You are on page 1of 54

CASE REPORT

TINGGINYA ANGKA KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BARU


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK
PERIODE JANUARI MEI 2015
DENGAN PENDEKATAN HL BLUM

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi
Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh :
Taufan Iqbal WL 01.209.6032
Citta Arunika R 01.210.6112
Hana Tyas Mustikawati 01.210.6171
Muhammad Ulil Albab 01.210.6228
Syarifa Tris Hidayanti 01.210.6282

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN

TINGGINYA ANGKA KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BARU


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK
PERIODE JANUARI MEI 2015
DENGAN PENDEKATAN HL BLUM
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Taufan Iqbal WL 01.209.6032
Citta Arunika R 01.210.6112
Hana Tyas Mustikawati 01.210.6171
Muhammad Ulil Albab 01.210.6228
Syarifa Tris Hidayanti 01.210.6282

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Genuk Kota Semarang.
Semarang, Juni 2015

Disahkan Oleh:
Pembimbing Kepala Puskesmas Genuk

dr. Syiska Maolana dr. Reni Ervina

Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Dosen Penguji
Ilmu Kesehatan Masyarakat

Siti Thomas Z, S.KM. M.Kes. dr. Kristanto Muliana

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kasus Tingginya Angka Kejadian Tuberkulosis Paru Baru di Wilayah
Puskesmas Genuk Periode Januari Mei 2015
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil
kunjungan TB Periode Januari-Mei 2015 di Puskesmas Genuk.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Reni Ervina, selaku Kepala Puskesmas Genuk.
2. dr. Syiska Maolana selaku pembimbing Kepanitraan IKM di Puskesmas Genuk
yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Genuk,
Semarang.
3. dr. Rahmi selaku pembimbing Kepanitraan IKM di Puskesmas Genuk yang
telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Genuk,
Semarang.
4. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Genuk atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus Laporan Kasus
Tingginya Angka Kejadian Tuberkulosis Paru Baru di Wilayah Puskesmas
Genuk Periode Januari Mei 2015 dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juni 2015
Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (DepKes
RI, 2008). TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. WHO memperkirakan sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB Paru. Hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya jumlah penderita TB Paru yang ditemukan di masyarakat
dan sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB Paru merupakan
kedaruratan global bagi kemanusiaan (Fishman, 2008). Kuman tersebut
masuk tubuh melalui udara pernafasan yang masuk ke dalam paru, kemudian
kuman menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas atau penyebaran langsung
ke tubuh lainnya (DepKes RI, 2008). Penularan tuberkulosis dari penderita
TB paru BTA positif mengeluarkan kumankuman keudara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. (Hiswani, 2009).

Setelah sebelumnya berada di peringkat 3 dengan prevalensi TB Paru


tertinggi setelah India dan Cina, berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2007
peringkat Indonesia turun ke peringkat 5 dengan prevalensi TB Paru tertinggi
setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria. Di seluruh dunia, TB Paru
merupakan penyakit infeksi terbesar nomor 2 penyebab tingginya angka
mortalitas dewasa sementara di Indonesia TB Paru menduduki peringkat 3
dari 10 penyebab kematian dengan proporsi 10% dari mortalitas total.4
Angka insidensi semua tipe TB Paru Indonesia tahun 2010 adalah 450.000

4
kasus atau 189 per 100.000 penduduk, angka prevalensi semua tipe TB Paru
690.000 atau 289 per 100.000 penduduk dan angka kematian TB Paru 64.000
atau 27 per 100.000 penduduk atau 175 orang per hari (Kompas, 2011).

Angka kejadian TB paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010


sebesar 107/100.000 penduduk, dan persentase kasus TB paru yang dapat
disembuhkan sebesar 89,3%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2028 akan
turun sesuai dengan target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk) (Dinkes
Propinsi Jateng, 2010). Temuan kasus tuberkulosis paru di Jawa Tengah
hingga tahun 2011 mencapai 20.623 kasus yang tersebar dalam tiga lembaga
yaitu puskesmas sebanyak 28.003 kasus, rumah sakit sebanyak 3.607 kasus
dan BKPM/BP4 sebanyak 2.013 kasus. Data di kota Semarang tahun 2011,
kejadian kasus suspect TB paru sebanyak 28.001 kasus, sedangkan TB paru
BTA positif sebanyak 989 kasus (Dinkes Kota Semarang, 2011).

Penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan


penularan TB Paru adalah isolasi dahak (Istirochah, 2002). Penelitian lain
dilakukan oleh Suwarsa ( 2001 ), diperoleh kesimpulan bahwa salah satu
variabel yang berhubungan dengan kejadian TB paru BTA Positif adalah
keeratan. Menurut penelitian Susilowati (2010), diperoleh kesimpulan bahwa
faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru: riwayat tidur sekamar
beresiko 3,839 kali lebih tertular TB dan isolasi dahak yang tidak baik dari
penderita TB bagi orang serumah beresiko 9,240 kalinya, dan sedang yang
tidak bermakna lama kontak dengan penderita TB. Berdasarkan penelitian di
atas, isolasi dahak merupakan salah satu faktor terpenting yang harus dikaji
lebih lanjut untuk mencegah proses penyebaran atau penularan kuman pada
anggota keluarga.

Berdasarkan data rekapitulasi kasus TB di Puskesmas Genuk, pada


tahun 2013 tercatat penderita TB dengan BTA(+) sebanyak 27 kasus, TB
dengan BTA(-) sebanyak 16 kasus, dan TB pada anak sebanyak 16 kasus.
Pada tahun 2014 tercatat penderita TB dengan BTA(+) sebanyak 28 kasus,

5
BTA(-) sebanyak 5 kasus, dan TB pada anak sebanyak 13 kasus.Dari
sejumlah 28kasus TB dengan BTA(+) terdapat 4 kasus diantaranya
merupakan kasus kambuh. Target pencapaian penemuan kasus TB BTA(+)
di Puskesmas Genuk adalah sebesar 30 kasus pada tahun 2014. Pada tahun
2015bulan januari juni tercatat penderita TB dengan BTA(+) sebanyak 5
kasus, BTA(-) sebanyak 5 kasus, dan TB pada anak sebanyak 7 kasus
Sehingga didapatkan angka case detection rate(CDR) di Puskesmas Genuk
pada tahun 2014 adalah sebesar 90%. Dimana CDR Nasional 100%
sebanyak 30 kasus BTA(+). CDR Provinsi Jawa Tengah kasus TB BTA+
sebesar 75% sedangkan CDR Kota Semarang kasus TB BTA(+) sebesar
65%. Masih tingginya angaka TB di daerah Genuk ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor baik lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
maupun permasalahan kependudukan.
Dari uraian di atas, penulis bermaksud ingin mengetahui faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Genuk dengan pendekatan H.L. Blum.

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum :
Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penemuan penyakit Tuberkulosispada Tn. K berdasarkan pendekatan
H.L. Blum.

