You are on page 1of 20

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No.

2, Juni 2015

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


WASPADA STROKE PADA KELOMPOK RESIKO TINGGI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONCOKUSUMO MALANG
(PENDEKATAN TEORI HEALTH PROMOTION
MODEL NOLLA J PENDER)

Rahmania Ambarika* Achdiat Agoes** Heri Kristianto**

*Stikes Surya Mitra Husada Kediri


**Program Magister Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRACT

Stroke is main health problem in sociaty because can cause death,


disability and decreasing life quality significantly. Prior problem that cause
increasing mortality and disability is lack of awareness of people on knowing the
early sign of stroke. This study purpose is to knowing the relating factor with
awareness behaviour of stroke from high risk people. This study was analityc
deskriptif with cross sectional. Sample taken is 144 people with purposive
sampling. Bivariat analysis show there is relation between prior related
behaviour (p = 0,000), personal factor (p = 0,000), perceived benefits (p =
0,000), perceived barrier to action (p = 0,000), activity related effect (p = 0,000),
and interpersonal factor ( p = 0,000) with awareness behaviour. Factor that isnot
having relationship with stroke behaviour is perceived self efficacy ( p = 0,000).
The most close relation factor with awareness behaviour is knowledge
perceivedbarrier to action and prior related before. Experiment before about
stroke is become stimuly factorthat form perception and behaviour based on
knowledge that will perform long last behaviour.

Keywords : Related factor, behaviour, Stroke

PENDAHULUAN dapat memperlambat pasien stroke


dalam mencari pertolongan medis
Stroke merupakan masalah sehingga berdampak terlambatnya
kesehatan utama di masyarakat penanganan stroke yang meng-
karena penyebab kematian, kecacatan akibatkan terjadinya kecacatan
serta penyebab menurunnya kualitas bahkan kematian (Kimet al., 2011).
hidup yang tinggi. Salah satu Stroke adalah defisit fungsi
permasalahan utama yang menye- neurologis yang terjadi secara tiba-
babkan meningkatnya mortalitas dan tiba yang disebabkan oleh adanya
kecacatan adalah kurangnya kewas- trombosis, emboli, atau pecahnya
padaan masyarakat dalam mengenal pembuluh darah di otak(Agoes,
faktor resiko dan gejala dini 2012). Individu yang mengalami
terjadinya stroke (Young et al., 2009). stroke atau meninggal karena stroke
Kurangnya kewaspadaan masyarakat diakibatkan karena memiliki1atau

223
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

lebihfaktor resiko terjadinya stroke besar (95%) keluhan pertama


(Anthony et al., 2010). serangan stroke terjadi di rumah atau
Stroke merupakan penyebab luar rumah sakit(AHA, al., 2008).
kematian ketiga setelah penyakit Salah satu teori model
jantung dan kanker di Amerika keperawatanyang berfokus pada pe-
Serikat. Diperkirakan terdapat ningkatan perilaku kesehatan adalah
795.000 penderita stroke dengan Health Promotion Model menurut
600.000 penderita serangan pertama Nolla j Pender. Pendekatan teori
dan 185.000 adalah serangan ber- Pender berfokus pada kemampuan
ulang dengan angka kematian individu untuk menpertahankan
150.000 (AHA, 2014). kondisi kesehatannya dengan
Kejadian stroke di Indonesia keyakinan bahwa intervensi yang
terbesar se Asia sekitar 12 juta pen- diberikan lebih baik pada saat
duduk yang berumur diatas 35 tahun seseorang dalam kondisi sehat dan
berpotensi terkena serangan stroke. juga lebih baik melakukan tindakan
(Agoes, 2012;Yayasan Stroke pencegahan penyakit ke-mudian
Indonesia, 2014). Jumlah penderita berusaha untuk melakukan tindakan
stroke di Indonesia berdasarkan di- yang mengarah kepada perbaikan
agnosis Nakes diperkirakan 2.137.941 kondisi yang dimiliki(Tommey and
(12,1%) orang. Jawa timur termasuk M.R. Alligood, 2006).
daerah dengan prevelensi stroke Populasi dengan resiko tinggi
tertinggi ke tiga setelah Jawa Barat membutuhkan suatu upaya preventif
dan Jawa Tengah dengan estimasi agar sedini mungkin terdapat pe-
angka kejadian 302.987 (Kemenkes, rubahan untuk menerapkan perilaku
2014). yang sehat (Anthony et al., 2010).
Berdasarkan hasil studi penda- Sebuah tinjauan terbaru menunjukkan
huluan di Puskesmas Poncokusumo bahwa inisiatif berupa promosi ke-
Malang menunjukkan banyak in- sehatan dalam upaya meningkatkan
dividu dengan resiko tinggi stroke kesadaran gejala stroke dibutuhkan
antara lain penderita hipertensi untuk diterapkan di departement
dengan usia diatas 55 tahun sebanyak emergensi(Teuschl Y,et al, 2010).
310 penderita, penderita diabetes Penerapan promosi kesehatan juga
mellitus sebanyak 40 penderita, serta diperlukan di departemen emergensi
kurang lebih 5 kasus stroke setiap untuk meningkatkan status kesehatan
bulannya dengan faktor resiko yang individu. Upaya peningkatan kese-
tidak diketahui sebelumnya sehingga hatan di departemen emergensi bisa
mengakibatkan kelumpuhan bahkan diterapkan di prehospital, hospital,
kematian (laporan kejadian PTM atau recovery (Bensbeg & Kennedy,
Puskesmas Poncokusumo bulan 2012).
Februari 2015). Tujuan dari penelitian ini
Stroke membutuhkan pena- adalah untuk mengetahui faktor yang
nganan yang cepat dan hal ini sangat berhubungan dengan perilaku
dipengaruhi oleh deteksi awal yang waspada stroke pada kelompok resiko
tepat di pre hospital. Kewaspadaan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas
terhadap stroke dengan pengenalan Poncokusumo Malang dengan
cepat terhadap tanda-tanda stroke pendekatan teori health promotion
sangat diperlukan karena sebagian model Nolla J Pender.

224
224
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

METODE Teknik sampling yang


digunakan adalah purposive sampling
Penelitian ini mengggunakan
dalam waktu 1 (satu) bulan mulai
pendekatan studi analitik korelasi
tanggal 14 Mei 2015 sampai dengan
(analytic cross sectional study) yang
tanggal 14 Juni 2015 dengan jumlah
bertujuan mencari hubungan antara
sampel penelitian 144 responden.
variabel dependent (terikat) yaitu
Instrumen yang digunakan dalam
perilaku waspada stroke dengan
penelitian ini dengan menggunakan
variabel independent (bebas) yaitu
kuesioner.Analisis dalam penelitian
pengalaman sebelumnya, faktor
ini adalah analisis bivariat meng-
personal, persepsi manfaat, persepsi
gunakan uji Chi Square dan
kemampuan diri, persepsi hambatan,
multivariate menggunakan regresi
sikap, faktor interpersonal.
logistik dengan metode backward LR.

