You are on page 1of 16

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU


NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LUBUKLINGGAU,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan dalam Pasal 29


ayat (1) huruf r Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital By Laws), yang berfungsi sebagai
acuan bagi Walikota dalam melakukan pengawasan terhadap
Rumah Sakit dan sebagai acuan bagi Pimpinan Rumah Sakit
dalam mengelola Rumah Sakit dan menyusun kebijakan
yang bersifat teknis operasional, serta sebagai sarana
perlindungan hukum, menjamin efektifitas, efisiensi dan
mutu layanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) Rumah
Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pembentukan


Kota Lubuklinggau (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4114);

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
5. Undang
4.
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3637);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kota/ Kabupaten (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007


tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 537);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/Menkes/PER/


IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755);

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/


VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital By Laws);

11. Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 1 Tahun 2014


tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Lubuklinggau
(Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau Tahun 2014 Nomor 1);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERATURAN INTERNAL
9. Staf
RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah daerah Kota Lubuklinggau.


2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota
Lubuklinggau.
3. Walikota adalah Walikota Lubuklinggau.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota


Lubuklinggau. 4. Sekretaris
5. Rumah Sakit untuk selanjutnya disebut RSUD adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau.

6. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.
7. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan.
8. Komite adalah Wadah Non-Struktural yang terdiri dari
tenaga ahli atau profesi dibentuk untuk memberikan
pertimbangan strategi kepada Direktur dalam rangka
peningkatan dan pengembangan pelayanan Rumah
Sakit.
9. Staf Medis adalah dokter, dokter gigi dan dokter
spesialis rumah sakit.
10. Instalasi adalah fasilitas penyelengara pelayanan
kesehatan sesuai dengan fungsinya.
11. Kelompok jabatan fungsional adalah kelompok jabatan
dilingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau.
12. Satuan Pengawas Internal adalah kelompok fungsional
yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap
pengelolaan sumber daya Rumah Sakit Umum Derah Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau.

BAB II
NAMA , VISI, MISI, FILOSOFI, TUJUAN,SASARAN,
MOTTO, BUDAYA KERJA DAN LOGO
Pasal 2
Nama rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah
Siti Aisyah Lubuklinggau.

Pasal 3
Visi RSUD adalah terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah
Siti Aisyah sebagai Rumah Sakit tujuan utama masyarakat
Kota Lubuklinggau dan Sekitarnya dengan pelayanan yang
bermutu dan berkualitas.

Pasal 4
Misi RSUD adalah :
1. meningkatkan dan mengembangkan pelayanan kesehatan
sekunder sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat;
2. meningkatkan sarana dan prasarana RSUD medis dan non
medis yang menunjang pelayanan kesehatan; dan
3. meningkatkan tata kelola pemerintahan yang profesional,
transparan dan akuntabel.

Pasal .
Pasal 5
Filosofi RSUD merupakan Rumah Sakit Umum Daerah
berorientasi sosial dengan tetap memberikan pelayanan
kesehatan paripurna yang berkualitas, dan memuaskan
kepada pasien/ pelanggan serta meningkatkan kesejahteraan
seluruh pegawai.
Pasal 6
Tujuan dan Sasaran
(1) Tujuan dibentuknya Peraturan Internal RSUD adalah:
a. meningkatkan dan Mengembangkan Pelayanan
Kesehatan Rujukan;
b. meningkatkan sarana dan prasaran RSUD yang
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas;
c. meningkatkan SDM yang profesional dan handal;
dan
d. menciptakan Sistem Informasi dan Manajemen
Rumah Sakit dan tata kelola keuangan yang
akuntabel.
(2) Sasaran dibentuknya Peraturan Internal RSUD adalah:
a. berkurangnya keluhan pelanggan rumah sakit;
b. berkurangnya angka kesakitan dan kematian
masyarakat;
c. meningkatnya sarana dan prasarana RSUD baik
medis dan non medis;
d. tersedianya sistem penyehatan dan penyamanan
lingkungan;
e. meningkatnya kualitas dan kompetensi SDM sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan yang ada;
f. terwujudnya pengelolaan keuangan yang
transparan dan akuntabel; dan
g. tersedianya Sistem Informasi dan Manajemen
Rumah Sakit yang mampu menunjang pelayanan.

