tuhan tidak mempunyai andil dalam penciptaan alam semesta.

Sehingga banyak fisikawan yang atheis. Yang harusnya seorang tatkala menemukan rumus,
tatkala menemukan hal luar biasa, harusnya dia semakin berimn kepada Allh Subhnahu
wa Ta'la.

Contohnya, seorang dokter, tatkala dia melihat bagaimana organ tubuh, bagaimana cara
kerja ginjal, dia akan tahu bahwa ini luar biasa. Harusny dia semakin berimn kepada Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Harusnya fisikawan juga begitu, ternyata ada teori-teori rumus dalam alam semesta.

Tidak mungkin rumus alam terjadi dengan sendirinya. Rumus tersebut baru mereka ketahui
sekarang, tapi sudah berlaku sejak zaman dahulu karena Tuhan yang mengatur.

Tapi ternyata setelah mendalami fisika, mereka semakin menghilangkan campur tangan Allh
dalam terjadinya alam semesta.

Sehingga sebagian dari mereka membuat teori-teori yang boleh kita terima, boleh tidak,
karena semuanya hanyalah hipotesa (dugaan) belum tentu benar.

Tidak ada yang melihat terjadinya alam.

Misalnya mereka bikin teori big bang atau misalnya kata mereka, dulu ada benda besar dua
berdekatan. Kemudian satunya meledak, satunya tidak. Kemudian yang meledak mengitari
yang tidak meledak jadilah orbit.

Kita katakan, kalaupun kita benarkan teori tersebut, "Saya percaya dengan teori anda, tapi ini
darimana datangnya dua barang tersebut?"

Mereka menjawab, "Terjadi dengan sendirinya."

!18
Ini tidak ilmiah, bahwa ada dua planet besar yang satu meledak.

Kenapa tidak satu saja? Kenapa tidak tiga? Kok cuma dua.
Dulu tidak ada? Atau langsung ada?

Jika langsung ada maka tidak ilmiah.

Lalu, kenapa satunya meledak sedangkan yang satunya tidak?


Siapa yang meledakkan, kebetulan?

Intinya mereka selalu mengatakan "kebetulan", itu bukan Tuhan.

Tuhan seorang atheis adalah "kebetulan" jika demikian.

Kemudian mereka mempunyai teori baru lagi. Katanya ada zat kimia di udara, kemudian
terkena petir atau apa, kemudian menjadi senyawa kimia, jatuh ke laut kemudian mengalami
proses macam-macam evolusi atau apa dengan gaya bahasa mereka.

Setelah itu keluarlah sebagian ke daratan.

Di daratan kemudian mereka berevolusi, berubah, beradaptasi, jadilah jerapah, gajah,


monyet dan bermacam-macam.

Sedangkan yang di laut tetap jadi ikan hiu, ikan paus, ikan macam-macam, kepiting, belut
dan macam-macamnya.

Sandainya kita membenarkan teori tersebut, ke Mudi an yang menyediakan laut siapa?
Lautnya dari mana?

Mereka menjawab, "Datang sendirinya, tiba-tiba muncul."

Lalu yang memberi petir siapa?

Kemudian kok bisa satunya menjadi monyet, satunya menjadi kerbau, bagaimana ceritanya?

Jawab mereka, "Kebetulan saja.'

Tidak mungkin, jawaban "kebetulan" tidak masuk akal.

Jadi tuhan mereka adalah "kebetulan" dan mereka tidak akan pernah bisa ilmiah, itulah
orang-orang atheis.

_"Dan dalam jiwa kalian, tidakkah kalian melihat kebesaran Allh?"_

(QS Adh Dhriyat: 21)

Coba kita lihat jantung dalam tubuh manusia. Allh ciptakan di balik tulang rusuk yang
menjaga jantung tersebut di dalam.

!19
Apakah itu terjadi kebetulan?

Jika kebetulan, bisa jadi jantungnya di luar.

Ini memang Allh sudah ciptakan jantung kita di balik tempat yang kokoh dan macam-
macamnya letaknya di sebelah situ.

Itu semua sudah diatur oleh Allh Subhnahu wa Ta'la.

Oleh karenanya, orang-orang atheis itu hanyalah orang-orang yang mempertuhankan


"kebetulan".

Oleh karena itu, sering saya sampaikan tentang kisah seorang guru yang berusaha
membodohi murid-muridnya dengan mengatakan:

"Kalian bilang Tuhan ada, saya juga bisa menciptakan. Lihatlah toples ini kosong, isinya
cuma daging. 3 hari berikutnya akan saya ciptakan banyak ulat dalam toples ini."

Maka tatkala 3 hari berikutnya dia datangkan toples tadi, benar banyak ulat.

"Ini saya sudah ciptakan ulat-ulat."

Maka salah seorang muridnya berkata:

"Pak guru, kalau pak guru ciptakan ulat tersebut, jumlahmya berapa?Betinanya berapa?
Jantannya berapa?"

Jika menciptakan seharusnya tahu. Kata Allh:

_"Bukankan yang menciptakan tahu tentang apa yang dia ciptakan."_

(QS Al Mulk: 14)

Maka Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan:

_"Tidak ada satu daunpun yang jatuh kecuali Allh tahu."_

(QS Al An'm: 59)

Karena ini ciptaan Allh, apa saja yang kita lakukan, gerak-gerik hati kita Allh tahu, kenapa?

Karena kita ciptaan Allh Subhnahu wa Ta'la.

Tidak ada satu daunpun yang jatuh di bumi Irian jaya dimanapun, di suku asmat, di tengah
hutan, satu butir jatuh kecuali ( Allh juga tahu tentang berita daun tersebut).

!20
Bagaimana jatuhnya, kapan jatuhnya, di mana jatuhnya. Allh Maha Tahu, karena Allh yang
Maha Mengetahui segala ciptaan-Nya.

Ini diantara penyimpangan dalam tauhd rububiyyah.

Yang kedua adalah penyimpangan yang dilakukan orang-orang falahsifah.

Orang-orang falahsifah, mereka ini mengakui adanya Tuhan, tetapi mereka seakan-akan
menghilangkan sifat penciptaan, Padahal 'aqidah kita, Tuhan Allh Subhnahu wa Ta'la
mencipta.

Dahulu Tuhan sendirian, Allh Subhnahu wa Ta'la atau Rabb kita, menciptakan alam
semesta dengan berkata:

Tidak ada satu makhluk pun yang bersamaan dengan Allh. Tidak ada muncul bersamaan
dengan Allh, tidak ada.

Ada makhluk sejak zaman azali adalah pendapat dari orang-orang falahsifah. Mereka punya
keyakinan namanya qidamil alam. Bahwasanya alam itu qadim (bersama zat Allh
Subhnahu wa Ta'la).

Logika mereka, mereka mengatakan Allh dengan nama al ilah, al f'ilah, al illah tammah.

Kata mereka, "Allh itu adalah sebab pelaku yang Maha Sempurna dan di antara
kesempurnaan illh tersebut, illh tersebut akan memunculkan ma'lulnya, akibatnya saking
sempurnanya bersamaan dengan illhnya tidak ada tarkhi, tidak ada waktu jeda, tidak ada."

Bagaimana?

Mereka melogikakan seperti matahari. Matahari itu ada beserta dengan sinarnya. Bukan
matahari dulu sinarnya belakangan, tidak.

Kata mereka, demikian juga Allh langsung ada dengan makhluk-Nya, karena Allh
sempurna sehingga tatkala Allh Subhnahu wa Ta'la menciptakan makan tidak ada waktu
jeda sehingga makhluknya langsung ada bersama dengan Allh Subhnahu wa Ta'la.

Ini juga adalah bentuk menafi'kan penciptaan Allh karena mencipta itu pencipta ada dulu
baru makhluk belakangan.

Tapi kalau makhluk ada bersamaan dengan pencipta itu namanya bukan ciptaan.

Oleh karenanya orang-orang falahsifah ini dikfirkan oleh para ulam karena mereka
memiliki pemahaman qidamul 'alam.

Pemahaman qidamul alam adalah bahwasnya alam ini secara azali sudah ada bersama
dengan Allh Subhnahu wa Ta'la.

!21
Ini tidak benar!

Yang benar adalah Allh ada dahulu kemudian Allh menciptakan alam semesta.

Kita tahu kita dulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Yang mana qidamul 'alam?

Lalu 60 tahun yang lalu, kita tidak ada, 80 tahun lalu tidak ada.

Mana qidamul 'alam? Tidak ada.

Kita termasuk 'alam atau bukan? 'Alam

Jika dikatakan bahwasanya Allh harus sempurna, makhluknya harus selalu berada bersama
Allh tanpa ada jeda.

Jika demikian, bagaimana dengan manusia yang baru muncul sekarang?

Bukankah mereka baru muncul sekarang, dulu tidak ada. Mereka dahulu tidak ada, padahal
mereka kita sepakat mereka diciptakan oleh Allh Subhnahu wa Ta'la. Sekarang baru
muncul, sudah berapa juta tahun yang lalu atau ribuan tahun yang lalu baru muncul
sekarang ?

Berarti Allh menciptakan kapan Allh kehendaki. Tidak harus makhluk-Nya sama
bergandengan (bersamaan) dengan Allh Subhnahu wa Ta'la.

Oleh karena itu Allh menjelaskan dalam Al Qurn:

...

_Jika Allh menghendaki sesuatu, Allh tinggal mengatakan, "Kun, fa yakn."_

(QS Ysin: 82)

Menunjukkan terjadi setelah ada jeda

_"Jadi," maka jadilah._

Bersambung ke bagian 5, in sy Allh.


____________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :

!22
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Jum'at, 24 Rajab 1438 H / 21 April 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 5 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-05
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 05 DARI 13)*

Berikutnya, di antara penyimpangan dalam tauhd rububiyyah yaitu meyakini adanya tuhan
selain Allh Subhnahu wa Ta'la.

Yang pertama yang mengakui dia adalah tuhan selain Allh adalah Namrud yang Allh
abadikan kisahnya dalam Al Qurn.

f ff f f f f f f
f f f f f ff f
f f f f f f
f f f f f

_Tidakkah kau perhatikan wahai Muhammad, tentang orang yang mendebat Ibrhm tentang
Tuhannya, tatkala dia telah diberikan oleh Allh kerajaan._

_Ketika Ibrhm mengatakan:_

_"Tuhanku adalah Tuhan yang menghidupkan dan mematikan."_

_Orang tersebut berkata:_

_"Aku dapat menghidupkan dan mematikan."_

_Ketika Ibrhm berkata:_

!23
_"Sesungguhknya Allh Subhnahu wa Ta'la menerbitkan matahari dari arah timur, maka
terbitkanlah dia dari barat."_

_Lalu heran dan terdiamlah orang kfir tersebut._

(QS Al Baqarah: 258)

Orang ini adalah Namrud, dia mengaku dirinya sebagai tuhan.

Fir'aun juga demikian, mengaku sebagai tuhan.

Namrud mengingkari adanya Allh, dia adalah tuhan, dia ini sombong. Dia mengaku tuhan
karena sombong.

... ...

_"Karena telah diberi kekayaan."_

Orang jika diberi kekayaan, dia akan sombong. Terus diberi kerajaan, dia lebih sombong lagi,
terutama jika kerajaannya bertahan lama.

Disebutkan Namrud berkuasa sampai 400 tahun lebih, sehingga dia merasa dialah tuhan,
tidak mati-mati. Dia lupa bahwasanya dia dulu tidak ada, kemudian kecil, sekarang jadi
tuhan.

Bagaimana ceritanya?

Kenapa?

Karena kesombongan.

Makanya hati-hati bahwasanya kekayaan itu bisa bikin sombong.

Ini sangat mungkin dan kalau tidak mengimbanginya dengan keimnan, maka seorang yang
kaya raya sangat mudah terjerumus dalam kesombongan.

Saya sering sampaikan hadts tentang seorang yang diazab, ditenggelamkan, dalam bumi,
gara-gara memakai dua pakaian yang sombong.

_"Dahulu Ketika ada seseorang yang berjalan dan ia merasa bangga dengan mantelnya yang
indah, tiba-tiba bumi beserta isinya ditenggelamkan, dan diapun ikut terbenam ke dalam
perut bumi sembari meronta-ronta hingga hari kiamat nanti."_

(Hadts Riwayat Muslim nomor 3895)

Dia sombong dengan dua pakaiannya, Allh tenggelamkan dalam bumi.

Pakaian saja bikin sombong apalagi mobil. Mobil bisa bikin sombong apalagi rumah, apalagi
jabatan bisa bikin sombong.

!24
Lihat ini, saking sombongnya karena dia raja dan berkuasa ratusan tahun, kekuasaannya luas
maka diapun mengaku sebagai tuhan.

Waktu Nabi Ibrhm menyatakan mempunyai Tuhan, dia mengingkari:

"Sapa tuhanmu?"

Dia tanya:

"Apakah ada tuhan selain saya?"

Maka nabi Ibrhm berkata:

.... ....

_"Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan."_

(QS Al Baqarah: 258)

Ini terjadi debat/dialog. Nabi Ibrhm mendatangkan dall, Tuhan itu adalah zat yang
menghidupkan dan mematikan maka raja Namrud, dia mengatakan:

_"Saya juga bisa menghidupkan dan mematikan."_

Bagaimana caranya?