225
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan data demografi di Wilayah Kerja


Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015

Karakteristik
Klasifikasi N (144) %
Responden
Usia 55 Tahun 54 37,5
> 55 Tahun 90 62,5

Jenis Kelamin Perempuan 90 62,5


Laki Laki 54 37,5

Pendidikan SD 86 59,72
SMP 37 25,69
SMA 21 14,58

Pekerjaan Swasta 49 34,03


Petani 71 49,31
Tdk bkerja 24 16,67

Status Ekonomi 1 juta 130 90,28


>1juta 14 9,72

Informasi Pernah 57 39,58


TP 87 60,42

Sumber informasi Televisi 8 5,56


Nakes 49 34,02
Tidak ada 87 60,42

Jarak < 1 Km 59 40,97


1 5 Km 85 59,03

Asuransi Kesehatan Ya 82 56,94


Tidak 62 43,06

Sumber: Kuesioner, 2015


Berdasarkan tabel 5.1 mendapatkan informasi mengenai
menunjukkan bahwa sebagian besar stroke sebelumnya sebesar 87 (60,42
responden usia >55 tahun sejumlah %) responden, tidak pernah men-
90 (62,5 %) responden, berjenis dapatkan informasi mengenai stroke
kelamin perempuan sejumlah 90 sebelumnya dari sumber informasi
(62,5 %) responden, bekerja sebagai manapun sebanyak 87 (60,42 %)
petani berjumlah 71 (49,31 %) responden, jarak rumah dengan
responden, pendidikan SD (Sekolah fasilitas kesehatan sekitar 1- 5 km 85
Dasar) sebanyak 86 (59,72 %) (59,03 %) responden dan
responden, status ekonomi dengan memilikiasuransi kesehatan sebesar
penghasilan 1 juta sebanyak 130 82 (56,94%)responden
(90,28 %) responden, tidak pernah

226
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Karakteristik Variabel
Tabel 2. Karakteristik variabel berdasarkan variabel dependent dan independent
di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14 Juni
2015

Variabel Kategori n = 144 %


Usia 55 54 37,5
<55 90 62,5

Status ekonomi 1 juta 130 90,28


1 juta 14 9,72

Pengetahuan Baik 80 55,56


Krg baik 64 44,44

Pengalaman Sebelumnya Pernah 58 40,28


TP 86 59,72

Persepsi Baik 133 92,36


Manfaat Krg Baik 11 7,64

Persepsi Hambatan Baik 68 47,22


Krg Baik 76 52,78

Persepsi kemampuan Baik 140 97,22


Krg Baik 4 2,78

Sikap Positif 128 88,89


Negatif 16 11,11

Dukungan keluarga Baik 110 76,39


Krg baik 34 23,61

Perilaku Baik 67 46,53


Krgbaik 77 53,47
Sumber: Kuesioner, 2015
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa waspadaan ancaman stroke sejumlah
pada variabel faktor personal 140 (97,22%) responden dan
didapatkan sebagian besar tergolong memiliki persepsi hambatan yang
usia > 55 tahun sebanyak 90 (62,5%), tidak baik sejumlah 76 (52,78 %)
berpenghasilan 1 juta perbulan responden. Kemudian berdasarkan
sebanyak 130 (90,28%) responden, sikap sebagian besar memiliki sikap
berpengetahuan baik sebanyak 80 positif sebesar 128 (88,9%)
(55,56%) responden, mempunyai responden, memiliki dukungan
pengalaman sebelumnya sebanyak 86 keluarga yang baik sebanyak 110
(59,72%), memiliki persepsi manfaat (76,4 %) responden dan perilaku
yang baik sebanyak 133 (92,36%) kurang baik sebesar 77 (53,47%)
responden, persepsi kemampuan diri responden.
merasa mampu meningkatkan ke-

227
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Analisi Bivariat
Tabel 3. Hubungan pengalaman sebelumnya (prior related behavior) dengan
perilaku waspada stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo
Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015
Perilaku
P
Variabel Kategori KB Baik OR
value
n % n %
Pengalaman Pernah 11 14,3 47 70,1
0,000 14,1
sebelum TP 66 85,7 20 29,9
Total 77 100 67 100
Berdasarkan tabel 3 me- sehingga terdapat hubungan antara
nunjukkan sebagian besar 66 usia dengan perilaku waspada stroke
(85,7%) responden tidak memiliki pada kelompok resiko tinggi di
pengalaman sebelumnya dan me- Wilayah Kerja Puskesmas Ponco-
miliki perilaku yang kurang baik dan kusumo Kabupaten Malang.
didapatkan nilai p value 0,000

Tabel 4. Hubungan Usia dengan perilaku waspada stroke di Wilayah Kerja


Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015
Perilaku
P
Variabel Kategori KB Baik OR
value
N % n %
Usia 55 22 28,6 32 47,8 0,041 2,286
>55 35 71,4 55 52,2
Total 77 100 67 100

Berdasarkan tabel 4 0,041 yang artinya ada hubungan


didapatkan sebagian besar responden antara usia dengan perilaku waspada
berusia antara > 55 tahun dengan stroke pada kelompok resiko tinggi
perilaku baik sebanyak 55 (52,2%) di Wilayah Kerja Puskesmas
responden. Berdasarkan hasil analisa Poncokusumo Kabupaten Malang
didapatkan nilai signifikansi p value dengan nilai OR sebesar 2,286.

Tabel 5. Hubungan status ekonomi dengan perilaku waspada stroke di Wilayah


Kerja Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015

Variabel Kategori Perilaku


P
KB Baik OR
value
N % n %
S. ekonomi 1 juta 74 96,1 56 83,6 0,01 0,2
>1 juta 3 3,9 11 16,4

Total 77 100,0 67 100,0

Berdasarkan tabel 5 responden berpenghasilan 1 juta


menunjukkan bahwa hampir seluruh sebanyak 74 (96,1) responden dan

228
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

memiliki perilaku yang kurang baik resiko tinggi di Wilayah Kerja


dan didapatkan nilai p value 0,011 Puskesmas Poncokusumo Kabupaten
sehingga terdapat hubungan antara Malang dengan nilai OR sebesar
status ekonomi dengan perilaku 0,206.
waspada stroke pada kelompok
Tabel 6. Hubungan Faktor Personal (pengetahuan) Dengan Perilaku Waspada
Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14
Juni 2015
Variabel Kat Perilaku P
KB Baik value OR
N % N %
Pengetahua KB 55 71,4 9 13,4 0,00 0,06
n Baik 22 28,6 58 86,6
Total 77 100 67 100
Berdasarkan tabel 6 pengetahuan dengan perilaku
menunjukkan sebagian besar 55 waspada stroke pada kelompok
(71,4%) responden memiliki resiko tinggi di Wilayah Kerja
pengetahuan kurang dan memiliki Puskesmas Poncokusumo Kabupaten
perilaku yang kurang baik dan Malang dengan nilai OR sebesar
didapatkan nilai p value 0,000 0,062.
sehingga terdapat hubungan antara

