Professional Documents
Culture Documents
Atheis adalah suatu paham atau aliran yang tidak mepercayai adanya agama bahkan Tuhan.Di
era maju seperti ini banyak orang yang berpaham seperti itu di dalam masyarakat, mereka
adalah orang yang tidak mengetahui arti hidup dan terus bertanya kemana manusia pergi setelah
mati, jika mereka mau ikut berjihad dalam agama Allah yaitu agama Islam mereka pasti dapat
menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Itu lah salah satu peran agama Islam dalam
kehidupan.
Ilmu dan teknologi semakin maju namun tak ada yang mampu menjawab hal sepele seperti di
atas. Hanya Agama Islam yang mampu menerangkan secara terperinci apa, bagaimana dan
kemana manusia setelah mati dan untuk apa manusia hidup. Islam adalah jawaban semua
pertanyaan tentang kehidupan, karena Islam berisi informasi-informasi yang berasal dari
pencipta makhluk hidup dan Islam bersifat realistis dan bersifat teguh atau tidak berubah-
ubah.
Pada dasarnya agama Islam bertujuan untuk mengesakan Tuhan dan menjadikan manusia
sebagai mahluk yang beradab dan berbudi luhur, islam menyuruh manusia untuk
mendirikan salat, karena dengan salat kita dapat berintaksi, dalam surat al-Dhariyah : 56
Allah SWT berfirman bahwa manusia hidup adalah sebuah utang yang harus dibayar dengan satu
jalan, yaitu ibadah, selain itu agama islam memerintahkan bagi kaum muslim untuk menutup
aurotnya karena semata-mata untuk mengangkat derajat manusia. Allah SWT berfirman kepada
umatnya pada surat al-Baqarah, 2:152 , al-Ahzaab, 33:42, al-Ahzaab, 33:35, al-Araaf, 7:205
yang intinya agar manusia selalu menyembah dan mengingat Allah SWT.
Islam sebagai penuntun umatnya pada jalan yang benar. Hal ini sesuai dengan QS al-
Fatihah, 1:6-7, karena jika umat manusia masuk dalam agama islam dan mempelajarinya maka
akan menjadikan manusia berkualitas dari sisi spriritual, intelektual, dan moral sehingga tercipta
perdamaian global. Manusia akan terbebas dari kemusyrikan, Allah SWT berfirman dalam surat
al-Nisaa, 4:48 yang berisi Sesungguhnya Allah SWT tdak akan mengampuni dasa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah SWT, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.
Keempat adalah sebagai rambu-rambu atau peraturan dalam hidup. Hal ini seperti lalu
lintas dengan polisi dan perangkatnya, jika pengendara tidak mematuhi peratuan lalu lintas maka
akan banyak tabarakan yang dapat merengut nyawa manusia. Begitu juga agama islam yang
mengatur kehidupan manusia yang bertujuan untuk kebaikan mereka sendiri. Contohnya adalah
agama kita mengharamkan manusia untuk mengonsumsi daging babi, mungkin bagi beberapa
orang hal tersebut terlalu mengada-ada namun dari penelitian ternyata di daging babi banyak
bakteri yang dapat menimbukan penyakit jika dikonsumsi. Dari Abi Tsalabah Al Khusyani
Jurtsum bin Nasyir radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam dia berkata :
Sesungguhnya Allah taala telah menetapkan kewajiban-kewajiban, maka janganlah kalian
mengabaikannya, dan telah menetapkan batasan-batasannya janganlah kalian melampauinya, Dia
telah mengharamkan segala sesuatu, maka janganlah kalian melanggarnya, Dia mendiamkan
sesuatu sebagai kasih sayang buat kalian dan bukan karena lupa jangan kalian mencari-cari
tentangnya.
Di Al-Quran dijelaskan bahwa manusia hidup di dunia untuk akhirat, dengan kata lain agama
Islam dengan Al-Quran sebagai kitab sucinya memerintahkan untuk jangan mudah putus asa
dalam menghadapi segala hal dan terus bekerja keras karena segala perbuatan kita tak luput dari
penglihatan Allah SWT, namun jika hasil dari kerja keras tersebut tidak sesuai dengan yang kita
harapkan mungkin Allah SWT mempunyai rencana yang lebih indah dari yang kita rencanakan,
sehingga Islam berperan sebagai peningkat etos kerja dalam kehidupan.
Peranan lain dari agama Islam dalam kehidupan adalah mengendalikan dan mengarahkan
penggunaan teknologi untuk kepentingan manusia. Masih teringat di kepala kita seranga
Israel ke Palestina dengan teknologi super canggihnya sehingga lebih dari seribu rakyat sipil
yang tak bersalah tewas, hal ini akan berbeda jika suatu negara menggunakan dasar islam untuk
menjalankan pemerintahan, mereka tidak akan menggunakan teknologi kususnya persenjataan
untuk menjajah kaum atau negara lainnya namun mereka akan menggunakan teknologi tersebut
untuk melindungi rakyat misalnya memanfaatkan uranium untuk tenaga listrik. Manusia adalah
khalifahNya dimuka bumi ini, jadi sudah seharusnya manusia memakmurkan bumi dan
membangun tamadun yang sesuai dengan keinginan Allah SWT (al-Qasas:5 dan al-Nur:55).
Dalam firman Allah SWT dalam surat al-Hujarat, 49: 9 yang intinya Allah SWT menyukai
kedamaian, namun bila ada golongan berbuat aniaya kita diwajibkan memeranginya agar
kembali dijalan Allah SWT selanjutnya kita harus mendamaikan kedua belah pihak secara adil.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam berperan penting dalam kehidupan manusia. Peran
Islam dalam kehidupan adalah Islam sebagai kumpulan informasi-informasi yang berasal dari
Allah SWT, bertujuan untuk mengesakan Tuhan dan menjadikan manusia sebagai mahluk yang
beradab dan berbudi luhur, sebagai penuntun umatnya pada jalan yang benar, sebagai rambu-
rambu atau peraturan dalam hidup, berperan sebagai peningkat etos kerja dalam kehidupan, dan
mengendalikan dan mengarahkan penggunaan teknologi untuk kepentingan manusia.
http://helmidadang.wordpress.com/2010/03/12/peran-agama-islam-dalam-kehidupan/
Referensi Skripsi Pendidikan Agama Islam Agama mempunyai peranan yang sangat penting
dalam hidup dan kehidupan manusia, karena tidak hanya mengatur kehidupan manusia dalam
akhirat saja tetapi juga mengatur bagaimana seharusnya manusia hidup di dunia. Agama
mengajarkan nilai-nilai moral sebagai hasil pemikiran tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran
agama, akan mudah menjurus tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama, akan mudah
menjurus kepada kesesatan. Hal ini justru akan membahayakan manusia. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT.
