Professional Documents
Culture Documents
Workshop Surveiland PJK
Workshop Surveiland PJK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Workshop Surveilans
Di Susun Oleh:
Dzikra Khoirunnisa
Megawati
Nopia Wati
Rita Rahmawati
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2016-2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya dan tidak lupa kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam. Dalam mata
kuliah promosi kesehatan ini, kami mendapatkan tugas untuk membuat makalah mengenai
Penyakit Jantung Koroner.
Tugas ini merupakan upaya dalam lebih memahami bagaimana Sulveiland dari
penyakit jantung koroner (PJK). Saya ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
Workshop Surveilad yaitu Ibu Dr. Rustika Herman, SKM, M.Sc atas bimbingan dan
arahannya dalam penulisan makalah ini.
Saya harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai bagaimana Sulveiland dari penyakit
jantung coroner (PJK) secara umum, khususnya bagi penulis. Makalah ini memang masih
jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Dasar/Latar Belakang Surveilans Penyakit Jantung Koroner.................................... 3
2.2. Definisi Penyakit Jantung Koroner............................................................................ 4
2.3. Penyebab Penyakit Jantung Koroner......................................................................... 4
2.4. Gambaran Klinik Penyakit Jantung Koroner............................................................. 6
2.5. Kriteria Diagnosis Penyakit Jantung Koroner........................................................... 6
2.6. Kriteria Diagnosis Laboratorium Penyakit Jantung Koroner.................................... 7
2.7. Klasifikasi Kasus Penyakit Jantung Koroner............................................................. 9
2.8. Konfirmasi Kasus Berat Penyakit Jantung Koroner.................................................. 9
2.9. Kemungkinan Komplikasi Penyakit Jantung Koroner.............................................. 10
2.10. Konfirmasi Kasus Kesakitan dan Kematian Penyakit Jantung Koroner................... 10
2.11. Kegagalan Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner......................... 11
BAB III Metode Surveilans
3
3.1. Tipe Surveilans.......................................................................................................... 12
3.2. Metode Surveilas....................................................................................................... 12
3.3. Eleman dan Minimum................................................................................................ 14
3.4. Analisi Data............................................................................................................... 14
3.5. Prinsip Penggunaan Data Untuk Kebijakan............................................................... 15
3.6. Aspek Kasus............................................................................................................... 16
3.7. Kontak........................................................................................................................ 16
BAB IV Penutup
4.1. Kesimpulan................................................................................................................ 17
4.2. Saran.......................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Mengetahui Konfirmasi Kasus Berat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
oleh merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi atau PJK (WHO,
2011)
Surveilans PJK sangat penting untuk dilakukan oleh dinas kesehatan maupun
lembaga dan institusi lainnya yang berkecimpung di dunia kesehatan, agar masyarakat
dapat melakukan pengelolaan fungsi jantung serta dapat mengontrolnya sehingga dapat
melakukan tindakan pencegahan dari berbagai aspek dan penyakit tidak menular
lainnya yang dapat meningkatkan angka mortalitas dapat diminimalisir.
4
Secara umum, penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria
dibandingkan wanita. Namun, di atas usia 50 tahun, pria maupun wanita memiliki
risiko yang sama untuk terkena penyakit ini
3. Kadar Kolesterol yang Tinggi
Kolesterol terbagi dalam dua jenis, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol
jahat (LDL). Kolesterol jahat mudah menggumpal dan menempel pada dinding
pembuluh darah. Karena itu, kadar LDL yang tinggi dapat membentuk plak yang
menyebabkan aterosklerosis. Kadar LDL yang normal dalam darah adalah di bawah
3 mmol/L atau 115 mg/dl untuk orang dewasa serta 2 mmol/L atau 77mg/dl untuk
orang yang memiliki risiko tinggi.
4. Penyakit Diabetes
Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga
berpotensi menghambat aliran darah. Karena itu, penderita diabetes memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung.
5. Hipertensi
Anda akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan
darah Anda di atas 140/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah rata-rata yang normal
adalah 120/80 mm Hg. Tekanan darah yang tinggi berarti jantung bekerja lebih
keras sehingga jantung dan pembuluh darah akan lebih terbebani. Salah satu faktor
pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi.
6. Pola Hidup yang Buruk
Risiko penyakit jantung juga dapat meningkat akibat pola hidup yang tidak
sehat. Misalnya kurang berolahraga, sering mengonsumsi makanan berlemak, dan
jarang mengonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran
7. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas berpotensi
mengidap tekanan darah tinggi, cenderung memiliki kadarkolesterol yang lebih
tinggi, serta lebih berisiko terkena diabetes tipe 2. Karena itu, mereka juga memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung.
8. Faktor Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya untuk mengidap penyakit
jantung. Hal ini dikarenakan pembuluh darah, terutama arteri akan cenderung lebih
kaku dan kehilangan daya elastisnya seiring bertambahnya usia.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Jika memiliki keluarga inti seperti ayah, ibu, adik, atau kakak yang mengidap
penyakit jantung, risiko Anda untuk terkena penyakit jantung akan lebih tinggi
dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam
keluarganya.