Tabel 7. Hubungan persepsi manfaat (perceived benefits of action) dengan


perilaku waspada stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo
Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015

Variabel Kat Perilaku


Kurang Baik P value OR
N % N %
P.manfaat KB 9 11,7 2 3,0 0,05 0,2
Baik 68 88,3 65 97,0
Total 77 100,0 67 100,0

Berdasarkan tabel 7 didapat- antara persepsi manfaat dengan


kan hampir seluruh responden 68 perilaku waspada stroke pada
(88,3%) memiliki persepsi manfaat kelompok resiko tinggi di Wilayah
baik tetapi memiliki perilaku kurang Kerja Puskesmas Poncokusumo
baik. Berdasarkan hasil analisa Kabupaten Malang dengan nilai OR
didapatkan nilai signifikansi p value sebesar 0,232.
0,05 artinya terdapat hubungan

229
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Tabel 8. Hubungan persepsi hambatan (perceived barrier of action) dengan


perilaku waspada stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo
Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015
Variabel Klat Perilaku
P
Kurang baik Baik OR
value
n % N %
P. hambatan KB 52 67,5 24 35,8 0,00 0,2
Baik 25 32,5 43 64,2
Total 77 100,0 67 100,0

Berdasarkan tabel 8 terdapat hubungan antara persepsi


didapatkan sebagian besar responden hambatan dengan perilaku waspada
52 (67,5%) memiliki persepsi stroke pada kelompok resiko tinggi di
hambatan kurang baik dan memiliki Wilayah Kerja Puskesmas
perilaku kurang baik. Berdasarkan Poncokusumo Kabupaten Malang
hasil analisa didapatkan nilai dengan nilai OR sebesar 0,268.
signifikansi p value 0,000artinya

Tabel 9. Hubungan persepsi kemampuan diri (perceived self efficacy) dengan


perilaku waspada stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo
Tanggal 14 Mei 14 Juni 2015
Perilaku
P
Variabel Kat Kurang baik Baik OR
value
N % n %
Persepsi KB 4 5,2 0 0 0,079 1,9
kemampuandiri Baik 73 94,8 67 100
Total 77 100 67 100
artinya tidak terdapat hubungan
Berdasarkan tabel 9
antara persepsi kemampuan diri
didapatkan hampir seluruh responden
dengan perilaku waspada stroke pada
berjumlah 73 orang (94,8%)memiliki
kelompok resiko tinggi di Wilayah
persepsi kemampuan diri baik tetapi
memiliki perilaku kurang baik. Kerja Puskesmas Poncokusumo
Berdasarkan hasil analisa didapatkan Kabupaten Malang dengan nilai OR
sebesar1,9.
nilai signifikansi p value 0,079

Tabel 10. Hubungan sikap (activity related affect) dengan perilaku waspada stroke
di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14 Juni
2015
Perilaku
P
Variabel Kat Kurang baik Baik OR
value
N % N %
Sikap Negatif 15 19,5 1 1,5 0,001 0,063
Positif 62 80,5 66 98,5
Total 77 100,0 67 100,0
62 (80,5%) memiliki sikap positif
Berdasarkan tabel 10
tetapi memiliki perilaku kurang baik.
didapatkan hampir seluruh responden
Berdasarkan hasil analisa didapatkan

230
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

nilai signifikansi p value 0,001 di Wilayah Kerja Puskesmas


artinya terdapat hubungan antara Poncokusumo Kabupaten Malang
sikap dengan perilaku waspada dengan nilai OR sebesar 0,063.
stroke pada kelompok resiko tinggi

Tabel 11. Hubungan faktor interpersonal (dukungan keluarga) dengan perilaku


waspada stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14
Mei 14 Juni 2015
Perilaku
P
Variabel Kat Kurang Baik OR
value
n % N %
Dukungan KB 25 32,5 9 13,4 0,007 0,3
keluarga Baik 52 67,5 58 86,6
Total 77 100 67 100

Berdasarkan tabel 11 antara dukungan keluarga dengan


didapatkan sebagian besar responden perilaku waspada stroke pada
58 (86,6%) memiliki dukungan kelompok resiko tinggi di Wilayah
keluarga baik dan memiliki perilaku Kerja Puskesmas Poncokusumo
baik. Berdasarkan hasil analisa Kabupaten Malang dengan nilai OR
didapatkan nilai signifikansi p value sebesar 0,323.
0,000 artinya terdapat hubungan

Analisa Multivariat

Tabel 12. Faktor yang paling berhubungan dengan perilaku waspada strokedi
Wilayah Kerja Puskesmas Poncokusumo Tanggal 14 Mei 14 Juni
2015

95,0 C.I.for EXP(B)


Langkah 7
Sig. Exp(B) Lower Upper
Pengetahuan 0,000 9,695 3,594 26,151
Per. hambatan 0,026 2,959 1,137 7,703
Pengalaman sebelumnya 0,000 0,086 0,032 0,231
Constant 0,378 0,717
Hasil dari analisis dari Exp(B)). Kekuatan hubungan dari
tabel12 didapatkan hasil bahwa yang terbesar ke yang terkecil adalah
pengetahuan (9,695), persepsi
variabel yang berhubungan dengan
hambatan (2,959), dan pengalaman
perilaku waspada ancaman stroke
sebelumnya (0,086). Sehingga
adalah pengetahuan, persepsi hamba-
variabel yang mempunyai pengaruh
tan, dan pengalaman sebelumnya.
paling kuat adalah pengetahuan
Urutan kekuatan hubungan dari
dengan OR 9,695.
ketiga variabel ini dapat dilihat dari
nilai Odds Ratio (dilihat dari nilai