Artinya : Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir pelindung-pelindung ialah
syeitan, yang mengeluarkan mereka dair pada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu
adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Dalam usaha menjadikan ajaran agama sebagai referensi dari setiap gerak langkah seseorang,
maka pelajaran agama harus diberikan sedini mungkin, bahkan sejak dari buaian sampai ke liang
lahat. Mulai dari bersifat pembiasaan di rumah tangga, sampai kepada pendidikan formal pada
lembaga-lembaga pendidikan. Kebiasaan hidup beragama dalam lingkungan rumah tangga
sehari-hari, sudah merupakan pendidikan, walaupun ini sifatnya informal. Namun karena di sini
penanaman pertama benih jiwa keagamaan, maka maknanya sangatlah penting.
Sehubungan dengan hal di atas, Al-Ghazali seorang pemimpin keagamaan dan seorang sufi
mengatakan bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak dini. Sebab usia dini anak siap
menerima akidah-akidah keagamaan hanya dengan mempercayai tanpa minta argumentasi. Ia
begitu senang menerima dan mempercayainya Menanamkan agama dengan cara ini memang
belum sempurna dan harus diikuti dengan tindak lanjut secara gradual sesuai dengan
perkembangan intelektualnya.
Khususnya pendidikan agama di sekolah merupakan lanjutan dari pendidikan informal, yakni
pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga. Dalam hal ini, pendidikan agama di
sekolah mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
Membina secara formal pendidikan agama yang telah dimulai di rumah tangga, yaitu memupuk
jiwa keagamaan yang telah dimiliki.
Mendorong terbentuknya kebiasaan dan sikap hidup menurut ketentuan agama Islam.
Menunjang tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional
1. Pengertian Metode
Dalam pengertian letterlijk, kata metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari meta
yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui
sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia, metode berarti cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (ilmu pengetahuan).
Adapun pengertian metode menurut terminologi seperti yang diungkapkan oleh Imam Barnadib,
adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin tersebut.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan metode adalah jalan atau cara yang telah teratur dan
terpikir dengan baik guna suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini metode berfungsi
sebagai alat atau sarana mencapai tujuan tersebut.
2. Pengertian Pendidikan
Secara umum, pendidikan merupakan bantuan yang menyangkut kesusilaan (kekuatan batin)
dan pengajaran yang menyangkut perkembangan pikiran atau kecerdasan.
John Dewey mengatakan, bahwa ; pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamentalis, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional), menuju ke arah tabiat manusia. Kemudian H.M. Arifin mengemukakan bahwa
pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan
kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun
non formal. Jadi pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan memberikan bimbingan untuk
mempengaruhi jiwa anak didik secara berproses menuju kepada tujuan yang telah ditetapkan,
yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuknya
manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran islam.
Adapun pengertian agama menurut terminologi adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh
manusia dalam usahanya mencari hakekat dari hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya
tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakekat dan maksud dari segala sesuatu yang ada.
Sedangkan dalam buku Metodologi Pengajaran sesuatu yang ada. sedangkan dalam buku
Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, sebagian ahi agama mengatakan, bahwa ; Agama
(al-Din) adalah tatanan (undang-undang) Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia, melalui
lisan salah seorang pilihan dari kalangan mereka sendiri, tanpa diusahakan dan diciptakannya.
Yang dimaksud dengan agama di sini adalah agama lain.
Dalam al-Quran kata ad-din mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian sempit dan pengertian
luas. Adapun yang dimaksud dengan agama di sini adalah kata ad-din dalam pengertian luas,
yaitu aturan-aturan hidup yang lengkap dalam segala aspek kehidupan, yang diciptakan oleh
penguasa tertinggi (Allah) dan setiap individu mempunyai wewenang untuk mematuhi atau
menolaknya. Kata ad-din dalam pengertian yang luas terdapat dalam firman Allah sebagai
berikut.
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Quran dan agama (ad-
din) yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik
tidak menyukai.
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) dari padanya dan dia diakherat termasuk orang-orang yang rugi.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa agama Islam
merupakan aturan-aturan dan sistim hidup yang lengkap dalam segala aspek kehidupan yang
diberikan kepada manusia dengan perantara manusia pilihan.
Setelah diketahui pengertian pendidikan dan pengertian agama Islam, maka dapatlah dirumuskan
pengertian tentang pendidikan agama Islam. Dalam hal ini Hasan Langulung mengemukakan,
Pendidikan Agama Islam ialah Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam, yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan akhirat. H. Zuhairini dalam Metodik Khusus Pendidikan Agama
mengemukakan, bahwa pendidikan agama Islam yaitu usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapatlah diambil suatu pengertian bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha yang dilakukan dengan memberikan bimbingan untuk mempengaruhi
jiwa anak didik secara berproses menuju kepada tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menanamkan
taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi
dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.
Setelah diketahui pengertian pendidikan agama Islam, maka dapatlah dirumuskan pengertian
tentang metode pendidikan agama Islam Drs. Mahfudin Shalahuddin dalam bukunya
Metodologi Pendidikan Agama mengemukakan bahwa ; Metode Pendidikan Agama adalah
suatu cara yang dilakukan oleh guru agama secara sadar, teratur bertujuan untuk menyampaikan
bahan pendidikan agama kepada siswa. Dengan proses penyampaian itu diharapkan terjadi
perubahan sikap dan perbuatan siswa sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian, metode pendidikan agama Islam merupakan cara penerapan prinsip-prinsip
didaktis, pendidikan dan psikologis dalam menyediakan kondisi yang merangsang serta
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk memperoleh seperangkat ilmu pengetahuan,
keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang mengakibatkan perubahan tingkah laku maupun
pertumbuhan sebagai pribadi.
http://duniabaca.com/peranan-penting-agama-dalam-kehidupan-manusia-di-kalangan-
remaja.html
Jadi modernisasi adalah proses gerakan perubahan individu dari cara hidup yang bersifat
tradisional atau yang bersifat lama menuju cara hidup yang baru atau yang maju dan bersifat
kompleks dan pada arah kemajuan.
