Professional Documents
Culture Documents
1.1 Pengertian
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan menyebabkan
respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering menyebabkan penurunan perfusi
organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. (
Linda D.U, 2015)
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan. Muscari, Mary E. 2015. hal 186).
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges,
Marylyn E. 2015, hal 871).
Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah.
(Surasmi, Asrining. 2013, hal 92).
1.2 Etiologi
a.Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis.
b.Streptococcus grup B merupakan penyebab umum sepsis diikuti dengan Echerichia coli,
malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen
lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria,
rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
f.Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
3)Tampak sakit
1)Dispenu
2)Takipneu
3)Apneu
5)Merintik
6)Mengorok
8)Sianosis
c. Sistem Kardiovaskuler
1)Hipotensi
3)Pucat
4)Takikardi
5)Bradikardi
6)Edema
7)Henti jantung
d. Sistem Pencernaan
1)Distensi abdomen
2)Anoreksia
3)Muntah
4)Diare
5)Menyusu buruk
8)Hepatomegali
3)Kejang
4)Hiporefleksi
6)Tremor
7)Koma
9)High-pitched cry
f. Hematologi
1)Ikterus
2)Petekie
3)Purpura
4)Prdarahan
5)Splenomegali
6)Pucat
7)Ekimosis
1.4 Patofisiologi
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).
Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang
mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu, ras,
dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang
tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas (wanita multipara atau
gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya
perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan. Faktor
Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),
merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga. Setelah bayi lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga menyebabkan
hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kemudian
adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau
Haemophilus influenza . IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi
dalam darah tali pusat.
Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah sakit
sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid,
bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak
tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colliditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
1.5 Komplikasi
a. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi
mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis
metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam
laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan
termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh
tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi
optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang
meningkat.
b. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau
menyusu, dan terjadinya hipertermia..
c. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini
merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein
sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat
pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan).
Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di
seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak
mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
d. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.
e. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah
dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya
koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.
1.6 Penatalaksanaan
1) Resusitasi
Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan oksigenasi, terapi
cairan (kristaloid dan/atau koloid), vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami hipoperfusi dalam 6 jam
pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP > 65 mmHg, urine > 0.5 ml/kg/jam dan saturasi
oksigen > 70%. Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan
resusitasi cairan dengan CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai
hematokrit > 30% dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20 g/kg/menit).
Tujuan: menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik pada umumnya tidak
mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus yang mengalami obstruksi dan implan
prostesis yang terinfeksi. Tindakan ini dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi
yang adekuat.
3) Terapi antimikroba
Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis. Terapi antibiotik
intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur
diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas melawan
patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke tempat yang diduga sumber sepsis. Oleh
karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik yang
dapat mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama
pada keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan endotoksin,
misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ Pemberian antimikrobial dinilai kembali
setelah 48-72 jam berdasarkan data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab
teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik daripada monoterapi.
b. Terapi suportif
1) Oksigenasi
Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai dengan penurunan kesadaran
atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik segera dilakukan.
a) Terapi cairan
o Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid (NaCl 0.9% atau ringer laktat)
maupun koloid.
o Pada keadaan albumin rendah (<2 g/dL) disertai tekanan hidrostatik melebihi tekanan
onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.
o Transfusi PRC diperlukan pada keadaan perdarahan aktif atau bila kadar Hb rendah pada
kondisi tertentu, seperti pada iskemia miokard dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan
dicapai pada sepsis masih kontroversi antara 8-10 g/dL.
Biodata / identitas
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari 28 hari Infeksi nasokomial pada bayi
berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali menderita sepsis neonatal.
Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau
menghisap, lemah
b. Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal), hilangnya reflek rooting, kekakuan pada
leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.apgar score, jam lahir, kesadaran
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.
d. Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9c), riwayat sepsis GBS pada bayi sebelumnya,
infeksi pada masa kehamilan
e. Riwayat prenatal:
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar
pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama
hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture selaput ketuban yang lama
(>18 jam), persalinan premature(<37 minggu.
f. Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau
beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus
itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal,
stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
g. Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h. Riwayat imunisasi :
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT / DT atau TT dan kapan terakhir
d Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 20 jam/hari, saat sakit berkurang
e.ersonal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum, melalui plasenta dari
aliran darah maternal atau selama persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi.
Pemeriksaan Fisik
5. Vital sign: TD :
Telinga : Kebersihan
c. Dada
d. Abdomen
Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda tanda infeksi pada tali pusat (jika infeksi melalui tali
pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
Perkusi : Pekak
e. Kulit
f. Genetalia
g. Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, Fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai,
hipertoni sehingga bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
Pemeriksaan Spefisik
a. Apagar score
c. Sistem neurologis
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d dispneu, apneu, takipneu
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d absorsi yang tidak adekuat
3. Infeksi b.d penurunan system imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi
4. Resiko aspirasi b.d reflek hisap yang lemah
C. Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
Tujuan :
- Nafas efektif
Kriteria hasil :
Indikator Intervensi
NOC
Bernafas mudah
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
NIC
a.Auskultasi suara nafas sesuai yang diharapkan Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
Energi
Masa tubuh
Berat tubuh
NIC
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi bayi.
Kriteria hasil :
Indikator Intervensi
NIC
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan
NOC
. Respiratori status
. Aspiraion control
. Swallowing satus
NIC
. Laporkan perubahan secret paru yang menyerupai makanan atau asupan nutrisi
. Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama 30-45 menit sesudah makan
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET pada tanggal 30
November 2015.
Kuman melalui
Masuk
umbilikus
kedalam tubuh
bayi
Melalui sirkulasi
darah janin Sepsis
Anoreksia Leokosit
Pola nafas meningkat
terganggu
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari Infeksi
Ketidak efektifan pola
kebutuhan
nafas
Reflek menelan
menurun
Resiko aspirasi