Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Pekerjaan yang mutlak harus dilakukan dalam pencetakan beton segar adalah
pemadatan atau vibrasi. Tujuan dari pemadatan itu sendiri yaitu meminimalkan
udara yang terjebak dalam beton segar sehingga diperoleh beton yang homogen dan
tidak terjadi rongga-rongga di dalam beton. Saputra (2014) menjelaskan bahwa
pemadatan yang berlebih justru mengakibatkan kerusakan beton sesaat setelah
beton dicetak pada bekisting. Kerusakan yang dimaksud adalah terjadinya
fenomena segregasi dan bleeding. Bebrapa faktor-faktor penyebab segregasi dan
bleeding yaitu :
1. Pemadatan berlebih
2. Tinggi jatuh adukan beton melebihi tinggi jatuh yang diijinkan
3. Tingginya faktor air yang digunakan
4. Prosentase agregat kasar lebih besar sehingga proporsi mortar terlalu minim
Menurut Effendi (2002), faktor penyebab lainnya adalah human error. Sering sekali
teknisi di lapangan kurang menaruh perhatian dan lalai saat pelaksanaan
pengecoran beton, seperti adanya campuran yang kurang lecak sehingga
menyebabkan segregasi dan bleeding. Segregasi ditandai dengan turunnya fraksi
agregat kasar ke bagian bawah dari beton segar, sedangkan bleeding ditandai
dengan kecenderungan air semen untuk naik ke permukaan beton sehingga mutu
beton menjadi tidak seragam pada ketinggian yang berbeda.
Ketidakseragaman mutu beton yang terjadi dapat menurunkan kapasitas
elemen bangunan. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al (2015) tentang
pengaruh beton gradasi pada kekuatan beton membuktikan bahwa suatu elemen
balok yang direncanakan memiliki mutu beton seragam maka akan membentuk
pola kuat tekan yang berubah secara gradasi berdasarkan fungsi ketinggian elemen
tersebut, sehingga ketidakseragaman mutu beton dapat mengurangi kapasitas
momen rencana balok itu sendiri.
Gan et al (2015) melakukan penelitian secara eksperimental tentang
permodelan pola gradasi pada beton dengan memadukan dua jenis campuran beton
3
yang memiliki perbedaan kuat tekan yang signifikan. Spesimen beton gradasi yang
dicetak dengan teknik pelaksanaan khusus memperoleh hasil pengujian bahwa
kekuatan material ditentukan dengan mutu beton terendah namun kekakuannya
tinggi. Selanjutnya, Pratama (2015) menganalisis pengaruh beton gradasi terhadap
kekuatan beton dengan menggabungkan mutu rencana 20 MPa dan 60 Mpa untuk
mendapatkan spesimen beton gradasi. Hasil pengujian diperoleh bahwa kekuatan
material ditentukan oleh mutu terendah.
Penelitian ini bertujuan sebagai pengembangan penelitian tentang beton
gradasi pada SCC. Penelitian ini diharapkan dapat memvalidasi hasil temuan
sebelumnya dengan melakukan variasi mutu SCC. Pemanfaatan konsep beton
gradasi secara tepat dapat digunakan sebagai bentuk pengembangan teknologi
material beton yang aplikatif.
3. SCC disusun dari proporsi semen Portland, agregat halus, agregat kasar, dan
superplasticizer menggunakan Sika Viscocrete 1003 sebanyak 0,6%.
4. Mutu beton yang dipersiapkan adalah 40 MPa.
5. Agregat halus (pasir) yang digunakan adalah pasir yang berasal dari Lumajang.
6. Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil dengan ukuran maksimum 10
mm yang berasal dari Lumajang.
7. Faktor air semen yag digunakan 0,35
8. Serat strapping band menggunakan jenis polypropylene (PP) dengan tebal 0,6
mm.
9. Prosentase penambahan serat sebesar 1,25% dari berat semen.
10. Proporsi campuran beton disusun berdasarkan prosedur Departement of
Environment (DoE) dengan nilai slump runtuh seragam.
11. Spesimen dicetak pada silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang diuji
pada usia 28 hari dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM).