You are on page 1of 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keandalan beton sebagai material konstruksi masih menjadi sorotan utama
dalam bidang teknik sipil. Secara ekonomis, beton masih jauh lebih murah daripada
baja dengan cara pembuatannya yang juga lebih mudah daripada baja. Elemen
beton biasanya dipadukan dengan tulangan baja pada konstruksi sehingga
menjadikan bahan bangunan yang komposit. Pada kenyataan dilapangan, terdapat
penulangan beton yang terlalu rapat, sehingga akan menyebabkan kesulitan dalam
pemasukan adukan beton dan pemadatan beton. Pemadatan atau vibrasi beton
dalam pekerjaan konstruksi beton adalah pekerjaan yang mutlak untuk dikerjakan.
Tujuannya adalah untuk meminimalkan udara yang ada dalam beton segar sehingga
diperoleh beton yang homogen dan tidak terjadi rongga-rongga di dalam beton.
Konsekuensi dari beton yang tidak sempurna pemadatannya yaitu dapat
menurunkan kuat tekan beton itu sendiri (Mariani, 2009).
Pada proses pemadatan beton, diperlukan bantuan getaran dan tumbukan.
Tetapi dapat menyulitkan ketika pengerjaan pada daerah daerah atau tempat yang
sempit yang tidak bisa dijangkau oleh alat pemadat beton atau tulangan pada beton
memiliki jarak yang sempit. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam era
globalisasi kita dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Hal ini
disebabkan kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Hal yang serupa juga
terjadi pada teknologi beton. Perkembangan dunia teknologi beton saat ini
mengarah pada beton dengan tingkat fluiditas yang tinggi yaitu Self Consolidating
Concrete (SCC). Self Consolidating Concrete (SCC) adalah beton yang mampu
mengalir sendiri yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat penggunaan alat
pemadat yang sangat sedikit. SCC mengutamakan nilai slump yang tinggi karena
tingkat kelecakan juga semakin tinggi sehingga kemudahan pengerjaan
(workability) semakin mudah. Beton ini memanfaatkan pengaturan ukuran agregat,
porsi agregat dan penambahan zat additif terutama superplasticizer untuk mencapai
kekentalan khusus.
2

Penggunaan beton SCC pada konstruksi bangunan tinggi biasanya digunakan


pada struktur yang memiliki konfigurasi tulangan yang rapat seperti pada
sambungan antara balok dan kolom.

Pekerjaan yang mutlak harus dilakukan dalam pencetakan beton segar adalah
pemadatan atau vibrasi. Tujuan dari pemadatan itu sendiri yaitu meminimalkan
udara yang terjebak dalam beton segar sehingga diperoleh beton yang homogen dan
tidak terjadi rongga-rongga di dalam beton. Saputra (2014) menjelaskan bahwa
pemadatan yang berlebih justru mengakibatkan kerusakan beton sesaat setelah
beton dicetak pada bekisting. Kerusakan yang dimaksud adalah terjadinya
fenomena segregasi dan bleeding. Bebrapa faktor-faktor penyebab segregasi dan
bleeding yaitu :
1. Pemadatan berlebih
2. Tinggi jatuh adukan beton melebihi tinggi jatuh yang diijinkan
3. Tingginya faktor air yang digunakan
4. Prosentase agregat kasar lebih besar sehingga proporsi mortar terlalu minim
Menurut Effendi (2002), faktor penyebab lainnya adalah human error. Sering sekali
teknisi di lapangan kurang menaruh perhatian dan lalai saat pelaksanaan
pengecoran beton, seperti adanya campuran yang kurang lecak sehingga
menyebabkan segregasi dan bleeding. Segregasi ditandai dengan turunnya fraksi
agregat kasar ke bagian bawah dari beton segar, sedangkan bleeding ditandai
dengan kecenderungan air semen untuk naik ke permukaan beton sehingga mutu
beton menjadi tidak seragam pada ketinggian yang berbeda.
Ketidakseragaman mutu beton yang terjadi dapat menurunkan kapasitas
elemen bangunan. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al (2015) tentang
pengaruh beton gradasi pada kekuatan beton membuktikan bahwa suatu elemen
balok yang direncanakan memiliki mutu beton seragam maka akan membentuk
pola kuat tekan yang berubah secara gradasi berdasarkan fungsi ketinggian elemen
tersebut, sehingga ketidakseragaman mutu beton dapat mengurangi kapasitas
momen rencana balok itu sendiri.
Gan et al (2015) melakukan penelitian secara eksperimental tentang
permodelan pola gradasi pada beton dengan memadukan dua jenis campuran beton
3