Ternyata dia bilang, "Ada dua, saya sudah vonis mati yang satunya tetap saya matikan, yang
satunya saya maafkan maka saya hidupkan."

Yang dimaksudkan mematikan itu apa? Yang sudah mati dihidupkan. Bukan satunya divonis
mati, dimaafkan yang satunya.

Akhirnya nabi Ibrhm pindah pada debat berikutnya.

Kata nabi Ibrhm 'alayhissalm:


...
...

_"Tuhanku telah mendatangkan matahari dari timur (menerbitkan matahari dari timur), maka
datangkalah matahari dari arah barat."_

(QS Al Baqarah: 258)

.... ....

_"Maka dia terdiam."_

(QS Al Baqarah: 258)

!25
Maka dia terdiam, tidak bisa berbicara. Karena konsekwensi dari tuhan ini punya sunatullh.
Berarti Tuhan yang mengatur alam semesta, Tuhan yang mengatur sunatullh, yaitu aturan
alam semesta.

Jika dia Tuhan, dia harus bisa merubah aturan

Allh Subhnahu wa Ta'la yang menerbitkan matahari dari timur menuju barat. Karena
Allh adalah Tuhan maka Allh bisa rubah nanti suatu hari tatkala hari kiamat.

Allh rubah aturan sunatullh. Sunatullh bisa dirubah. Oleh karenanya diantara dall
tentang kenabian para nabi, adanya mu'jizat.

Mu'jizat sebenarnya apa?

Mu'jizat sebenarnya perubahan aturan, perubahan aturan sunatullh.

Contohnya:

Seperti api yang harusnya membakar menjadi membuat dingin.

Ini perubahan aturan. Tatkala Nabi Ibrhm 'alayhissalm dilempar di lautan api maka Allh
berfirman:

_"Wahai api jadilah kau dingin dan keselamatan bagi Ibrhm."_

(QS Al Anbiy': 69)

Jadi Allh yang merubah aturan alam tersebut.

Maka Nabi Ibrhm menantang Namrud, "Kalau kau memang tuhan, coba kau ubah aturan
ini." Ternyata dia tidak bisa, maka dia bukan Tuhan.

Diantaranya yang mengaku sebagai Tuhan adalah Fir'aun.

Kata para ulam, bahwasanya yang paling tahu bahwa Fir'aun adalah pendusta adalah
dirinya sendiri.

Kenapa dia mengaku sebagai tuhan, sementara dia penuh kekurangan.

Dia lapar, dia haus, kemudian dia buang air, dia sakit, kemudian dia mengaku sebagai tuhan,
itu hanyalah kesombongan.

Akhirnya diapun ditenggelamkan oleh Allh Subhnahu wa Ta'la. Telah dijelaskan oleh
para ulam.

Dan Allh sebutkan:

!26
_"Mereka mengingkarinya (mu'jizat-mu'jizatnya Nabi Ms 'alayhissalm), padahal hati-hati
mereka meyakini, karena kezhliman dan kesombongan."_

(QS An Naml: 14)

Oleh karena itu ketika Nabi Ms datang menemui Fir'aun, Nabi Ms berkata:

_"(Nabi Ms mengatakan) sesungguhnya kau telah tahu tidak ada yang menurunkan
mu'jizat ini kecuali pemilik langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan
sesungguhnya aku mengira kami, hai Fir'aun, seorang yang binasa."_

(QS Al Isr: 102)

Nabi Ms tidak bohong, dia berkata, "Sungguh engkau sudah tahu."

Berarti Fir'aun sudah tahu kalau ada Tuhan, tapi karena dia sombong saja membuat dia nekat
mengatakan:

_"Aku adalah tuhan kalian yang maha tinggi."_

(QS An Nzit: 24)

Sampai sebagian orang mengatakan bahwa ibls saja tidak berani mengatakan demikian.
Ibls mengaku bahwa Tuhan Allh adalah Tuhannya.

Ibls mengatakan:

_"(Ya Allh) kau ciptakan aku dari api."_

(QS Al A'rf: 12)

Ibls mengaku Allh sebagai Tuhan.

Firaun tidak, Fir'aun ngeyel, sampai nantang Nabi Ms sampai mengatakan:


()......
( ) {


}

_"Dan berkata Fir'aun, hai Hmn, bangunkan bagiku sebuah bangunan tinggi supaya aku
sampai ke pintu-pintu. Yaitu pintu-pintu langit, supaya aku bisa melihat Tuhan Ms ......"_

(QS Ghfir: 38-39)

Dia ingin membuktikan, bahwasanya tidak ada Allh, tidak ada Tuhan.

!27

_"Tidak ada tuhan selain aku bagi dirimu."_

(QS Al Qashash: 38)

Karena saking sombongnya, padahal dia tahu dia adalah pendusta.

Di antara kesyirikan dalam tauhd rububiyyah, yaitu meyakini adanya tuhan selain Allh.

Adanya tuhan selain Allh banyak, seperti meyakini Sidharta Gautama sebagai tuhan.

Sidharta Gautama ini, kalau kita baca sejarahnya dia adalah dulunya orang terpandang.
Kemudian meninggalkan segala kekayaan. Kemudian menjadi orang yang bijak. Akhirnya
mengajarkan akhlak dan lain-lainnya, sehingga banyak muridnya tapi dia tidak pernah
mengaku sebagai tuhan.

Oleh karenanya, ada risalah ditulis oleh orang Thailand di Universitas Madnah, risalah S3
kalau tidak salah, menjelaskan Budha Sidharta Gautama ini tidak pernah mengaku sebagai
tuhan dan tidak pernah disembah oleh para shahbatnya. Itu bi'dah muncul belakangan.

Dia tidak pernah mengaku mencipta, dia tidak pernah menciptakan seekor lalat, dia tidak
pernah mengaku menciptakan langit dan bumi, tidak pernah itu. Itu belakangan baru
muncul, baru diyakini oleh pengikut-pengikutnya. Belakangan Sidharta Gautama adalah
tuhan yang berhak disembah padahal dia tidak pernah mengaku demikian.

Dia hanya mengadakan pengolahan-pengolahan tubuh, sehingga mencapai derajat seorang


yang sangat mulia. Namun dia tidak pernah mengaku sebagai tuhan.

Bersambung ke bagian 6, in sy Allh.


____________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q

!28
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Senin, 04 Sya'ban 1438 H / 01 Mei 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 6 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-06
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 06 DARI 13)*

Berikutnya di antara penyimpangan dalam tauhd rububiyyah, contohnya kesyirikan dalam


tauhd rububiyyah adalah mengaku bahwasanya Tuhan berbilang.

Dan ini seperti keyakinannya orang-orang Hindu bahwasanya Tuhan ada 3, dewa pencipta
(dewa Brahma), dewa pemelihara (dewa Wisnu), dewa perusak (dewa Siwa).

Yang 3 (tiga) dewa ini yang kemudian terjadinya pengaturan alam semesta, namun tentunya
ini tidak benar.

Jadi ini tidak benar, Tuhan tidak boleh berbilang.

Tuhan yang benar itu adalah semuanya dia bisa.

Makanya Nabi Yusuf berkata:

_"Apakah Tuhan yang beraneka ragam itu lebih baik ataukah Allh Subhnahu wa Ta'la
yang Maha Esa dan Maha Kuasa."_

(QS Ysuf: 39)

Ini kesyirikan dalam tauhd rububiyyah.

Dan sama seperti meyakini bahwasanya Allh punya anak kemudian anak tersebut Nabi 's
'alayhissalm.

Sebenarnya sebagian ulam mengatakan, seperti Syeikh Al Adzami, beliau menyebutkan


dalam buku beliau: "Sebenarnya agama Nashrni itu secara sejarah munculnya adalah
setelah Hindu dan banyak hal yang mereka ambil dari Hindu seperti teori trinitas."

!29
Trinitas itu asalnya dari Hindu, 3 dewa ini seakan-akan satu, karena Brahma, Siwa, dan
Wisnu tidak bisa dipisahkan, satu kesatuan.

Cuma ada 3 oknum, jadilah trinitas.

Sama seperti Nashrni. Nashrni ada tuhan bapak, tuhan anak, tuhan ruhul qudus. Maka ini
juga satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sama.

Ini diambil juga dari Hindu, sama, yaitu Tuhan menjelma menjadi manusia. Itu juga ada
dalam agama Hindu.

Mereka ada yang namanya dewa Agna, pernah menjelma menjadi manusia di atas muka
bumi. Sama keyakinan sebagian mereka bahwasanya Allh menjelma menjadi Nabi 's
'alayhissalm.

Jadi keyakinan Nashrni yang Allh sebutkan dalam Al Qurn ada berbagai macam.
Diantaranya ada yang meyakini Allh menjelma menjadi janin dalam perutnya siapa
Maryam.

Makanya Allh mengatakan:


...

_"Sungguh telah kfir orang-orang yang mengatakan Allh adalah Al Masih ibnu Maryam."_

(QS Al Midah: 17)

Yaitu keyakinan sebagian Nashrni yang meyakini Allh menjelma masuk dalam perut
Maryam. Jadi Allh adalah 's, ini satu firqah sendiri.

Firqah yang lain mengatakan bahwasanya:

_" 's adalah anak Allh."_

Ini firqah lagi tersendiri.

Firqah yang lain mengatakan tiga.

.... ...

_"Jangan kalian mengatakan tiga."_

(QS An Nis : 117)

Ini adalah lagi firqah sendiri, makanya:



!30
_"Sungguh telah kfir orang-orang yang mengatakan Allh satu dari yang tiga."_

(QS Al Maidah: 73)

Ini semua ('aqidahnya) disebutkan dalam Al Qurn, yang meyakini Allh masuk dalam perut
Maryam, yang meyakini 's adalah anak Allh Subhnahu wa Ta'la, yang meyakini Allh
adalah satu dari yang tiga.

Dan semuanya merupakan kesyirikan dalam tauhd rububiyyah.

Allh tidak punya anak dan Allh tidak punya ibu dan Allh tidak punya istri, Allh Maha
Esa.

Makanya kalau antum berbicara dengan Nashrni, yang bisa saya sampaikan, kalau debat
sama orang Nashrni jangan debat masalah yang lain.

Jangan debat masalah babi, jangan debat masalah cerai, percuma. Antum debat langsung
masalah Tuhan.

Karena jika antum debat masalah babi, nanti dia banyak dallnya, maka akan kalah debat.
Katanya babi banyak bahayanya, tapi dia mengatakan babi banyak manfaatnya juga, dia bisa
sebutkan dall-dallnya.

Sudah, masalah Tuhannya saja, langsung debat.

Bagaimana Nabi 's kok bisa jadi Tuhan?

Bagaimana ceritanya?

Apa maksudnya satu dari yang tiga?

Suruh mereka jelaskan dan mereka pasti bingung untuk menjelaskan satu sama dengan tiga,
susah. Mereka akan bingung.

Antum tanyakan kepada tiga orang, mereka pasti berbeda pendapat. Dan mereka berusaha
untuk mencari namun tidak akan bisa. Tidak akan masuk akal, tiga sama dengan satu. Ini
adalah agama tidak masuk akal.

Makanya sampai sebagian orang masuk Islm gara-gara apa? Gara-gara keyakinan
bahwasanya Tuhan sempat mati kemudian bangkit lagi, namanya hari kebangkitan.

Thoyyib, waktu Tuhan mati (Yesus mati) Allh bagaimana?

Allh ikut mati atau tidak?

Ini bingung mereka waktu yesus mati, yesus mati karena disalibkan.

Kalau Allh ikut mati, berarti sempat alam semesta tanpa tuhan, tuhannya mati.

!31
Kalau tuhannya mati kok bisa hidup sendiri? Terus, kalau Allh tidak mati berarti Allh lain
's lain.

Kita ingin melepaskan ini, melepaskan tiga ini beda-beda. Allh lain, 's lain.

Kita bilang sekarang waktu Nabi 's meninggal dunia, Allh lagi kemana?

Mereka bingung kalau mereka bilang Allh ikut mati karena satu kesatuan, selesai. Habis
agama Nashrni!

Kalau sudah mati, kok hidup sendiri.

Kemudian yang kedua kalau dia bilang Allh tidak mati berarti Allh lain, Nabi 's lain,
maka hancurlah agama. Banyaklah bantahannya.

Maksud saya adalah kalau ingin berbantahan terhadap mereka, bantah dari sisi ketuhanan
nabi 's, ini saja yang dibicarakan, jangan masalah yang lain.

Thayyib, di antara kesyirikan dalam tauhd rububiyyah adalah meyakini Allh Subhnahu
wa Ta'la bersatu dengan makhluk-Nya.

Ini adalah aqidah wihdatul wujud, atau dalam bahasa jawa, manunggaling kawulo gusti.
Meyakini Allh bersatu dengan makhluk-Nya. Ini merupakan kesyirikan.

Bagaimana Allh Subhnahu wa Ta'la bersatu dengan makhluk-Nya?

Karena konsekuensi Allh Subhnahu wa Ta'la bersatu dengan makhluk-Nya adalah Allh
butuh terhadap makhluk-Nya tersebut sebagai tempat.

Karenanya Allh akan menurunkan levelnya supaya bersatu dengan makhluk. Untuk apa
Allh bersatu dengan makhluk yang penuh dengan kekurangan, yang penuh dengan kotoran
dalam tubuhnya?
Ini tidak benar. Maka ini merupakan kesyirikan.