Kehidupan masyarakat seperti yang kita lihat dari realita yang ada nyatanya kehidupan
masyarakat selalu mengalami perubahan.
Definisi masyarakat itu sendiri adalah uraian ringkas untuk memberikan batasan-batasan
mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisis. Di sini akan kita
kemukakan beberapa definisi menenai masyarakat seperti misalnya:
2. J.r. Steinmetz mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang
meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai
perhubungan yang erat dan teratur.
3. R. Linton, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya
dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Maka masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu yang telah lama hidup dan
bekerjasama dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat itu memerlukan adanya adaptasi dan
organisasi dari tingkah laku para anggota, timbul perasaan berkelompok secara lambat laun
proses ini biasaya tanpa disadari oleh anggota kelompok. Umpamanya adalah adanya masyarakat
Jawa, ada masyarakat Sunda, dapat disimpulkan bahwa masyarakat harus mempunyai syart
berikut :
Masyarakat yang mewakili tipe ini adalah masyarakat yang kecil, terisolasi dan
terbelekang tingkat perkembangan teknik mereka rendah dan pembagian kerja atau pembidangan
kelas-kelas sosial mereka relatif masih kecil. Setiap anggota ini bersama-sama menganut agama
yang sama oleh karena itu keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
Dalam tipe masyarakat ini berpendapat agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke
dalam sistem nilai masyarakat secara mutlak dan dalam keadaan Lembga lain selain keluarga,
relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan
dari masyarakat secara keseluruhan.
Masyarakat ini tidak begitu terisolasi, berubah lebih cepat, lebih luas daerahnya dan lebih
besar jumlah penduduknya serta ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang lebih
tinggi.
Ciri-ciri adalah pembagian kerja yang luas, kelas-kelas sosial yang beraneka ragam, serta
adanya kemampuan tulis baca sampai tingkat tertentu. Agama tentu saja memberikan arti dan
ikatan kepada sistem nilai dalam tipa masyarakat ini. Akan tetapi pada saat yang sama
lingkungan yang sakral dan yang sekuler itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan. Nilai-
nilai keagamaannya dalam masyarakat tipa kedua menempatkan fokus utamanya pada
pengintegrasian tingkahlaku perorangan dan pembentukan citra pribadinya.
Dalam bentuk ioni nilai-nilai tersebut tetap memberikan sumbangan sampai batas yang
sangat sukar diukur terhadap keterpaduan masyarakat buktinya adalah khususnya pola masa-
masa penuh ketegangan, sering muncul himbauan masyarakat untuk menerapkan warisan tradisi
keagamaan yang umum ini.
Agama, terlahir awalnya adalah berasal dari keyakinan terhadap adanya yang ghaib, yang
mempunyai kekuatan supranatural. Kata agama, berasal dari bahasa sansekerta a yang berarti
tidak dan gama yang berarti kacau. Dari dua kata tersebu diartikan bahwa agama adalah
suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Fungsi agama adalah
sebagai landasan dimana individu itu bertindak atau melakukan sesuatu dalam kehidupannya.
Selain daripada fungsi agama sebagai landasan dalam tindakan individu agama juga sebagai
pengendali di dalam langkah kehidupan masyarakat, selain itu agama sebagai pemersatu umat
manusia karena adanya persamaan keyakinan.
Peran agama di dalam perkembangan masyarakat (1) agama sebagia motivtor, agama di
sini adalah sebagai penyemangat seseorang maupun kelompok dalam mencapai cita-citanya di
dalam seluruh aspek kehidupan. (2) agama sebagai creator dan inovator, mendorong semangat
untuk bekerja kreatif dan produktif untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan
kehidupan akhirat yang lebih baik pula. (3) agama sebagai integrator, di sini agama sebagai yang
mengintegrasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai orang-seorang
maupun sebagai anggota masyarakat. (4) agama sebagai sublimator, masksudnya adalah agama
sebagai mengadukan dan mengkuduskan segala perbuatan manusia. (5) Agama sebagai sumber
inspirasi budaya bangsa, khususnya Indonesia.
Agama pada era modern memandang dari perspektif Islam, modernitas dalam kehidupan
kita saat ini adalah impor dari dunia Barat yang memiliki sistem nilai logika. Perkembangan
tersendiri, yang di dalamya mungkin terdapat unsur yang singkronkan saling melengkapi yang
besifat universal. Dalam bentuknya yang positif umat Islampun mengakui hutang budi mereka
kepada Barat, terutama dalam mengikis kungkungan tradisionalisme, kemudian menerima
tatanan baru yang mendorong untuk melakukan berbagai inovasi guna menjawab tantangan
zaman di lingkungan masing-masing. Letak ditemanya : umat Islam kehilangan jati diri dalam
melihat tatanan yang serba asing kemudian menempatkan secara proporsional baik sebagai
kawan maupun sebagai lawan.
Dua tugas pokok umat Islam yang peling mendesak utnuk diaktualisasikan (1) Upaya
menganalisasikan ajaran Islam dalam jabat an yang lebih kokret dan dapat diterapkan dalam
realitas hidup keseharian. Ilslam harus bisa dipahami oleh segenap lapisan masyarakat. (2)
realitas hidup itu sendiri harusnya menjadi sumber motivasi yang menantang agar untuk semakin
memanusia.
Modernisasi yang menyebar di wilayah nusantara ini adalah berawal pada masa penjajahan yang
di lakukan oleh Portugis dan Belanda terhadap masyarakat Indonesia, yakni pada pertengahan
abad ke 17. Di awali masa itu pemerintah Belanda berusaha untuk mewujudkan dan
mempertahankan kekuasaannya di nusantara.
Catatan sejarah perjalanan agama Islam di Indoensia tidak terlepas dari sejarah Indonesia.