1.2.2. Tujuan khusus


- Untuk memperoleh informasi mengenai faktor faktor seperti faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
genetik yang mempengaruhi terjadinya penyakit Tuberkulosis pada
Tn. K.
- Untuk membantu penyembuhan penyakit Tuberkulosis pada Tn. K.
- Untuk mencegah penularan penyakit Tuberkulosis ke keluarga
maupun orang lain.

6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan


oleh Mycobacterium tuberculosis (Depkes, 2007). Kuman batang aerobik dan
tahan asam ini, merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian
besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet
yang berisikan organisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi (Price
dan Wilson, 2004).Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya

2.2 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan

1. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan

Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan


itu penting untuk menunjang program-program kesehatan lain, tetapi pada
kenyataannya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Program-
program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan,
meskipun ada tetapi kurang efektif. Argumentasi yang dikemukakan untuk
hal ini adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan tidak jelas
memperlihatkan hasilnya. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak
segera membawa manfaat bagi masyarakat, yang dapat dengan mudah dilihat
atau diukur, karena pendidikan adalah behavior investment jangka panjang.
Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun
kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan
kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan
masyarakat, sedangkan peningkatan pengetahuan saja, belum berpengaruh
langsung terhadap indikator kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan
berpengaruh kepada perilaku, sebagai hasil jangka menengah (intermediate
impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan

8
berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program
kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung
memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan. Menurut
H.L. Blum di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara yang sudah maju.
Menurut penelitian (Putri, 2012) Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang
bermakna terhadap perubahan pengetahuan (P=0,000)penderita TB Paru tentang
pencegahan penularan TB Paru.

HL.Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang


paling besar terhadap status kesehatan, dan berturut-turut disusul oleh
perilaku, memberikan andil nomor dua, dan keturunan mempunyai andil yang
paling kecil terhadap suatu kesehatan (Notoatmodjo,2002).

Bagaimana proporsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status


kesehatan dinegara-negara berkembang terutama di Indonesia, belum ada
penelitiannya. Bila dilakukan penelitian, mungkin perilaku mempunyai
kontribusi yang lebih besar. Meskipun variabel ekonomi di sini belum
mewakili seluruh variabel lingkungan, tetapi paling tidak pengaruh perilaku
lebih besar daripada variabel lain.

Selanjutnya Green dan Marshall (2005) menjelaskan bahwa perilaku


itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni : faktor-
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung
(enabling factor) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong
(reinforcing factor). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai faktor
usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok
tersebut. Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat.
Beberapa komponen yang termasuk faktor predisposisi yang berhubungan
langsung dengan perilaku, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-
nilai, dan menyadari kemampuan dan keperluan seseorang atau masyarakat

9
terhadap apa yang dilakukannya. Hal ini berkaitan dengan motivasi dari
individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu tindakan , (Green dan
Marshall, 2005).

Pada umumnya, faktor enabling memudahkan penampilan seseorang


atau masyarakat untuk melakukan suatu tindakan. Faktor ini meliputi
sumber-sumber daya pelayanan kesehatan dan masyarakat yaitu ketersediaan,
kemudahan, dan kesanggupan. Termasuk juga keadaan fasilitas orang untuk
bertindak seperti ketersediaan transportasi atau ketersediaan program
kesehatan. Faktor enabling juga meliputi keterampilan orang, organisasi, atau
masyarakat untuk melaksanakan perubahan perilaku, (Green dan. Marshall,
2005). Faktor enabling menjadi target langsung dari organisasi masyarakat
atau perkembangan organisasi dan intervensi training dalam suatu program
dan terdiri dari somber daya dan keahlian baru yang diperlukan untuk
melakukan tindakan kesehatan dan tindakan kemasyarakatan yang diperlukan
untuk mengubah lingkungan. Sumber daya meliputi organisasi, individu dan
kemudahan dari fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah dan klinik. Keahlian
kesehatan perorangan seperti pendidikan kesehatan sekolah, merupakan
tindakan kesehatan khusus. Keahlian dalam rnempengaruhi masyarakat,
digunakan untuk tindakan sosial dan perubahan masyarakat dalam melakukan
tindakan kesehatan, (Green dan Marshall, 2005). Menurut Notoatmodjo (2005),
faktor enabling adalah faktor pemungkin atau pendukung seperti fasilitas,
sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor reinforcing adalah konsekuensi
dari determinan perilaku, dengan adanya umpan balik (feedback ) dan
dukungan sosial. Faktor reinforcing meliputi dukungan sosial, pengaruh dan
informasi serta feedback oleh tenaga kesehatan. Dalam pengembangan
program kesehatan, sumber daya yang mendukung sangat tergantung pada
tujuan dan jenis program. Dalam program kesehatan kerja, sumber daya manusia
adalah pekerja, supervisor, pemimpin; dan anggota keluarganya dapat menjadi
penguat program. Dalam perencanaan perawatan pasien, sebagai penguat

10
(reinforcement) adalah perawat pasien, dan anggota keluarganya, (Green dan
Marshall 2005). Reinforcing dapat positif atau negatif, tergantung dari sikap
dan perilaku orang di dalam lingkungannya (Green dan Marshall, 2005).

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku sehat seseorang didasarioleh pengetahuan, kesadaran dan sikap


yangpositip. Perilaku yang didasari olehpengetahuan, kesadaran dan sikap
posistipakan bersifat langgeng. Pengetahuan klienTBC tentang penyakitnya,
kesadaran untuksembuh dari penyakitnya merupakan dasarklien berperilaku
mencegah dan patuhterhadap pengobatan (Notoatmodjo, 1993).Sehingga bila
klien memahami tentangpenyakit TBC dan perilaku pencegahan yangharus
dilakukan serta patuh terhadappengobatan, maka kesembuhan klien untuksembuh
menjadi sangat besat.

Struktur perilaku
a. Komponen kognitif
komponen kognitif merupakan bentuk dari kepercayaan yang di miliki
individu.Contoh : kepercayaan seseorang dalam menangani TBC
b. Komponen Afektip
Komponen ini menyangkut aspek emosional. Contoh: tingkat emosi
seseorang dalam menyikapi terjadinya TBC
c. Komponen Piskomotor
Aspek kecendrungan berperilaku sesuai dengan sikap yang di miliki
seseorang. Contoh : melihat orang dalam mencegah TBC
Faktor yang mempengaruhi Perilaku
1. Internal
Factor dari diri sendiri yang menyikapi tentang penanggulangan TBC.
Contoh : kita yang menanggapi tentang perilaku terhadap TBC
2. Eksternal
Lingkungan sekitar manusia akan mendorong seseorang dalam berperilaku.
Contoh: jangan meludah di sembarangan tempat dan pada saat bersin harus

11
tutup mulut
Klasifikasi Perilaku Kesehatan
1. Perilaku hidup sehat
Perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang dalam
mempertahankan agar penyakit TBC tidak menular ke orang lain.
Contoh : orang yang terkena TBC agar jangan meludah di sembarangan
tempat dan pada saat bersin harus tutup mulut
2. Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyaki TBC
Contoh : orang yang terkena TBC, dia berpikir bagai mana agar mendapatkan
kesehatan dan bagai mana agar dia tidak terkena penyakit TBC.
(Notoatmodjo. S, 2003).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Prisca,2012) terdapat hubungan
yang signifikan antara perilaku dengan angka kejadian TBC OR = 2,2, p =
0,004.