Kemudian di antara kesyirikan dalam tauhd rububiyyah yang berkaitan dengan masalah
tadbir (masalah pengaturan). Yaitu bahwasanya meyakini ada yang memiliki hak otonomi,
mengatur alam semesta ini, maka itu merupakan kesyirikan dalam tauhd ar rububiyyah.

Contoh sederhananya, seperti meyakini adanya Nyi Roro Kidul yang mengatur pantai
selatan. Ini kesyirikan dalam tauhd rububiyyah.

Adapun memberikan korban menyembelih sapi untuk Nyi Roro Kidul tauhd uluhiyyah.

Tapi meyakini bahwasanya Nyi Roro Kidul telah diberi kekuasaan Allh secara mutlak
otonomi untuk mengatur alam bagian pantai selatan saja ini kesyirikan.

Karena yang mengatur alam semesta adalah Allh Subhnahu wa Ta'la dan Allh
Subhnahu wa Ta'la tidak pernah menyerahkan penguasaan pantai selatan kepada Nyi Roro
Kidul.

!32
Siapa yang meyakini ada jinn mengatur pantai selatan, maka dia telah melakukan kesyirikan,
karena berarti ada pengatur selain Allh Subhnahu wa Ta'la yang tanpa izin Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Sama seperti meyakini, misalnya gunung merapi, ada jinn, ada penunggunya. Jika
penunggunya mengatakan belum meledak, maka tidak akan meledak. Harus tunggu wangsit
dari penunggunya.

Ini syirik dalam tauhd rububiyyah, seakan-akan ada pengatur yang mengatur gunung
merapi tersebut yang menentukan gunung meledak atau tidak, ini merupakan kesyirikan
dalam tauhd rububiyyah.

Demikian juga keyakinan orang-orang sufi, seperti dalam tariqat tijaniyyyah dalam buku
Jawahitul Ma'ni yang menyebutkna bahwasanya Ahmad Tijani telah diberikan "Kun" oleh
Allh Subhnahu wa Ta'la.

Mengerikan bahwa Ahmad Tijani diberikan "Kun, fa yakun", jika dia bilang, "Kun," maka jadi.
Ini tidak pernah diberikan kepada Nabi Muhammad shallallhu 'alayhi wa sallam.

Jika Nabi mempunyai "Kun, fa yakun", maka orang-orang Quraisy akan hancur langsung.
Orang Quraisy sudah hancur sejak awal.

Tetapi Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam terluka, dilempar batu, bersedih, para
shahbat meninggal dunia, mana "kun, fa yakun" nya? Tidak ada !

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam perlu berdo'a dulu kepada Allh Subhnahu wa
Ta'la waktu perang Badar, Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam berdo'a, mengangkat
kedua tangannya.

Jika Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mempunyi "kun, fa yakun", sudah selesai sejak
dahulu orang kafir Quraisy. Kok bisa Ahmad Tijani diberi "kun, fa yakun" ?

Ini adalah bentuk kesyirikan dalam tauhd rububiyyah.

Sebagian mereka meyakini ada wali mengatur sebagian alam semesta. Kata mereka dengan
izin Allh Subhnahu wa Ta'la. Ini sering mereka katakan.

Sama seperti mengatakan wali sudah mati, tetapi dia bisa bertasharruf, dia bisa melakukan
sesuatu, karena Allh Subhnahu wa Ta'la mengizinkan.

Dan mereka mengatakan, jika anda meyakini mayat tidak bisa apa-apa, justru anda
meragukan kekuasaan Allh Subhnahu wa Ta'la.

Nah, Allh Subhnahu wa Ta'la mampu memberikan izin dan kekuatan kepada mereka.

Kita katakan, kita tidak ragu bahwa Allh Subhnahu wa Ta'la mampu memberikan
kekuatan kepada mereka, tapi mana dallnya bahwa Allh Subhnahu wa Ta'la
memberikan kepada mayat tersebut izin untuk mengatur alam semesta, mana dallnya ?

Mana dall bahwa dia diberi izin untuk menolong anda ketika anda berdo'a kepada-Nya.

!33
Mana dallnya? Tidak ada.

Makanya itu hanya hanya dugaan-dugaan, persangkaan yang bathil.

Oleh karenanya meminta-minta kepada mayat merupakan kesyirikan, dibangun di atas


keyakinan, bahwasanya mayat-mayat tersebut masih bisa bertasharruf karena izin Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Mereka mempunyai syubhat "Karena izin Allh Subhnahu wa Ta'la".

Kita katakan, bahwa izin itu tidak pernah turun, mana izinnya? Tidak ada dallnya, jika ada
dallnya maka kita percaya. Tapi izinnya tidak ada.

Thayyib, kita selesai dari pembahasan tauhd rububiyyah.

Bersambung ke bagian 7, in sy Allh.

_________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Selasa, 05 Sya'ban 1438 H / 02 Mei 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 7 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-07
Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 07 DARI 13)*

!34


Sekarang kita lanjutkan tentang tauhd uluhiyyah.

Tauhd uluhiyyah maksudnya: tidak ada yang berhak disembah kecuali Allh Subhnahu wa
Ta'la.

Uluhiyyah artinya peribadatan.

Tidak ada yang berhak diserahkan ibadah kecuali Allh Subhnahu wa Ta'la dan ini
pengamalan dari firman Allh Subhnahu wa Ta'la:

_"Hanya kepada Engkaulah Y Allh, kami beribadah."_

(QS Al Ftihah: 5)

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah kepada selain Allh maka dia telah berbuat
kesyirikan.

Ibadah itu banyak, seperti:

Berdo'a.
Menyembelih.
Bertawakal.

Kalau kita menyerahkan semua ini kepada selain Allh, maka kita telah melakukan
kesyirikan.

Di antara kesyirikan yang sangat fatal adalah berdo'a kepada selain Allh Subhnahu wa
Ta'la, karena do'a adalah puncak dari ibadah.

Kata Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam:

_"Do'a adalah ibadah."_

(Hadts shahh riwayat ashhabus sunan. Lihat Shahhul Jmi no. 3407)

Do'a adalah ibadah, kenapa?

Karena dalam do'a itu nampak sekali kerendahan seseorang, karena dia sedang meminta
kepada pencipta. Ini sangat disukai oleh Allh Subhnahu wa Ta'la (seseorang berdo'a
kepada Allh Subhnahu wa Ta'la).

!35
Makanya Allh mengatakan:

_"Mintalah kepadaku, aku akan kabulkan."_

(QS Ghfir: 60)

Ini merupakan puncak ibadah.

Sampai dalam hadts dhif:

_"Do'a adalah intisari dari ibadah."_

Dan ini secara makna benar karena do'a itu puncak dari pada seorang beribadah,
menunjukkan kerendahan dia, kehinaan dia, untuk minta kepada Allh Subhnahu wa
Ta'la. Dan ini tidak nampak tatkala puasa, tatkala dzikir.

Akan tetapi tatkala meminta benar-benar kita menunjukkan hajat kita, menunjukkan
kerendahan kita, sambil mengakui kehebatan Dzat yang kita minta.

Ini semua apabila diserahkan kepada selain Allh sangat berbahaya, sehingga Allh
mengatakan:

_"Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang berdo'a kepada selain Allh."_

(QS Al Ahqaf: 5)

Tidak ada yang lebih sesat artinya: syirik yang paling berbahaya adalah syirik berdo'a kepada
selain Allh. Dan ini syiriknya orang-orang musyrikin dahulu.

Kebanyakan orang-orang yang disembah dahulunya adalah orang-orang shlih dan mereka
disembah setelah mereka meninggal dunia.

Ltta dahulu tidak disembah, kata Ibnu 'Abbs:

_"Al ltta dahulu adalah seorang lelaki yang membuat adonan roti (yang dibagikan secara
gratis) kepada jamaah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang beritikaf di kuburannya dan
menyembahnya."_

(Tafsir Ath Thabari, 22/523)

!36
Ltta dalam shahh Bukhri disebutkan dahulunya orang baik suka membagi-bagikan
makanan kepada jama'ah haji, tatkala dia meninggal dibangun patung dikuburannya, akhir
disembah.

Nabi 's 'alayhissalm dahulu tidak disembah, makanya nabi 's mengatakan:

_"Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau yang menyaksikan perbuatan mereka."_

(QS Al Ma'idh: 117)

Nabi 's belum disembah tatkala dia masih hidup, Nabi 's 'alayhissalm disembah
tatkala dia sudah meninggal dunia.

Juga waktu Nabi Nh 'alayhissalm:

_Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan


kamu dan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd dan jangan pula suwa,
yaghuts, ya'uq dan nasr."_

(QS Nh: 23)

Ini adalah 5 (lima) orang shlih dizaman Nabi Nh 'alayhissalm, belum disembah. Mereka
disembah setelah mereka meninggal dunia.

Budha belum disembah waktu masih hidup, kapan disembah? Setelah meninggal.
Khonghuchu belum disembah waktu masih hidup, kapan disembah? Setelah meninggal.

Jadi bahaya, ada keyakinan bahwa orang yang sudah meninggal ruhnya lebih hebat daripada
waktu masih hidup.

Oleh karenanya Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam benar-benar menutup pintu-pintu ke arah
ini. Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam sangat tegas dalam masalah kuburan. Inilah
rahasia kenapa Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tegas dalam masalah kuburan.

Bahkan Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

_"Dahulu saya melarang kalian untuk berziarah kubur, silahkan sekarang ziarah kuburlah."_

(Hadits riwayat Imam Nas'i nomor 5652)

Dahulu dilarang untuk berziarah kubur, disebutkan oleh para ulam dalam Fathu Bri,
kenapa?

!37
Karena Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam takut mereka masih akan menyembah ahli
kubur tersebut sebagaimana kebiasaan orang-orang jhilyyah.

Tatkala Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam melihat imn mereka sudah kuat, kata
Raslullh, "Silahkan, sekarang ziarah kubur."

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam melarang karena ada kekuatiran terjerumus ke


dalam kesyirikan orang-orang jhilyyah.

Maka Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam sangat ketat dengan masalah kuburan.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam melarang,

Tidak boleh ditulis


Tidak boleh disemen
Tidak boleh diberi lampu
Tidak boleh ditinggikan
Tidak boleh shalt ke arah kuburan

Semuanya dilarang oleh Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

Dan kata Ibnu Qayyim rahimahullh semua larangan Nabi tentang kuburan semuanya
dilanggar.

Dilarang untuk disemen, sekarang kuburan disemen.


Dilarang untuk ditinggikan, sekarang ditinggikan dibuat kuburan tinggi.
Dilarang ditulisi, sekarang ditulisi nisannya dengan nama, tempat lahir, jabatan dan
macam-macamnya.
Dilarang diberi lampu, sekarang diberi lampu.
Dilarang shalt ke arah kuburan, sekarang kuburannya diletakan di mihrab.

Semuanya dilanggar.

Oleh karenanya Asy Syaukani rahimahullh menyebutkan:

_Antum bayangkan seorang masuk kuburan. Kemudian kuburannya besar dan kuburan
tersebut diberi dupa (parfume). Kemudian diberi lampu dan tulisan-tulisan Arab. Kemudian
akan datang syaithn membisikan (misalnya):_

_"Ini ruhnya hebat, maka mintalah melalui dia."_

_Dia akan masuk ke dalam suasana yang membuat dia kagum dengan mayat tersebut,
akhirnya lama-lama kuburan itu disembah._

Dan syaithn banyak menjerumuskan manusia dalam sisi ini.

Oleh karenanya kata Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullh:

"Asal kesyirikan adalah berlebih-lebihan terhadap orang shlih."

!38
Sehingga mengantarkan orang-orang meminta kepada penghuni kubur, meminta kepada
mayat dan ini yang sangat menyedihkan yang terjadi disebagian kaum muslimin.

Oleh karenanya berdo'a kepada selain Allh Subhnahu wa Ta'la merupakan bentuk
kesyirikan.

Sekarang saya tanya kepada antum secara sederhana, malikat itu mengatur alam atau tidak?

Jawabannya:

Iya, dengan izin Allh Subhnahu wa Ta'la.

Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan:

_"Dan para malikat yang mengatur urusan dunia."_

(QS An Nazi'at: 5)

Allh bersumpah dengan para malikat, "Demi para malikat yang mengatur (urusan hujan,
tumbuhan, gunung, awam dll)." Mereka benar-benar mengatur dan Allh memberikan izin
akan tetapi mereka tidak bisa mengambil keputusan kecuali dengan izin Allh Subhnahu
wa Ta'la.

Para malikat yang meniupkan ruh.


Para malikat yang mencabut nyawa.

Semua atas izin Allh Subhnahu wa Ta'la.

Sekarang, kalau hujan tidak turun, bolehkan kita meminta kepada malikat hujan, kita
bilang, "Wahai malikat hujan, turunkanlah hujan?"

Boleh apa tidak? Syirik atau tidak?

Ini merupakan syirik, padahal malikat benar-benar mengatur hujan tetapi meminta hujan
harus kepada Allh Subhnahu wa Ta'la.

Meminta harus tetap kepada Allh Subhnahu wa Ta'la.

Apabila kita meminta kepada mayat yang tidak bisa apa-apa, apa bukan syirik namanya?