Pasal 7
Motto dari RSUD adalah Layanan Prima Bersahabat.

Pasal 8
Budaya / Tata Nilai pada RSUD adalah sebagai berikut :
1. First, do no harm
Suatu filososfi yang terkenal dalam bahasa latin yaitu
Primum, Non Nocere (First, do no harm), RSUD harus
berkemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
pendekatan patient safety, employee dan employer
safety serta owner safety.
2. Kemitraan
RSUD selalu akan membangun kemitraan sejajar lintas
profesi yang bermartabat dan beretika. RSUD selalu
akan membangun suasana dan etos kerja yang
kondusif, dengan menciptakan persaingan yang sehat
yang berorientasi pada pelanggan.

3. Sumber
3. Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Manusiawi
Sumber Daya Manusia RSUD akan selalu berusaha
untuk mengembangkan diri (Self-development). Sumber
Daya Manusia RSUD bukan mesin yang menjadi alat
pekerja, tapi Sumber Daya Manusia yang handal, jujur,
altruistic dan berkualitas.
4. Sarana dan Prasarana yang mendukung Kinerja
RSUD berupaya untuk memenuhi kebutuhan sarana,
prasarana dan peralatan yang sesuai dengan standar
dan mendukung peningkatan kinerja dalam
memberikan pelayanan.
5. Sustainable development
RSUD dalam memberikan pelayanan berusaha untuk
mengembangkan pelayanan yang berkelanjutan,
imajinatif, inovatif dan kreatif, serta berwawasan
lingkungan.
Pasal 9
Logo Rumah Sakit adalah:

Arti dari logo tersebut yaitu:


a. logo bulan sabit mempunyai arti yaitu sinar/pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit menyentuh
ke seluruh lapisan masyarakat; dan
b. atap menara masjid yang dililit oleh ular mempunyai arti
bahwa pengobatan yang dilakukan oleh rumah sakit
harus selaras dan sesuai dengan kaidah agama.

BAB III
PEMILIK
Pasal 10
RSUD merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota
Lubuklinggau yang merupakan unsur pendukung tugas
Walikota di bidang pelayanan kesehatan, dipimpin oleh
seorang Direktur yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 11
Pemerintah Kota Lubuklinggau, berdasarkan kewenangan
yang dimilikinya, bertanggungjawab terhadap kemajuan dan
perkembangan rumah sakit sesuai yang diharapkan dan
diinginkan masyarakat.
BAB IV
DIREKSI/PEJABAT PENGELOLA
Pasal 12
Pejabat Pengelola Rumah Sakit adalah Pimpinan Rumah
Sakit yang bertanggungjawab terhadap kinerja operasional
Rumah Sakit, terdiri atas :
a. Direktur;
a. Direktur.
b. Kepala Bagian Tata Usaha;
c. Kepala Bidang Pelayanan Medis, Penunjang Medis dan
Keperawatan;
d. Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Rumah
Sakit; dan
e. Kepala Bidang Keuangan.
Pasal 13
Pengangkatan Direktur, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala
Bidang Pelayanan Medis, Penunjang Medis dan Keperawatan,
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Rumah Sakit
dan Kepala Bidang Keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 dilakukan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 14
Tugas dan Wewenang Pejabat Pengelola sebagai berikut :
a. memimpin dan mengelola rumah sakit sesuai dengan
tujuan rumah sakit dan berusaha meningkatkan
dayaguna dan hasilguna;
b. mewakili rumah sakit di dalam dan diluar pengadilan
maupun dalam hubungan kerja sama dengan pihak lain;
c. melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam
mengelola rumah sakit sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Walikota;
d. menentukan kebijakan operasional rumah sakit;
e. menyiapkan Rencana Strategis (Renstra) Rencana
Strategis Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis Anggaran
(RBA);
f. melaksanakan fungsi penyelenggaraan rumah sakit;
g. mengadakan dan memelihara pembukuan serta
administrasi rumah sakit sesuai dengan prinsip-prinsip
tata kelola keuangan rumah sakit;
h. mengangkat dan memberhentikan pegawai rumah sakit
non Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku;
i. menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban rumah sakit, termasuk kewenangan klinis
(Clinical Privillege) bagi dokter, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
j. menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala; dan
k. mendatangkan ahli, konsultan atau lembaga
independen apabila diperlukan.