3. Lingkungan Perumahan

Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam menentukan


terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam
proses terjadinya penyakit. Secara garis besar lingkungan perumahan terdiri dari
lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan fisik perumahan berpengaruh
terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan
biologis dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik meliputi udara, kelembaban,
air, pencemaran udara, pencahayaan, ventilasi rumah, dan lain sebagainya.

4. Ventilasi

Ventilasi adalah suatu usaha untuk memelihara kondisi atmosphere


yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia di dalam rumah.
Atmosphere yang ideal adalah bila udaranya kering tapi sejuk dan sirkulasi
gerakan angin yang terus menerus. Inilah sebenarnya fungsi ventilasi,
menyediakan udara segar dan melenyapkan udara yang jenuh dan tidak ada

12
sangkut pautnya dengan kondisi khemis. Sirkulasi udara berkaitan dengan
masalah ventilasi. Untuk itu luas ventilasi alamiah yang permanen
seharusnya dirancang 10% dari luas lantai (Depkes RI, 1999).

Penelitian yang dilakukan Sumarjo (2004) di Kabupaten Banjarnegara


mendapatkan bahwa ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian TB paru
dengan nilai OR = 6,176, p = 0,003.

5. Tata Ruang dan Kepadatan Hunian

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai


fungsinya. Penentuan bentuk, ukuran dan jumlah ruangan perlu memperhatikan
standar minimal jumlah ruangan. Sebab rumah tinggal harus mempunyai
ruangan yaitu kamar tidur, kamar tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi dan
kakus.

Studi terhadap kondisi rumah menunjukkan hubungan yang tinggi


antara koloni bakteri dan kepadatan hunianper meter persegi sehingga efek
sinergis yang diciptakan sumber pencemar mempunyai potensi menekan
reaksi kekebalan bersama dengan terjadinya peningkatan bakteri patogen
dengan kepadatan hunian pada setiap keluarga. Dengan demikian bakteri
TBC dirumah penderita TB paru semakin banyak, bila jumlah penghuni
semakin banyak jumlahnya. Jadi ukuran rumah yang kecil dengan jumlah
penghuni yang padat serta jumlah kamar yang sedikit akan memperbesar
kemungkinan penularan TB paru melalui droplet dan kontak langsung.

Untuk menilai kepadatan penghuni dalam rumah, konsep dari


Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT. UI, 1998) menggunakan luas rumah
per penghuni yang dibedakan dalam 5 kategori yaitu = 3,9m2/orang, 4-5
m2/orang, 5-6,9m2/orang, 7-8m2/orang dan =9m2/orang. Depkes RI (1999)
menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang tidur.

13
Penelitian Daryatno tahun 2000 di Semarang mendapatkan bahwa
kepadatan hunian ada kaitan dengan kejadian tersangka TB paru. Penelitian
yang dilakukan Sugiharto tahun 2004 juga menemukan bahwa ada hubungan
kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian TB paru dengan nilai OR =
3,161, 0 = 0,001.

6. Lantai Rumah dan Kelembaban


Kualitas tanah pada perumahan harus memenuhi syarat sebagai
berikut: a) timah hitam (Pb) maksimal 300 mg/kg, b) arsenik total maksimal
100 mg/kg, c) cadmium (Cd) maksimal 20 mg/kg dan Benzo pyrene maksimal
1 mg/kg (Depkes RI, 1999).
Komposisi tanah tergantung kepada proses pembentukan, iklim, jenis
tumbuhan yang ada, suhu, air yang ada. Tanah merupakan sumber daya alam yang
mengandung bahan organik dan anorganik yang mampu mendukung hara dan
air yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis pakai (Modul Kuliah pasca
sarjana, 2005). kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah
adalah 4060 % dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan
adalah< 40 % atau >60 % (Depkes RI, 1989). Bakteri mycobacterium tuberculosa
seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan
kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteridan
merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan kelangsunganhidup sel
bakteri (Gould&Brooker, 2003).Selain itu menurut Notoatmodjo (2003),
kelembaban udara yang meningkat merupakan mediayang baik untuk bakteri-
bakteri patogen termasuk bakteri tuberkulosis.

7. Pencahayaan Ruangan

Bakteri TBC akan mati jika terpapar cahaya matahari secara


langsung memerlukan waktu sekitar 6-8 jam dan cahaya ruangan yang
kurang sekitar 2 7 hari. Sputum yang mengandung bakteri TBC di dalam

14
ruangan yang gelap dapat hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan (Default
dalam Crofton, 2002).

PencahayaanCahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah


merupakankebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan
pengaturancahaya alami dan cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan,
pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.

a. Pencahayaan alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari
kedalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain darirumah
yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini jugamengurangi
kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau seranggalainnya dan
membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar,1996). Suatu cara
sederhana menilai baik tidaknya peneranganalam yang terdapat dalam
sebuah rumah adalah: baik, bila jelasmembaca dengan huruf kecil, cukup;
bila samar-samar bilamembaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar
yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
b. Pencahayaan buatan
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan,
sepertilampu minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Azwar, 1996).

15
LINGKUNGAN
Ventilasi rumah : dirancang 10 % dari luas lantai.
Luas kamar : minimal 8 m2 untuk 2 orang dan tidak digunakan lebih dari 2 orang
Kelembaban udara : memenuhi syarat kesehatan dalam
rumah adalah 4060 % dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan
adalah< 40 % atau >60 %
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

PELAYANAN
GENETIKA KESEHATAN
Penyakit TB Paru
bukan merupakan Penyuluhan terhadap
penyakit keturunan Penderita penderita TB maupun
melainkan penyakit keluarganya mengenai
infeksi yang TBC penyakit TB
disebabkan oleh PMO harus diberikan
bakteri pengetahuan mengenai
Mikobakterium pengobatan TB
tuberkulosa. Ketersediaan obat TB
dipuskesmas terdekat.

PERILAKU

Tidak meludah disembarangan tempat dan pada saat bersin harus menutup mulut
Minum obat secara teratur
Menjaga kebersihan diri, kamar dan rumah .