Agama Islam merupakan agama yang mempunyai umat mayoritas di negeri ini. Pada awal
hadirnya agama Islam di negeri ini mengalami perjalanan yang cukup berliku hingga kemudian
penyebaran ajaran Islam mulai berkembang pesat hingga saat ini. Menurut Mansur Suryanegara
Dalam sejarahnya kerajaan Islam di Indonesia sekitar abad ke 16 akhir pada masa sebelum
pemerintah Belanda masuk, kondisinya melemah karena akibat melawan Portugis. Di lanjut
penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda umat Islam sendiri pada masa itu berusaha
untuk melawan dan melumpuhkan pemerintahan Belanda di negeri ini. Usaha umat Islam ini
dalam menghadapi pemerintah Belanda adalah ditandai oleh didirikannya pesantren. Terkait
dengan pesantren Clifford Geertz menyatakan bahwa perkembangan pesantren selain
mengajarkan pembaruan Islam dengan membersihkan agama Islam dari pengearuh adat, yang
mengakibatkantara haji, ulama, santri dan pedagang. Clifford menyatakan bahwa pertumbuhan
pesantren yang anti-imperialisme Belanda membangkitkan pemberontakan santri. Mulai tahun
1820-1880 terjadi lebih dari pemberontakan santri di negeri ini. Selanjutnya, Barat ( pemerintah
Belanda ) mendirikan lembaga pendidikan bagi bangsa Indonesia, utamanya untuk kalangan
bangsawan dan mereka harus ditarik kearah Westernisasi. Didirikannya lembaga pendidikan ini
adalah dalam rangka membendung pengaruh Islam. Dalam pandangan Snouck, Indonesia harus
melangkah ke arah modern, sehingga secara perlahan-lahan Indonesia menjadi bagian dari
dunia modern. Menurutnya, pendidikan Barat adalah alat pasti untuk mengurangi dan akhirnya
mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia. Untuk kemudian pada masa-masa berikutnya terjadi
pergolakan-pergolakan perlawanan terhadap apa yang disajikan oleh dunia Barat ( saat itu
Belanda ) oleh umat Islam Indonesia. Masa-masa perlawanan yang dilakukan oleh umat Islam
terhadap pemerintah Belanda, memicu lahirnya pembaharu-pembaharu dalam dunia Islam di
Indonesia.
Menjadi tantangan bagi umat Islam, ketika menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah
masyarakat yang pluralitas dan di tengah-tengah masyarakat Indonesia khususnya yang setiap
langkahnya selalu mengalami perubahan yang berpengaruh besar. Adapun kondisi masyarakat
Islam di Indonesia pada era modern ini sering kali mengalami ketegangan-ketegangan di antara
umat Islam sendiri, seperti konflik antar kelompok muslim, antar kelompok yang dianggap
radikal dengan kelompok yang masih menganggap dirinya pribumi atau kelompok Islam murni.
Fukuyama menyatakan bahwa, radikalisme di kalangan Muslim pada dasarnya merupakan
salah satu reaksi terhadap modernisasi. Modernisasi dengan ideologi modernisme bagi
sementara kalangan Muslim merupakan salah satu bentuk Imperialisme Kultural. Modernisasi
merupakan produk Barat yang memaksakan peradaban Barat terhadap dunia Muslim lebih dari
itu adalah untk menyingkirkan pengaruh Islam dari berbagai aspek kehidupan, karena
modernisasi hanya akan menghasilkan sekularisasi dan sekularisme. Kaitanya dengan kondisi
masyarakat dengan modernisasi, didalam kehidupan masyarakat modernisasi pasti menghasilkan
sekularisasi dan sekularisme, karena modernisasi akan mengakibatkan kemunduran agama baik
pada tingkat sosial ( masyarakat ) maupun pada tingkat individual. Kemudian masyarakat
modern memerlukan pengalaman keagamaan yang lebih intens dalam pencarian makna. Terkait
dengan moralitas di dalam masyarakat Lawren Kolberg menyatakan bahwa ada tiga
perkembangan moralitas manusia yaitu pra conventional untuk masyarakat kuno ditandai
dengan ukuran baik buruk berdasarkan hadiah fisik, atau hukuman fisik dan celaan atau pujian.
Conventional, masyarakat sedang berkembang perbuatan baik didasarkan pada sentiment
kesamaan sesama anggota kelompok atau solidaritas in group dan diskriminasi out group dan
melestarikan keberadaan kelompoknya. Post- onventional, perkembangan ini dialami oleh
masyarakat modern ditandai dengan mereka mempunyai etika universal, menyadari pluralitas
dan heteroginitas masyarakat dan masyarakat ini sudah tersadarkan dengan sikap toleran
terhadap perbedaaan.
Kondisi kehidupan masyarakat secara kultural juga mengalami kemunduran, seperti yang
kita lihat bagaimana masyarakat Indonesia yang kita lihat sekarang ini kebanyakan menjadi
konsumen dunia Barat, banyak juga yang sampai saat ini melupakan kultur yang ada di negeri
ini. Dari segi etika, bahasa, gaya hidup, berpakaian dan lain sebagainya. Dan sedikit sekali
masyarakat Indonesia khusunya muslim Indonesia yang mengkontribusikan pemikiranya di era
modern ini. Hal ini memang sangat menghawatirkan bagi masyarakat indenesia. Disini
kedudukan agama sering kali mengalah, yakni menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang
ada agar tetap diterima ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indoensia. Era modern ini,
masyarakat muslim Indonesia juga terbawa-bawa oleh hidup ala Barat. Dan sering kali tidak
mempertimbangkan tentang ajaran agama. Menurut penulis boleh saja kita mengambil pelajaran
dari apa yang telah dikontribusikan oleh dunia Barat asal itu tidak keluar dari koridor syariat
Islam.
- Dengan adanya modernisasi umat Islam mampu mengaplikasikan ajaran Islam dala konsep
ilmu umum.
- Dengan adanya teknologi sebagai salah satu produk modernisasi, masyarakat islam
Indonesia bisa dengan mudah memperluas dakwahnya lewat media dan juga memperluas
jaringannya.
Marilah kita merenung sejenak. Sesungguhnya siapakah kita ini? Mengapa dan atas kehendak
siapakah sehingga kita ini lahir di dunia?Siapakah yang berkuasa menentukan dari ayah dan ibu
mana kita lahir? Kemudian pada saatnya nanti, siapa pula yang berkuasa mencabut nyawa kita?