Pasal 15
(1) Direktur mempunyai tugas sebagai berikut :
a. memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi,
mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan
kegiatan rumah sakit;
b. menyusun Rencana Strategis dan Rencana Strategis
b. menyusun
Bisnis rumah sakit;
c. menyiapkan Rencana Bisnis Anggaran;
d. mengusulkan calon Kepala Bagian, Kepala Bidang dan
pejabat struktural lainnya kepada Walikota sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
e. menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan rumah
sakit selain pejabat yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan; dan
f. menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan rumah sakit guna disampaikan kepada
Walikota.

(2) Direktur mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :


a. menjamin terlaksananya kebijakan rumah sakit;
b. menjamin kelancaran, efektifitas dan efisiensi
kegiatan rumah sakit;
c. menjamin terlaksananya program kerja,
pengendalian, pengawasan dan pelaksanaan serta
laporan kegiatan rumah sakit; dan
d. meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan.

(3) Direktur mempunyai wewenang sebagai berikut :


a. memberikan perlindungan dan bantuan hukum
kepada seluruh unsur yang ada di rumah sakit;
b. menetapkan kebijakan operasional rumah sakit;
c. menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk teknis
dan prosedur tetap rumah sakit;
d. mengangkat dan memberhentikan pegawai Non
Pegawai Negeri Sipil rumah sakit sesuai peraturan
perundang-undangan;
e. menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban pegawai rumah sakit sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. memberikan penghargaan kepada pegawai, karyawan
dan profesional yang berprestasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
g. memberikan sanksi kepada pegawai, karyawan dan
profesional yang bersifat mendidik sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
h. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian
pejabat pengelola dibawah direktur kepada Walikota;
i. mendatangkan ahli, profesional konsultan atau
lembaga independen apabila diperlukan;
j. menetapkan organisasi pelaksana dan organisasi
pendukung dengan uraian tugas masing-masing;

k. menandatangani perjanjian dengan pihak lain untuk


k. menandatangani
jenis perjanjian yang bersifat teknis operasional
pelayanan;
l. mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran
di bawahnya; dan
m. meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari
semua pejabat pengelola dibawah direktur.

BAB V
PROSEDUR KERJA
Pasal 16
(1) Dalam melaksanakan tugasnya Direktur wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan RSUD maupun
dengan organisasi dalam lingkungan Pemerintah Kota
Lubuklinggau sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(2) Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pelayanan
medis, penunjang medis dan Keperawatan dan Kepala
Bidang Perencanaa dan Kepala Bidang Keuangan dalam
lingkungan RSUD bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan
memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahan.
(3) Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Bagian Tata
Usaha, Kepala Bidang Pelayanan medis, penunjang
medis, dan keperawatan dan Kepala Bidang
Perencanaan dan Pengembangan Rumah Sakit dan
Kepala Bidang Keuangan dari bawahan, wajib diolah dan
dipergunakan sebagai bahan menyusun laporan lebih
lanjut dan untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada
bawahan.
(4) Kepala bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pelayanan
medis, penunjang medis, dan keperawatan dan Kepala
bidang Perencanaan dan Kepala Bidang Keuangan
menyampaikan laporan kepada Direktur.
(5) Kepala bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pelayanan
medis, penunjang medis, dan keperawatan dan Kepala
Bidang Perencanaan dan Kepala Bidang Keuangan dalam
melaksanakan tugasnya saling berkoordinasi dengan
Pejabat Non Struktural terkait, dan Satuan Kerja terkait
dengan lingkungan Pemerintah Kota Lubuklinggau. dan
(6) Kepala bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pelayanan
medis, penunjang medis, dan keperawatan dan Kepala
bidang Perencanaan dan Kepala Bidang Keuangan wajib
mengadakan evaluasi kinerja dan melaksanakan tindak
lanjut hasil evaluasi.