231
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

PEMBAHASAN adanya faktor keturunan stroke,


sehingga meningkatkan kewaspada-
Hubungan Pengalaman Sebelum-
annya akan terjadinya stroke. Pada
nya (prior related behavior) dengan
individu dengan mempunyai
Perilaku Waspada Stroke pada
pengalaman merawat orang stroke
Kelompok Resiko Tinggi
sebelumnya, pada diri mereka terjadi
Berdasarkan hasil analisa peningkatan kewaspadaan untuk
didapatkan hasil dengan nilai p value mencegah stroke dengan cara
0,000 artinya terdapat hubungan berperilaku sehat diantaranya me-
antara pengalaman sebelumnya luangkan waktu berolahraga,
dengan perilaku waspada stroke pada makanmakanan sehat, kontrol rutin,
kelompok resiko tinggi di Wilayah sampai dengan segera membawa ke
kerja Puskesmas Poncokusumo. tenaga kesehatan ketika muncul
Perilaku manusia adalah gejala penyakit yang dirasanya. Hal
semua semua kegiatan atau aktivitas ini dilakukannya karena mereka
yang dilakukan oleh manusia baik sebelumnya sudah mengetahui orang
yang dapat diamati secara langsung dengan stroke, sehingga mereka
maupun yang tidak dapat diamati lebih waspada lagi supaya tidak
secara langsung. (Notoatmodjo, terhindar dari stroke.
2010). Perilaku baru terjadi apabila Berdasarkan hasil penelitian
terdapat rangsangan yang dapat dapat disimpulkan bahwa didapatkan
menghasilkan respon sehingga hubungan yang signifikan antara
rangsangan tertentu akan meng- pengalaman sebelumnya dengan
hasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, perilaku yang juga dilatarbelakangi
2013). Respon yang diterima dari adanya faktor pendidikan, informasi
rangsangan bisa muncul salah yang didapatkan sebelumnya me-
satunya karena terdapat pengalaman ngenai stroke, dan juga faktor
pada diri individu sehingga ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori
pengalaman individu dianggap bahwa pengalaman seseorang bisa
sebagai rangsangan yang dapat juga diperoleh dari informasi yang
menimbulkan suatu respon pada sudah didapat sebelumnya sehingga
manusia (Notoatmodjo, 2010). akan menambah pengetahuan
Perbedaan pengalaman yang dialami seseorang dan akan mempengaruhi
individu pada masa lalu dan cita- perilaku orang tersebut. Adanya
citanya dikemudian hari, menentu- pendidikan yang tinggi akan mem-
kan perilaku individu di masa kini buat individu terrsebut lebih mudah
yang berbeda-beda pula (Sunaryo, dalam menerima informasi, dan juga
2013). faktor ekonomi yang memadai
Berdasarkan hasil penelitian membuat seseorang lebih mudah
didapatkan hasil individu yang mendapatkan informasi yang diingin-
memiliki pengalaman sebelumnya kan dan juga kepemilikan asuransi
diantaranya pernah merawat anggota kesehatan juga mempermudah
keluarganya dengan stroke sebanyak mereka untuk menggunakan fasilitas
47 (70,1 %) memiliki perilaku yang kesehatan, jarak yang dekat dengan
baik. Hal ini bisa dinilai dari hasil fasilitas kesehatan juga akan
quitioner didapatkan perilakunya mempermudah mereka untuk lebih
yang sadar akan ancaman stroke meningkatkan perilaku waspada ter-
yang bisa terjadi pada dirinya karena hadap ancaman stroke. Latar

232
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

belakang yang berbeda juga akan mengekspresikan potensi kesehatan


mempengaruhi perilaku waspada mereka yang berbeda satu sama lain
terhadap stroke khususnya ada dan dalam menjalankan kehidupan
tidaknya pengalaman sebelumnya karena Individu memiliki kemampu-
dalam merawat atau mengenal an untuk mengenali kompetensi yang
stroke. Ada tidaknya pengalaman dimilikinya termasuk karakteristik
sebelumnya sebagai sesuatu yang personal yang dimilikinya disertai
mampu untuk memotivasi individu sifat biopsikososial yang komplek
secara langsung untuk meningkatkan yang akan mempengaruhi dalam
derajat kesehatannya. menghasilkan suatu tingkah laku
(Tommey and M.R. Alligood, 2006).
Hubungan Faktor Personal (Usia, Faktor personal (personal factor)
Status Ekonomi, Pengetahuan) yang mempengaruhi individu dalam
dengan Perilaku Waspada Stroke bertingkah laku diantaranya dari
pada Kelompok Resiko Tinggi biological factor meliputi usia, jenis
kelamin, IMT, status menopause,
Berdasarkan hasil penelitian
kekuatan dan keseimbangan dan
didapatkan terdapat hubungan antara
yang kedua adalah psychological
faktor personal diantaranya usia,
factor yang terdiri dari pengetahuan
status ekonomi, pengetahuan dengan
tentang kesehatan, dan motivasi diri
perilaku waspada stroke dengan p
dan yang ketiga socialcultural factor
value 0,005 yang artinya terdapat
yang terdiri dari pendidikan dan
hubungan antara status ekonomi
status ekonomi.
dengan perilaku waspada stroke
Faktor personal diantaranya
sedangkan pada hasil analisa
usia, status ekonomi dan pengetahu-
hubungan antara status ekonomi
an memiliki pengaruh terhadap
dengan perilaku waspada stroke
perilaku kesehatan ditandai dengan
didapatkan nilai p value 0,011 yang
pemeliharaan dan peningkatan ke-
artinya terdapat hubungan antara
sehatan yang mencakup mencegah
status ekonomi dengan perilaku.
dan melindungi diri dari penyakit
Didapatkan juga hasil yang
atau masalah kesehatan lainnya,
signifikan antara usia dengan
meningkatkan kesehatan, serta men-
perilaku waspada stroke yaitu
cari kesembuhan apabila sakit.
didapatkan nilai p value sebesar
Terdapatnya perbedaan karakteristik
0,018 yang artinya terdapat
personal mempengaruhi juga se-
hubungan antara usia dengan
seorang dalam melakukan penilaian
perilaku waspada stroke dan
terhadap dirinya yang akan
didapatkan nilai yang signifikan
mempengaruhi tingkah laku yang
antara pengetahuan dengan perilaku
dilakukan seseorang.
waspada stroke dimana p value 0,000
sehingga terdapat hubungan antara Hubungan Persepsi Manfaat
pengetahuan dengan perilaku was- (Perceived Benefits) dengan
pada stroke pada kelompok resiko Perilaku Waspada Stroke pada
tinggi di Wilayah kerja Puskesmas Kelompok Resiko Tinggi
Poncokususmo Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian,
Health Promotion Model yang didapatkan nilai p value 0,05 artinya
dikemukan oleh Penders didasarkan
terdapat hubungan antara persepsi
pada beberapa asumsi yaitu dimana manfaat dengan perilaku waspada
Individu mencari cara untuk