yang memiliki perbedaan kuat tekan yang signifikan. Spesimen beton gradasi yang
dicetak dengan teknik pelaksanaan khusus memperoleh hasil pengujian bahwa
kekuatan material ditentukan dengan mutu beton terendah namun kekakuannya
tinggi. Selanjutnya, Pratama (2015) menganalisis pengaruh beton gradasi terhadap
kekuatan beton dengan menggabungkan mutu rencana 20 MPa dan 60 Mpa untuk
mendapatkan spesimen beton gradasi. Hasil pengujian diperoleh bahwa kekuatan
material ditentukan oleh mutu terendah.
Penelitian ini bertujuan sebagai pengembangan penelitian tentang beton
gradasi pada SCC. Penelitian ini diharapkan dapat memvalidasi hasil temuan
sebelumnya dengan melakukan variasi mutu SCC. Pemanfaatan konsep beton
gradasi secara tepat dapat digunakan sebagai bentuk pengembangan teknologi
material beton yang aplikatif.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas dapat diambil rumusan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan serat strapping band sebagai fiber terhadap
kuat tekan beton SCC?
2. Bagaimana pengaruh penambahan serat strapping band sebagai fiber terhada[p
kuat tarik belah SCC?
3. Berapa rasio ukuran serat strapping band yang efektif terhadap kuat tekan
beton SCC?
4. Berapa rasio ukuran serat strapping band yang efektif terhadap kuat tarik belah
beton SCC?

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini dibatasi dalam beberapa hal :
1. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental di Laboratorium Pengujian
Bahan dan Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
2. Standar pengujian nilai slump flow menggunakan standar ASTM C1611 /
C1611M - 14.
4

3. SCC disusun dari proporsi semen Portland, agregat halus, agregat kasar, dan
superplasticizer menggunakan Sika Viscocrete 1003 sebanyak 0,6%.
4. Mutu beton yang dipersiapkan adalah 40 MPa.
5. Agregat halus (pasir) yang digunakan adalah pasir yang berasal dari Lumajang.
6. Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil dengan ukuran maksimum 10
mm yang berasal dari Lumajang.
7. Faktor air semen yag digunakan 0,35
8. Serat strapping band menggunakan jenis polypropylene (PP) dengan tebal 0,6
mm.
9. Prosentase penambahan serat sebesar 1,25% dari berat semen.
10. Proporsi campuran beton disusun berdasarkan prosedur Departement of
Environment (DoE) dengan nilai slump runtuh seragam.
11. Spesimen dicetak pada silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang diuji
pada usia 28 hari dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM).

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui kuat tekan beton dari penambahan tiap-tiap jenis rasio ukuran serat
strapping band dalam campuran adukan beton SCC.
2. Mengetahui kuat tarik belah beton dari penambahan tiap-tiap jenis rasio ukuran
serat strapping band dalam campuran adukan beton SCC.
3. Mengetahui rasio ukuran serat yang optimum pada penambahan serat strapping
band dalam campuran adukan beton SCC sehingga diperoleh kuat tekan yang
maksimum.
4. Mengetahui rasio ukuran serat yang optimum pada penambahan serat strapping
band dalam campuran adukan beton SCC sehingga diperoleh kuat tarik belah
yang maksimum.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi hasil dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kekuatan material pada beton
gradasi ditentukan oleh mutu terendah.
5

You might also like