BAB VI
BAB
RAPAT
Pasal 17
A. Rapat Direksi terdiri dari :
1. Rapat Rutin :
a. rapat rutin Direksi diadakan sekurang-kurangnya
1(satu) bulan sekali;
b. rapat rutin Direksi diikuti oleh seluruh anggota
Direksi dan dipimpin oleh Direktur; dan
c. rapat rutin direksi membahas semua hal yang
berhubungan dengan Rumah Sakit sesuai dengan
tugas, kewenangan dan kewajiban direksi.

2. Rapat rutin Direksi dengan staf medis :


a. rapat rutin Direksi dengan staf medis diadakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali;
b. rapat rutin Direksi dengan staf medis diikuti oleh
seluruh anggota direksi, komite medik, staf medis,
pejabat fungsional dan pejabat struktural rumah
sakit dan rapat dipimpin oleh direktur; dan
c. rapat rutin Direksi dengan staf medis membahas
pada semua hal yang berhubungan dengan Rumah
Sakit sesuai dengan tugas, kewenangan dan hak
kewajiban staf medis fungsional.
3. Rapat rutin Direksi dengan staf penunjang medis :
a. rapat rutin direksi dengan staf penunjang medis
diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali;
b. rapat rutin direksi dengan staf penunjang medis
diikuti oleh seluruh anggota Direksi, Komite Medik,
Staf Penunjang Medis dan rapat dipimpin oleh
Direktur; dan
c. rapat rutin direksi dengan staf penunjang medis
membahas Rapat semua hal yang berhubungan
dengan Rumah Sakit sesuai dengan tugas,
kewenangan, hak dan kewajiban Staf Penunjang
Medis.
4. Rapat rutin direksi dengan staf administrasi dan
keuangan:
a. rapat rutin direksi dengan staf administrasi dan
keuangan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sekali;
b. rapat rutin direksi dengan staf administrasi dan
keuangan diikuti oleh seluruh anggota Direksi, staf
administrasi dan keuangan dan rapat dipimpin
oleh Direktur; dan
c. rapat rutin direksi dengan staf administrasi dan
keuangan membahas semua hal yang berhubungan
dengan masalah Administrasi dan Keuangan
Rumah Sakit.

5. Rapat rutin direksi dengan pejabat struktural dan


5. Rapat
pejabat fungsional :
a. rapat rutin direksi dengan pejabat struktural dan
Pejabat Fungsional diadakan sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan sekali;
b. rapat rutin direksi dengan pejabat struktural dan
Pejabat Fungsional diikuti oleh seluruh anggota
Direksi, Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional dan
rapat dipimpin oleh Direktur; dan
c. rapat rutin direksi dengan pejabat struktural dan
Pejabat Fungsional membahas semua hal yang
berhubungan dengan tugas, kewenangan, hak dan
kewajiban Pejabat Struktural dan Pejabat
Fungsional Rumah Sakit.
B. Rapat Khusus:
a. rapat khusus diadakan apabila terdapat masalah
yang mendesak dan memerlukan penanganan
segera;
b. rapat khusus diikuti oleh semua unsur yang terkait
dan rapat dipimpin oleh Direktur; dan
c. rapat khusus membahas semua hal yang
berhubungan dengan masalah, sampai dengan
ditetapkan penanganannya.