Sedangkan kepada malikat yang bisa mengatur hujan (dengan izin Allh Subhnahu wa
Ta'la) kita meminta kepadanya tidak boleh, padahal malikat mengatur hujan benar-benar
mengatur hujan., Lalu bagaimana meminta kepada mayat yang sudah meninggal dan tidak
bisa apa-apa?

Subhnallh, akal ini benar-benar sudah dibalik. Karena secara logika tidak masuk akal,
meminta kepada mayat yang tidak bisa apa-apa.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan:


!39


_"Kalau anak dam telah meninggal dunia maka terputuslah amalannya, kecuali tiga hal,
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doanya anak shalih."_

(Hadts Riwayat Imam Nas'i nomor 3651)

Makanya orang yang meninggal butuh amal jariyah dan diantaranya anak shlih yang
mendo'akannya.

Kalau dia (orang yang sudah meninggal) bisa berdo'a sendiri, untuk apa meminta anak shlih
mendo'akannya? Dia berdo'a sendiri saja (bila dia bisa berdo'a sendiri tidak perlu anak
shlih untuk mendo'akannya).

Perhatikan!

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

_"Ziarahlah kuburan karena itu akan membuat kalian ingat kepada akhirat."_

(Hadts Riwayat Ibnu Maajah nomor 1569)

Sekarang, lihatlah praktek orang, bagaimana? Ingat akhirat atau tidak? Tidak!

Datang kekuburan ingatnya dunia bukan ingat akhirat. Meminta kepada penghuni kubur dan
membicarakan dunia, bukan meminta akhirat. Ini merupakan penyelisihan aturan dari Nabi
shallallhu 'alayhi wasallam.

Begitulah yang terjadi pada sebagian saudara-saudara kita, semoga Allh Subhnahu wa
Ta'la memberi hidayah kepada mereka.

Demikian saja, kurang lebihnya kami mohon maaf.

________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
!40
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Rabu, 06 Sya'ban 1438 H / 03 Mei 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 8 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-08
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 08 DARI 13 )*

Ikhwni fllh wa akhwti fiddn azaniyallh waiyyakum

Saya akan membahas perkara yang sangat penting yaitu tentang tauhd Al Asma' wa Sifat,
tentang bagian dari tauhd nama-nama dan sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Kita tahu bahwasanya para ulam menjelaskan tentang pembagian tauhd menjadi 3 (tiga)
yaitu:

Rububiyyah
Uluhiyyah
Asma' wa Sifat

Pembagian ini sekedar metode untuk mudah memahami karena sejak zaman Nabi
shallallhu 'alayhi wa sallam sudah ada kesalahpahaman tentang ke-Esaan Allh Subhnahu
wa Ta'la.

Yaitu dilakukan oleh orang-orang musyrikin, mereka mentauhdkan Allh dari sisi
pengakuan Allh adalah:

Maha Pencipta
Maha Pemberi Rejeki

!41
Tetapi mereka musyrik terhadap Allh, mensyirikan Allh, mensekutukan Allh dari sisi
peribadatan, sehingga mereka berdo'a kepada Allh dan juga berdo'a kepada selain Allh.

Mereka berhaji, mereka thawf tapi mereka juga meminta kepada sesembahan-sesembahan
mereka seperti Latt, 'Uzz dan Manh.

Dari sini perlu ada penjelasan mana sisi yang benar dan mana sisi yang salah. Sehingga
secara otomatis terjadi pembagian.

Oleh karenanya diakhir surat Ysuf, Allh bercerita tentang orang-orang musyrikin Arab, kata
Allh Subhnahu wa Ta'la:

_"Tidaklah kebanyakan mereka berimn kepada Allh, kecuali mereka musyrik."_

(QS Ysuf: 106)

Berarti Allh menetapkan ada imn pada mereka dan Allh tetapkan juga mereka musyrik.

Mana imn mereka dan yang mana syirik mereka?

Seluruh buku tafsir akan menyebutkan, berkata Ibnu Mas'ud, berkata para shahbat yaitu:

"Diantara keimnan mereka, kalau ditanya kepada mereka, Siapa yang menciptakan langit
dan bumi?"

Mereka akan mengatakan:

"Allh Subhnahu wa Ta'la"

Jadi mereka berimn dari sisi ini akan tetapi mereka berbuat syirik dari sisi mereka berdo'a
dan beribadah yaitu juga kepada selain Allh Subhnahu wa Ta'la. Dan dari sini akhirnya
terjadi pembedaan.

Imn mereka disisi mana?

Imn mereka dari sisi rububiyyah Allh Subhnahu wa Ta'la.

Mereka mengetahui bahwasanya Allh Maha Pencipta dan ini sudah sejak zaman dahulu.
Banyak orang-orang musyirikin yang namanya 'Abdullh.

Di zaman sebelum Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam lahir, di zaman kakek Nabi shallallhu
'alayhi wa sallam, tatkala Abrahah ingin menyerang Ka'bah, kakek Nabi yang bernama
'Abdul Muththalib mengatakan:

"Saya pemilik unta, kembalikan unta saya wahai Abrahah, adapun Ka'bah ada pemiliknya
yang akan menjaganya."

!42
Mereka berhaji, mereka thawf. Meskipun thawf mereka telanjang tetapi mereka mengenal
Allh Subhnahu wa Ta'la.

Maka secara otomatis terjadilah pembagian, hanya sekedar untuk memudahkan


menjelaskannya.

Timbullah istilah belakangan oleh para ulam ada yang namanya tauhd rububiyyah dan
tauhd uluhiyyah untuk menjelaskan.

Untuk tauhd rububiyyah orang-orang musyrikin Arab dahulu mengetahui ke-Esaan Allh
dari sisi tauhd rububiyyah. Namun mereka keliru dari sisi tauhd uluhiyyah karena mereka
menyembah Allh dan juga menyembah selain Allh.

Jadi metode ini hanya sekedar metode untuk memudahkan memahami. Memang benar Nabi
shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan tauhd terbagi menjadi 3 (tiga) atau
tauhd terbagi menjadi 2 (dua), tidak pernah!

Sama seperti Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan sesungguhnya
hukum fiqih terbagi menjadi 5 (lima) yaitu: wajib, mandub, makruh, mubah, harm, tidak
pernah!

Hanya para ulam meneliti apa yang dilakukan oleh Nabi (hadts-hadts Nabi) dari dall-
dall ternyata dipahami hukum fiqih bisa terbagi menjadi 5 (lima).

*Apa yang dimaksud dengan tauhd asma' wa sifat?*

Artinya, tidak ada yang sama dengan nama-nama Allh ('asma ul husna), nama-nama
Allh yang terindah dan tidak ada yang menyerupai Allh dari sifat-sifat Allh.

Sifat-sifat Allh berbeda dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Barangsiapa yang mengatakan ada
sifat makhluk seperti sifat Allh maka dia adalah seorang yang musyrik.

Itu maksudnya tauhd asma' maupun sifat, yaitu meng-Esakan Allh dari sisi sifat-sifat Allh,
bahwasanya tidak ada makhluk yang sifatnya sama dengan Allh.

Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman:

_"Bahwasanya tidak ada satupun yang serupa dengan Allh dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat."_

(QS Asy Syura: 11)

Perhatikan! Ini adalah ayat yang indah.

Allh buka dengan kaidah muqadimmah, "Tidak ada satupun yang serupa dengan Allh."
kemudian Allh menetapkan, "Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

!43
Allh memberi muqadimmah, "Tidak ada yang serupa dengan Allh," agar kita jangan
sampai terbetik dalam benak kita bahwasanya Allh melihat seperti melihatnya makhluk,
Allh mendengarnya seperti mendengar makhluk, jawabannya tidak sama.

Meskipun makhluk melihat, makhluk mendengar tetapi Allh Maha Mendengar dan lagi
Maha Melihat.

Sehingga dalam terjemahaan Al Qurn ada "Maha Mendengar" dan "Maha Melihat".

Kenapa didatangkan kata Maha?

Yaitu untuk membedakan antara sifat Allh dengan sifat makhluk.

Karena makhluk juga melihat dan mendengar, tetapi bedanya Allh ada Mahanya. Padahal
f f f f Allh juga f
dalam bahasa Arab tidak ada Mahanya. Sama, makhluk itu f f f f f f f f f f
f f f f f f f f , akan tetapi kita mengerti bila diterjemahkan harus dibedakan bahwa Allh itu Maha
f f
Mendengar dan Maha Melihat.

Bersambung kebagian 9, In sy Allh


_________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jama'ah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Kamis, 07 Sya'ban 1438 H / 04 Mei 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 9 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-09
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~
!44
*AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 09 DARI 13)*

Ikhwni Fllh wa Akhawti Fddn azaniyallh waiyyakum

Pada kesempatan kali kita akan membahas tentang kaidah-kaidah yang berkaitan tentang
sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

_ Yang pertama dalam memahami Asma' dan sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la *kita
hanya bisa bersandarkan kepada dall yaitu Al Qur'n dan Sunnah.*_

Tidak boleh kita menggunakan akal, kenapa?

Karena kita berbicara tentang sesuatu yang ghaib dan akal kita tidak bisa menembus suatu
perkara yang ghaib.

Tidak usah kita berbicara tentang Allh, berbicara tentang ruh saja kita tidak mampu.

Kata Allh Subhnahu wa Ta'la :

_Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu urusan Rabbmu dan kalian
tidak diberi ilmu kecuali sangat sedikit."_

(QS Al 'Isr': 85)

Apabila orang-orang berkumpul berbicara tentang ruh, ada sedikit ulam dikumpulkan
diminta menjelaskan tentang hakikat ruh, dari unsur apa ruh, maka akan terjadi seribu
pendapat. Karena otak mereka tidak sampai lantas mereka berbicara tentang ruh.

Ini perkara yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh akal.

Tidak usah jauh-jauh, kita berbicara tentang hal ghaib lainya misalnya tentang jin. Kalau kita
berbicara tentang jin kita tidak tahu bagaimana hakikat jin.

Jin itu bagaimana?


Kenapa bisa masuk ke dalam tubuh manusia?
Kenapa bisa berbicara dengan lisn manusia?
Kenapa saat dibacakan Al Qur'n terbakar? Kalau terbakar kenapa tidak ada api yang
menyala? padahal jinn terbuat dari api.

Ini semua ghaib tidak bisa kita ketahui kecuali dengan dall.

Kemudian kita berbicara tentang malikat, berbicara tentang malikat ghaib juga.

!45
Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan:

_"Segala puji bagi Allh pencipta langit dan bumi menjadikan para malikat sebagai rasl-
rasl Allh yang memiliki sayap-sayap, ada yang memiliki dua sayap, tiga sayap, empat sayap
dan sebagiannya Allh tambah sayapnya lebih banyak daripada itu."_

(QS Fthir: 1)

Malikat Jibrl sayapnya hingga 600 sayap.

Ada sebagian orang menggunakan akalnya dia mengatakan malikat tidak punya sayap,
kenapa anda menolak malikat tidak memiliki sayap?

Karena tidak masuk akal.

Malikat bila memiliki dua sayap bisa kita bayangkan satu di kiri dan satunya lagi di kanan.

Malikat bila memiliki empat sayap, bisa kita bayangkan dua di kanan dan dua di kiri.

Bila malikat memiliki tiga sayap binggung membayangkannya.

Kenapa harus anda bayangkan? Anda tidak bisa pahami tapi jangan anda tolak. Kenapa dia
berusaha menolak bila tidak masuk akal dia?

Malikat memiliki tiga sayap, terserah Allh Subhnahu wa Ta'la. Yang jelas Allh
mengatakan ada malikat yang sayapnya tiga.

Banyak perkara ghaib yang otak kita tidak boleh masuk di dalamnya, karena kalau kita
memaksakan otak kita masuk di dalamnya kita melanggar kaidah otak.

Otak itu tidak boleh masuk kecuali pada perkara-perkara yang bisa ditangkap dengan panca
indera. Bila sudah di luar dari panca indera, di luar dari kemampuan kita, bagaimana otak
kita masuk dalam hal-hal yang seperti itu.

Apalagi tentang Allh Subhnahu wa Ta'la.

Kita tidak akan mampu mengenal sifat-sifat Allh kecuali Allh yang menjelaskan dalam Al
Qur'n maupun hadts-hadts Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya para ulam menjelaskan untuk mengetahui hakikat sesuatu, tidak mungkin
kita bisa mengetahui hakikat sesuatu kecuali dengan satu dari tiga cara, yaitu:

Kita melihat langsung.

Kalau kita melihat langsung kita akan langsung tahu.

Misalnya:

!46
Oh, sifat orang ini begini, begini karena saya lihat langsung.

Kita melihat yang semisalnya.

Kita mungkin tidak melihat langsung tetapi kita melihat yang semisalnya.

Misalnya:

Saya tidak pernah melihat langsung barang itu tetapi saya tahu yang semisalnya, misalnya
pernah melihat barang kw-nya, barang kw nya itu mirip dengan aslinya.

Kita mendapat kabar dari sumber yang terpercaya (tsiqah)

Kita tidak pernah melihat yang semisalnya tetapi ada sumber berita yang tsiqah yang
terpercaya menyampaikan.

Misalnya:

Barang itu begini, begini, begini seperti apa? Kamu tidak pernah melihat tetapi sifatnya
begini begini, berarti kita bisa mengetahui sifatnya karena ada penggambaran dari sumber
yang dapat dipercaya.