16
BAB III

STATUS PRESENT

3.1. Cara dan Waktu Pengamatan


Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati
kondisi lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di Desa
Terboyo Kulon Rt 02/ Rw. 11 pada tanggal 29 Mei 2015.
3.2. Analisa Situasi
2.2.1. Data Wilayah
Batas Wilayah Puskesmas Genuk
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Laut Jawa
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Gayamsari
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Bangetayu
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Sayung (Kab Demak)
2.2.2. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Genuk adalah 15083,02
km2, dengan jumlah penduduk 43.737 jiwa. Jumlah kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Genuk adalah 7 (tujuh) kelurahan.
Puskesmas Induk Genuk mempunyai 2 Puskesmas Pembantu
yaitu Pustu Gebangsari dan Pustu Muktiharjo Lor.
No. Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(km2) RT RW KK Penduduk
1 Genuksari 2445 75 9 2706 14.712
2 Banjardowo 3241.62 47 8 1819 8.337
3 Trimulyo 3323.64 20 4 884 7.100
4 Terboyo wetan 2425.9 8 2 286 1.430
5 Gebangsari 497.99 57 11 1657 7.100
6 Muktiharjo Lor 1172.86 22 5 1235 4.452
7 Terboyo Kulon 1976.01 6 2 172 609

17
JUMLAH 15083.02 235 41 8.759 43.737
RTP Puskesmas, 2014

3.3. Identitas Pasien

Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara


dengan pasien dan keluarga pasien beserta catatan medik selama pasien
berobat.

3.3.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Tn. K
JenisKelamin : Laki-laki
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Penjual makanan
Alamat : Terboyo Kulon Rt 02/ Rw. 11
Tanggal mulai pengobatan : 18 April 2015
Keluhan utama pasien : Batuk berdahak kurang lebih 1 bulan
Riwayat penyakit sekarang
Pada kunjungan pertama tanggal 10 April 2015 Pasien datang ke
Puskesmas Genuk mengeluh batuk kurang lebih sejak 1 bulanan yang lalu,
keluhan batuk keluar dahak terus menerus tetapi tidak sampai
mengeluarkan darah. Pasien mengeluh sering merasa kepanasan dan
mengeluarkan keringat dingin pada malam hari. Pasien juga mengeluh
nafsu makan berkurang sehingga badan menjadi lebih kurus dari
sebelumnya dan sering merasa lelah. Pasien mengeluh, tenggorokan terasa
sangat gatal, rasa sesak di dada dan dada terasa sakit, terutama saat batuk.
Pasien mengaku sebelumnya bertemu dengan pedangan di pasar yang
mengalami batuk lama, pasien sering pergi kepasar untuk berbelanja
kebutuhan berjualan dan ketika pasien mulai mengeluh batuk, pasien

18
disarankan untuk memeriksakan batuknya ke BKIM. Setelah datang ke
puskesmas pasien disuruh untuk ke BKIM untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan
Pada kunjungan ke kedua tanggal 12 April 2015 pasien masih
dengan keluhan yang sama. Datang ke BKIM untuk melakukan tes dahak
dan foto rontgen paru.

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat keluhan batuk lama : tidak ada riwayat
Riwayat rawat inap : tidak ada riwayat
Riwayat alergi obat dan makanan : tidak ada riwayat
Riwayat hipertensi : tidak ada riwayat
Riwayat diabetes mellitus : tidak ada riwayat
Riwayat penyakit keluarga
Lingkungan keluarga pasien tidak ada yang mengalami riwayat batuk
lama.
Riwayat sosial
Lingkungan tetangga pasien tidak ada yang mengalami riwayat batuk
lama.
Lingkungan tempat pasien berinteraksi (di pasar) ada yang mengalami
riwayat batuk lama.
3.3.2 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 29 Mei 2015 pukul 15.00 WIB
3.3.2.1. Kesadaran dan Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Baik, pasien tampak kurus
Status Gizi Berat badan : 53 kg
Tinggi badan : 164 cm
BMI : 19,7 (Kategori nornal)
3.3.2.2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/90 mmHg

19
b. Nadi
Frekuensi : 88x/menit
Irama : Reguler
Isi & Tegangan : Cukup
Ekualitas : Ekual
c. Laju Pernapasan : 20x/menit
d. Suhu : 36,8 oC (per aksilla)
e. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
3.3.2.3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesocephale
b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
c. Kulit : Tidak sianosis, Ikterus (-), Petechie (-),
kelembaban cukup,turgor cukup
d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-di tengah,
mata cekung (-/-)
e. Hidung : Epistaksis (-/-),Nafas cuping hidung (-/-),
Discharge (+/+)
f. Telinga : Aurikula dalam batas normal, discharge (-/-)
g. Mulut : Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis
(-), Lidah kotor (-), Tremor (-), lesi (-).
h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (+)
i. Tenggorok : Uvula di tengah,
mukosa faring hiperemis (-),Tonsil T1-T1 tenang.

j. Thorak : Bentuk normochest, retraksi (-),nyeri tekan (-)


gerakan simetris kanan-kiri.
PULMO
Inspeksi
Statis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra

20
Dinamis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
Palpasi : Sterm Fremitus dextra sama dengan sinistra
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD Vesikuler, ST Wheezing (-), Ronkhi (-)

COR
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Pinggang : SIC III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah : SIC V linea sternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC V 2cm medial linea
midclavicula sinistra
Kesan : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Palpasi : Iktus tak teraba, Thrill (-)
Auskultasi :
Frekuensi : 80 x/menit
Irama : Reguler
Bunyi Jantung : BJ I-II reguler
Bising : (-)
k. Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (-)
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel (+), Nyeri Tekan (-),
Defence Muscular (-),
hepar dan lien tidak teraba besar.
l. Genitalia : Laki-laki
m. Anggota Gerak : Atas Bawah
Capillary refill : < 2 < 2
Akraldingin : -/- -/-

21
R. Fisiologis : +/+ +/+
R. Patologis : -/- -/-
3.3.2.4. Pemeriksaan Tambahan
a. Pemeriksaan Dahak SPS (13 April 2015)
hasil : Sewaktu I + (positif 1)
Pagi + (positif 1)
Sewaktu + (positif 1)
b. Foto Thorax :
Infiltrat di lobus atas, tengah dan bawah paru dextra dan
infiltrat di lobus atas dan bawah paru sinistra.
Kesan : TB Paru fase Aktif

3.3.2.5. Diagnosis
Tuberkulosis Paru Aktif Kategori 1.
3.3.2.6. Terapi yang diberikan selama sakit
Tahap intensif (4RHZE) Mulai 18 April 2015
tiap hari selama 56 hari 3 tab 4KDT (RHZE) 150/75/400/275

Tahap lanjutan (2RHZ) Mulai 10 juni 2015


3x Seminggu selama 16 minggu 3 tab 2KDT (RHZ) 150/150
3.3.3 Data Keluarga
No Nama Usia Pendidikan Status Keterangan
(tahun)
1 Bp. K 57 tahun SD Ayah Penderita.