5
2.4. Gambaran Klinik Penyakit Jantung Koroner
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada
pembuluh darah dan dapat mulai terjadi saat seseorang masih muda. Penyumbatan
pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-
density lipoprotein) darah berlebih dan menumpuk pada dinding arteri. Kondisi ini
berlanjut hingga bertahun-tahun dan menyebabkan plak yang menyumbat arteri
sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah sehingga
timbul gejala PJK dalam waktu yang cukup lama (WHO, 2011; WHO, 2012).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak
disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan
pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat
menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang
menyebabkan penumpukan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari
PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012). Berdasarkan perkembangannya, PJK
merupakan penyakit kronis yang memerlukan waktu yang cukup lama hingga
menimbulkan gejala akibat kerusakan pada pembuluh darah.
Patofisiologi PJK pada umumnya disebabkan penumpukan lemak atau LDL di
pembuluh darah. Tetapi kondisi ini dipicu dari beberapa gaya hidup yang tidak sehat
seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan tidak sehat dan obesitas (WHO,
2011).
6
3. 121 : Acut Myocardial Infaction (AMI)
4. Pemeriksaan X-Ray
Pemeriksaan X-Ray dada guna melihat kondisi jantung, paru-paru, dan dinding
dada secara umum. Pada pemeriksaan ini, akan dapat dilihat apabila jantung
mengalami pembesaran, atau apabila terdapat penumpukan cairan di paru-paru.
Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit
lainnya.
5. Angiografi Koroner atau Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan penerapan bius lokal. Prosedur kateterisasi
jantung meliputi:
a. Memasukkan kateter sampai ke arteri jantung melalui kaki atau selangkangan.
b. Penyuntikan tinta ke dalam arteri jantung melalui kateter.
7
Tujuan prosedur angiografi koroner ini adalah untuk memeriksa keberadaan
serta tingkat keparahan penyempitan di dalam pembuluh darah jantung dan untuk
memeriksa tekanan di dalam bilik jantung.
6. CT dan MRI scan
Kedua pemeriksaan ini juga bisa dilakukan untuk melihat kondisi lebih
mendetail pada struktur jantung yang mungkin tidak nampak pada pemeriksaan
menggunakan X-Ray.
a. Tes in vitro di laboratorium, melalui penggunaan biomarker baru yang tarutama
dalam perawatan darurat dapat mempengaruhi dan mendukung keputusan
klinis. Pada gagal jantung penggunaan natriuretik beredar-peptida B (BNP)
sangat relevan, karena tingkat biomarker ini adalah indikator yang baik untuk
mengetahui sejauh mana fungsi jantung terganggu. BNP digunakan baik untuk
diagnosis awal dan untuk pemantauan terapi. Pada beberapa pasien, serangan
jantung menjadi penyebab langsung insufisiensi jantung, sehingga deteksi cepat
dari infark miokard sangat penting dalam mencegah bertambah parahnya
kerusakan miokard dan kegagalan jantung selanjutnya
b. Pemeriksaan Apo B dan hs CRP Kolesterol tinggi bukan satu satunya
penyebab PJK. Kadar lemak yang tinggi memang merupakan salah satu faktor
risiko PJK, namun dalam kenyataannya ternyata cukup banyak kasus PJK
meski kadar lemak normal. Fakta yang terjadi adalah 1 dari 3 kasus serangan
jantung terjadi pada orang dengan kadar kolesterol normal. Mengetahui kadar
kolesterol konvensional (Kolesterol Total, Kolesterol LDL direk, Kolesterol
HDL, Trigliserida) tetap diperlukan, namun ada pemeriksaan lain yang dapat
melengkapi penilaian risiko PJK yaitu Apo B dan hs-CRP. Apo B bermanfaat
untuk meningkatkan prediksi risiko PJK, karena semakin tinggi kadar Apo B,
semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko penyumbatan pembuluh darah,
walaupun kadar LDL normal. Hs-CRP bermanfaat untuk meningkatkan
prediksi terjadinya penyakit jantung karena proses aterosklerosis (penyumbatan
dan pengerasan pembuluh darah) yang juga ditandai dengan adanya proses
peradangan. Pemeriksaan hs-CRP ini bermanfaat untuk menentukan risiko
kardiovaskular pada individu sehat.
8
1. Silent Ischaemia (Asimtotik)
Banyak dari penderita silent ischaemia yang mengalami PJK tetapi tidak
merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit (Iman,
2004:22).
2. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai
dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang
menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit
dapat timbul, baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama
sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
3. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan
oksigen dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada,
seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing,
serta pingsan (Notoatmodjo, 2007:304).
9
gejala utama kerusakan ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah
berkurangnya kemampuan untuk menyaring darah.
3. Stroke
PJK dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah
sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah
pecah. Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan
tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat
menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat
gizi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan
akhirnya mati.