Demikian juga, sekarang kita terapkan pada sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Untuk mengetahui sifat Allh Subhnahu wa Ta'la dengan cara:

* Melihat langsung, ini mustahil tatkala kita masih hidup tidak mungkin.*

Dalam hadts Shahh Muslim Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

_"Ketahuilah kalian, sesungguhnya tidak akan bisa melihat Rabb kalian kecuali setelah kalian
meninggal dunia."_

(Hadts Riwayat Muslim nomor 2930)

Tidak mampu anda melihat wajah Allh Subhnahu wa Ta'la, yang memiliki cahaya yang
begitu kuat. Sementara mata kita melihat matahari saja tidak kuat.

Oleh karenanya nanti apabila seorang dibangkitkan di akhirat, dimodifikasi oleh Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Penghuni neraka Jahannam (orang-orang yang kfir sekarang) mereka tidak melihat jinn,
malikat, tetapi nanti kalau mereka sudah dibangkitkan mereka bisa melihat malikat
penjaga neraka Jahannam.

Mereka bisa melihat ibls, jin yang dimasukan ke dalam neraka bersama mereka bahkan
terjadi dialog antara mereka (orang-orang kfir) dengan ibls.
!47
Demikian juga penghuni surga, tatkala mereka dibangkitkan mereka diberi kemampuan.
diantaranya bisa melihat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Sekarang kita tidak mampu melihat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Oleh karenanya Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam, Nabi termulia yang sudah mencapai
pada tempat tertinggi disidratul muntaha, mi'raj bersama malikat Jibrl, kemudian
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam naik bertemu dengan Allh Subhnahu wa Ta'la,
sehingga sebagian shahbat menyangka Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam melihat Allh,
mereka bertanya kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam:

. "
"

_"Wahai Raslullh, apakah anda melihat Rabb anda tatkala miraj?"_

_Kata Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam:_

_"Ada cahaya yang menghalangi (bagaimana saya bisa melihat Allh Subhnahu wa
Ta'la)."_

(Hadits Riwayat Muslim nomor 178)

Nabi Ms 'alayhissalm pernah ingin melihat Allh Subhnahu wa Ta'la, dalam surat Al
Arf disebutkan, Nabi Ms berkata:

f f f f
ff f f
f f f f f f
f f f f f
f f f f f f
f f f

_"Yaa Rabb, perlihatkanlah dirimu aku ingin melihat Engkau."_

_Kata Allh:_

_"Engkau tidak bisa melihat Aku, tetapi lihatlah kepada gunung, kalau engkau kuat engakau
akan melihat Aku."_

_Tatkala cahaya Allh sampai ke gunung, gunungpun hancur dan akhirnya Nabi Ms pun
pingsan."_

(QS Al A'rf: 143)

Tidak akan mampu, melihat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Oleh karenanya tatkala bani Isril berkata kepada Nabi Ms:

_"Wahai Ms, kami tidak akan berimn kepada engkau, sampai kami melihat Allh terang-
terangan," maka turunkan halilitar (kemudian tewaslah mereka)._

!48
(QS Al Baqarah: 55)

Mereka tidak mampu melihat Allh, berarti mereka meminta sesuatu yang mustahil di dunia
ini.

Jadi dari sisi pertama kita tidak bisa mengetahui Allh dan melihat langsung.

* Dengan melihat yang semisalnya.*

Tidak ada yang sama dengan Allh.

Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman:

_"Tidak ada satupun yang serupa dengan Allh dan Dia Maha Melihat lagi Maha
Mendengar."_

(QS Asy Syura: 11)

Sehinggan cara keduapun (dengan melihat yang semisal) tertutup.

* Khabar yang tsiqah.*

Dari pengkhabaran yang amanah yang terpercaya yaitu dari Al Qur'n dan Sunnah.

Dan tidak ada yang lebih berhak untuk menyampaikan tentang sifat-sifat Allh kecuali Allh
sendiri.

Allh yang menyampaikan sifat-sifat-Nya dalam Al Qur'n. Kemudian Allh juga


menugaskan Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam untuk menyampaikan sifat-sifat Allh dalam
hadts-hadts Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya, jika telah datang khabar tentang sifat-sifat Allh dari Al Qur'n maupun
Sunnah maka kita tetapkan dan kita imni. Allh berkata demikian maka kita percaya, tidak
usaha kita timbang-timbang lagi dengan akal kita.

Timbulnya ahlul bid'ah (orang-orang yang menyimpang dalam bab ini) karena mereka
berusaha memikirkan sifat-sifat Allh dengan otak mereka.

Sehingga timbullah kaidah mereka tentang "mendahulukan akal daripada dall" yang
disampaikan oleh orang-orang mu'tazilah seperti Qadhi Abdul Jabbar dalam kitbnya Syarah
Usul Al Khamsah yang diikuti oleh sebagian orang-orang Asy Syirah. Yang didahulukan,
seperti Rzi, mempunyai kaidah "qunun al qulli", bahwanya akal kalau bertentangan dengan
ilmu maka akal didahulukan.

Kenapa mereka mengatakan demikian?

!49
Karena mereka beranggapan bahwasanya akal merupakan sumber utama, "Kita tidak bisa
percaya dengan Tuhan kecuali karena akal kita. Akal kitalah yang menunjukan Tuhan itu
ada."

Oleh karenanya akal merupakan sumber dall yang paling utama bagi mereka yang
menjadikan mereka percaya adanya Tuhan.

Kata logika mereka, "Kalau datang dall dari Al Qur'n atau Sunnah yang bertentangan
dengan akal maka kita harus mendahulukan akal."

Kenapa?

Karena menurut mereka akal yang utama, karena akal yang menunjukkan adanya Tuhan.

Kalau ternyata kita mendahulukan dall daripada akal berarti kita sudah menjatuhkan akal
sejak awal, padahal akal yang menunjukan kita adanya Tuhan.

Karena adanya Tuhan dibangun diatas percaya kepada akal, kata mereka.

Ini adalah logika mereka dan ini disampaikan oleh orang-orang mu'tazilah di dalam buku-
buku mereka, namun dibantah oleh para ulam diantaranya dibantah oleh:

- Syaikhul Islm Ibnu Taimiyyah dalam kitbnya Daru Taarrudhil Aqli wan Naqli.

-Imm Ibnu Qayyim rahimahullh dalam kitbnya Ash Shawaiq Al Mursalah Alal
Jahmiyyatil Muaththilah, dari puluhan sisi membantah pernyataan demikian ini yang dikenal
dengan al qnn al kully, yaitu kaidah universal yang intinya akal harus didahulukan
daripada dall.

Kita sebutkan hanya dari beberapa sisi bantahan saja.

Bersambung kebagian 10, In sy Allh


_________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q

!50
----------------------------------------

BimbinganIslam.com
Jum'at, 08 Sya'ban 1438 H / 05 Mei 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 10 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-10
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 10 DARI 13)*

Ikhwni fllh wa akhwti fddn azaniyallh waiyyakum.

Dari puluhan sisi untuk membantah pernyataan yang dikenal dengan al qnn al kully atau
kaidah universal yang intinya akal harus didahulukan daripada dall, kita sebut hanya
beberapa sisi bantahan saja.

Kita buat sebuah analogi yang disebutkan oleh para ulam (Ibnu Qayyim, Ibnu Abi Izz Al
Hanafi rahimahumullh)

Contohnya:

Saya ingin berobat untuk berhenti merokok tapi saya binggung di mana tempat praktek
dokter Kemudian sayapun berjalan akhirnya bertemu (misalnya) tukang becak. Kemudian
saya bertanya kepada tukang becak dimanakah dokter yang ahli. Kemudian tukang becak
tersebut menunjukan dokter yang ahli. Lalu saya berobat di dokter tersebut.

Setelah saya pergi ke dokter tersebut diperiksalah saya kemudian diberi resep. Setelah saya
pulang dari dokter itu saya lewat tukang becak tadi, lalu tukang becak tadi bertanya:

"Apakah resep yang diberikan dokter itu?"

Lalu saya tunjukan resep tersebut. Kemudian tukang becak itu mengatakan bahwa resep ini
keliru.

Saat itu siapa yang dibenarkan? Tukang becak atau dokter?

Kalau anda membenarkan dokter itu maka tukang becak akan marah, "Yang menunjukkan
dokter itu adalah saya (tukang becak) kenapa kamu tidak percaya dengan saya?"

!51
Kalau kamu tidak percaya dengan tukang becak itu seharusnya kamu jangan percaya dengan
dokter itu, karena yang menunjukan dokter itu adalah tukang becak.

Ini logikanya orang-orang Mu'tazilah.

Kalau logika kita, kita balik.

Kamu (tukang becak) sudah tunjukan dokter berarti dokter itu adalah ahli dan saya harus
percaya kepada dokter karena itu bidangnya. Kalau saya tidak percaya dokter kemudian saya
kembali kepada tukang becak, maka dari awal saya tidak percaya dengan tukang becak.

Kalau sekarang saya bilang, dokter salah! Berarti sejak awal kamu (tukang becak) salah
menunjuk.

Kalau kita tidak membenarkan dokter sebenarnya kita tidak membenarkan tukang becak
yang menunjukan dia dokter.

Kalau kita sudah membenarkan tukang becak tentang dokter itu, maka apa yang dokter
katakan tentang obat maka itu benar.

Kapan kita tidak percaya dokter?

Pada saat kita tidak percaya kepada tukang becak yang sudah menunjukan dia adalah dokter,
ini logikanya, logika kita.

Jadi kamu (akal) yang telah menunjukan itu adalah Tuhan dan Tuhan tidak mungkin salah.

Tuhan telah mengutus rasl dan rasl tidak mungkin salah (ma'sum) karena dia utusan
Tuhan. Maka bila ada dall dari Al Qurn maupun Sunnah (perkataan rasl), maka kita harus
membenarkan itu meskipun bertentangan dengan akal kita.

Karena akal kita tidak kuat, tidak semuanya kita paham.

Ketika kita tidak percaya kepada Al Qurn dan Sunnah, berarti asalnya kita sudah
menyalahkan akal sejak awal, berarti akal sudah salah menunjukan.

Itu bukan Tuhan, mungkin salah.


Itu bukan rasl, mungkin salah.

Namanya rasl dengan Tuhan tidak boleh salah.

Karena rasl ma'sum, Tuhan itu tidak mungkin salah. Itu akal menunjukan demikian.

Maka yang benar, bila terjadi pertentangan antara akal dengan Al Qurn dan Sunnah maka
yang kita benarkan adalah Al Qurn dan Sunnah, karena Tuhan tidak mungkin keliru.

Inilah bantahan kepada mereka dari sisi pertama. Yaitu justru kalau kita menyalahkan ayat
dan sunnah berarti kita tidak percaya dengan akal, karena akal yang menunjukan bahwa itu
adalah Tuhan dan Rasl.

!52
Kita katakan, misalkan saya setuju dengan anda, bahwasanya akal merupakan sumber
untuk kita mengetahui tentang sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Kalau kita sepakat akal yang menjadi patokan, pertanyaan berikutnya akal siapa yang
menjadi patokan?

Sementara kita tahu bahwasanya akal itu bertingkat-tingkat, sehingga tatkala ahlul bida' yang
mereka menjadikan akal sebagai sumber penetapan sifat-sifat Allh merekapun berselisih.

Ada kelompok jahmiyah, mu'tazilah, kullabiyyah, asysyirah. Asysyirah pun terbagi


menjadi dua asysyirah mutaqadimin dan asysyirah muta'akhirin. Ada kelompok
maturidiyyah.

Ini semua berbeda-beda dalam menetapkan sifat, kenapa?

Karena akal mereka berbeda-beda.

Apa yang menurut jahmiyah tidak masuk akal, menurut mu'tazilah masuk akal.
Apa yang menurut mu'tazilah tidak masuk akal, menurut kullabiyyah dan asysyirah
masuk akal.
Apa yang menurut asysyirah mutaqadimin (yang lama) masuk akal, menurut asysyirah
muta'akhirin tidak masuk akal.

Sehingga mereka berbeda-beda.

Saya ulangi, ada:

Jahmiyah
Mu'tazilah
Kulabiyyah
Asysyirah mutaqadimin
Asysyirah muta'akhirin
Maturidiyyah

Ada 6 (enam) kelompok dalam hal ini. Belum lagi ada ahlul kalam (filsafat) yang lain lagi
dalam menetapkan sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Lalu akal mana yang akan kita pakai?

Apakah akal-akal orang ini ataukah akalnya Ab Bakar, akalnya 'Ummar atau akalnya
shahbat atau akalnya Muhammad shallallhu 'alayhi wa sallam? Akal mana yang akan
dipakai?

Tatkala kita menjadikan akal sebagai sumber maka akan terjadi banyak perbedaan.

Kata Syaikhul Islm Ibnu Taimiyyah:

!53
_"Sungguh, dengan akal siapa mau ditimbang Al Qurn dan Sunnah."_

Kata Syaikhul Islm Ibnu Taimiyyah:

_Sungguh semoga Allh Subhnahu wa Ta'la meridhi Al Imm Mlik, tatkala beliau
berkata:_

_"Apakah setiap orang yang pandai berdebat akhirnya kita tinggalkan apa yang diwahyukan
Jibrl kepada Muhammad gara-gara kecerdasan mereka."_

Kalau kita ikut akal orang, aqidah kita akan berubah-ubah. Setiap ada orang yang lebih
pintar kita berubah. Maka yang benar bahwasanya untuk mengetahui sifat-sifat Allh tidak
ada cara kecuali dengan meyakini pengkhabaran dari Al Qurn dan Sunnah.