2 Ny. S 52 tahun SD Ibu Tidak ada riwayat batuk


lama
3 NR 28 tahun SMA Anak Tidak ada riwayat batuk
pertama lama
4 NM 16 tahun SMK Anak kedua Tidak ada riwayat batuk
lama
5 N Ro 33 tahun SMK Menantu Tidak ada riwayat batuk
lama

22
6 An. N 8 tahun SD Cucu Tidak ada riwayat batuk
pertama lama

7 An. R 2 tahun - Cucu kedua Tidak ada riwayat batuk


lama

3.3.4 Data Lingkungan


a. Ekonomi
Penderita merupakan seorang penjual makanan dirumahnya dengan
penghasilan Rp 600.000,-- perbulan sebagai tambahan untuk
kebutuhan sehari-hari. Sedangkan kebutuhan utama ditanggung
oleh anak pertamanya.
Penderita bekerja dari jam 09:00 14.00 WIB
b. Lingkungan
Lingkungan luar rumah
Penderita mengaku sebelumnya bertemu dengan pedangan di
pasar yang mengalami batuk lama, pasien sering pergi kepasar
untuk berbelanja kebutuhan berjualan.
Lingkungan dalam rumah
1) Struktur rumah
Hunian ruman memiliki ukuran luas 40 m2 yang dihuni oleh 3
orang. Rumah terbuat dari tembok bata, rumah bertingkat
tetapi lantai dua sedang dalam proses pembangunan, lantai
masih berupa semen plester. Kondisi rumah masih dalam tahap
renovasi. Di dalam satu rumah terdapat 5 ruangan (2 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi).
2) Pencahayaan dan kelembaban
Pencahayaan yang kurang karena luas ventilasi < 10% dari
luas lantai , sehingga ruangan terasa gelap.
3) Sirkulasi udara
Dalam satu rumah terdapat 5 ruangan, tidak semua

23
ruangan memiliki jendela. Hanya terdapat 3 jendela
berukuran 50 cm x 80 cm di kamar tidur dan kamar
mandi. Terdapat 2 pintu keluar di ruang tamu dan dapur.
Namun, jendela dan pintu yang ada di rumah jarang
dibuka terutama pada pagi dan sore hari.
Kamar yang dihuni penderita berukuran 3 m x 2 m, dalam
1 kamar dihuni oleh 1 orang. Di dalam kamar tidak bisa
digunakan untuk membaca karena gelap dan jendela
jarang dibuka dan tidak mengarah keluar rumah . Lantai
masih berupa plester semen.
Lantai atas masih dalam proses pembangunan.
Dapur terletak didepan rumah (tempat berjualan), terdapat
2 pintu, kondisi cahaya terang tetapi penataan peralatan
dapur berserakan.
Di dalam ruang tamu terdapat 1 kasur yang digunakan
sebagai tempat tidur penderita sehari-hari dan beberapa
kursi tamu. Tidak terdapat ventilasi daam ruang tamu
hanya terdapat 1 pintu.
4) Penggunaan bahan inhalasi
Di rumah pasien masih sering menggunakan obat nyamuk
bakar
5) Kondisi lingkungan
Lingkungan rumah termasuk hunian padat penduduk.
Rumah satu dengan rumah yang lainnya saling
berdekatan.
Hanya ada jalan gang seukuran dua sepeda motor.

3.3.5 Data Perilaku


Penderita tidak menutup mulut dan hidung ketika sedang batuk dan
bersin , begitupula saat pasien berinteraksi dengn orang lain yang

24
sedang batuk dan bersin pasien juga tidak menutup hidung dan
mulutnya
Pasien memiliki kebiasaan meludah di sembarang tempat baik didalam
rumah maupin diluar rumah.
Di dalam rumah baarang-barang berserakan, kamar banyak tumpukan
buku-buku, baju kotor tidak diletakkan di tempat yang terpisah hal ini
dapat menyebabkan kuman TB tumbuh dan berkembang di situ.
Pekerjaan rumah tangga tidak bisa dilakukan oleh istri penderita
karena mengalami kelumpuhan akibat stroke.

3.3.6 Data Pelayanan Kesehatan


Akses pelayanan terdekat dengan rumah penderita adalah Puskesmas
Genuk dengan jarak tempuh 4 km dengan lama 15 menit. Cara
tempuh dengan menggunakan angkutan umum atau sepeda motor.
Dari Puskesmas Genuk sudah memberikan informasi mengenai
penyuluhan tentang Tuberkulosis.
Penanganan TB menggunakan pedoman nasional penanggulangan
tuberkulosis.
Petugas kesehatan sudah memberikan edukasi kepada keluarga
sehingga sehingga keluarga dan PMO mengetahui peranannya.

3.3.7 Data Genetika/ Kependudukan


Tidak didapatkan data tentang genetik yang berhubungan dengan TB
paru karena penyakit TB paru bukan merupakan penyakit genetika.

25
DIAGRAM KELUARGA TN. K

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal 1 rumah

26
BAB IV

ANALISA/PEMBAHASAN

Berdasarkan pendekatan HL Blum, didapatkan data bahwa lingkungan,


perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika/kependudukan dapat mempengaruhi
terjadinya TBC. Lingkungan dengan pencahayaan dan sirkulasi yang kurang
dimana ventilasi kurang darri 10 % luas lantai sangat berhubungan dengan
terjadinya Tb paru. Bakteri TBC akan mati jika terpapar cahaya matahari
secara langsung dengan waktu sekitar 6-8 jam dan cahaya ruangan yang
kurang sekitar 2 7 hari. Sputum yang mengandung bakteri TBC di dalam
ruangan yang gelap dapat hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Kenyataan yang kami temukan di umah pasien memiliki pencahayaan dan
sirkulasi yang kurang. Rumah pasien sedang mengalami renovasi atap dan
dinding sehingga banyak debu yang ditemui disana, dimana rumah yang tidak
bersih dapat menjadi medium yang baik untuk mikroorganisme penyebab TBC.
Mikroorganisme penyebab TBC dapat tumbuh dan berkembang biak dengan
sangat baik pada lingkungan yang kotor. Kepadatan penghuni rumah 3 orang/ 40
m2 , dan masing- masing kamar tidur berukuran 2mX3m, tiap kamar dihuni oleh 1-
2 orang. Hal ini sudah sesuai dengan standar kepadatan hunian rumah yang
digunakan. Faktor lingkungan lain yang ikut berperan pada pasien ini adalah
riwayat kontak langsung dengan seseorang yang mengalami batuk lama di
lingkungan kerjanya yang sudah terdiagnosa TB Paru BTA positif. TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari
penderita TB paru dengan BTA negative (Depkes, 2007)
Selain faktor lingkungan , faktor perilaku juga berpengaruh terhadap
kejadian TBC. Pada pasien saat batuk dan bersin tidak menutup hidung dan
mulutnya begitupula saat pasien berinteraksi dengn orang lain yang sedang batuk
dan bersin pasien juga tidak menutup hidung dan mulutnya padahal seperti yang
kita tahu bahwa penularan terjadi pada waktu penderita TB paru batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman bakteri ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Pasien memiliki kebiasaan meludah sembarangan padahal

27
droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam, orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
ke dalam pernapasan, kebiasaan lain yang dilakukan pasien adalah menggantung
baju disembarang tempat (di dalam dan di luar kamar), di dalam kamar banyak
tumpukan buku-buku, baju kotor tidak diletakkan di tempat yang terpisah hal ini
dapat menyebabkan kuman TB tumbuh dan berkembang di situ.
Dari faktor pelayanan kesehatan kami tidak menemukan adanya masalah
yang berpengaruh terhadap kejadian TB pada pasien ini..
Dari faktor genetika/kependudukan tidak didapatkan adanya masalah,
karena TB bukan merupakan penyakit yang diturunkan secara genetic.