C. Rapat Pleno terbatas :


a. rapat pleno terbatas Direksi dengan satuan
pengawas internal (SPI) diadakan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan sekali;
b. rapat pleno terbatas Direksi dengan satuan
pengawas internal (SPI) diikuti oleh seluruh anggota
Direksi, pejabat struktural, pejabat fungsional rumah
sakit dan rapat dipimpin oleh Direktur; dan
c. rapat pleno terbatas Direksi dengan satuan
pengawas internal (SPI) membahas semua hal yang
berhubungan dengan kesesuaian pengelolaan dan
evaluasi kinerja Rumah Sakit yang mengacu pada
Rencana Strategis dan Program Kegiatan Rumah
Sakit.

D. Rapat Pleno Tahunan :


Rapat Pleno tahunan diadakan sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun sekali:
a. rapat pleno tahunan diikuti oleh Walikota atau
pejabat yang ditunjuk, seluruh anggota Satuan
Pengawas Internal, pejabat struktural dan pejabat
fungsional Rumah Sakit;
b. rapat pleno tahunan membahas semua hal yang
berhubungan dengan pengelolaan dan evaluasi
kinerja pelayanan Rumah Sakit yang mengacu pada
Rencana Strategis dan Program Kegiatan Rumah
Sakit.
Pasal 18
Pasal
(1) Setiap rapat dibuat risalah oleh sekretaris/notulen.
(2) Notulen pada rapat sebelumnya harus diinformasikan
kepada peserta rapat, yang dilakukan koreksi oleh
peserta rapat untuk ditetapkan oleh pimpinan rapat.
(3) Keputusan rapat diambil atas dasar musyawarah
untuk mufakat, dalam hal tidak tercapai kata mufakat,
maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 19
(1) Rapat hanya dapat dilaksanakan apabila kuorum
tercapai.
(2) Kuorum dianggap tercapai jika 2/3 (dua per tiga)
anggota atau undangan telah hadir.
(3) Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu
setengah jam dari waktu rapat yang ditentukan maka
dapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada waktu yang
ditentukan.

BAB VI
Bagian Pertama
Komite Medik

Pasal 20
(1) Komite Medik merupakan wadah non struktural
kelompok profesional medik yang keanggotaannya terdiri
dari Ketua Kelompok Staf Medik atau yang mewakili.
(2) Komite Medik berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur.
(3) Pembentukan Komite Medik ditetapkan dengan
Keputusan Direktur untuk masa bhakti selama 3 (tiga)
tahun.
(4) Untuk melaksanakan tugasnya Komite Medik membuat
Sub Komite yang anggotanya terdiri dari Staf Medis
Fungsional.
(5) Sub Komite bertanggungjawab kepada Ketua Komite
Medik.

Bagian Kedua
Komite Etik dan Hukum

Pasal 21
(1) Komite Etik dan hukum merupakan wadah non-
struktural yang keanggotaanya dipilih dan diangkat oleh
Direktur.
(2) Pembentukan Komite Etik dan hukum ditetapkan oleh
Direktur.
(3) Komite Etik dan Hukum dipimpin oleh seorang Ketua
yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.

(4) Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas


memberikan pertimbangan kepada Direktur
(4) Komite hal
dalam
menyusun dan merumuskan moral, etika, dan hukum
mengenai perumahsakitan bagi pegawai Rumah Sakit.