Kenapa?

Karena akal ini, daya berpikir akal dibangun di atas analogi (logika) dan mengqiyaskan. Dan
analogi ini dibangun dengan apa yang pernah ditangkap oleh panca indera.

Akal tidak mampu mengkhayal kecuali dibangun di atas analogi.

Saya sering memberi permisalan.

Contohnya:

Ada seorang yang sejak lahir buta, tiba-tiba pada umur 10 tahun sempat matanya bisa
melihat namun hanya beberapa detik.

Waktu dia bisa melihat ternyata yang dia lihat hanya ayam jago, setelah melihat ayam jago
kemudian dia buta lagi (misalnya ada orang seperti ini).

Maka tidak pernah ada yang ditangkap oleh panca inderanya kecuali ayam jago, daya khayal
dia terbatas.

Sehingga bila ada yang bertanya kepada dia (misalnya), "Tahukah anda kambing?"

Maka dia akan mengatakan, "Kambing itu seperti apa bila dibandingkan dengan ayam jago?"
Karena dia tidak bisa menghayal kecuali ayam jago.

Kalau ada yang bertanya kepada dia, "Tahukah kamu mobil?"

Maka dia akan mengatakan, "Mobil itu bagaimana bila dibandingkan dengan ayam jago?"
Karena dia tidak pernah melihat kecuali ayam jago.

Antum menyuruh dia mengkhayalkan yang lain tidak akan mampu karena yang dia lihat
hanya ayam jago, akal dia terbatas.

Saya katakan, daya nalar akal itu sesuai dengan apa yang pernah dia lihat, dia raba, dia
dengar, dibangun di atas apa yang pernah ditangkap oleh panca indera kemudian dia
menganalogikan di atas apa yang pernah dia lihat.
!54
Lalu, bagaimana anda ingin membayangkan sifat-sifat Allh?

Anda tidak tahu karena anda tidak pernah melihat apa-apa, hal ini menunjukkan akal sangat
terbatas.

Maka tatkala mereka menolak sifat-sifat Allh, biasanya mereka menganalogikan Allh
dengan makhluk sehingga mereka menolak. Kenapa?

Karena mereka tidak bisa paham kecuali dengan apa yang mereka pernah lihat.

Sebagai contoh, tatkala kita mengatakan Allh berada di atas 'Arsy maka sebagian mereka,
seperti Rzi, mulai berdall dengan logikanya.

Dengan logika akal apa yang pernah mereka lihat di alam nyata.

Mereka mengatakan bahwasanya kalau Allh berada di atas 'Arsy ini dall bahwasanya,

1. Melazimkan 'Arsy lebih besar daripada Allh karena kita tahu bahwasanya yang di atas
lebih kecil daripada yang di bawah.

2. Bahwasanya kalau Allh berada di atas 'Arsy berarti Allh butuh kepada 'Arsy karena yang
di atas butuh kepada yang di bawah.

Dia menganalogikan Allh dengan apa yang dia lihat padahal menyamakan Allh dengan
sesuatu yang terlihat merupakan suatu pengqiyasan yang sangat bathil.

Kenapa?

Karena kita menyamakan sesuatu yang ghaib dengan sesuatu yang kita lihat.

Anda kalau mau mengqiyaskan maka akan mengqiyaskan sesuatu yang mirip-mirip.

Bagaimana anda mengqiyaskan Allh dengan makhluk?

Kata dia kalau yang di atas pasti butuh kepada yang di bawah dan yang di atas lebih kecil
daripada yang di bawah. Kalau begitu kita tidak percaya bahwa Allh ada di atas 'Arsy?

Kita katakan logika anda keliru, di atas alam semesta ini ada yang tidak demikian, contohnya
antara langit dengan bumi.

Langit dengan bumi, mana yang di atas? Langit atau bumi?

Tentu langit yang di atas, langit lebih di atas daripada bumi.

Mana yang lebih besar? Langit atau bumi?

Ternyata yang lebih besar adalah langit, yang di atas lebih besar daripada yang di bawah.

Kemudian langit dengan bumi, apakah langit butuh dengan bumi?

Apakah ada tiang yang menyangka langit?


!55
Tidak ada, tidak ada tiang yang menyangga dari bumi ke langit, sehingga langit di atas tidak
perlu ada bumi.

Berarti logika anda keliru.

Makanya banyak orang yang menganggap sifat-sifat Allh tatkala mereka menganalogikan
(menyamakan) Allh dengan makhluk baru kemudian mereka menolak, padahal
menganalogikan Allh dengan makhluk merupakan analogi yang sangat bathil.

Anda ingin menyamakan malikat dengan manusia, ini salah besar.

Ingin menyamakan jin dengan manusia, salah besar.

Sumber penciptaannya berbeda, manusia dari tanah jin dari api, bagaimana anda
menganalogikan jinn dengan manusia?

Tidak akan sama.

Apalagi dengan yang sangat ghaib yaitu Allh Subhnahu wa Ta'la.

Jadi maksud saya, kaidah yang pertama dalam masalah sifat-sifat Allh, maka 'aqidah
ahlulsunnah meyakini sifat-sifat Allh adalah taufiqiyyah, kita tidak bisa memahami kecuali
lewat jalur Al Qurn dan Sunnah.

Adapun hanya melalui akal ini merupakan kekeliruan.

Bersambung kebagian 11, In sy Allh


_________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...


Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

!56
BimbinganIslam.com
Sabtu, 09 Sya'ban 1438 H / 06 Mei 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 11 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-11
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 11 DARI 13)*

Ikhwni fllh wa akhawti fddn azaniyallh waiyyakum

_ Kemudian kaidah yang kedua, tatkala menetapkan sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la,
*kita tidak boleh menyamakan dan tidak boleh membagaimanakannya, kita menetapkan dan
kita tidak boleh menolaknya.*_

Jadi kalau datang dall kita terima, namun kita tidak boleh membagaimanakannya (bertanya
"bagaimana") dan tidak boleh juga menyamakannya dengan makhluk.

Jadi bagaimana cara kita menetapkan sifat?

Sederhana !

Jika datang penjelasan sifat-sifat Allh, seperti Allh Maha Mendengar, Allh Maha
Melihat, maka kita kita katakan:

"Allh Maha Melihat, Allh Maha Mendengar dan tidak sama dengan makhluk."

Makhluk pendengaran dan penglihatannya penuh keterbatasan.

Contoh:

Ketika orang berkumpul di Padang 'Arafh, jutaan haji berkumpul di padang 'Arafh.
Kemudian di saat yang sama mereka memohon kepada Allh Subhnahu wa Ta'la dengan
berbagai bahasa, mungkin ratusan bahasa, minta kepada Allh Subhnahu wa Ta'la dalam
waktu yang bersamaan dengan permintaan yang berbeda-beda, maka Allh Maha
Mendengar seluruhnya dalam waktu yang sama.

Ini Maha Mendengarnya Allh.

Adapun mendengarnya manusia sangat terbatas.

!57
Kita, bila ada tiga orang berbicara dengan kita semuanya menggunakan bahasa Indonesia,
kita tidak bisa menyimak ketiganya. Salah seorang dari mereka harus berbicara dan yang lain
diam dulu. Kita tidak bisa menangkap pembicaraan mereka tiga-tiganya.

Apalagi jika salah satu menggunakan bahasa Bali, satu lagi bahasa Bugis, kemudian bahasa
Irian, pasti kita tidak akan paham. Pendengaran manusia terbatas tidak sama dengan Maha
Mendengarnya Allh Subhnahu wa Ta'la.

Dan qiyaskanlah dengan sifat-sifat yang lain.

Apalagi jika kita berbicara tentang ilmu Allh, Ilmu Allh sangat luas, manusia sangat
terbatas. Allh mengatakan:

_"Tidak ada satu daunpun yang terjatuh kecuali Allh tahu Ilmunya."_

(QS Al An'm: 59)

Di bumi ini berapa triliyun daun?

Tidak bisa dihitung, kalau ada satu daun jatuh dibelantara Afrika Allh pasti tahu. Kenapa?

Karena semua itu makhluk Allh.

Dan Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman:

_"Bukankah yang menciptakan tahu yang dia ciptakan."_

(QS Al Mulk: 14)

Seluruh yang Dia ciptakan Allh tahu tentangnya. Seluruh daun ciptaan Allh sehingga Allh
tahu bagaimana daun tersebut, bahkan manusia, Allh tahu seluruh manusia.

Allh mengatakan:

_"Allh tahu pengkhianatan lirikan mata dan Allh tahu yang disembunyikan oleh hati-hati
manusia."_

(QS Ghfir: 19)

_"Ketahuilah Allh tahu apa yang ada didalam hati-hati kalian, maka waspadalah."_

(QS Al Baqarah: 235)

!58
Allh Maha Tahu. Manusia pengetahuannya sangat terbatas, banyak perkara yang tidak
bisa dia ketahui.

Begitulah cara menetapkan sifat-sifat Allh Subhnahu wa Ta'la. Jangan kita tolak!

Contoh:

Tatkala Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan bahwa Allh punya tangan, Allh
mengatakan dalam Al Qur'n kepada ibls.

_"Wahai ibls, apa yang mencegahmu untuk bersujud kepada dam yang aku ciptakan
dengan kedua tanganku?"_

(QS Sad: 75)

Kita yakin Allh punya dua tangan.

Kata Allh Subhnahu wa Ta'la, "Aku ciptakan dam dengan dua tanganku."

Bagaimana tangan Allh?

Kita tidak tahu, tidak bisa anda bayangkan, kalau anda bayangkan pasti keliru.

Seperti Allh mengatakan dalam hadts-hadts yang shahh bahwasanya penghuni-penghuni


surga akan melihat wajah Allh.

Bagaimana wajah Allh?

Tidak bisa kita bayangkan, sangat indah tetapi kita tidak tahu. Bagaimana kita akan
membayangkan karena kita tidak pernah tahu? Otak kita tidak mampu untuk
membayangkan.

Tidak usaha kita membayangkan keindahan Allh, anda membayangkan bagaimana


tampannya Nabi Ysuf 'alayhissalm saja tidak akan pernah mampu.

Yang anda bisa bayangkan adalah orang yang tertampan yang pernah anda lihat. Kalau anda
ingin melihat tampannya Nabi Ysuf 'alayhissalm, yang kata Nabi, "Diberikan setengah
ketampanan," maka anda tidak akan pernah bisa mengkhayalkannya.

Sama seperti kalau anda disuruh mengkhayal tentang cantiknya bidadari, anda tidak akan
mampu. Yang bisa anda bayangkan adalah wanita tercantik yang pernah anda lihat. Lebih
daripada itu tidak akan mampu.

Bayangkan dalam satu hadts Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan tentang
beningnya bidadari, karena Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan:

!59
_"Bidadari itu putih seperti mutiara dan bening seperti Intan."_

(QS Ar Rahmn: 58)

Beningnya bagaimana?

Dalam hadts Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

_"Bahwasanya hati Bidadari itu cermin bagi suaminya."_

Bagaimana caranya, dihatinya ada cermin?

Kita tidak bisa bayangkan, bahkan kata Nabi dalam satu hadts:

_"Terlihat sumsum betisnya dibalik daging."_

(HR Al Bukhari no 3081 dan Muslim no 7325)

Dan ini Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam jelaskan karena sangat cantiknya.

Sehingga bila disuruh membayangkan bidadari kita tidak akan bisa, tidak mampu otak kita
membayangkan cantiknya bidadari.

Kata Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam:

f f f f f f
f f f f f ff f f f f f f f f
f f f
f
[ ]

_"Kalau ada seorang bidadari muncul di dunia ini maka akan menerangi antara bumi dan
langit, bahkan bau semerbak yang harum antara langit dan bumi."_

(Hadts Riwayat Bukhri 2587 versi Fathul Bari nomor 2796)

==> Karena bau bidadari yang sangat harum.

Kita tidak bisa membayangkan bidadari seperti apa, tidak bisa!

Otak kita tidak mampu, bidadari tidak sama dengan wanita di dunia.

Orang di dunia saja (Nabi Ysuf 'alayhissalm) anda bayangkan tidak akan mampu, otak
anda tidak akan sampai, kenapa? Sudah saya katakan tadi akal itu hanya bisa mengkhayal
sesuai dengan logika yang pernah dia lihat.

Bayangkan!

!60
Sampai para wanita tatkala melihat Nabi Ysuf 'alayhissalm mereka pun mengagungkan
Nabi Ysuf sehingga mereka potong jari-jari tangan mereka tanpa mereka sadari karena
sangat tampannya Nabi Ysuf.

Oleh karenanya anda tidak akan mampu mengkhayalkan tentang sifat-sifat Allh Subhnahu
wa Ta'la. Dan kita tetapkan sifat-sifat Allh dengan mengatakan, "Berbeda dengan
makhluk."

Kalau kita takwil, kita mengatakan misalnya yang dimaksud dengan tangan Allh adalah
kekuatan maka ini kelazimannya berbahaya.