233
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

stroke pada kelompok resiko tinggi tercermin pada perilakunya yang


di Wilayah kerja Puskesmas lebih waspada lagi terhadap stroke.
Poncokusumo. Terdapat hubungan antara
Menurut Pender 2002, Salah persepsi manfaat dengan perilaku
satu faktor yang berhubungan waspada stroke dengan dilatar-
dengan tingkah laku peningkatan belakangi oleh faktor pendidikan,
kesehatan adalah persepsi terhadap usia, pekerjaan, pengalaman, serta
manfaat tindakan (perceived bene- informasi yang didapat yang masing-
fits) yang merupakan hasil positif masing individu memiliki latar
yang diharapkan yang akan diperoleh belakang yang berbeda sehingga
dari perilaku sehat (Tomey & masing-masing individu memiliki
Alegood, 2006). Persepsi mengacu respon yang berbeda-beda ketika
pada interpretasi hal-hal yang kita mempersepsikan suatu rangsangan
indera (Robert L et al., 2008). dan akan menghasilkan perilaku
Persepsi merupakan suatu proses yang berbeda. Individu yang mem-
otomatis yang terjadi dengan sangat persepsikan banyaknya manfaat
cepat dan kadang tidak akan disadari ketika kita waspada terhadap
yang akan mempengaruhi tindakan. ancaman stroke juga dibuktikan pada
Persepsi setiap orang terhadap suatu perilaku untuk lebih waspada
obyek akan berbedabeda oleh terhadap stroke, sebaliknya individu
karena itu persepsi mempunyai sifat yang mempersepsikan kewaspadaan
subyektif. Orang yang mempunyai stroke bukan suatu hal yang penting
persepsi yang baik tentang sesuatu untuk dilakukan, maka akan
cenderung akan berperilaku sesuai diwujudkan dalam perilakunya yang
dengan persepsi yang dimilikinya kurang baik diantaranya perilaku-
(Notoadmodjo,2010). perilaku yang akan menambah resiko
Berdasarkan hasil penelitian terjadinya stroke semakin tinggi.
didapatkan responden dengan per-
sepsi manfaat yang baik memiliki Hubungan Persepsi Hambatan
perilaku yang baik sejumlah 65 (97 (Perceived Barrier to Action)
%) responden. Hal ini sesuai dengan dengan Perilaku Waspada Stroke
teori bahwa persepsi adalah salah Pada Kelompok Resiko Tinggi
satu faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian,
terwujudnya suatu perilaku. Individu didapatkan nilai p value 0,000
dengan persepsi yang baik tentang artinya terdapat hubungan antara
manfaat kewaspadaan stroke ditandai
persepsi hambatan dengan perilaku
dengan banyaknya manfaat yang
waspada stroke pada kelompok
diperoleh dengan waspada stroke
resiko tinggi di Wilayah kerja
diantaranya mengerti tentang pen- Puskesmas Poncokusumo.
tingnya mengetahui tanda gejala, Persepsi terhadap hambatan
mengubah perilaku yang lebih baik yang dirasakan (perceived barrier to
lagi, tindakan segera ketika muncul action) adalah kesadaran akan
gejala, pandangan yang positif hambatan yang diantisipasi sebelum-
terhadap manfaat kewaspadaan nya sebelum melakukan tindakan,
stroke membuat individu tersebut dibayangkan atau sudah diaplikasi-
mengaplikasikan pandangannya ke- kan mengenai penilaian terhadap
dalam aktivitas sehari-harinya yaitu
suatu hambatan yang dalam hu-
bungannya dengan perilaku pe-

234
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

ningkatan kesehatan, hambatan- sekali yang tempatnya lebih dekat


hambatan ini dapat berupa imaginasi dengan tempat tinggal mereka.Faktor
ataupun nyata. Hambatan ini terdiri pembiayaan yang mahal juga tidak
atas persepsi mengenai ketidak- mempengaruhi kewaspadaan mereka
tersediaan atau kesuliatan dalam hal karena adanya kepemilikan asuransi
fasilitas, biaya, waktu ataupun hal kesehatan sehingga menjadi solusi
yang dirasa tidak menyenangkan. meningkatnya pembiayaan kese-
Hambatan yang tinggi maka tindakan hatan. Ada beberapa responden yang
ataupun perilaku[un tidak akan ter- beranggapan bahwa jarak, biaya, dan
wujud, sebaliknya jika kesiapan tenaga kesehatan bukanmerupakan
untuk bertindak tinggi dan hambatan suatu hambatan karena dirasa jarak
rendah kemungkinan besar akan yang dekat, yaitu kurang dari 1 km,
melakukan tindakan tersebut (Tomey kepemilikan asuransi kesehatan dan
& Aligood, 2006). Menurut Sunaryo juga didapatnya informasi kesehatan
(2013), persepsi merupakan proses dari tenaga kesehatan sehingga
yang menyatu dalam diri individu ketiga faktor tersebut dirasa bukan
terhadap stimulus yang diterimanya. suatu hambatan Adanya hambatan
Sebagian besar responden yang ada dalam meningkatkan
dengan persepsi hambatan yang baik perilaku kesehatan yaitu
memiliki perilaku yang baik juga ketidaktersediaan fasilitas kesehatan
sejumlah 43 (63,2 %) responden. yang dekat dengan pemukiman, atau
Banyak responden yang mem- sulitnya pe-manfaatan fasilitas
persepsikan bahwa adanya sarana kesehatan, mahalnya biaya, kurang
prasarana yang sulit dijangkau ka- aktifnya peran tenaga kesehatan bisa
rena jarak yang jauh, bukan merupa- menjadikan sebagai hambatan untuk
kan suatu penghalang bagi responden meningkatkan perilaku kesehatan.
untuk berperilaku lebih waspada lagi Masing-masing individu mem-
meskipun untuk berperilaku sehat, persepsikan ketika individu menilai
karena dalam meningkatkan perilaku hambatan tersebut merupakan
kesehatan juga dipengaruhi oleh sebagai penghambat dalam me-
adanya sarana dan prasarana yang ningkatkan perilaku sehat maka akan
mendukung.Salah satunya adanya tercermin dalam perilakunya yang
fasilitas kesehatan yang dekat kurang baik, tetapi jika individu
dengan pemukiman mereka. tersebut menilai faktor sarana
Berdasarkan hasil penelitian prasaransa bukan merupakan suatu
didapatkan jarak sampai dengan 5 hambatan, maka individu tersebut
km untuk sampai ke pelayanan akan berusaha secara mandiri dalam
kesehatan, tetapi banyak dari mereka meningkatkan perilaku sehatnya. Hal
yang memanfaatkan adanya ini juga didukung oleh adanya faktor
posyandu lansia sebagai tempat intern yang dimiliki individu
untuk lebih meningkatkan perilaku diantaranya pengalaman, penge-
waspadanya untuk kontrol rutin tahuan, status ekonomi, motivasi,
kondisi kesehatannya.Hal ini kepemilikan asuransi kesehatan
didukung oleh adanya posyandu sehingga mendukung mereka untuk
lansia yang diadakan satu bulan berperilaku lebih sehat lagi.