Bagian Ketiga
Komite Keperawatan

Pasal 22
(1) Komite keperawatan dibentuk dengan tujuan untuk
menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance)
yang baik agar mutu pelayanan keperawatan dan
keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
(2) Komite keperawatan merupakan organisasi non struktural
yang dibentuk di rumah sakit oleh Direktur.
(3) Komite keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bukan merupakan wadah perwakilan dari staf
paramedis.
(4) Komite keperawatan dibentuk oleh direktur rumah sakit
untuk jangka waktu tiga 3 (tiga) tahun dengan
memperhatikan masukan dari staf paramedis yang
bekerja dirumah sakit.
(5) Komite keperawatan mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme yang bekerja di Rumah Sakit dengan
cara:
a. menyusun dan menetapkan standar asuhan
keperawatan;
b. memantau pelaksanaan asuhan keperawatan;
c. menyusun model Praktek Keperawatan
Profesional;
d. memantau dan membina perilaku etik dan
profesional tenaga keperawatan;
e. meningkatkan profesionalisme keperawatan
melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan seiring kemajuan IPTEK yang
terintegrasi dengan perilaku yang baik;
f. bekerjasama dengan direktur/ sub bidang
keperawatan dalam merencanakan program untuk
mengatur profesi tenaga keperawatan dalam
melakukan asuhan keperawatan sejalan dengan
rencana strategi Rumah Sakit;
g. memberi rekomendasi dalam rangka pemberian
kewenangan profesi bagi tenaga keperawatan yang
akan melakukan tindakan asuhan keperawatan;
dan
h. mengkoordinir kegiatankegiatan tenaga
keperawatan, menyampaikan laporan kegiatan
komite keperawatan secara berkala (setahun
sekali) kepada seluruh tenaga keperawatan
Rumah Sakit.
(6) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan.
(7) Melaksanakan penyaluran peralatan medis/ non
medis, obat-obatan dan bahan habis pakai.
(8) Menyusun usulan program pendidikan dan pelatihan
tenaga keperawatan.
Bagian
Bagian Keempat
Komite Mutu Rumah Sakit

Pasal 23
(1) Komite Mutu Rumah Sakit merupakan wadah non-
struktural yang keanggotaannya dipilih dan diangkat
oleh Direktur.
(2) Pembentukan Komite Mutu ditetapkan oleh Direktur.
(3) Komite Mutu Rumah Sakit dipimpin oleh seorang ketua
yang diangkat dan dikukuhkan oleh Direktur.
(4) Komite Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan
pertimbangan kepada Direktur dalam hal menyusun dan
merumuskan system audit mutu pelayanan Rumah
Sakit, Pelaksanaan keselamatan pasien, pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi serta pelaksanaan
akreditasi rumah sakit.

BAB VII
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 24
(1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian kegiatan Rumah Sakit secara
profesional sesuai dengan kebutuhan.
(2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dalam melaksanakan tugas pokoknya
bertanggungjawab kepada Direktur.
(3) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga dalam jenjang Jabatan Fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
(4) Setiap kelompok tersebut pada ayat (3), dipimpin oleh
seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk di antara
Tenaga Fungsional yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
(5) Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat (3),
ditentukan sifat, jenis, kebutuhan dan beban kerja.
(6) Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat
(3), diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
BAB VIII
INSTALASI
Pasal 25
(1) Instalasi merupakan fasilitas penyelenggaraan
pelayanan fungsional di RSUD.
(2) Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur
berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit
Siti Aisyah Lubuklinggau.

(3) Instalasi
(3) Instalasi mempunyai tugas membantu Direktur
dalam penyelenggaraan pelayanan fungsional sesuai
dengan fungsinya.
(4) Instalasi dipimpin oleh seorang kepala Instalasi dari
pejabat fungsional dibidangnya.
(5) Kepala Instalasi ditetapkan oleh Direktur.
(6) Kepala Instalasi bertanggung jawab kepada Direktur
melalui Kepala Bidang terkait sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi bidang/ bagian yang bersangkutan.