Anda bayangkan, Allh Subhnahu wa Ta'la mengatakan:

"Wahai ibls apa yang mencegahmu sujud kepada dam yang aku ciptakan dengan dua
tanganku?"

Maksudnya dengan kekuatan-Ku.

Berarti dam tidak spesial karena semua makhluk Allh ciptakan dengan kekuatan (Qudrah
Allh Subhnahu wa Ta'la).

Kenapa dam 'alayhissalm jadi spesial? Karena dia diciptakan dengan kedua tangan Allh.

Kalau Allh mengatakan, "Wahai ibls, kenapa engkau tidak sujud kepada dam yang spesial
yang aku ciptakan dengan kedua tanganku," kalau kedua tangan kita artikan kekuatan, maka
ibls akan bisa membantah.

Ibls akan membantah:

"Y Allh saya juga Engkau ciptakan dengan kekuatanmu. Apa bedanya saya dengan dam?"

Oleh karenanya kita berimn bahwasanya Allh Subhnahu wa Ta'la memiliki kedua
tangan. Di antara sifat-sifat tangan Allh, Allh sebutkan dalam Al Qur'n:

_"Mereka tidak mengenal Allh sebagaimana mestinya, pada hari kiamat kelak seluruh bumi
akan berada dalam gengaman Allh Subhnahu wa Ta'la dan langit-langit akan dilipat oleh
tangan Allh Subhnahu wa Ta'la, Maha Suci Allh atas kesyirikan yang mereka
sampaikan."_

(QS Az Zumar: 67)

Jadi kita yakini sifat-sifat Allh tanpa menyamakan dengan makhluk dan ini merupakan
aqidah salaf.

Kalau saya ingin nukilkan perkataan para salaf dari kalangan shahbat, saya akan nukilkan
sebagian dan anda yakin bahwasanya ini adalah aqidah para salaf.

Contohnya:

!61
Perkataan Ibnu 'Ummar

Ibnu 'Ummar, seorang shahbat, beliau berkata:

: :

_Allh menciptakan empat perkara dengan tangannya, 'Arsy, Qalam, dam dan surga 'Adn,
adapun makhluk lain Allh mengatakan, "Kun, fayakn."_

Ini perkataan Ibnu 'Ummar (shahbat) dia mengatakan sebagian makhluk dengan tangan
Allh.

'Abdullh bin Mas'd

Waktu beliau menafsirkan Ash Shamad, kata beliau Ash Shamad secara bahasa artinya
pemimpin dan manusia juga ada yang jadi pemimpin.

Tapi menurut Abdullh bin Mas'd Ash Shamad adalah pemimpin yang merupakan puncak
dari kepemimpinan.

Dia sebutkan maknanya pemimpin dalam bahasa Arab tapi kepemimpinan Allh tidak sama
dengan kepemimpinan makhluk (manusia) sehingga di akhirat kelak Allh mengatakan:

_"Sekarang kerajaan milik siapa?" Hanya milik Allh yang Maha Esa dan Maha Kuasa._

(QS Al Ghfir: 16)

Seluruh makhluk tatkala hari kiamat semua jabatannya ditanggalkan, semua dibangkitkan
dalam kondisi telanjang, dalam kondisi tidak beralas kaki, pada hari kiamat kelak keluar dari
kuburan mereka.

Maka Allh bertanya, "Sekarang kerajaan milik siapa?"

Jadi Allh Subhnahu wa Ta'la adalah raja (pemimpin) tetapi puncak kepemimpinan.

Ini dall bahwasanya mereka menetapkan makna-makna dari sifat-sifat Allh Subhnahu wa
Ta'la tapi mereka membedakan antara Allh dengan makhluk.

Ab Aliyyah (seorang tabi'in)

Dia berkata:

_Istawa' ilas sam'_

!62
Maksudnya, irtaf (di atas)

Contohnya:

Mujahid rahimahullh, muridnya Ibnu 'Abbs, dia menafsirkan firman Allh Subhnahu
wa Ta'la, istawa' artinya "di atas".

Ikhrima, maula Ibnu 'Abbs (tabi'in juga) .

Waktu dia menafsirkan:

_"Bahkan kedua tangan Allh terbentang."_

Kata dia, maksudnya dua tangan secara hakikat. Benar dua tangan, tapi tanpa
membagaimanakan.

Atsar yang mashyur dari Imm Mlik bin Anna's rahimahullh gurunya Imm Syfi'i.

Waktu ada seorang datang kepada Imm Mlik, dia berkata:

: (

) !

_"Wahai Imm Mlik, Allh berada di atas 'Arsy, bagaimana istiwa' Nya Allh?"_

Waktu itu Imm Mlik berkeringat karena kaget mendengar pertanyaan orang ini.

Maka Imm Mlik berkata:

_"Adapun istiwa' Nya Allh kita mengerti di atas, bagaimananya tidak bisa kita pikirkan dan
berimn tentang hal tersebut adalah wajib dan bertanya tentang bagaimananya adalah
perkara yang bid'ah, aku khawatir engkau telah tersesat."_

Kemudian Imm Mlik memerintahkan untuk mengeluarkan orang yang bertanya ini.

Jadi ini kaidah penting!

Bersambung kebagian 12, In sy Allh

__________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh


2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

!63
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*


www.cintasedekah.org
https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
youtu.be/P8zYPGrLy5Q
---------------------------------------

BimbinganIslam.com
Jumat, 13 Syawwal 1438 H / 07 Juli 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 12 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-12
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 12 DARI 13)*

Ikhwni fllh wa akhwti fddn azaniyallh waiyyakum.

Jadi kita tahu maknanya istawa' tapi bagaimananya kita tidak tahu dan tidak mungkin kita
tahu.

Oleh karenanya, muncul kaidah berikutnya dalam tauhd Asma' wa Sifat yaitu:

_"Pembicaraan tentang sifat merupakan cabang dari pembicaraan tentang dzat."_

Maksudnya bagaimana?

_Bila anda tahu dzat sesuatu, maka anda tahu sifat._

Bagaimana sifat air?

Anda lihat dzat air, dan anda tahu sifat air yaitu mencari tempat yang rendah.

Anda tahu sifat udara?

Sifat udara adalah menempati ruang. Anda merasakan, anda bisa lihat.

!64
Tetapi kalau anda tidak tahu dzatnya maka anda tidak akan berbicara tentang sifatnya.

Makanya, bila ada yang bertanya tentang bagaimanakah istiwa'nya Allh?

Kita bilang, anda tahu tidak bagaimananya Allh?

Kalau anda tahu bagaimananya Allh baru anda bisa bayangkan bagaimana istiwa' nya Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Kalau ada yang bertanya bagaimana tangan-Nya Allh ?

Anda tahu tidak Allh ? Kalau anda pernah melihat Allh anda bisa tahu bagaimana tangan-
Nya.

Kalau anda tidak pernah melihat Allh, anda tidak akan tahu, mustahil membayangkannya.

Membayangkan bidadari saja tidak bisa.


Membayangkan nabi Ysuf 'alayhissalam saja tidak bisa.

Padahal mereka adalah makhluk.

Membayangkan malikat, bisakah membayangkan malikat?

Pasti tidak bisa, karena anda tidak pernah melihat bagaimana malikat.

Membayangkan Jinn, anda bisa membayangkan Jinn ? Yang anda lihat jinn yang menjelma,
entah menjelma menjadi binatang, menjelma menjadi genderuwo, kadang cantik kadang
mengerikan.

Yang anda lihatpun bukan bentuk aslinya, bagaimana mau dibayangkan?

Bagaimana mau membayangkan malikat, apalagi membayangkan Allh Subhnahu wa


Ta'la? Tidak mungkin.

Membicarakan tentang sifat itu merupakan cabang dari membicarakan dzat.

Bila anda tidak tahu dzat maka anda tidak akan tahu tentang bagaimana sifat Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Bila ada yang bertanya, bagaimana istiwa'nya Allh Subhnahu wa Ta'la?

Jawabannya:

Tidak bisa dipikirkan, karena untuk mengetahui bagaimana istiwa' nya Allh harus tahu
bagaimana 'Arsy. Karena kita harus tahu tempat yang di atas Nya Allh, 'Arsy seperti apa?

Kalau sudah tahu 'Arsy seperti apa, lalu anda harus tahu Allh bagaimana ?

Setelah anda tahu Allh bagaimana, baru anda bisa bayangkan bagaimana Allh di atas
'Arsy.

!65
Kalau 'Arsy anda tidak tahu, Allh anda tidak tahu, bagaimana anda bayangkan Allh di atas
'Arsy.

Dalam banyak hadts shahh, Allh turun ke langit dunia, bagaimana turunnya ? Kita tidak
tahu.

Anda tahu langit dunia seperti apa? Langit dunia anda tidak tahu mana ujungnya mana
pangkalnya, tebalnya seperti apa anda tidak tahu dan anda tidak tahu Allh, lalu bagaimana
anda bisa membayangkan Allh turun ke langit dunia?

Kalau anda ingin bayangkan bagaimana Allh turun ke langit, anda harus tahu bagaimana
hakikat langit dan bagaimana hakikat Allh Subhnahu wa Ta'la, baru anda akan bisa
membayangkan bagaimana Allh turun ke langit dunia (Kalau tidak, maka anda tidak bisa
tahu).

Jadi kaidah Imm Mlik kita paham apa yang Allh sebutkan tapi kita tidak tahu
bagaimananya.

Imm Ahmad berkata, tatkala beliau ditanya tentang orang-orang yang berkata, Allh
berbicara dengan nabi Ms tanpa suara, Imm Ahmad membantah.

Kata Imm Ahmad:

"Justru Allh (Rabb kalian) berbicara dengan suara."

Terlalu banyak hadts yang mengatakan Allh berbicara dengan suara.

Berbicara dengan malikat dengan suara.


Berbicara dengan nabi dengan suara.
Terjadi dialog antara Allh dengan nabi Muhammad shallallhu 'alayhi wa sallam.
Terjadi dialog antara Allh dengan nabi Ms 'alayhissalm.
Terjadi dialog antara Allh dengan nabi Ibrhm.

Dengan suara yang didengar, Allh berkata kepada nabi Ms 'alayhissalm:

_"Wahai Ms dengarkanlah wahyu yang akan disampaikan kepada engkau."_

(QS Thah: 13)

Allh berbicara, tetapi suara Allh tidak sama dengan suara makhluk.

Lihat perkataan Imm Bukhri:

Disebutkan tentang hadts Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam,

!66

_"Bahwasanya pada hari kiamat kelak Allh berseru dengan suara, orang yang dekat maupun
yang jauh mendengarnya sama saja."_

Kata Imm Bukhri dalam kitbnya ( Khalqu Af'lil 'Ibd):

ff ff ff ff ff ff ff ff ff ffff ff ff ff ff ff ff ff ff

_Dan ini merupakan dall, bahwasanya suara Allh tidak sama dengan suara makhluk,
karena suara Allh itu mendengar dekata atau jauh sama saja dan malikat bisa pingsan
gara-gara mendengar suara Allh Subhnahu wa Ta'la._

Kemudian kata beliau:

_"Adapun tatkala malikat saling berbicara di antara mereka, mereka tidak saling pingsan."_

Malikat dengan suara malikat tidak jadi masalah. Tatkala malikat mendengar suara Allh
Subhnahu wa Ta'la mereka bisa pingsan.

_"Oleh karenanya janganlah kalian menyamakan Allh dengan yang lainnya."_

(QS Al Baqarah: 22)

==> Tidak ada satupun yang sama dengan sifat Allh Subhnahu wa Ta'la.

Di sini Imm Bukhri menetapkan Allh mempunyai suara tetapi suara Allh tidak sama
dengan suara makhluk.

Orang-orang liberal mengikuti orang-orang Asysyirah, mengatakan, "Allh tidak mempunyai


suara", berarti Allh berbicara tanpa huruf tanpa suara.

Lalu bagaimana? Al Qurn bagaimana? Al Qurn kan ada hurufnya. Alif Lam min dan
seterusnya ?

Kata mereka itu bukan firman Allh melainkan terjemahan Muhammad terhadap firman
Allh Subhnahu wa Ta'la. Ini bahaya! (In sy Allh akan kita jelaskan tatkala pembahasan
tentang pluralisme).

Kalau kita katakan, "Allh berbicara dengan suara, dengan huruf, dengan bahasa yang Allh
kehendaki, mau berbicara dengan bahasa Arab terserah Allh, mau berbicara dengan bahasa
Ibrni terserah Allh.

Lalu kenapa anda mengatakan Allh tidak boleh mempunyai suara ? Mana dallnya ?

!67
Oleh karenanya yang benar pendapat Imm Bukhri, Imm Ahmad, pendapat Ahlu sunnah
wal jama'ah, bahwasanya Allh berbicara dengan suaranya.

Lihat perkataan Ab 's at Tirmidzi.