235
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Hubungan Persepsi Kemampuan Persepsi yang positif akan


Diri (Perceived Self Efficacy) kemampuan diri, keyakinan bahwa
dengan Perilaku Waspada Stroke pada dirinya bisa melakukan
pada Kelompok Resiko Tinggi tindakan yang lebih baik lagi,
mampu untuk menjadi individu yang
Berdasarkan hasil penelitian
lebih baik lagi untuk menjadi lebih
didapatkan nilai p value sebesar
sehat lagi akan mempengaruhi
0,079 artinya tidak ada hubungan
individu tersebut untuk melakukan
antarapersepsi kemampuan diri
apa yang diyakininya sebaliknya jika
dengan perilaku waspada stroke pada
terdapat penilaian yang dirasa tidak
kelompok resiko tinggi di Wilayah
mampu untuk melakukan suatu
kerja Puskesmas Poncokusumo
perubahan yang lebih baik lagi,maka
Kabupaten Malang.
akan tercermin juga dalam
Kemampuan diri (perceived
perilakunya yaitu perilaku yang
self efficacy) merupakan salah satu
konsep utama teori Nolla J Pender kurang baik. Individu yang memiliki
persepsi terhadap kemampuan
HPM (Health Promotion Model)
kurang tetapi perilakunya baik, hal
yang merupakan kesadaran akan
ini karena ada faktor-faktor lain yang
kemampuan diri dalam melakukan
mendukung seseorang untuk
penilaian kapabilitas diri untuk
melakukan perilaku yang lebih baik
mengorganisasi perilaku peningkatan
lagi meskipun dirasa dirinya tidak
kesehatan. Kesadaran akan ke-
mampu, misalkan adanya dukungan
mampuan diri mempengaruhi
keluarga, adanya motivasi, didukung
kesadaran akan adanya hambatan/
juga dengan pengetahuan yang baik,
tantangan dalam melakukan suatu
semua ini akan mendorong individu
tindakan. Self efficacy harapannya
tersebut berperilaku yang lebih baik
dapat memberikan motivasi dalam
lagi yaitu perilaku yang lebih
melakukan suatu tindakan pe-
waspada lagi terhadap bahaya stroke.
ningkatan kesehatan (Tomey &
Aligood, 2006).
perasaan positif dan negatif sebelum,
Hubungan Sikap (Activity Related selama dan perilaku selanjutnya yang
Affect) dengan Perilaku Waspada berdasarkan adanya stimulus yang
Stroke Pada Kelompok Resiko menimbulkan respon sikap dan
Tinggi mempengaruhi perilaku. Menurut
Berdasarkan hasil penelitian Azwar (2010) Sikap adalah suatu
didapatkan nilai p value 0,000, bentuk evaluasi atau reaksi perasaan
artinya terdapat hubungan antara sedangkan sikap seseorang terhadap
sikap dengan perilaku waspada suatu obyek adalah perasaan
stroke padakelompok resiko tinggi di mendukung atau memihak
Wilayah Kerja Puskesmas Ponco- (favorable) maupun perasaan tidak
kusumo, Malang. mendukung atau tidak memihak
Sikap yang berhubungan (unfavorable) pada obyek tersebut
dengan aktivitas (activity related (Notoatmodjo, 2010).
affect) merupakan salah satu Berdasarkan hasil penelitian
komponen teori Nolla J Pender HPM didapatkan sebagian besar 66
(Health Promotion Model). Sikap (98,5%) memiliki sikap positif dan
yang dihasilkan mendeskripsikan perilaku yang baik. Hal ini
didasarkan pada hasil sikap yang

236
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

tercermin dalam proses menerima, pada individu tersebut dengan mudah


merespon dan menghargai. Mereka bisa merubah kebiasaan buruknya
lebih banyak menerima mengenai menjadi lebih baik lagi.
pentingnya kewaspadaan stroke, Perasaan subjektif sebelum,
berusaha memotivasi dirinya sendiri saat dan setelah suatu respon afektif
untuk berpola hiduplebih sehat lagi ini dapat ringan, sedang atau kuat
dalam mencegah stroke dan bersikap dan secara sadar disimpan dalam
peduli untuk mencegah stroke. memori. Perasaan yang dihasilkan
Sehingga dengan sikap positif meng- kemungkinan akan mempengaruhi
hasilkan perilaku yang baik ditandai individu akan mengulang lagi
dengan mengurangi faktor resiko perasaannya atau mempertahankan
terjadinya stroke dengan perilaku perilakunya sehingga sikap yang
waspada stroke, adanya suatu upaya dihasilkan bisa negatif atau positif
untuk deteksi stroke, tindakan segera dan tindakan atau perilaku yang
ketika ada gejala yang dirasa dihasilkan bisa negatif atau positif
mengganggu kesehatannya dan juga tergantung dari perasaan
perilaku terkait kontrol resiko tinggi subjektif dalam menerima stimulus.
dengan cara berusaha menilai faktor
Hubungan Faktor Interpersonal
resiko terjadinya stroke.
(Dukungan Keluarga) dengan
Adanya hubungan antara
Perilaku Waspada Stroke pada
sikap dengan perilaku waspada
Kelompok Resiko Tinggi
stroke yang menunjukkan bahwa
individu dengan sikap positif akan Berdasarkan hasil penelitian
menghasilkan perilaku yang baik, didapatkan nilai signifikansi p value
tetapi ada juga hasil bahwa sikap 0,006 yang artinya terdapat
positif didapatkan perilaku negatif hubungan antara dukungan keluarga
karena ada meskipun sudah dengan perilaku waspada stroke pada
tercermin dalam sikap seseorang kelompok resiko tinggi di Wilayah
sikap yang positif,jika tidak Kerja Puskesmas Poncokusumo
diimbangi oleh faktor lainnya juga Kabupaten Malang.
yang mempengaruhi perilaku, maka Pengaruh interpersonal
akan menghasilkan perilaku yang (interpersonal factor) merupakan
kurang baik. Misalkan individu salah satu faktor dalam meningkat-
dengan sikap positif dimana mereka kan perilaku kesehatan menurut teori
tahu akan manfaat ketika berperilaku Nolla J Pender HPM (Health
waspada, tetapi tidak diimbangi Promotion Model) yang dapat
dengan niat untuk melakukan apa menghasilkan perilaku, kepercayaan
yang sudah dipercayainya, akan maupun sikap. Sumber utama faktor
menghasilkan perilaku yang tetap interpersonal pada peningkatan peri-
yaitu perilaku yang kurang waspada laku kesehatan adalah keluarga
terhadap bahaya stroke tetapi (orang tua dan saudara kandung),
sebaliknya ketika individu tersebut teman, dan petugas kesehatan.
memiliki anggapan yang positif Adanya dukungan sosial mem-
tentang pentingnya waspada terhadap pengaruhi terwujudnya perilaku
stroke dan memiliki niat untuk peningkatan kesehatan (Tomey &
merubah perilaku yang lebih baik Alegood, 2006).
lagi dengan didukung adanya Melalui dukungan keluarga,
dukungan keluarga yang baik maka kesejahteraan psikologis individu