BAB IX
SATUAN PENGAWAS INTERNAL (SPI)
Pasal 26
(1) Satuan Pengawas Internal adalah kelompok fungsional
yang bertugas membantu Direktur dalam melaksanakan
pengawasan dan pengendalian internal terhadap
pendayagunaan pengelolaan sumber daya Rumah Sakit.
(2) Pembentukan Satuan Pengawas Intern pada Rumah
Sakit ditetapkan dengan Keputusan Walikota atas usul
Direktur.
(3) Satuan Pengawas Intern dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan rencana pedoman pemeriksaan internal;
b. penyusunan petunjuk pelaksanaan kerja dan/atau
tata kerja pemeriksaan internal;
c. penyusunan rencana dan program pelaksanaan
Satuan Pemeriksaan Internal yang meliputi
pemeriksaan administrasi keuangan, pemeriksaan
administrasi umum dan kepegawaiaan, pemeriksaan
administrasi dan mutu pelayanan terhadap seluruh
unsur di lingkungan Rumah Sakit yang
menggunakan sumber daya Rumah Sakit;
d. pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan operasional
terhadap aspek efektivitas pencapaian tujuan setiap
kegiatan, efisiensi penggunaan sumber daya,
keandalan data/ informasi dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. penyusunan dan pembuatan dokumentasi kegiatan
pemeriksaan /audit internal kinerja Rumah Sakit;
f. pelaporan hasil pemeriksaan (LHP) kinerja Rumah
Sakit yang mencakup hasil pemeriksaan serta
saran/rekomendasi tindakan pemecahan yang
bersifat pencegahan dan penyelesaian masalah;
g. pelaksanaan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil
temuan Satuan Pemeriksaan Internal maupun
lembaga pemeriksaan eksternal pada objek
pemeriksaan;
h. pelaporan hasil kegiatan Satuan Pemeriksaan
Internal;
i. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya; dan

j. pelaksanaan
j. pelaksanaan koordinasi pengawasan internal dengan
sub unit kerja lain di lingkungan Rumah Sakit.

Pasal 27
(1) Satuan Pengawas Internal (SPI) yang melakukan
pengawasan internal keuangan dan operasional Rumah
Sakit, menilai pengendalian, pengelolaan dan
pelaksanaannya pada Rumah Sakit serta memberikan
saran-saran perbaikannya.
(2) Komite Medik melakukan pengawasan internal di
bidang praktik kedokteran dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan profesi agar sesuai dengan standar dan etika
profesi.

BAB X
TATA URUT PERATURAN

Pasal 28
(1) Peraturan Internal Rumah Sakit ini selanjutnya
akan menjadi pedoman semua peraturan dan kebijakan
Rumah Sakit yang dibuat dengan Keputusan Direktur.
(2) Setiap unit kerja harus membuat standar prosedur
operasional yang mengacu pada Peraturan Internal
Rumah Sakit.
(3) Semua kebijakan operasional, prosedur tetap
administrasi dan manajemen Rumah Sakit tidak boleh
bertentangan dengan Peraturan Internal Rumah Sakit.
(4) Tata urutan peraturan yang berlaku sebagai berikut:
a. peraturan Internal Rumah Sakit;
b. keputusan Direktur dan Peraturan Tata Tertib Rumah
Sakit; dan
c. keputusan Instalasi, Kepala Seksi dalam hirarki
struktural, Kepala kelompok Non Struktural/
Fungsional untuk halhal yang teknis operasional di
bidangnya dan dipertanggungjawabkan kepada
atasan langsungnya.

Pasal 29

Direktur berwenang menetapkan Peraturan Internal Staf


Medis (Medical Staff By Laws) dan berbagai ketentuan serta
peraturan pelaksanaan untuk melaksanakan Peraturan
Internal Rumah Sakit yang tidak tercantum dalam Peraturan
Internal Rumah Sakit ini dan disahkan oleh Walikota.

Pasal 30
Direktur dapat mengusulkan perubahan peraturan internal
Rumah Sakit ini berdasarkan rapat pleno yang
diselenggarakan untuk keperluan tersebut.

BAB ..
BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Semua peraturan Rumah Sakit yang ditetapkan sebelum


berlakunya Peraturan Walikota ini, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Walikota
ini.

Pasal 32

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Lubuklinggau.

Ditetapkan di Lubuklinggau
pada tanggal

WALIKOTA LUBUKLINGGAU,

H. S.N. PRANA PUTRA SOHE

Diundangkan di Lubuklinggau
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU,

H. PARIGAN

BERITA DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN NOMOR

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM,

ASRON ERWADI, S.H.,M.Hum.


NIP. 19660806 198803 1 001

You might also like