Siapa At Tirmidzi? Beliau adalah pemilik sunnan At Tirmidzi, beliau berkata:

_Dan telah berkata banyak ulam tentang hadts ini yaitu hadts:_

_"Allh menerima shadaqah kemudian Allh mengambil dengan tangan kanannya kemudian
Allh mengembangkan sedekah tersebut."_

f ff f f :ff .ff f f f f ff f f f f f ff f f f f

ff ff ff ff :ff ff ff ff ff ff ff ff ff ff ,ff ff ff ,ff ff ff ff ff ff


_"Demikian juga hadts-hadts yang berkaitan dengan sifat-sifat Allh, di antaranya tentang
hadts yang menjelaskan Allh turun kelangit dunia setiap malam._

Kemudian para ulam berkata:

_Telah jelas riwayat-riwayat tentang masalah ini, maka hendaklah diimni dan jangan
dipikirkan bagaimana-bagaimananya dan tidak boleh bertanya bagaimana, (kita harus
imni)._

Inilah 'aqidahnya diriwayatkan oleh Imm Mlik dari Sufyan bin 'Uyainah dari Ibnu
Mubarak mereka berkata tentang hadts-hadts sifat:

_"Terimalah tanpa engkau tanya bagaimananya, ini pendapat dari para ulam dari kalangan
ahlu sunnah wal jama'ah."_

_Adapun kelompok Jahmiyah, maka mereka menolak riwayat-riwayat ini, kata mereka ini
hadts tasybh (maksudnya, kalau anda menetapkan sifat-sifat Allh berarti anda mentasybih
Allh dengan makhluk.)_

==> Ini perkataan jahmiyyah.

_"Kemudian Allh menyebutkan dalam banyak tempat dalam Al Qurn, bahwasanya Allh
punya tangan, Allh punya pendengaran dan Allh mempunyai penglihatan."_
!68

_"Maka Jahmiyah mentak'wil, (kata mereka) maksud tangan adalah kekuatan atau nikmat,
pendengaran maksudnya begini, penglihatan maksudnya begini."_

Kata mereka, kalau kita tetapkan tangan maka Allh seperti makhluk, kalau kita tetapkan
pendengaran maka seperti makhluk, makhluk mempunyai pendengaran, kalau begitu kita
tolak.

Kalau kita bilang Allh bisa melihat berarti sama dengan makhluk juga bisa melihat kalau
begitu maksudnya apa mereka tolak?

Mereka mentakwil.

_"Kata mereka Allh tidak pernah ciptakan dam dengan tangannya tapi Allh ciptakan
dam dengan kekuatan atau dengan nikmat."_

Dan mereka berkata bahwasanya yang menafsirkan tangan dengan kekuatan itu adalah
orang-orang Jahmiyah dan sampai sekarang banyak orang seperti itu.

f f f f f f f f f f f f f f f f ff f f f

_"Dan berkata Ishak bin Ibrahim, hanya disebut tasybih bila kita berkata tangan Allh seperti
tangan manusia (itu baru tasybih) sama seperti kita menyamakan mendengaran Allh sama
seperti pendengaran manusia."_

_Adapun jika kita berkata seperti firman Allh Subhnahu wa Ta'la:_

_Allh punya tangan, punya pendengaran, punya penglihatan dan kita tidak mengatakan
bagaimananya, tidak kita katakan seperti pendengaran si Fuln maka ini bukan tasybih
sebagaimana firman Allh Subhnahu wa Ta'la dalam kitab-Nya:_

_"Bahwasanya tidak ada satupun yang serupa dengan Allh dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat."_

(QS Asy Syura: 11)

Jadi inilah 'aqidah ahlu sunnah wal jama'ah, kenapa saya sengaja menukilkan perkataan
para ulam, agar anda yakin yang saya sampaikan ini bukan karangan saya, bukan karangan
Ibnu Taimiyyah, bukan!

!69
Tetapi ini pendapat para salaf bahwasanya ahlu sunnah wal jama'ah meyakini Allh memiliki
sifat tetapi sifat tersebut tidak sama dengan makhluk.
______________________

Donasi *Program Dakwah Islam* Cinta Sedekah & Bimbingan Islam ;

http://cintasedekah.org/program-cinta-sedekah/

*INFAQ*
Bank Syariah Mandiri (Kode Bank 451)
7814 5000 17
a.n Cinta Sedekah Infaq

Konfirmasi transfer : http://cintasedekah.org/konfirmasi


-------------------------------

BimbinganIslam.com
Sabtu, 14 Syawwal 1438 H / 08 Juli 2017 M
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Bagian 13 dari 13)
Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-13
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (BAGIAN 13 DARI 13)*

Mengapa Allh dikatakan lebih dekat dengan urat nadi kita?

Tidak ada perkataan demikian, yang ada:

_"Dan kami lebih dekat kepada dia daripada urat nadinya, tatkala dua malikat berada di
tangan kanan dan kiri."_

(QS Qf: 16-17)

Jadi kata para ulam *nahnu* (kami) disitu adalah malikat dan bukan Allh.

Karena sering Allh menggunakan kalimat nahnu tapi maksudnya adalah malikat.

!70
Contohnya:

Allh berkata:.

_"Kalau kami bacakan maka ikutilah bacaannya."_

(QS Al Qiymah: 18)

Maksudnya "kami" disini adalah Jibrl 'alayhissalm.

Waktu malikat Jibrl metalqin Nabi Muhammad shallallhu 'alayhi wa sallam:

Yang membaca Allh atau malikat Jibrl?

Yang membaca adalah malikat Jibrl, dan Allh menggunakan "kami" karena malikat
adalah petugas dari Allh Subhnahu wa Ta'la (tentara-tentara Allh Subhnahu wa Ta'la).

Jadi maksudnya bukan Allh lebih dekat dengan urat nadi, ini salah paham tentang ayat
tersebut.

Kalaupun kita pahami Allh lebih dekat maksudnya adalah ilmu Allh bukan Dzat-Nya.

Contohnya:

Allh buka dengan sifat ilmu dan Allh tutup dengan sifat ilmu.

_"Tidakkah engkau lihat, Allh mengetahui/mengilmui apa yang ada di langit dan di bumi.
Tidak ada tiga orang saling berbisik kecuali Allh yang keempat, tidak ada lima orang saling
berbisik kecuali Allh yang keenam, tidak ada yang sedikit atau banyak kecuali Allh
bersama mereka. Kemudian Allh akan mengabarkan kepada mereka tentang apa yang
mereka lakukan pada hari kiamat kelak. Sesungguhnya Allh Maha Mengetahui Segala
Sesuatu."_

(QS Al Mujdilah: 7)

--> "Bersama mereka", maksudnya ilmu Allh bersama mereka, bukan Dzat Allh

Jadi orang salah paham tatkala mengatakan:

_Allh bersama mereka dimanapun mereka berada._

!71
Sebagian orang paham bahwa Allh berada dimana-mana.

Ini salah!

Padahal yang dimaksud adalah ilmunya Allh, sehingga Allh buka ayat ini dengan sifat
ilmu:

_"Tidakkah engkau mengetahui bahwa Allh mengetahui."_

Di akhir ayat kata Allh:

_Sesungguhnya Allh mengetah segala sesuatu._

Jadi maksudnya, yang di mana-mana adalah sifat Ilmu Allh.

Contohnya:

Tatkala Allh mengatakan kepada Ms dan Hrun.

*


*
*

_(Kata Allh kepada Ms dan Hrun) "Pergilah kalian berdua kepada Firaun, sesungguhnya
dia telah melampaui batas. Maka bicaralah kepadanya dengan lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut (sadar)._

Kemudian kata Ms dan Hrun:

"Y Rabb kami, sesungguhnya kami takut, bahwa ia akan menzhalimi kami atau akan
bertambah melampaui batas.

Kata Allh:

"Janganlah kalian berdua takut Sesungguhnya Saya bersama kalian, Saya mendengar dan
Saya melihat.

(QS Thah: 43-46)

Bukan kata Allh, "Saya dengan kalian dan saya lihat apa yang kalian lakukan."

Jadi, "Jangan khawatir."

Bukan berarti Allh berjalan bersama Nabi Ms dan Hrun menuju Firaun. Tidak!

Tetapi Allh Maha Melihat dan Allh Maha Mendengar (maksudnya Allh mengawasi).
!72
Jadi yang sering bersama-sama di mana-mana bukan Dzat Allh tetapi Ilmu Allh.

Karena kalau kita katakan Allh di mana-mana tidak masuk akal.

Misalnya Allh ada di perut hewan, Allh di kamar mandi, ada Allh di dalam masjid.

Padahal, kaum muslimin secara umum (manusia secara umum) mereka tahu Tuhan di atas.

Makanya kalau ada apa-apa mereka mengatakan:

"Kita serahkan pada yang di atas."

Tetapi kalau ditanya Allh dimana, jawabannya Allh di mana-mana.

Jadi maksudnya "lebih dekat dengan urat nadi" itu bukan Allh Subhnahu wa Ta'la
melainkan malikat, nahnu (kami) disini maksudnya malaikat dan benar malikat lebih dekat
dengan urat nadi dan kita tidak melihat.

Bagaimana cara berdo'a dengan nama-nama Allh?

Berdo'a dengan nama-nama Allh, kata Allh:

_"Allh memiliki nama-nama yang indah maka berdo'alah dengan-Nya."_

(QS Al A'rf: 180)

Maksudnya, kita berdo'a dengan menyebutkan yang sesuai dengan keinginan (hajat) kita.

Misalnya:

Kita ingin meminta rejeki, kita bilang:

"Y Razaq, urzuqni."

_Wahai pemberi rejeki, berilah rejeki kepadaku._

Kita mengatakan:

"Y Ghafar (Wahai Yang Maha Pengampun), ampunilah aku."

Kita mengatakan:

"Y Qawy (Wahai Yang Maha Kuat), tolonglah aku, hancurkanlah musuh-musuhku."

Jadi kita meminta sesuai dengan nama-nama Allh.

!73
Maka tidak nyambung tatkala kita mengatakan:

"Y Qawy (Wahai Yang Maha Kuat, Maha Perkasa), ampunilah aku."

Atau:

"Y Razaq (Yang Maha Pemberi Rejeki), ampunilah aku."

Tidak nyambung.

Akan tetapi kalau kita mengatakan:

"Y Allh Yang Maha Pengampun, ampunilah aku."

Maka ini nyambung.

Bukan kita mengatakan, "Y Latief" sampai 1000 kali, ini tidak benar. Tidak ada contoh dari
Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam.

Kita menyebut sebagai pengagungan tetapi tidak perlu sampai 1000 kali tetapi kita
renungkan makna-maknanya.

Apakah kegagalan dan kesuksesan manusia di dunia merupakan kehendak Allh


walaupun manusia telah menggunakan akalnya dengan maksimal?

Seluruh yang terjadi di alam semesta ini adalah kehendak Allh Subhnahu wa Ta'la.

Namun kita tidak tahu bagaimana nanti yang Allh kehendaki.

Maksiat yang terjadi kerusakan yang terjadi semua tidak ada yang keluar dari kehendak Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Adanya Ibls dan syaithn pun menjadi kehendak Allh Subhnahu wa Ta'la.

Tapi tidak boleh seorang berdall mengatakan:

"Untuk apa saya berbuat baik bila saya ditakdirkan masuk neraka Jahannam?"

Saya bilang, tidak boleh anda mengatakan demikian, karena anda tidak tahu.

Kalau anda pernah naik ke Lauhil Mahfzh, anda pernah tenggok anda di neraka Jahannam
maka tidak apa-apa anda berbuat maksiat sekarang ini.

Tetapi anda tidak tahu, nanti anda di neraka atau tidak.

Maka, untuk apa anda memvonis diri anda di neraka?

Anda berjalan saja, anda berusaha.

!74
Yang jelas, Allh memberi kita pilihan.

Kita boleh memilih atau tidak? Boleh.

Anda mau makan atau tidak? Anda bisa memilih.

Makanan apa yang anda sukai, anda bisa memilih.

Kalau anda terpaksa, maka tidak ada hukumnya.

Ada orang terpaksa diseret, digeret disuruh maka sesuatu misalnya, atau dipaksa untuk
berzina atau untuk membuka auratnya, ini di luar kemampuan dia.

Dia tidak akan mendapat apa-apa, dia tidak akan berdosa.

Akan tetapi banyak perkara yang kita bisa memilih.

Mendengar dzn Subuh mau tidur lagi atau bangun shalt terserah kita.

Mau shalt di masjid atau tidak, itu terserah kita.

Mau mencari kerja atau tidak, itu terserah kita.

Kita bisa memilih.

Jangan kita mengatakan, "Kalau Allh sudah taqdirkan, kita tidak perlu berusaha."

Tidak boleh kita katakan seperti ini!

Sekarang kalau anda mau makan, anda pergi ke warung atau tidak? Tentu anda harus
kewarung. Coba kalau anda duduk saja tidak usah pergi ke warung, kan tidak mungkin.

Seseorang tidak tahu taqdir dia seperti apa nanri dan tidak ada yang tahu.

Oleh karenanya kita menjalankan apa yang yang ada dihadapan kita. Masalah taqdir kita
serahkan kepada Allh Subhnahu wa Ta'la.

Kurang lebihnya saya mohon maaf.


______________________

Donasi *Program Dakwah Islam* Cinta Sedekah & Bimbingan Islam ;

http://cintasedekah.org/program-cinta-sedekah/

*INFAQ*

!75
Bank Syariah Mandiri (Kode Bank 451)
7814 5000 17
a.n Cinta Sedekah Infaq

Konfirmasi transfer : http://cintasedekah.org/konfirmasi


-------------------------------

!76

You might also like