Sanggupkah kita menghindarinya?
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya... (QS.Ali Imran(3) :145).
Tidak ada keraguan, Dia yang telah menciptakan tentu kepada-Nya pulalah kita dikembalikan.
Dialah, Sang Pencipta yang Satu, Dia pula yang kuasa menciptakan bumi dan langit dan apa
yang ada diantara keduanya.
Maka dengan keyakinan yang demikian, tidak ada sesuatupun yang berhak kita takuti. Hanya
kepada-Nya lah kita mengabdi dan hanya Dialah yang sanggup menolong kita keluar dari
berbagai kesulitan dan permasalahan bila Dia menghendaki. Hidup kita akan bebas dan merdeka
dari segala macam kebiasaan, budaya&tradisi, peraturan bahkan doktrin sekalipun yang dibuat
dan dikendaki oleh sekelompok manusia. Karena manusia mempunyai kepentingan, tidaklah
demikian dengan Nya.
Dialah yang telah mengutus seluruh Rasul dan nabi ke bumi, dari Adam hingga Muhammad
saw, termasuk diantaranya Ibrahim, Musa, Daud , Sulaiman dan juga Isa as. Rasul yang datang
kemudian, selalu membenarkan Rasul yang sebelumnya dan apa yang dibawanya. Para rasul
tersebut diutus untuk mengajarkan hakekat dan makna hidup ini, apa tujuan manusia diciptakan,
siapa yang menciptakannya, bagaimana menjalani dan mengisi hidup ini, apa hak dan tanggung
jawabnya. Juga dijelaskan kejadian yang lalu dan yang akan datang.
Hingga kemudian Dia mengutus Muhammad saw untuk menyempurnakan ajaranNya, ajaran
yang sebetulnya sama dengan ajaran para rasul terdahulu, menyeru agar manusia mau berpikir
dan kembali ke fitrah sekaligus menceritakan segala penyimpangan yang terjadi sepeninggal
para rasul.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: (Tuhan itu) tiga, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
(QS.An-Nisaa(4):171).
Dia juga mengingatkan apa yang telah terjadi dialam ruh , alam sebelum manusia dilahiran ke
bumi.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),(QS.Al
Araf(7):172).
Karenanya sungguh mustahil bila agama-agama yang dibawa para rasul tersebut saling
bertentangan.
Sesungguhnya (agama tauhid) ini,adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu)
menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan.Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka(masing-masing).Maka biarkanlah
mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. ( QS.Al Muminuun (23):53-54).
Kita, umat Islam sebagai umat rasul penutup, berkewajiban menyampaikan apa yang tertulis
dalam kitab suci kita, Al Quran, secara keseluruhan tidak sebagian-sebagian.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.(QS.Al Baqarah(2):208).
Wallahualam bi shawab.
http://vienmuhadi.com/2009/07/29/peran-agama-dalam-kehidupan/
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum
PAI, 3: 2002).
Menurut Zakiyah Dradjat pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaramn islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan yang apada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai
pandangan hidup.
Menurut Dr. Armai Arief, M.A pendidkan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta
mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah allah di muka bumi, yang bersandar kepada
ajaran Al-quran dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan
kamil setelah proses berakhir.
B. TUJUAN DAM FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan islam merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, rasanya penulis perlu
mengutif ungkapan breiter, bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidika
anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang
secarah utuh.
Pendidikan agama islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslimyang terus berkembang
dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Secara umum, tujuan pendidikan agama islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara,
tujuan akhir, dan tujuan operasional, tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagan
semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara
adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar
peserta didik manusia-manusia yang sempurna (insane kamil). Sedangkan tujuan operasional
adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas tujuan pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir.
Tujuan ini diklasifikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan
operasional.
Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan oleh para ahli
pendidikan, baik pada zaman klazik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat difahami,
bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan agama islam tersebut merupakan bukti
adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan
suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Namun demikian berkembangnya
pemikiran tentang tujuan pendidikan islam tidak pernah melenceng dari prinsip dasar yang
menjadi asas berpijak dalam pengembangan tujuan pendidikan yang dimaksud.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah
mengacuh pada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau
moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia
bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah
swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia dan di
akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai
dengan ajaran agama islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya
lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju
manusia Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang
agama islam agar bakat tersebut dapat berkembangsecara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Permasalahan yang perlu kita bahas adalah bagaimana cara pelaksanaannya agar pendidikan
agama kita lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas unggul, lahiriah,
dan batiniah. Berkemampuan tinggi dalam kehidupan akliah dan akidah serta berbobot dalam
perilaku amaliah dan muamalah. Sehingga survive dalam arus dinamika perubahan sosial budaya
pada masa hidupnya. Ketahanan mental sprtitual dan fisik berkat pendidikan agama kita benar-
benar berfungsi efektif bagi kehidupan generasi bangsa dari waktu kewaktu.
Idealitas tersebut baru dapat terlakasana dengan tepat sasaran jika kita mampu melaksanakan
strategi dasar yang berwawan jauh kemasa depan kehidupan bangsa, kehidupan yang dihadapkan
kepada kemajuan ilmu dan teknologi canggih yang semakin sekularistik arahnya.
Orientasi pendidikan agama islam ialah pendidikan ini secara tidak langsung mengharuskan kita
untuk menyelenggarakan proses pendidikan nasional yang konsisten dan secara integralistik
menuju kearah pencapaian tujuan akhir. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas unggul yang berkembang dan tumbuh di atas pola kehidupan yang seimbang antara
lahiriah dan batiniah, antara jasmania dan rohaniah atau antara kehidupan mental spiritual dan
fisik material. Dalam bahasa islam, membentuk insan kamil yang secara homeostatic dapat
mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan yang kahasanah fiddunnya dan khasanah fil
akhirat terhindar dari siksaan api neraka, secara simultan tidak terpisah-pisah antara kedua
unsurnya.
Jalan menuju ketujuan itu, tidak lain adalah melalui proses pendidikan yang berorientasi kepada
hubungan tiga arah yaitu hubungan anak didik dengan tuhannya, dengan masyarakat dan dengan
alam sekitarnya.