237
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

akan meningkat karena adanya pengetahuan dengan OR 9,695.Hal


perhatian dan pengertian yang ini menunjukkan bahwa semakin
menimbulkan perasaan memiliki, baik pengetahuan individu dengan
meningkatkan motivasi dan se- resiko tinggi stroke, maka individu
mangat hidup serta memiliki tersebut berpeluang untuk ber-
perasaan positif mengenai diri perilaku baik dalam waspada stroke
sendiri sehingga akan mempengaruhi 9,695 dibandingkan peluang untuk
individu untuk melakukan perilaku berperilaku kurang baik.
kesehatan yang lebih baik lagi, Tori Nolla J Pender Health
sebaliknya pada individu yang Promotion Model sebagai sebuah
kurang adanya dukungan keluarga kerangka untuk mengintegrasikan
akan merasa tidak ada yang ilmu keperawatan dengan ilmu
memperhatikan, tidak ada yang perilaku yang dianggap sebagai
memotivasinya untuk lebih baik lagi faktor yang berpengaruh terhadap
sehingga akan mempengaruhi peri- perilaku kesehatan. Model ini
lakunya menjadi kurang baik atau disajikan sebagai sebuah acuan atau
tidak adanya perubahan perilaku pedoman untuk menjelaskan proses
menuju yang lebih baik lagi tetapi biopsikososial sebagai sesuatu yang
hal ini tidak menutup kemungkinan mampu untuk memotivasi individu
individu dengan dukungan keluarga secara langsung untuk meningkatkan
baik tetapi tetap memiliki perilaku derajat kesehatan (Tommey and
yang kurang baik karena perilaku M.R. Alligood, 2006).
seseorang juga dipengaruhi faktor Masih rendahnya pengetahu-
lainnya terutama faktor dari dalam an masyarakat tentang ketidaktahuan
individu tersebut yang dapat tanda awal stroke yang sebagian
memotivasi dirinya untuk menjadi besar dari mereka hanya mengetahui
lebih baik lagi. adanya kelemahan jika terjadi stroke,
gejala yang lainnya mereka belum
Faktor yang Paling Berhubungan
tahu, faktor yang mempengaruhi
dengan Perilaku Waspada Stroke
stroke juga belum semua diketahui
pada Kelompok Resiko Tinggi
sehingga menunjukkan perilaku yang
Hasil dari regresi logistik kurang baik terhadap waspada
didapatkan hasil bahwa variabel stroke. Hasil ini juga didukung oleh
yang paling berhubungan dengan persepsi hambatan yang kurang baik,
perilaku waspada ancaman stroke di mereka menganggap banyak ham-
Wilayah Kerja Puskesmas Ponco- batan terutama sarana prasarana yang
kusumo adalah pengetahuan, kurang maksimal diantaranya jarak,
persepsi hambatan, dan pengalaman biaya dan peran tenaga kesehatan
sebelumnya. Urutan kekuatan hubu- yang kurang maksimal, menghambat
ngan dari ketiga variabel ini dapat mereka untuk bisa lebih waspada lagi
dilihat dari nilai Odds Ratio (dilihat terhadap stroke. Adanya pengalaman
dari nilai Exp(B)). Kekuatan hu- sebelumnya yang kurang atau
bungan dari yang terbesar ke yang informasi yang kurang mengenai
terkecil adalah pengetahuan (9,695), stroke berdampak pada pengetahuan
persepsi hambatan (2,959), dan yang kurang sehingga mempersepsi-
pengalaman sebelumnya (0,086). kan semua hambatan itu menjadi
Sehingga variabel yang mempunyai faktor yang mempengaruhi perilaku
pengaruh paling kuat adalah

238
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

yang kurang waspada terhadap KESIMPULAN


stroke. 1. Terdapat hubungan antara pe-
Pada konsep teori Health ngalaman sebelumnya dengan
Promotion Model terdapat 10 perilaku waspada stroke
komponen yang mempengaruhi 2. Terdapat hubungan antara faktor
perilaku diantaranya pengalaman personal diantaranya usia, status
sebelumnya dan faktor personal ekonomi, pengetahuan dengan
salah satunya pengetahuan merupa- perilaku waspada stroke.
kan faktor utama dan yang merupa- 3. Terdapat hubungan antara
kan komponen utama yang juga persepsi manfaat dengan perilaku
mempengaruhi pengetahuan individu waspada stroke
dan persepsi dengan hasil akhir yang 4. Terdapat hubungan antara
diinginkan adalah adanya perubahan persepsi hambatan dengan peri-
perilaku. Konsep ini dapat memper-
laku waspada stroke
kuat hasil penelitian yang didapatkan 5. Tidak ada hubungan antara
faktor yang paling berhubungan persepsi kemampuan diri dengan
terhadap perilaku waspada stroke
perilaku waspada stroke
adalah pengetahuan, persepsi ter- 6. Terdapat hubungan antara sikap
hadap hambatan dan pengalaman dengan perilaku waspada stroke
sebelumnya yang ketiga faktor ini
7. Terdapat hubungan antara duku-
sangat mempengaruhi baik dan ngan keluarga dengan perilaku
tidaknya perilaku yang dihasilkan.
waspada stroke
Semakin perilaku itu sering di- 8. Faktor yang paling berhubungan
lakukan dimasa lalu maka perilaku dengan perilaku waspada stroke
tersebut akan juga berpengaruh ter- adalah faktor pengetahuan,
hadap tindakan yang akan dilakukan persepsi hambatan, dan
dimasa mendatang. Pengalaman se- pengalaman sebelumnya
belumnya mempunyai pengaruh
langsung terhadap pelaksanaan peri- DAFTAR PUSTAKA
laku peningkatan kesehatan.Adapun
pengaruh ada tidaknya pengalaman A. Grady et al (2014). Assesing
sebelumnya secara tidak langsung Awareness of Approach
adalah salah satunya persepsi pada Responses to Symptoms of
hambatan. Pengetahuan merupakan Stroke.Patient Education and
faktor yang paling berhubungan Counseling. 95 (14): 400-
karena faktor pengetahuan merupa- 405.
kan salah satu komponen utama Agoes, A. (2012). Faktor Resiko
dalam teori Health Promotion Model Stroke dan Penanggulangan-
Nolla J Pender yang akan mem- nya: Synaps publishing
pengaruhi persepsi, sikap, komitmen house.
akan kebutuhan untuk berubah
sehingga akan menghasilkan Akinyemi et al (2009). Knowledge
perubahan perilaku yang lebih baik and Perception of Stroke
lagi. Among Hospital Worker in an
African Community.
European Journal of
Neurology. 6