28
3.3 HL BLUM
Diagram HL. Blum

LINGKUNGAN
a. Pencahayaan dan sirkulasi yang kurang, dimana ventilasi kurang darri 10 % luas lantai.
b. Rumab berdebu,karena sedang mengalami renovasi atap dan dinding
c. Riwayat kontak dengan pasien TB BTA positif di lingkungan kerja.

GENETIKA/ Penderita PELAYANAN


KEPENDUDUKAN KESEHATAN
TBC
Tidak ada masalah
Tidak ada keterkaitan
penyakit dengan genetika

PERILAKU
a. Tidak menutup hidung dan mulut saat batuk maupun bersin dan tidak pula menutup
hidung dan mulut saat orang laian batuk maupun bersin.
b. Meludah sembarangan.
c. Meletakkan baju dan tumpukan buku di dalam kamar.

29
Daftar Penyebab Masalah

1. Pencahayaan dan sirkulasi yang kurang


2. Rumab berdebu
3. Riwayat kontak dengan pasien TB BTA positif
4. Tidak menutup hidung dan mulut saat batuk maupun bersin dan tidak
pula menutup hidung dan mulut saat orang laian batuk maupun bersin.
5. Meludah sembarangan.
6. Meletakkan baju dan tumpukan buku di dalam kamar.

Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab masalah yang teridentifikasi selanjutnya dilakukan prioritas


penyebab masalahnya dengan menggunakan Hanlon Kualitatif dengan 3
kelompok criteria:

Table 4.1 Kriteria Urgency

NO 1 2 3 4 5 6 TH
1 - + + - - 2
2 + + + + 4
3 + - - 1
4 - + 1
5 - 0
6 0
TH 0 `1 0 0 3 3
TV 2 4 1 1 0 0
Total 2 5 1 1 3 3

30
Table 4.2 Kriteria Seriousness

NO 1 2 3 4 5 6 TH
1 - - - - - 0
2 + + - - 2
3 - - - 0
4 - + 1
5 + 0
6 0
TH 0 1 1 2 4 3
TV 0 2 0 `1 0 0
Total 0 3 1 3 1 3

Table 4.3 Kriteria growth

NO 1 2 3 4 5 6 TH
1 + - - + + 3
2 - - + + 2
3 + - - 1
4 + - 1
5 - 0
6 0
TH 0 0 2 2 1 3
TV 3 2 1 `1 0 0
Total 3 2 3 3 1 3

Table 4.4 Urutan Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab masalah U S G Total Prioritas

1 2 0 3 5 1V

2 5 3 2 10 1

31
3 1 1 3 5 VI

4 1 3 3 7 111

5 3 1 1 5 V

6 3 3 3 9 I1

Daftar Prioritas Penyebab Masalah:

1. Rumab berdebu
2. Meletakkan baju dan tumpukan buku di dalam kamar
3. Tidak menutup hidung dan mulut saat batuk maupun bersin dan tidak
pula menutup hidung dan mulut saat orang laian batuk maupun bersin.
4. Pencahayaan dan sirkulasi yang kurang
5. Meludah sembarangan.
6. Riwayat kontak dengan pasien TB BTA positif.

Dari hasil pemilihan penyebab masalah tersebut, maka kelompok kami


melanjutkan untuk menentukan kegiatan sebagai solusi terhadap Pasien.

32
BAB V

SARAN

5.1 Saran Kepada Keluarga


5.1.1 Faktor Perilaku
a. Membersihkan kamar dan menjemur kasur, bantal serta
guling agar tidak lembab maksimal 1 bulan sekali.
b. Membiasakan anggota keluarga untuk sealu hidup bersih
dan sehat.
c. Tidak menggantung pakaian dikamar tidur (jika kotor
langsung dicuci, disetrika dan langsung masuk lemari
pakaian)
d. Menggunakan masker
e. Membuang dahak pada tempatnya (tempat sampah tertutup
atau toilet)
f. Rajin membuang sampah di tempat pembuangan sampah
5.1.2 Faktor lingkungan
a. Membuat atau menambahkan jendela sebagai ventilasi

5.2 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


5.2.1 Implementasi Oleh Keluarga
5.2.1.1 Implementasi Saran yang Dilakukan Oleh Keluarga
i. Menggunakan masker penutup
ii. Membuang dahak pada tempatnya (tempat sampah atau
toilet)
iii. Membiasakan anggota keluarga untuk selalu hidup bersih
dan sehat.
iv. Membersihkan kamar dan menjemur kasur agar tidak
lembab
v. Membersihkan rumah minimal 2x sehari (pagi-sore)

33
5.2.2 Evaluasi dan Kendala
5.2.2.1 Kamar dirapihkan, namun kasur, bantal dan guling belum
dijemur.
5.2.2.2 Rumah dibersihkan setiap hari 1x sehari (sore).
5.2.2.3 Anak pasien dapat membantu pasien dalam kesembuhannya
dengan mengawasi minum obat pasien.
5.2.2.4 Pasien tidak menggunakan masker karena jika menggunakannya
merasa tidak nyaman/ sulit bernafas oleh karena itu petugas
harus mengingatkan pasien/ anggota keluarga yang lain untuk
menggunakan masker
5.2.2.5 Menurut pasien, pasien sudah jarang batuk dan jarang
menghasilkan dahak. Namun, jika berada dirumah, pasien
membuang dahak sudah pada tempatnya yaitu ditempat sampah
tertutup.

5.3 Implementasi Oleh Puskesmas


5.3.1 Implementasi Saran yang Dilakukan Oleh Puskesmas
5.3.1.1 Memberikan penyuluhan sederhana mengenai penyakit TB
kepada keluarga pasien dan masyarakat sekitar sehingga
masyarakat dapat mengetahui tentang TB mulai dari definisi
yang benar tentang TB, penyebab, cara penularan, dan
pengobatan yang benar untuk penderita TB.
5.3.1.2 Memberikan penyuluhan mengenai PHBS

5.3.2 Evaluasi
5.3.2.1 Setelah dilakukan penyuluhan sederhana pada keluarga pasien,
keluarga pasien tersebut menjadi lebih mengerti tentang TB,
baik definisi, penyebab, cara penularan, serta pengobatannya
serta tentang PHBS. Hal ini terlihat saat Tanya jawab keluarga

34
pasien dapat menjawab mayoritas pertanyaan yang diajukan
dengan benar.
5.3.2.2 Dari hasil evaluasi, sudah tampak perubahan perilaku dan
lingkungan kearah yang lebih baik.