1. Hubungan dengan tuhannya menghendaki adanya konsepsi ketuhanan yang telah mapan
dan secara pasti dijabarkan dalam bentuk norma-norma ubudiyah mahdzab yang awajib
ditaati oleh anak didik secara syari.
2. Hubungan dengan masyarakatnya memerlukan adanya aturan-aturan dan norma-norma
yang mengarahkan proses hubungan antar sesame manusia bersifat lentur dalam
komfigurasi rentangan tata nilainya, tapi tidak melanggar atau merusak prinsif-prinsif
dasarnya yang absolute, dalam arti tidak cultural relativistik. Seluruh lapangan hidup
manusia adalah merupakan arena di mana hubungan sosial dan inter personal terjadi
sepanjang hayat, termasuk lapangan hidup iptek.
3. Hubungan dengan alam sekitar menurut adanya kaida-kaida yang mengatur dan
mengarahkan kegiatan manusia didik dengan bekal ipteknya dalam penggalian,
pemanfaatan, dan pengolahan kekayaan yang menyejahterahkan kesadaran terhadap
bahaya arus balik sanksi alam, akibat pengurasan habis-habisan terhadap kekayaan alam
melebihikapasitas alamiahnya.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, merupakan
bagian dari system pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak
sekali eksistensinya secara cultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil peran
yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap saja tidak mampu menyamai
pendidikan umumn yang ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan
tujuan pendidikan secara nyata.
Sebagai pendidikan yang berlebel agama, maka pendidikan islam memiliki transmisispritual
yang lebih nyata dalam proses pengajarannya disbanding dengan pendidikan umum, sekalipun
lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan
islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara berimbang, baik
aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kulturan serta kepribadian. Karena itulah pendidikan
islam memiliki beban yang multi paradigm, sebab berusaha memadukan unsure profane dan
imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti
pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan,
yang satu sama lainnya saling menunjang.
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan
masyarakat islam, serta tuntutannyadalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani)
sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga,
lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga
dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.
Keimanan dan ketakwaan tidaklah dapat terwujud tampa agama. Hanya agamalah yang dapat
menuntun manusia menjadi manusia yang bertaqwa terhadap tuhan yang maha Esa. Hal ini
tertuang dengan jelas dalam tujuan pendidikan nasional, mempunyai makna yang dalam bagi
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Manusia taqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan
masyarakat. Menghayalkan agama itu juga dibina dan dituntun sendiri mungkin melalui proses
pendidikan yang juga diperankan oleh pendidikan agama dalam hubungan ini pendidikan agama
berfungsi sebagai usaha membina kehidupan beragama melalui pendidikan disinilah letak fungsi
yang dijalankan pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
masyarakat Indonesia seluruhnya.
Lebih lanjut dapatlah diungkapkan bahwa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya
(insane pancasila) dan masyarakat Indonesia seluruhnya (masyarakat pancasila), maka
pendidikan agama berfungsi:
Dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang percaya dan bertaqwa
terhadap tuhan yang maha esa.
Mebina warganegara Indonesia menjadi warga Negara yang baik sekaligus ummat yang
taat menjalankan agamanya.
Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi dia anugrahi oleh Allah swt pancaindra,
pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilandan
mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu. Mengenai
pentingnyabelajar menurut A. R. Shaleh dan Soependi Soeryadinata: anak manusia tumbuh dan
berkembang, baik pikiran, rasa, kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian sangat
pital adanya faktor belajar.
Jadi pendidikan agama islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan
untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian
utama sesuai dengan ajaran agama.
Oleh karena itu masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satupokok ajaran islam yang
harus diutamakan dalam pendidikan agama islam untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak
didik.
Dengan melihat arti pendidikan islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan
pendidikan islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik
(berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama islam.
Oleh karena itu, pendidikan islam sangat penting sebab dengan pendidikan islam, orang tua
atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada
perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang
sesuai dengan ajaran agama islam.
Pendidikan agama islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa
kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana
menurut pendapat Zakiyah Drajat bahwa: pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh
pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak sejak kecil.
Oleh karena itu dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan nasional, pendidikan agama islam di
sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu pendidikan agama islam di
Indonesia dimaksudkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik
mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/05/peranan-penting-pendidikan-agama-islam.html
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia,
antara lain adalah :
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan
untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan
dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri
manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang
menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-
hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah
ataukebaikan.
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan
yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup.
Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang
dihuraikan di bawah:
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi
penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam
dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan
sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya
bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan
untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan
ini.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem
agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku,
pandangan dunia dan nilai yang sama.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri
sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini
dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif
atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor
integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan
memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan
eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan
eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat
sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger,
agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya
agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya bahkan sampai pada aspek
yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin) dalam kehidupan kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka
yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial
dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang sangat
potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis),
banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca,
mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun
tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana
yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama
antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi
keyakinan.
Namun, perlu dicatat, dalam proyek kerja sama ini tentunya para politisi jauh lebih lihai
dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah)
menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui
jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.
Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan
yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan
dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan
jahat lainnya.
Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan
oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus
mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki,
melainkan nilai yang melekat dalam hati.
Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi
dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati
(kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku
manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati
yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di
relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran
bendera, bukan di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta
bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai
hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan
kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi.
Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan
Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma
agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud
menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat
sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak
mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks
interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim,
kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal
mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi
perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring
dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal
mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka
memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman.
Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog antara
agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan
persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.
http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/
Marilah kita merenung sejenak. Sesungguhnya siapakah kita ini? Mengapa dan atas kehendak
siapakah sehingga kita ini lahir di dunia?Siapakah yang berkuasa menentukan dari ayah dan ibu
mana kita lahir? Kemudian pada saatnya nanti, siapa pula yang berkuasa mencabut nyawa kita?
Sanggupkah kita menghindarinya?
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya... (QS.Ali Imran(3) :145).
Tidak ada keraguan, Dia yang telah menciptakan tentu kepada-Nya pulalah kita dikembalikan.