10
BAB III
METODE SURVEILANS
2. Surveilans faktor risiko menjadi prioritas karena lebih fleksibel dan lebih sensitif
untuk mengukur hasil intervensi dalam jangka menengah.
3. Menerima laporan kasus morbiditas PJK secara rutin dari sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
11
1. Mengumpulkan data:
a. Data rutin.
b. Bila tidak ada maka dapat dimulai dengan melakukan survei step 1.
a) Survei Step 1.
c. Diseminasi data.
Faktor risiko adalah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara statistik
berhubungan dengan peningkatan insidensi suatu penyakit. Faktor risiko
penyakit PJK antara lain:
a) Faktor risiko tidak dapat diubah antara lain faktor umur, genetik, gender,
dan ras.
b) Faktor risiko dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, latihan olah
raga, berat badan berlebih, pola makan, stress, konsumsi alkohol, dan
kondisi penyakit lain.
a) Tujuan Survailens
2. Definisi
3. Sumber Data
Sumber data yaitu laporan puskemas dan laporan RS jumlah penderita PJK.
12
4. Instrumen
5. Sistem
Sistemnya yaitu menunggu laporan rutin jumlah penderita PJK dan diambil
rutin ke bawah.
6. Indikator
Indikator faktor risiko penyakit (RR dan OR), indikator program (input.
Proses, output dan outcome), indikator morbidity, mortality, disability, indikator
hasil pemeriksaan tekanan darah.
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam
pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software)
seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain.
Setelah data diaanalisis dan di interpretasi, Maka data jumlah penderita PJK
tersebut disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan untuk membantu
dalam penanggulangan PJK ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah
dimengerti dan dimanfaatkan dalam program pencegahan PJK. Cara penyebar
luasan tersebut dengan membuat suatu laporan yang digunakan untuk
13
rekomendasi kepada pihak yang bertanggung jawab seperti Bupati, Walikota
dan DPRD.
10. Evaluasi
15
PJK dan kemudian melakukan upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan kepada
masyarakat tentang PJK, agar masyarakat mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan
sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap penyakit PJK dan menghindari hal-hal
fatal yang dapat disebabkan oleh PJK sebagai the silent killer.
3.7. Kontak
Puskesmas terdekat dalam wilayah kecamatan tempat penderita berada, Rumah
Sakit terdekat, dokter praktek terdekat, Dinas Kesehatan Kabupaten.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke pada umur 15
tahun menurut provinsi, Indonesia 2013
17
Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner
menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti
Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
18
Karakteristik Jantung Koroner
Responden
D D/G
Kelompok umur (tahun)
15-24 0,1 0,7
25-34 0,2 0,9
35-44 0,3 1,3
45-54 0,7 2,1
55-64 1,3 2,8
65-74 2,0 3,6
75+ 1,7 3,2
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0,4 1,3
Perempuan 0,5 1,6
Pendidikan
Tidak Sekolah 0,6 2,8
Tidak Tamat SD 0,6 2,3
Tamat SD 0,5 1,7
Tamat SMP 0,3 1,1
Tamat SMA 0,4 1,0
Tamat D1 - D3 / 0,8 1,1
PT
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja 0,7 1,6
Pegawai 0,4 0,9
Wiraswasta 0,5 1,2
Petani/Nelayan/ 0,3 1,6
Buruh
Lainnya 0,4 1,3
Tempat Tinggal
Perkotaan 0,6 1,4
Perdesaan 0,4 1,6
Kuintil Indeks Kepemilikan
Terbawah 0,2 2,1
Menengah 0,4 1,6
bawah
Menengah 0,5 1,4
Menengah atas 0,6 1,3
Teratas 0,7 1,2
19
dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja.
Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan
terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan
terbawah.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau dikenal juga sebagai Ischaemic Heart Disease
merupakan penyakit yang disebabkan penyumbatan salah satu atau beberapa pembuluh
darah yang menyuplai aliran darah ke otot jantung. Pada umumnya manifestasi
kerusakan dan dampak akut sekaligus fatal dari PJK disebabkan gangguan pada fungsi
jantung.
Adapun penyebab terjadinya PJK adalah kebiasaan merokok, jenis kelamin, kadar
kolesterol yang tinggi, penyakit diabetes, hipertensi, pola hidup yang buruk, obesitas,
faktor usia dan riwayat kesehatan keluarga.
Metode surveilas yang dilakukan adalah mengumpulkan data, definisi, sumber data,
instrument, sistem, indikator, pengolahan dan penyajian data, analisis dan interpretasi
data, diseminasi dan advokasi dan evaluasi
4.2. Saran
Untuk menurunkan orang yang mengalami PJK maka harus diawali dengan
kesadaran dari orang itu sendiri agar menjalankan hidup yang sehat karena kalo tidak
ada kesadaran dari dalam diri sendiri untuk menjalankan hidup yang sehat maka kasus
PJK akan semakain meningkat. Dan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin juga dapat mencegah dan memercepat pengobatan bagi
penderitanya.
21
DAFTAR PUSTAKA