35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan selama kunjungan Perkesmas
pada pasien Tn.K dengan usia 57 tahun mengeluh batuk kurang lebih sejak
1 bulanan yang lalu, keluhan batuk keluar dahak terus menerus tetapi tidak
sampai mengeluarkan darah. Pasien mengeluh sering merasa kepanasan
dan mengeluarkan keringat dingin pada malam hari. Pasien juga mengeluh
nafsu makan berkurang sehingga badan menjadi lebih kurus dari
sebelumnya dan sering merasa lelah. Pasien mengeluh, tenggorokan terasa
sangat gatal, rasa sesak di dada dan dada terasa sakit, terutama saat batuk.
Pasien mengaku sebelumnya bertemu dengan pedagang di pasar yang
mengalami batuk lama, pasien sering pergi kepasar untuk berbelanja
kebutuhan berjualan dan ketika pasien mulai mengeluh batuk, pasien
disarankan untuk memeriksakan batuknya ke BKIM. Setelah datang ke
puskesmas pasien disuruh untuk ke BKIM untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan. Hasil dari pemeriksaan sputum (+ kuman TB) dan hasil rontgen
didapatkan TB paru fase aktif. Pasien juga sudah mendapatkan terapi
untuk TB. Maka dapat diambil kesimpulan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit Tuberkulosis adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan
a) Pencahayaan dan sirkulasi yang kurang
b) Lantai rumah dalam keadaan kotor dan berdebu
karena sedang dalam proses renovasi
c) Membersihkan rumah <2 kali/ hari
2. Perilaku
a) Meletakkan perabot rumah tangga didalam kamar
tidur
b) Tidak menjemur kasur, bantal dan guling
c) Menggantung baju didalam kamar tidur

36
d) Tidak menggunakan masker
e) Berinteraksi dengan orang di pasar yang
kemungkinan kontak dengan penderita TB
f) Buang dahak sembarang tempat
3. Pelayanan Kesehatan
Tidak ada masalah mengenai Pelayanan kesehatan
4. Genetika/ Kependudukan
Tidak ada keterkaitan penyakit Tuberculosis dengan genetika karena
penyebab penyakit adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosa.

37
BAB VII
PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan kasus


TB pada pasien di Puskesmas Genuk. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat
penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun
di masyarakat sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator
sebagai wujud peran serta dalam pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan
dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Genuk.

38
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2002,Pedoman Penanganan Tuberculosis, Direktorat Jenderal Bina


Kesehatan Masyarakat. Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2010, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas),
Jakarta.

Depkes RI, 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan: Tuberculosis, Direktorat


Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Jawa Tengah,
Semarang.

Masrin, 2008. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-


noorainnyg-5672-2-10.bab-i.pdf, diakses tanggal 3 maret 2014

Notoatmodjo, S., 2003, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan, Dalam:


Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2007, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta: PT.
Rineka

Rahajoe N. Beberapa Masalah Penanggulangan Tuberkulosis Anak Dalam


Praktek Sehari-hari. Jakarta.Fak.Kedokteran Universitas Indonesia.1987

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2011.Jakarta.

Puskesmas Pandanaran, 2012, Kinerja Tahun 2011 & Rencana Tingkat


Puskesmas (RTP) Tahun 2012, Semarang.

Somantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan


Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.

39
Lampiran 1. Foto Keadaan Rumah

Sebelum intervensi

sesudah intervensi

Gambar 1: Intervensi Penggunaan Masker

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

40
Gambar 2: Intervensi Kepemilikan Tempat sampah

Lanjutan Lampiran 2. Foto Keadaan Rumah

Gambar 3. Rumah tampak depan

Gambar 2. Ruang tamu

41
Gambar 3. Keadaan lantai

Lanjutan Lampiran 2. Foto Keadaan Rumah

Gambar 4. Jendela kamar

42
Gambar 5. Kamar Pasien

43
Lampiran 2. Lembar informed consent

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Nama :.
2. Umur:..
3. selaku :

Menyatakan bahwa bersedia menjadi responden untuk penyusunan Laporan Kasus


mengenai TBC yang disusun oleh Dokter Muda Fakultas Kedokteran Umum
UNISSULA Semarang. Saya bersedia menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner
dan menerima untuk ditinjau lebih lanjut mengenai lingkungan rumah kami.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Semoga dapat


membantu penyusunan Laporan Case Report ini.

Semarang, Mei 2015

Responden

( )

44
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Pretest

KUESIONER PRE-TEST

Identitas Responden

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

*Diisi dengan disilang pada jawaban yang paling benar (X)

1.apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru ?

a.Tahu

b.Ragu-ragu

c.Tidak tahu.

2. Menurut saudara/saudari apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis Paru ?

a. Penyakit batuk berdahak bercampur darah.

b. Penyakit batuk-batuk akibat merokok.

c. Batuk dengan gatal ditenggorokan

3. Menurut saudara/saudari penyebab penyakit Tuberkulosis Paru adalah :

a. Kuman atau bakteri

b. Debu, asap dan udara kotor

c. Guna-guna.

4. Menurut saudara/saudari bagaimana tanda-tanda / gejala penyakit Tuberkulosis Paru :

45
a. Batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak napas, rasa
nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan.

b. Batuk yang disertai demam.

c. Batuk dengan gatal di tenggorokan.

5. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada anggota


keluarga lain karena :

a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita Tuberkulosis.

b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita Tuberkulosis.

c. Sudah ada dari masih dikandungan

6. Menurut saudara/saudari penularan Tuberkulosis Paru melalui :

a. Udara.

b. Pakaian.

c. Makanan/minuman.

7. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular apabila :

a. Tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru.

b. Tidak tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru.

c. Tidur beramai-ramai.

8. Menurut saudara/saudari cara terbaik untuk menghidari penularan terhadap orang lain
adalah

a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah disembarang


tempat.

b.Tidak meludah disembarang tempat

46
c.Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah disembarang
tempat.

9. Menurut saudara/saudari untuk mencegah penularan penyakit Tuberkulosis Paru


melalui lantai :

a. Tidak meludah sembarangan di lantai, membersihkan dan mendesinfektan


lantai dengan karbol atau pembersih lantai.

b. Tidak meludah dilantai dan membersihkan lantai dengan cara disapu.

c. Tidak tahu.

10.Menurut saudara/saudari bagaimanakah lantai rumah yang baik ?

a. Kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan mudah dibersihkan.

b. Mudah dibersihkan dan tidak licin

c. Terbuat dari keramik.