Dialah, Sang Pencipta yang Satu, Dia pula yang kuasa menciptakan bumi dan langit dan apa
yang ada diantara keduanya.
Maka dengan keyakinan yang demikian, tidak ada sesuatupun yang berhak kita takuti. Hanya
kepada-Nya lah kita mengabdi dan hanya Dialah yang sanggup menolong kita keluar dari
berbagai kesulitan dan permasalahan bila Dia menghendaki. Hidup kita akan bebas dan merdeka
dari segala macam kebiasaan, budaya&tradisi, peraturan bahkan doktrin sekalipun yang dibuat
dan dikendaki oleh sekelompok manusia. Karena manusia mempunyai kepentingan, tidaklah
demikian dengan Nya.
Dialah yang telah mengutus seluruh Rasul dan nabi ke bumi, dari Adam hingga Muhammad
saw, termasuk diantaranya Ibrahim, Musa, Daud , Sulaiman dan juga Isa as. Rasul yang datang
kemudian, selalu membenarkan Rasul yang sebelumnya dan apa yang dibawanya. Para rasul
tersebut diutus untuk mengajarkan hakekat dan makna hidup ini, apa tujuan manusia diciptakan,
siapa yang menciptakannya, bagaimana menjalani dan mengisi hidup ini, apa hak dan tanggung
jawabnya. Juga dijelaskan kejadian yang lalu dan yang akan datang.
Hingga kemudian Dia mengutus Muhammad saw untuk menyempurnakan ajaranNya, ajaran
yang sebetulnya sama dengan ajaran para rasul terdahulu, menyeru agar manusia mau berpikir
dan kembali ke fitrah sekaligus menceritakan segala penyimpangan yang terjadi sepeninggal
para rasul.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: (Tuhan itu) tiga, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
(QS.An-Nisaa(4):171).
Dia juga mengingatkan apa yang telah terjadi dialam ruh , alam sebelum manusia dilahiran ke
bumi.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),(QS.Al
Araf(7):172).
Karenanya sungguh mustahil bila agama-agama yang dibawa para rasul tersebut saling
bertentangan.
Sesungguhnya (agama tauhid) ini,adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu)
menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan.Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka(masing-masing).Maka biarkanlah
mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. ( QS.Al Muminuun (23):53-54).
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari`at tertentu yang mereka lakukan, maka
janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari`at) ini dan serulah kepada
(agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.(QS.Al-
Hajj(22):67).
Kita, umat Islam sebagai umat rasul penutup, berkewajiban menyampaikan apa yang tertulis
dalam kitab suci kita, Al Quran, secara keseluruhan tidak sebagian-sebagian.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.(QS.Al Baqarah(2):208).
Wallahualam bi shawab.
http://vienmuhadi.com/2009/07/29/peran-agama-dalam-kehidupan/
Menurut Zakiyah Dradjat pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaramn islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan yang apada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai
pandangan hidup.
Menurut Dr. Armai Arief, M.A pendidkan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta
mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah allah di muka bumi, yang bersandar kepada
ajaran Al-quran dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan
kamil setelah proses berakhir.
Pendidikan agama islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslimyang terus berkembang
dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Secara umum, tujuan pendidikan agama islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara,
tujuan akhir, dan tujuan operasional, tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagan
semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara
adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar
peserta didik manusia-manusia yang sempurna (insane kamil). Sedangkan tujuan operasional
adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas tujuan pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir.
Tujuan ini diklasifikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan
operasional.
Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan oleh para ahli
pendidikan, baik pada zaman klazik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat difahami,
bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan agama islam tersebut merupakan bukti
adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan
suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Namun demikian berkembangnya
pemikiran tentang tujuan pendidikan islam tidak pernah melenceng dari prinsip dasar yang
menjadi asas berpijak dalam pengembangan tujuan pendidikan yang dimaksud.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah
mengacuh pada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau
moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia
bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah
swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia dan di
akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai
dengan ajaran agama islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya
lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju
manusia Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang
agama islam agar bakat tersebut dapat berkembangsecara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
C. PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
a. Pendidikan Agama dalam Lingkup Pendidikan Nasional
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang beriman dan bertakwa, patriotic (cinta tana air)
menjadikan falsafah pancasila sebagai pedoman hidup bernegara dan bermasyarakat. Sepakat
bahwa pendidikana gama (khususnya islam) harus kita sukseskan dalam pelaksanaan pada semua
jenis, jenjang, dan jalurnya. Sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa seperti telah digariskan
dalam tap-tap MPR, dan undang-undang telah menjabarkan aspirasi tersebut yang telah disetujui
oleh DPR dan disahkan oleh presiden. Sehingga menjadi dasar yuridis nasional kita mengikat
seluruh warga Negara Indonesia ke dalam satu system pendidikan nasional.
Permasalahan yang perlu kita bahas adalah bagaimana cara pelaksanaannya agar pendidikan
agama kita lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas unggul, lahiriah,
dan batiniah. Berkemampuan tinggi dalam kehidupan akliah dan akidah serta berbobot dalam
perilaku amaliah dan muamalah. Sehingga survive dalam arus dinamika perubahan sosial budaya
pada masa hidupnya. Ketahanan mental sprtitual dan fisik berkat pendidikan agama kita benar-
benar berfungsi efektif bagi kehidupan generasi bangsa dari waktu kewaktu.
Idealitas tersebut baru dapat terlakasana dengan tepat sasaran jika kita mampu melaksanakan
strategi dasar yang berwawan jauh kemasa depan kehidupan bangsa, kehidupan yang dihadapkan
kepada kemajuan ilmu dan teknologi canggih yang semakin sekularistik arahnya.
Orientasi pendidikan agama islam ialah pendidikan ini secara tidak langsung mengharuskan kita
untuk menyelenggarakan proses pendidikan nasional yang konsisten dan secara integralistik
menuju kearah pencapaian tujuan akhir. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas unggul yang berkembang dan tumbuh di atas pola kehidupan yang seimbang antara
lahiriah dan batiniah, antara jasmania dan rohaniah atau antara kehidupan mental spiritual dan
fisik material. Dalam bahasa islam, membentuk insan kamil yang secara homeostatic dapat
mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan yang kahasanah fiddunnya dan khasanah fil
akhirat terhindar dari siksaan api neraka, secara simultan tidak terpisah-pisah antara kedua
unsurnya.