239
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Anthony M et al. (2010). Stroke Management: the Golden


Prevention : Awareness of Hour.Lancet Neurology. 12
Risk Factors for Stroke (96): 585-589
Among African American Friedmen M.M Bowden & Jones M.
Residents in the Missisipi (2010).Buku Ajar
Delta Region. Journal of the Keperawatan Keluarga :
National Medical Riset, Teori,dan Praktik ;
Assosiation. 102 (2): 84-94. Alih Bahasa Achir YaniS et
Azwar, S. (2010).Sikap manusia : al ; Editor edisi Bahasa
Teori dan Pelaksanaanya. Indonesia. Edisi 5.Jakarta :
Yogyakarta : Pustaka belajar. EGC.
Bandura, A (2006). Guide for Howard & Steinment
Constructing Self Efficacy (2010).Sheeehys Emergency
Scales. Information Age Nursing : Principles and
Publishing. 307-337 Practice, Sixth Edition.
Mosby Elsevier.
Barbara et al (2010). Rethinking
Intervention Strategise in Hartigan et al. (2014).The Irish
Stroke Family Caregiving. National Stroke Awareness
Rehabilitation Nursing. 35 Campaign: a stroke of
(4): 152-160. Sucsess?.Apllied Nursing
Research.10 (16).
Bensberg & Kennedy (2012).A
Framework for Health Janet A. Applying Penders Health
Promoting Emergency PromotionModel to
Departements.Oxford Determine Occupational
University Press. 17(2): 179- Exposures Among Migrant
189 Farmworkers: University of
Alabama Birmingharm.
Cameron et al (2014). Randomized
Clinical Trial of the Timing it Jones et al. (2010).Stroke Knowledge
Right Stroke Family Support and Awarenes : an
Program : Research Integrative review of the
Protokol. BMC health. 14 evidance. Oxford Journals.
(18): 1472-2693. 39: 11-15.
Das S (2013). Knowledge, Attitude, J.P. Neau et al. (2009). Awareness
and Practice of Stroke in Within the French Population
India Versus other Developed Concerning Stroke Signs,
and Developing Syptoms, and Risk Factors.
Countries.Annd Indian Clinical Neurology and
Academy of Neuerology. 16 Neurosurgery. 111: 695-664.
(4): 488-493. Jurkowski et al (2008). Awareness of
Donkor et al (2014). Community Necessity to Call 911 for
Awareness of Stroke in Accra Stroke Symptoms.Center for
Ghana.BMC Public Health. Disease Control and
14 (196): 1471-2958. Prevention.5 (2).
Fasbender et al (2013). Streamlining Kamran et al. (2008).The Level of
of Prehospital Stroke Awareness of Stroke Risk

240
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Factors and Symptoms in the Discussion Guide From


Gulf Cooperation Council National Stroke Assosiation
Countries : Gulf Cooperation Notoadmodjo, S. (2010).Promosi
Council Stroke Awareness Kesehatan Teori dan
Study.Neuroepidemiology. Aplikasinya Edisi Revisi.
29: 235-242. Jakarta: Rineka Cipta.
Kemenkes.(2014). Pedoman Notoadmodjo, S. (2012).Ilmu
Pengendalian Stroke. Jakarta: Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Rineka Cipta.
Republik Indonesia
Direktorat Pengendalian Pender, Nola J (2011) The Health
Penyakit Tidak Menular. Promotion Model Clinical
Assesment for Health
Kim et al (2011). Stroke Awareness
Promotion Plan. Nursing
Decrease Prehospital Delay Research.
After Acut Ischemic Stroke in
Korea. BMC Neurology. 11 Polit, D.F & Back, C.T.
(2): 1471-2377. (2010).Essensial of Nursing
Research Methods, Apprasial
Lawrence et al. (2010).An & Practice.4th ed.
Exploration of Lifestyle Philadelphia: Mosby.
Beliefs and Lifestyle Behavior
Following Stroke : Findings Priyoto.(2014). Teori Sikap dan
From a Focus Group Study of Perilaku Dalam Kesehatan.
Patiens and Family Members. Yogyakarta: Nuha Medika.
BMC Family Practice. 11 Putra & Wirawan.(2012).
(97): 1471-2296. Manajemen Prehospital pada
Moreira E et al. (2011). Stroke Stroke Akut. RSUP Sanglah
Awareness in Urban and Denpasar.
Rural Populations from Robert L Solso dkk.(2012). Psikologi
Northen Portugal Knowledge Kognitif Edisi kedelapan.
and Action are Independent. Surabaya : Erlangga.
Neuroepidiomology. 36: 265-
273. Sunaryo.(2013). Psikologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Miyamatsu et al (2013). Public
Awareness of Early Teuschl Y et al (2010). Stroke
Symptoms of Stroke and Education : Discrepancies
Information Sources About among Factors Influencing
Stroke among the General Prehospital Delay and Stroke
Japanese Population: The Knowledge Reviews.
Acquisition of Stroke International Journal of
Knowledge Stroke. 5 (3): 187-208.
Study.Cerebrovasculer The American Hearth Association
journal. 35: 241-249. (2010).Adult Stroke : 2010
National Stroke Assosiation American Hearth Association
(2012).National Stroke Guidelines for
Awareness Month Group Cardiopulmonary
Resusitation on Emergency

241
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol.5, No. 2, Juni 2015

Cardiovasculer. from the


American Hearth
AssociationJournal. 122:
818-828.
The American Hearth Association
(2014).Hearth disease and
Stroke Statistic 2014 Update
a Report.from the American
Hearth Association.
The American Hearth Association
(2013).Guidelines for the
Early Management of
Patients with Acute Ischemic
Stroke : a Guideline for
Healthcare Professional.from
the American Hearth
Association/ American Stroke
Assosiation.
The American Hearth Association
(2014).Guidelines for the
Prevention of Stroke : a
Guideline for Healthcare
Professional. from the
American Hearth
Association/American Stroke
Assosiation.
Tomey, A.M., Alligood, M.R.
(2006).Nursing Theorists and
Their Work. Six
YASTROKI.(2014). Mengenal
Gejala dan Kiat Mencegah
Stroke. Jakarta: Yayasan
Stroke Indonesia.
Young, T Kue & Vladmir. (2009).
The Population Approach to
stroke Prevention : a
Canadian Perspective.
Clinical and Investigati
Medicine. 26 (2): 78-86

242

You might also like