11. Menurut saudara/saudari apakah luas ruangan tidur 8 m cukup untuk berapa orang :

a. 2 orang dewasa

b. 3 orang dewasa

c. 4 orang dewasa

12. Menurut saudara/saudari apakah fungsi ventilasi ?

a. Tempat keluar masuknya udara segar sehingga ruangan tidak pengap dan
segar.

b. Agar ruangan tidak bau.

c. Sebagai hiasan.

13. Menurut saudara/saudari bagaimana luas ventilasi yang baik ?

a. 10% dari luas lantai.

b. Harus ada disetiap ruangan.

47
c. Hanya di ruang kamar dan depan saja.

14. Menurut saudara/saudari udara yang masuk ke ruangan rumah

a. Harus bersih tidak dicemari oleh asap dari pembakaran sampah atau pabrik,
dari knalpot kenderaan dan debu.

b. Yang penting tidak bau dan tidak pengap.

c. Yang penting udara bisa masuk.

15. Menurut saudara/saudari manfaat sinar matahari pagi terhadap ruangan rumah adalah
:

a. Mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan dan


dapat menghambat perkembang biakan kuman tuberkulosis dan kuman penyakit
lainnya.

b. Untuk penerangan.

c. Tidak ada manfaatnya.

16. Menurut saudara/saudari bagaimanakah pencahayaan alami ruangan yang memenuhi


syarat ?

a. Terang, dapat menerangi seluruh dalam ruangan dan menyebar merata.

b. Terang dan hanya menerangi sebahagian ruangan saja.

c. Remang-remang

17. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat dicegah dengan imunisasi ?

a. Ya dengan imunisasi BCG.

b. Ya dengan imunisasi apa saja.

c. Tidak bisa dicegah dengan imunisasi.

18. Menurut saudara/saudari bagaimana hubungan pengobatan Tuberkulosis Paru dengan


gizi

48
a. Pengobatan Tuberkulosis akan semakin baik dengan gizi yang baik.

b. Pengobatan Tuberkulosis hanya sedikit dipengaruhi oleh gizi yang baik.

c. Tidak ada pengaruh selama makan obat.

19. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan melalui :

a. Pengobatan teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan perubahan


perilaku.

b. Berobat kalau ada waktu.

c. Dibiarkan saja.

Demikian kuesioner ini saya isi dengan sebenar-benarnya.

Semarang, Mei 2015

Responden

( )

Jumlah jawaban benar :


Persentase :

49
Lampiran 4. Lembar kuesioner Posttest

KUESIONER POST-TEST

Identitas Responden

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

*Diisi dengan disilang pada jawaban yang paling benar (X)

1.apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru ?

a.Tahu

b.Ragu-ragu

c.Tidak tahu.

2. Menurut saudara/saudari apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis Paru ?

a. Penyakit batuk berdahak bercampur darah.

b. Penyakit batuk-batuk akibat merokok.

c. Batuk dengan gatal ditenggorokan

3. Menurut saudara/saudari penyebab penyakit Tuberkulosis Paru adalah :

a. Kuman atau bakteri

b. Debu, asap dan udara kotor

c. Guna-guna.

4. Menurut saudara/saudari bagaimana tanda-tanda / gejala penyakit Tuberkulosis Paru :

50
a. Batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak napas, rasa
nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan.

b. Batuk yang disertai demam.

c. Batuk dengan gatal di tenggorokan.

5. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada anggota


keluarga lain karena :

a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita Tuberkulosis.

b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita Tuberkulosis.

c. Sudah ada dari masih dikandungan

6. Menurut saudara/saudari penularan Tuberkulosis Paru melalui :

a. Udara.

b. Pakaian.

c. Makanan/minuman.

7. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular apabila :

a. Tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru.

b. Tidak tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru.

c. Tidur beramai-ramai.

8. Menurut saudara/saudari cara terbaik untuk menghidari penularan terhadap orang lain
adalah

a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah disembarang


tempat.

b.Tidak meludah disembarang tempat

51
c.Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah disembarang
tempat.

9. Menurut saudara/saudari untuk mencegah penularan penyakit Tuberkulosis Paru


melalui lantai :

a. Tidak meludah sembarangan di lantai, membersihkan dan mendesinfektan


lantai dengan karbol atau pembersih lantai.

b. Tidak meludah dilantai dan membersihkan lantai dengan cara disapu.

c. Tidak tahu.

10.Menurut saudara/saudari bagaimanakah lantai rumah yang baik ?

a. Kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, rata dan mudah dibersihkan.

b. Mudah dibersihkan dan tidak licin

c. Terbuat dari keramik.

11. Menurut saudara/saudari apakah luas ruangan tidur 8 m cukup untuk berapa orang :

a. 2 orang dewasa

b. 3 orang dewasa

c. 4 orang dewasa

12. Menurut saudara/saudari apakah fungsi ventilasi ?

a. Tempat keluar masuknya udara segar sehingga ruangan tidak pengap dan
segar.

b. Agar ruangan tidak bau.

c. Sebagai hiasan.

13. Menurut saudara/saudari bagaimana luas ventilasi yang baik ?

a. 10% dari luas lantai.

b. Harus ada disetiap ruangan.

52
c. Hanya di ruang kamar dan depan saja.

14. Menurut saudara/saudari udara yang masuk ke ruangan rumah

a. Harus bersih tidak dicemari oleh asap dari pembakaran sampah atau pabrik,
dari knalpot kenderaan dan debu.

b. Yang penting tidak bau dan tidak pengap.

c. Yang penting udara bisa masuk.

15. Menurut saudara/saudari manfaat sinar matahari pagi terhadap ruangan rumah adalah
:

a. Mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan dan


dapat menghambat perkembang biakan kuman tuberkulosis dan kuman penyakit
lainnya.

b. Untuk penerangan.

c. Tidak ada manfaatnya.

16. Menurut saudara/saudari bagaimanakah pencahayaan alami ruangan yang memenuhi


syarat ?

a. Terang, dapat menerangi seluruh dalam ruangan dan menyebar merata.

b. Terang dan hanya menerangi sebahagian ruangan saja.

c. Remang-remang

17. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat dicegah dengan imunisasi ?

a. Ya dengan imunisasi BCG.

b. Ya dengan imunisasi apa saja.

c. Tidak bisa dicegah dengan imunisasi.

18. Menurut saudara/saudari bagaimana hubungan pengobatan Tuberkulosis Paru dengan


gizi

53
a. Pengobatan Tuberkulosis akan semakin baik dengan gizi yang baik.

b. Pengobatan Tuberkulosis hanya sedikit dipengaruhi oleh gizi yang baik.

c. Tidak ada pengaruh selama makan obat.

19. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan melalui :

a. Pengobatan teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan perubahan


perilaku.

b. Berobat kalau ada waktu.

c. Dibiarkan saja.

Demikian kuesioner ini saya isi dengan sebenar-benarnya.

Semarang, Mei 2015

Responden

( )

Jumlah jawaban benar :


Persentase :

54

You might also like