Jalan menuju ketujuan itu, tidak lain adalah melalui proses pendidikan yang berorientasi kepada
hubungan tiga arah yaitu hubungan anak didik dengan tuhannya, dengan masyarakat dan dengan
alam sekitarnya.
1. Hubungan dengan tuhannya menghendaki adanya konsepsi ketuhanan yang telah mapan
dan secara pasti dijabarkan dalam bentuk norma-norma ubudiyah mahdzab yang awajib
ditaati oleh anak didik secara syari.
2. Hubungan dengan masyarakatnya memerlukan adanya aturan-aturan dan norma-norma
yang mengarahkan proses hubungan antar sesame manusia bersifat lentur dalam
komfigurasi rentangan tata nilainya, tapi tidak melanggar atau merusak prinsif-prinsif
dasarnya yang absolute, dalam arti tidak cultural relativistik. Seluruh lapangan hidup
manusia adalah merupakan arena di mana hubungan sosial dan inter personal terjadi
sepanjang hayat, termasuk lapangan hidup iptek.
3. Hubungan dengan alam sekitar menurut adanya kaida-kaida yang mengatur dan
mengarahkan kegiatan manusia didik dengan bekal ipteknya dalam penggalian,
pemanfaatan, dan pengolahan kekayaan yang menyejahterahkan kesadaran terhadap
bahaya arus balik sanksi alam, akibat pengurasan habis-habisan terhadap kekayaan alam
melebihikapasitas alamiahnya.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, merupakan
bagian dari system pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak
sekali eksistensinya secara cultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil peran
yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap saja tidak mampu menyamai
pendidikan umumn yang ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan
tujuan pendidikan secara nyata.
Sebagai pendidikan yang berlebel agama, maka pendidikan islam memiliki transmisispritual
yang lebih nyata dalam proses pengajarannya disbanding dengan pendidikan umum, sekalipun
lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan
islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara berimbang, baik
aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kulturan serta kepribadian. Karena itulah pendidikan
islam memiliki beban yang multi paradigm, sebab berusaha memadukan unsure profane dan
imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti
pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan,
yang satu sama lainnya saling menunjang.
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan
masyarakat islam, serta tuntutannyadalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani)
sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga,
lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga
dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.
Keimanan dan ketakwaan tidaklah dapat terwujud tampa agama. Hanya agamalah yang dapat
menuntun manusia menjadi manusia yang bertaqwa terhadap tuhan yang maha Esa. Hal ini
tertuang dengan jelas dalam tujuan pendidikan nasional, mempunyai makna yang dalam bagi
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Manusia taqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan
masyarakat. Menghayalkan agama itu juga dibina dan dituntun sendiri mungkin melalui proses
pendidikan yang juga diperankan oleh pendidikan agama dalam hubungan ini pendidikan agama
berfungsi sebagai usaha membina kehidupan beragama melalui pendidikan disinilah letak fungsi
yang dijalankan pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
masyarakat Indonesia seluruhnya.
Lebih lanjut dapatlah diungkapkan bahwa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya
(insane pancasila) dan masyarakat Indonesia seluruhnya (masyarakat pancasila), maka
pendidikan agama berfungsi:
Dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang percaya dan bertaqwa
terhadap tuhan yang maha esa.
Mebina warganegara Indonesia menjadi warga Negara yang baik sekaligus ummat yang
taat menjalankan agamanya.
Maha bijak sana Allah swt yang telah menganugrahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan
bapak untuk memelihara anaknya dengan baik tampa mengharapkan imbalan.
Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi dia anugrahi oleh Allah swt pancaindra,
pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilandan
mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu. Mengenai
pentingnyabelajar menurut A. R. Shaleh dan Soependi Soeryadinata: anak manusia tumbuh dan
berkembang, baik pikiran, rasa, kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian sangat
pital adanya faktor belajar.
Jadi pendidikan agama islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk
membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama
sesuai dengan ajaran agama.
Oleh karena itu masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satupokok ajaran islam yang
harus diutamakan dalam pendidikan agama islam untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak
didik.
Dengan melihat arti pendidikan islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan
pendidikan islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik
(berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama islam.
Oleh karena itu, pendidikan islam sangat penting sebab dengan pendidikan islam, orang tua atau
guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan
jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan
ajaran agama islam.
Pendidikan agama islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa kanak-
kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana menurut
pendapat Zakiyah Drajat bahwa: pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak sejak kecil.
Oleh karena itu dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan nasional, pendidikan agama islam di
sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu pendidikan agama islam di
Indonesia dimaksudkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik
mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/05/peranan-penting-pendidikan-agama-islam.html
Fungsi Agama bagi Kehidupan
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia,
antara lain adalah :
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan
untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan
dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri
manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang
menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-
hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah
ataukebaikan.
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup.
Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang
dihuraikan di bawah:
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi
penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam
dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan
sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya
bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan
untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan
ini.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem
agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku,
pandangan dunia dan nilai yang sama.
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif
atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor
integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun
dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan
nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-
kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan
memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan
eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan
eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat
sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger,
agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya
agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya bahkan sampai pada aspek
yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin) dalam kehidupan kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka
yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial
dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang sangat
potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis),
banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca,
mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun
tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana
yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama
antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi
keyakinan.
Namun, perlu dicatat, dalam proyek kerja sama ini tentunya para politisi jauh lebih lihai
dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah)
menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui
jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.
Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan
yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan
dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan
jahat lainnya.
Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan
oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus
mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki,
melainkan nilai yang melekat dalam hati.
Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi
dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati
(kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku
manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati
yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di
relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran
bendera, bukan di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta
bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai
hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan
kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi.
Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan
Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma
agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud
menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat
sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak
mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks
interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim,
kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal
mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi
perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring
dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal
mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka
memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman.
Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog antara
agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan
persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.
http://www.akhirzaman.info/islam/37-al-quran/276-qs-al-hijr-159.html
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
107
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=21&aid=107&pid=arabicid